bentuk culture shock dan strategi adaptasi orang …

107
BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG JEPANG (STUDI KASUS LIMA ORANG JEPANG YANG BEKERJA DI CIKARANG SELATAN) oleh MUTIA GAYATRI PANGESTU 014201505018 Skripsi ini dipersembahkan untuk Fakultas Bisnis President University sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen Februari 2018

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI

ADAPTASI ORANG JEPANG

(STUDI KASUS LIMA ORANG JEPANG YANG

BEKERJA DI CIKARANG SELATAN)

oleh

MUTIA GAYATRI PANGESTU

014201505018

Skripsi ini dipersembahkan untuk

Fakultas Bisnis President University sebagai

salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen

Februari 2018

Page 2: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

ii

Page 3: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Mutia Gayatri Pangestu,

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “BENTUK CULTURE

SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG JEPANG

(STUDI KASUS LIMA ORANG JEPANG YANG BEKERJA DI

CIKARANG SELATAN)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan

belum pernah dipublikasikan siapapun sebelumnya untuk memperoleh

gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, kecuali yang secara

tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam referensi.

Cikarang, 08 Februari 2018

Mutia Gayatri Pangestu

014201505018

Page 4: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

iv

ABSTRAK

Masyarakat Jepang yang tinggal dan bekerja di Cikarang Selatan mungkin akan

mengalami culture shock karena adanya perbedaan budaya yang sangat dominan

antara Jepang dan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk

culture shock yang dialami oleh orang Jepang yang tinggal dan bekerja di

Cikarang dan bagaimana strategi adaptasi yang dilakukannya untuk dapat

bertahan di lingkungan yang baru.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif –

kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Obyek dari penelitian ini

adalah lima orang Jepang yang bekerja di kawasan Cikarang Selatan. Proses

pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bentukculture shock yang dialami orang Jepang

disebabkan adanya faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal disebabkan

oleh faktor psikologis dankarakter dari individu, sedangkan pada faktor eksternal

diketahui bahwa agama, makanan, keadaan geografis, kebiasaan / adat istiadat,

dan bahasa menjadi penyebab terjadinya orang Jepang mengalami culture shock.

Kemudian pada pembahasan strategi adaptasi, peneliti menemukanbahwa orang-

orang Jepang melakukan cara untuk dapat beradaptasi dengan membuka dirinya

untuk menerima perbedaan budaya yang ada, lebih berpikir luas tentang

perbedaan tersebut (open minded) dan bergabung bersama budaya dan orang-

orang Indonesia. Bagi orang Jepang yang akan berpindah ke suatu negara dalam

kurun waktu yang cukup lama sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu bagaimana

keadaan lingkungan dan budaya di daerah tersebut melalui internet ataupun buku-

buku yang ada agar tidak mengalami culture shock yang berkepanjangan dan

dapat mengatur strategi untuk dapat beradaptasi.

Kata Kunci :Culture Shock, Adaptasi, Masyarakat Jepang.

Page 5: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

v

ABSTRACT

The Japanese who live and work in South Cikarang might be experience culture

shock because of the dominant cultural differences between Japan and Indonesia.

This research aims to determine the form of culture shock experienced by

Japanese who live and work in South Cikarang and how adaptation strategies

undertaken to survive in the new environment. This is a descriptive - qualitative

research who using case study method. The object of this research are five

Japanese who work in South Cikarang area. The process of collecting data is done

through observation and in-depth interviews. It can be concluded from the

research that culture shock occurs due to internal and external factors. In the

internal factors caused by psychological and character of the individual, while on

external factors it is known that religion, food, geographical conditions, habbit,

and language become the cause of the Japanese people experiencing culture

shock. Then on the discussion of adaptation strategies, the researchers concluded

that Japanese people open themselves to accept cultural differences, more open

minded and join the culture with Indonesia people.For the Japanese people who

will move to a country in a long time period should find out first how the

environment and culture in the area through the internet or books that exist so will

not to experience a prolonged culture shock and can set a strategy to be able to

adapt

Keywords: Culture Shock, Adaptation, Japanese people.

Page 6: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, karunia dan

kehendakNya-lah laporan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Bentuk Culture Shock dan Strategi Adaptasi Orang Jepang

(Studi Kasus Lima Orang Jepang yang bekerja di Cikarang Selatan)”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Strata 1Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis, President University.Dalam

menyelesaikan laporan skripsi,penulis banyak mengalami kesulitan, tetapi pada

akhirnya laporan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis

menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasannya

waktu, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnyamembangun agar penulis dapat lebih baik dalam penulisan selanjutnya.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, semoga laporan ini dapat diterima

dengan baik dan dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Cikarang, Februari 2018

Penulis

Page 7: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

berupa sumbangan pikiran, bimbingan, arahan, dukungan, serta bantuan lainnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kedua orang tua dan adik tercinta yang telah senantiasa mendoakan,

menasihati, memberikan dukungan kepada penulis secara moril maupun

materil, semangat, serta doa yang terus mengalir hingga skripsi ini bisa

terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati dan ridha Allah SWT,

penulis persembahkan karya ini.

2. Dr. H. Dedi Rianto Rahadi, MM., selaku pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimmbing dan

membantu penulis selama penyusunan skripsi ini, serta senantiasa

memberikan dorongan, semangat, dan saran untuk membangun yang tiada

henti.

3. Dr. Dra.Genoveva Claudia, MM., selaku ketua program studi Manajemen

Fakultas Bisnis President University.

4. Seluruh dosen dan civitas akademika President University yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis selama di perkuliahan.

5. Teman-teman seperjuangan mahasiswi konversi 2015 yang telah

senantiasa membantu dan memberi semangat serta dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk dua tahun cerita

kita tentang suka dan dukanya kuliah di President Universiry.

6. Sahabat-sahabat terkasih dan rekan-rekan di kampus yang selalu

memberikan dorongan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

Page 8: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

viii

7. Teman-teman kelompok bimbingan Skripsi. Terima kasih untuk kerja

sama dan semangatnya dari awal menyusun sampai akhir menyelesaikan

laporan Skripsi.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Semoga rahmat dan karunia Allah SWT dapat dicurahkan kepada seluruh

pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata

semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis secara

pribadi maupun bagi pembaca pada umumnya.

Cikarang, Februari 2018

Penulis

Page 9: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

ix

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ...................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ....................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9

2.1 Culture Shock .......................................................................................... 9

2.2 Penyebab Culture Shock . ........................................................................ 10

2.3 Gejala-gelaja dan Reaksi Culture Shock ................................................ 12

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Culture Shock ................................. 14

2.5 Ekspatriat ................................................................................................. 15

Page 10: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

x

2.6 Warga Negara Jepang ............................................................................. 16

2.7 Adaptasi Ekspatriat ................................................................................. 17

2.8 Adaptasi Budaya ..................................................................................... 17

2.9 Faktor Pendukung Adaptasi .................................................................... 20

2.10 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 23

2.11 Kerangka Berfikir .................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 28

3.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 28

3.2 Waktu Penelitian ....................................................................................... 28

3.3 Metode Penelitian ...................................................................................... 28

3.4 Sumber Data Penelitian ............................................................................. 32

3.4.1 Sumber Data Primer ........................................................................ 32

3.4.2 Sumber Data Sekunder .................................................................... 32

3.5 Strategi Penelitian ..................................................................................... 33

3.6 Subjek Penelitian ....................................................................................... 33

3.6.1 Metode Pemilihan Informan ........................................................... 33

3.6.2 Karakteristik Informan .................................................................... 34

3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 36

3.7.1 Pengumpulan Data dengan Observasi ............................................. 36

3.7.2 Pengumpulan Data dengan Wawancara .......................................... 37

3.7.3 Pengumpulan Data dengan Dokumentasi ....................................... 37

3.8 Instrumen Penelitian .................................................................................. 38

3.9 Kriteria Kualitas Penelitian ....................................................................... 39

3.10 Validitas Data .......................................................................................... 40

3.11 Teknik Analisis Data ............................................................................... 41

3.12 Keterbatasan Penlitian ............................................................................. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 46

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 46

4.2 Profil Informan .......................................................................................... 46

4.2.1 Informan Pertama (AK) ................................................................ 46

Page 11: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

xi

4.2.2 Informan Kedua (TK) ................................................................... 48

4.2.3 Informan Ketiga (SO) ................................................................... 50

4.2.4 Informan Keempat (SF) ................................................................. 51

4.2.5 Informan Kelima (HK) ................................................................... 51

4.3 Bentuk Culture Shock Ekspatriat Jepang .................................................. 52

4.3.1 Penyebab Internal ........................................................................... 52

4.3.2 Penyebab Eksternal ........................................................................ 55

4. 4 Tahapan yang Dilalui Berdasarkan Konsep Budaya Adaptasi ................ 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 67

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 67

5.2 Saran .......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69

LAMPIRAN

Page 12: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Asing per November 2016 ..................... 1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 26

Page 13: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah TKA per Januari 2017 – Oktober 2017 ............................ 3

Tabel 2.1 Gejala dan Reaksi Culture Shock ................................................... 13

Tabel 3.1 Data Informan ................................................................................ 36

Page 14: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Formulir Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN B Surat Permohonan Data Populasi Ekspatriat 2017

LAMPIRAN C Surat Keterangan Observasi

LAMPIRAN D Pedoman Wawancara

LAMPIRAN E Transkrip Wawancara

LAMPIRAN F Tabel Koding

LAMPIRAN G Turnity

Page 15: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arus globalisasi dunia sejak dulu berkembang semakin pesat sehingga batas-

batas negara dapat dengan mudah ditembus, begitupun dengan orang-orang

yang ingin tinggal di luar negeri. Ketika seseorang tinggal di suatu daerah

yang baru untuk beberapa waktu tentunya ia akan merasakan hal-hal yang

berbeda, seperti bentuk komunikasi, bahasa, waktu, makanan, dan adat

istiadat. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan budaya.

Budaya secara umum dapat diartikan sebagai suatu nilai, rasa, dan kebiasaan

dalam suatu daerah atau sekelompok masyarakat yang sudah disepakati

sebagai aturan dan norma yang memberikan ciri khusus dari daerah tersebut.

Orang-orang di dalam daerah tersebut kemudian selalu berprilaku dan

melekatkan apa yang menjadi kebiasaannya di daerahnya sehingga kebiasaan

tersebut dapat mencerminkan budayanya sendiri dimanapun ia akan berada

nantinya. Hal itu lah yang menyebabkan seseorang ketika pergi meninggalkan

daerah asalnya, budayanya pun akan ikut melekat. Budaya setiap daerah

bahkan antara negera yang satu dengan negara yang lainnya tentunya berbeda-

beda karena budaya dapat menjadi identitas yang melekat pada seseorang

(Parrillo, 2008).

Salah satu alasan seseorang memutuskan tinggal di luar negeri adalah karena

pekerjaan. Di Indonesia, tidak sedikit perusahaan yang berdiri atas kerjasama

permodalan asing. Saat seseorang melakukan kontak dengan budaya lain,

dimana orang tersebut disebut “expatriate”, maka akan banyak penyesuaian-

penyesuaian baru yang dilakukan antar psikologis individu dengan nilai-nilai

Page 16: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

2

yang berlaku dalam masyarakat tempat tinggal baru. Ketika seseorang

memutuskan untuk bekerja di luar negeri, tentunya banyak tantangan-

tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan yang paling sering akan

dirasakan oleh tenaga kerja asing adalah adanya perbedaan-perbedaan

kebudayaan yang akan mengakibatkan terjadinya gegar budaya (culture

shock) yang merupakan penyakit bila seseorang memasuki budaya asing

(Oberg dalam Mulyana, 2009:174). Hal tersebut dapat terjadi karena adanya

perbedaan waktu, kebiasaan sehari-hari, agama, bahasa, dan budaya dalam

berinteraksi di lingkungan tempat bekerja. Untuk menghadapi hal tersebut

perlu adanya adaptasi diri agar dapat tetap bertahan dan ikut berkontribusi

dalam menunjukkan performance yang baik saat bekerja.

Jumlah tenaga kerja asing di Indonesia sejak tahun 2011-2016 termasuk flat

(rata). Berdasarkan data Kemenakertrans, rincian jumlah pekerja asing adalah

sebanyak 77.307 (pada tahun 2011), 72.427 (2012), 68.957 (2013), 68.762

(2014), 69.025 (2015), dan hingga satu semester di tahun 2016 ini (per-30

Juni) sebanyak 43.816 pekerja. Menteri ketenagakerjaan, Muhammad Hanif

Dhakiri mengatakan saat ini ada 74.000 tenaga kerja asing di Indonesia

(www.jateng.tribunnews.com).

Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Asing per November 2016

Sumber : http://katadata.co.id/

Page 17: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

3

Dari gambar 1.1 dapat terlihat bahwa tenaga kerja asing paling banyak yang

ada di Indonesia sampai pada bulan November tahun 2016 adalah warga

negara Jepang. Jumlah orang asing yang tinggal di Indonesia setiap tahunnya

mengalami peningkatan terutama untuk orang-orang Jepang, mengingat

banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan permodalan

asing dengan Jepang. Perbedaan budaya, cuaca, waktu, dan beberapa

kebiasaan lainnya dari negara Jepang dan Indonesia cukup banyak sekali. Hal

tersebut membuat beberapa orang Jepang yang baru tinggal di Indonesia akan

merasakan culture shock (gegar budaya), terlebih lagi jika mereka tinggal

untuk menetap dalam waktu yang cukup lama.

Salah satu daerah yang banyak mempekerjakan tenaga kerja asing adalah

Cikarang. Cikarang adalah sebuah kota di Kabupaten Bekasi yang terletak 34

km sebelah timur Jakarta. Cikarang yang dikenal sebagai kota industri

terbesar di Asia Tenggara membuka peluang bagi investor untuk berlomba-

lomba menanamkan modalnya disana. Saat ini Cikarang telah menjadi salah

satu pusat industri nasional yang nilai ekspornya mampu bersaing dengan

Batam. Kawasan Industri di Cikarang merupakan kawasan industri yang

potensial mengingat sekitar 2.125 unit pabrik 25 negara berlokasi di kawasan

tersebut (www.finance.detik.com). Dengan banyaknya perusahaan PMA yang

berdiri di Cikarang membuat banyak tenaga kerja asing bekerja dan tinggal di

Cikarang.

Tabel 1.1 Jumlah TKA per Januari 2017 – Oktober 2017

Kewarganegaraan Jumlah TKA

Amerika Serikat 5

Australia 2

Belanda 1

Page 18: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

4

Belgia 1

China 121

Filipina 16

Hongkong 2

India 34

Inggris 4

Jepang 1023

Jerman 6

Korea Selatan 448

Malaysia 91

Mexico 1

New Zeland 1

Norwegia 1

Perancis 2

Portugal 5

Portugis 1

Perancis 1

Selandia Baru 1

Singapore 12

Spanyol 1

Taiwan 84

Thailand 7

Turki 1

Vietnam 1

Sumber : Disnaker, 2017

Berdasarkan tabel 1.1 ada sebanyak 1023 warga negara asal Jepang yang

bekerja di wilayah Cikarang. Tenaga kerja asal Jepang menduduki peringkat

Page 19: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

5

teratas terbanyak diikuti dengan pekerja asal Korea Selatan, China, Malaysia,

Taiwan, dan India.

Hasil pra-survey peneliti dengan beberapa orang yang bekerja di perusahaan

asing terhitung selama satu minggu sejak 25-29 September 2017, ditemukan

bahwa ada beberapa warga negara asing yang memutuskan untuk keluar dari

pekerjaan saat usia kerja yang masih dini di perusahaan tersebut. Beberapa

kondisinya sebagai berikut :

1. Salah satu karyawan yang sudah bekerja selama hampi 4 tahun di

perusahaan tempat ia bekerja, yakni perusahaan start up yang terletak

di kawasan Lippo Cikarang. Ia mengatakan dalam dua tahun terakhir

ini ada sebanyak 5 dari 13 orang asing yang memutuskan untuk

memutuskan hubungan kerjanya dengan perusahaan tersebut.

2. Salah satu karyawan yang sudah bekerja di selama 8 tahun di

perusahaan asing yang terletak di kawasan EJIP mengatakan bahwa

ada sebanyak 2 dari 3 orang asing yang bekerja di perusahaan tersebut

kembali ke negara asalnya ketika masa kerjanya masih masih sangat

sebentar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan mencari penyebab dari bentuk culture

shock yang dihadapi oleh orang Jepang dan bagaimana cara mereka

melakukan strategi adaptasi diri untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menspesifikasikan ruang lingkup hanya pada

orang Jepang yang bekerja di Cikarang Selatan agar hasil dari penelitian ini

dapat mewakili. Judul dari penelitian ini adalah “Bentuk Culture Shock dan

Cara Adaptasi Orang Jepang (Studi Kasus Lima Orang Jepang Yang Bekerja

di Cikarang Selatan)”.

Page 20: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk culture shock yang dialami orang Jepang yang

bekerja di Cikarang Selatan?

2. Bagaimana cara adaptasi yang dilakukan orang Jepang yang bekerja di

Cikarang Selatan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penulisan khusus dari

penelitian ini adalah mengetahui bentuk culture shock yang dialami oleh

orang-orang Jepang yang bekerja di Cikarang Selatan dan bagaimana cara

orang Jepang melakukan adaptasi diri untuk mengatasi culture shock yang

dialaminya selama bekerja di daerah Cikarang Selatan.

Sedangkan secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

permasalahan lingkungan kerja yang dialami oleh orang Jepang yang bekerja

di daerah Cikarang Selatan dari segi sikap dan prilaku sebagai pemahaman

interkultural bagi pembaca secara umum.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah orang Jepang

yang bekerja di daerah Cikarang Selatan. Data yang digunakan adalah hasil

observasi dan wawancara yang dilakukan kepada lima informan. Spesifik data

yang diambil adalah seluruh informasi dari informan yang bekerja di Cikarang

Selatan kurang lebih selama dua tahun. Karena tidak ada spesifik lamanya

Page 21: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

7

waktu yang dapat dipastikan untuk seseorang dapat beradaptasi di suatu

daerah yang baru, maka penulis melakukan pilot test. Berdasarkan hasil pilot

test tentang lamanya waktu untuk beradaptasi di lingkungan yang baru, 8 dari

10 responden yang pernah tinggal dan menetap di suatu daerah yang baru

selama 5 tahun mengatakan butuh waktu 2 tahun untuk melakukan proses

adaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal tersebut sangat wajar dikarenakan

perbedaan-perbedaan yang ditemui setiap pribadi orang tidaklah sedikit.

Peneliti berharap dapat menggali lebih banyak informasi dan dapat dipastikan

informan sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan lingkungan kerja di

kawasan Cikarang Selatan. Oleh karena itu studi kasus dalam penelitian ini

adalah lima orang Jepang yang bekerja di Cikarang Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kepustakaan

Sebagai bahan masukan, tambahan referensi dan pertimbangan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian serupa terkait

culture shock dan cara adaptasi khususnya studi kasus pada warga

negara Jepang.

b. Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama masa

perkuliahan, khususnya pada mata kuliah perilaku organisasi

dan bisnis internasional sekaligus membandingkan sejauh

mana teori tersebut dapat diterapkan dalam kasus penelitian

ini.

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir baik

secara teori maupun praktik.

Page 22: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

8

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan uraian sebagai berikut

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah dan

sistematika penulisan skripsi.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa uraian yang dimuat dalam bab tinjuan pustaka ini adalah

teori-teori yang menunjang dan sesuai dengan permasalahan yang

diangkat dalam penulisan skripsi. Adapun teori-teori ini bersumber

dari buku-buku dan juga informasi dari internet.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini terdapat uraian mengenai langkah-langkah dan

metodologi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi disertai cara

penyelesaian berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan pada bab

I.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini terdapat gambaran umum tentang informan dan

pembahasan teroritis hasil dari proses analisis bentuk culture shock

yang dihadapi oleh orang Jepang yang bekerja di Cikarang Selatan dan

bagaimana cara adaptasi yang dilakukan dalam menghadapi

permasalahan tersebut.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, serta saran yang diajukan berdasarkan permasalahan

yang telah dibahas sebelumnya.

Page 23: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Culture Shock

Ketika individu yang hidup dalam lingkungan sosial telah terbiasa dengan

budaya yang ada di lingkungannya harus bertemu dengan budaya dan

lingkungan yang baru, maka kemungkinan yang akan terjadi individu

tersebut akan mengalami gegar budaya atau culture shock. Orang yang

mengalami culture shock cenderung akan bingung untuk bertindak karena

merasa tidak tahu mana yang sesuai atau tidak sesuai untuk dilakukan di

lingkungan yang baru. Mereka menganggap budaya atau kebiasaan yang

berbeda-beda dapat memberikan arti yang berbeda pula, baik negatif atau

positif. Rasa cemas dan ketakutan biasanya akan muncul ketika individu

tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Lingkungan

sangat berpengaruh besar untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang

baru. Istilah Culture Shock pertama kali diperkenalkan oleh seorang

antropolog kebudayaan America yang tinggal di Brazil bernama Kalervo

Oberg pada tahun 1960. Kalervo Oberg menjelaskan bahwa culture shock

adalah suatu penyakit mental yang diderita oleh individu secara tiba-tiba

diman individu tersebut harus berpindah dan tinggal di lingkungan yang

baru. Culture shock timbul karena adanya rasa kecemasan yang berasal

dari hilangnya suatu hal yang menjadi kebiasaan di lingkungannya yang

dulu, Oberg (1960). Menurut Oberg ada 6 karakteristik culture shock :

1. Ketegangan dalam penyesuaian psikologis

2. Merasa kehilangan teman, status, peran sosial, dan posisi personal

3. Merasa takut oleh kebudayaan baru

4. Bingung dalam peran, peran yang diharapkan, nilai, perasaan, dan

identitas diri

5. Terkejut, cemas, bahkan jijik setelah menyadari perbedaan

kebudayaan

Page 24: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

10

6. Merasa impotens akibat ketidak mampuan untuk beradaptasi

dengan kebudayaan baru.

Chandra (2004) menjelaskan bahwa culture shock disebabkan oleh

kegelisahan yang timbul akibat hilangnya ciri-ciri keakraban dan simbol-

simbol dari hubungan sosial, baik saat kehidupan sosial individu

berlangsung maupun saat bekerja dilingkungan budaya yang berbeda.

Ditinjau dari sisi psikologis, culture shock merupakan gejala gangguan

jiwa yang dihubungkan dengan konflik-konflik akibat budaya. Culture

shock juga dapat diartikan sebagai ketidaknyaman fisik dan emosional

yang di alami ekspatriat ketika datang dan tinggal di negara lain atau

disuatu tempat yang berbeda dari tempat asal (Ivancevich dan Soo Hoon,

2002).

Dari hasil beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa culture

shockadalah ketidaknyamanan fisik dan emosional yang terjadi ketika

seseorang pindah ke suatu tempat yang bener-bener baru, misalnya pindah

ke luar negeri. Individu harus melakukan adaptasai yang besar pada

budaya yang baru. Individu juga dapat mengalami kecemasan karena

kehilangan arah untuk melakukan sesuatu karena ketidaktahuannya

dengan budaya di tempat yang baru. Selain itu individu harus menerima

kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda meskipun itu adalah pengalaman

yang tidak menyenangkan. Dalam hal tersebut, individu harus dapat dan

mau mempelajari hal yang mendukung proses adaptasinya seperti cara

berinteraksi dengan orang, mempelajari budaya yang baru dan bahasa

yang baru juga.

2.2 Penyebab Culture Shock

Melalui konsep culture shock yang diperkenalkan oleh Oberg (1960),

manusia memiliki insting dalam mempertahankan dirinya demi

Page 25: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

11

kelangsungan hidup individu itu sendiri. Dayakisni (2012:265) menuliskan

permasalahan yang timbul dari culture shock :

1. Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Cues adalah

sesuatu yang menjadi bagian yang ada pada kehidupan sehari-hari

seperti tanda-tanda, gerakan bagian-bagian tubuh (gestures),

ekspresi wajah ataupunkebiasaan-kebiasaan lain yang dapat

membuat orang lain mengerti bagaimana sebaiknya ia bertindak

dalam situasi-situasi tertentu.

2. Terputusnya komunikasi antar individu yang menyebabkan

kecemasan atau kepada hal yang mengarah kepada frustasi bagi

individu. Dalam hal ini bahasa jelas menjadi penyebab dari

gangguan ini.

3. Krisis identitas. Individu yang pergi keluar dari daerah asalnya

akan membuat dirinya kembali mengevaluasi bagaimana keadaan

dirinya disaat ini.

Culture shock dapat terjadi pada suatu lingkungan yang berbeda, baik

pada individu yang mengalami perpindahan dari suatu daerah ke daerah

lainnya dalam negerinya sendiri (intra-national) dan individu yang

berpindah ke negeri lain untuk periode waktu tertentu dalam kurun waktu

yang cukup lama (Dayakisni, 2012:266)

Dalam pembahasan yang lebih lanjut, Oberg menjelaskan bahwa hal-hal

tersebut benar dipicu oleh kecemasan yang timbul yang disebabkan

hilangnya tanda dan lambang hubungan sosial yang selama ini sudah

dikenalnya dalam interaksi sosial, seperti petunjuk-petunjuk dalam bentuk

kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasaan-kebiasaan atau norma-

norma yang diperoleh individu sepanjang perjalanan hidup sejak ia lahir

(Mulyana, 2006:175)

Ketika seorang perantau memasuki lingkungan yang baru dengan budaya

yang baru pula, ia akan merasakan terasingkan karena perbedaan yang ada.

Page 26: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

12

Meskipun individu tersebut berpikiran luas dan beritikad baik, ia tetap

akan merasakan kehilangan pegangan dan kemudian mengalami frustasi

dengan gejala maupun raksi yang hampir sama diderita oleh individu lain

yang mengalami (culture shock). Pertama-tama individu akan melakukan

penolakan diri pada lingkungan yang menyebabkan ketidaknyamanan

hingga berujung penyesalan diri. Individu akan merasa bahwa lingkungan

dan suasana dari asalanya sangatlah penting karena ia mulai merasakan

ketidaknyamanan dari daerah tempat tinggalnya sekarang yang banyak

memiliki perbedaan. Semua masalah dan kesulitan yang dihadapi menjadi

suatu tekanan bagi individu dan hanya hal-hal yang menyenangkan di

negara asalnya lah yang menjadi sangat dirindukan. Bagi individu, pulang

ke negara asalnya saja yang dapat membawa mereka kembali kepada

realitas.

2.3 Gejala-Gejala dan Reaksi Culture Shock (Gegar Budaya)

Secara umum, banyak definisi awal memfokuskan gegar budaya sebagai

sindrom, keadaan rekatif dari patologi atau defisit spesifik: individu

pindah ke lingkungan baru yang asing, kemudian mengembangkan gejala

psikologis negatif dan beberapa gejala gegar budaya ini adalah buang air

kecil, minum, makan serta tidur yang berlebih-lebihan; perasaan tidak

berdaya lalu keinginan untuk terus bergantung pada individu-individu

sebudayanya; marah/ mudah tersinggung karena hal-hal sepele; reaksi

yang berlebih-lebihan terhadap penyakit-penyakit sepele; hingga akhirnya,

keinginan yang memuncak untuk pulang ke kampung halaman (Mulyana,

2006:175).

Culture shock banyak menyebabkan ganguan-ganguan emosional,

seperti depresi dan kecemasan yang dialami oleh perantau. Pada

tahap awal penyesuaian diri dengan kebudayaan yang baru,

individu akan merasakan terombang-ambing antara rasa marah dan

depresi. Culture shock dianggap sebagai pengalaman belajar dalam

Page 27: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

13

proses penyesuaian diri dengan budaya yang baru karena

mencakup akuisisi dan pengembangan keteramppilan, aturan, dan

peran yang dibutuhkan dalam suatu setting yang baru. Culture

shock juga dapat membuat seseorang kehilangan kontrol ketika

berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kultur berbeda

dengan dirinya. Hal tersebut menyebabkankan kesulitan

penyesuaian bagi individu, tetapi hal tersebut tidak selalu pula

merupakan gangguan psikologis (Mulyana, 2006:176).

Seorang psikolog terkenal, Harry Triandis juga memandang culture shock

sebagai hilangnya kontrol seseorang saat ia berinteraksi dengan orang lain

dengan kultur yang berbeda. Kehilangan kendali atau kontrol diri pada

umumnya memang menyebabkan kesulitan penyesuaian tetapi tidak selalu

merupakan gangguan psikologis (Shiraev dan Levy, 2012:443).

“Pedersen mengemukakan dalam salah satu teori gegar budaya

melihat gegar ini sebagai penyesuaian awal ketika datang ke

lingkungan yang baru atau asing yang diasosiasikan dengan

perkembangan individu, pendidikan, dan bahkan pertumbuhan

personal. Secara singkat bahwa segala bentuk stress mental

maupun fisik yang dialami individu perantau selama berada di

lokasi asing disebut sebagai gejala culture shock, akan tetapi gejala

culture shock yang terjadi pada setiap individu memiliki tingkatan

atau kadar yang berbeda mengenai sejauh mana culture shock

mempengaruhi kehidupannya. Ada beberapa gejala dan reaksi yang

biasanya ditunjukkan individu saat mengalami culture shock. Hal

tersebut dapat dilihat dari tabel berikut (Shiraev dan Levy,

2012:444)” :

Tabel 2.1 Gejalan dan reaksi cultre shock

Gejala Gegar Budaya Deskripsi Reaksi Gegar

Budaya

Gegar budaya sebagai nostalgia Orang merasa rindu keluarga,

kawan, dan pengalaman lain

yang familiar.

Gegar budaya sebagai

disorientasi dan hilangnya

Hilangnya hal-hal yang

dianggap familiar. Disorientasi

Page 28: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

14

kendali menimbukan kecemasan,

depresi, dan merasa putus asa.

Gegar budaya sebagai

ketidakpuasan atas hambatan

bahasa

Kurangnya komunikasi atau

sulitnya berkomunikasi dapat

menimbulkan frustasi dan

perasaan terasingkan.

Gegar budaya sebagai hilangnya

kebiasaan dan gaya hidup.

Individu tidak mampu

melakukan aktivitas yang

sebelumnya ia nikamti. Hal ini

menyebabkan kecemasan dan

perasaan kehilangan.

Gegar budaya seabgai anggapan

adanya perbedaan.

Perbedaan antara budaya yang

baru dengan budaya negara asal

biasanya akan dilebih-lebihkan

dan sulit diterima.

Gegar budaya sebagai anggapan

adanya perbedaan nilai

Perbedaan ini biasanya dilebih-

lebihakan : nilai yang baru

tampaknya sedikit sulit

diterima.

Sumber : Pedersen dikutip dari Shiraev dan Levy, 2012 : 244

2.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Culture Shock

Menurut Parrillo (2008:46) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

culture shock yaitu:

1. Faktor intrapersonal, termasuk keterampilan (komunikasi),

pengalaman sebelumnya (dalam lintas budaya), trait personal

(mandiri atau toleransi), dan akses ke sumber daya. Karakteristik

fisik seperti penampilan, umur, kesehatan, kemampuan sosial juga

mempengaruhi. Penelitian menunjukkan umur dan jenis kelamin

berhubungan dengan culture shock. Individu yang lebih muda

cenderung mengalami culture shock yang lebih tinggi daripada

Page 29: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

15

individu yang lebih tua dan wanita lebih mengalami culture shock

daripada pria (Kazanzis dalam Pederson, 1995).

2. Variasi budaya mempengaruhi transisi dari satu budaya ke budaya

yang lain. Culture shock dapat lebih cepat terjadi jika budaya

tersebut semakin berbeda, hal ini meliputi faktor sosial, perilaku,

adat istiadat, agama, pendidikan, norma dalam masyarakat, dan

bahasa. Bochner (2003) menyatakan bahwa semakin berbeda

kebudayaan antar dua individu yang berinteraksi, semakin sulit

kedua individu tersebut membangun dan memelihara hubungan yang

harmonis. Sedangkan Pedersen (1995) menyatakan bahwa semakin

berbeda kedua budaya, maka interaksi sosial dengan mahasiswa

lokal akan semakin rendah.

3. Manifestasi sosial politik juga mempengaruhi culture shock. Sikap

dari masyarakat setempat dapat menimbulkan prasangka, seteriotip

dan intimidasi.

2.5 Ekspatriat

Berry, dkk (1987) menyamakan istilah ekspatriat dengan perantau dan

digunakan untuk menjelaskan pendatang yang tinggal sementara di luar

negeri (migran temporer). Ditinjau dari makna harfiah, istilah “expatriate”

diambil dari bahasa latin ‘ex’ (di luar) dan ‘patria’ (negara). Dalam bahasa

Inggris sering sekali berubah menjadi ‘ex-patriot’ atau ‘x-pat’. Bahasa

Inggris sendiri menggunakan istilah expatriate yang berasal dari kata

‘expate’ untuk memaknai seseorang yang tinggal untuk sementara ataupun

permanen di negara lain dengan lingkungan dan budaya yang berbeda dari

negara asalnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa ekspatriat

adalah orang yang tinggal sementara waktu atau pun menetap di negara

lain karena suatu kepentingan.

Page 30: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

16

2.6 Warga Negara Jepang

Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di wilayah paling

timur benua Asia. Jepang adalah sebuah Negara kecil di Asia namun

jepang juga termasuk kedalam Negara yang maju dan mandiri dalam

bidang teknologi dan pendidikan. Jika kita hidup di Jepang ataupun hidup

dengan orang Jepang, secara tidak langsungnya kita juga dapat merasakan

dan melihat sikap, sifat dan perilaku orang Jepang pada umumnya.

Mengenai bagaimana mental dan moral orang Jepang dalam menyikapi

hidupnya sehari-hari (http://www.abraham-maslow.com/).

Menurut data tahun 2014, penduduk Jepang berjumlah sekitar 125 juta

jiwa. Jepang adalah negara berpenduduk paling banyak ke-10 di dunia.

Banyak kota yang terletak di sisi Samudra Pasifik yang memiliki iklim

hangat seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Separuh dari seluruh penduduk

Jepang berkumpul di wilayah tiga kota besar ini dan sekitarnya. Jepang

memiliki gambaran sebagai negara yang gerah pada musim panas dan

turun salju pada musim dingin. Tetapi Jepang adalah negara yang

memanjang dari utara ke selatan sehingga memiliki perbedaan iklim yang

besar berdasarkan daerahnya. Bila pulau Hokkaidou di utara adalah daerah

dingin, sebaliknya pulau Okinawa di selatan adalah daerah tropis. Selain

itu, meskipun sesama pulau Honshuu, cuaca di sisi Samudra Pasifik dan

Laut Jepang berbeda sama sekali. Namun, perbedaan iklim inilah yang

membuat Jepang kaya akan keberagaman budaya. Orang-orang Jepang

dikenal dengan sifat rajin dan tepat waktu. Di Jepang terdapat istilah

"Bergerak 5 menit sebelumnya". Ini merupakan semangat untuk

membiasakan diri bersiap-siap 5 menit sebelumnya agar dapat langsung

bergerak pada waktunya. Banyak orang Jepang yang sangat ketat dengan

waktu. Apabila Anda memiliki janji bertemu orang Jepang dengan waktu

yang telah ditentukan, jangan sampai Anda datang terlambat

(https://livejapan.com/).

Page 31: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

17

2.7 Adaptasi Ekspatriat

Adaptasi yang dilakukan oleh ekspatriat di negera tujuan atau negara

dimana ia akan tinggal dan menetap dalam kurun waktu tertentu dapat

dilakukan dengan banyak cara. Gudykunst dan Kim (dalam Liliweri,

2004) mengartikan adaptasi sebagai perubahan diri dari suatu masyarakat

atau sub masyarakan kepada masyarakat menyangkut perbedaan

kebudayaan yang disebabkan oleh perpindahan seseorang orang dari suatu

budaya menuju budaya yang lain. Adaptasi dilakukan oleh ekspatriat

secara individu terhadap pekerjaan, budaya organisasi, dan sosialisasi

terhadap hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sekalipun.

Cara yang ditempuh tersebut dilakukan untuk menghasilkan derajat

adaptasi yang sesuai dengan keinginan ekspatriat secara perorangan

ataupun organisasi. Young Yun Kim (dalam Mulyana 2006)

mengemukakanya setiap individu pendatang untuk jangka waktu pendek

ataupun panjang harus beradaptasi dengan tuan rumah.

Ekspatriat akan mengalami kesulitan akibat dari perbedaan budaya

tersebut. Masalah juga akan muncul dari rekan kerja, dimana terjadi

kesalahpahaman yang akan menyebabkan frustasi, serta ekspatriat akan

menerima perilaku yang tidak baik. Jika ekspatriat sadar sebelumnya

dengan adanya berbagai variasi budaya, serta merubah perilaku mereka

dalam berinteraksi, maka ekspatriat dapat terhindar dari kesalahpahaman

dan dapat menjalankan tugas dengan baik (Black and Porter 1990).

Sebab adaptasi budaya adalah suatu proses kognitif sosial yang mana

mengurangi ketidakpastian dan suatu proses afektif yang mengurangi

kecemasan: hasil adaptasi budaya termasuk kesejahteraan psikologi dan

kepuasan serta kompetensi sosial (Gao and Gudy Kunst.,1990).

Page 32: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

18

2.8 Adaptasi Budaya

Pada awalnya, kajian tentang ini didasari oleh pekerja-pekerja imigran dan

mahasiwa yang belajar lintas negara di Eropa. Kajian ini dirasa penting

untuk menyambut interaksi global yang saat ini sudah menjadi kebiasaan

dan semakin banyak terjadi (Judith N.M. dan Thomas K.N, 2003). Para

peneliti kemudian berusaha memaparkan dan menjelaskan gejala-gejala

sosial serta permasalahan- permasalahan dalam aspek komunikasi yang

secara jelas terjadi pada masyarakat global ini, hingga nantinya ditemukan

sebuah model solusi yang bisa menyelesaikan atau setidaknya

memperkecil aspek-aspek negatif yang bisa tercipta dari komunikasi

interkultural.

Ketika seseorang jauh dari daerah asal, jauh dari rumah atau tempat yang

selama ini dianggap sebagai “rumah”, jauh dari lingkungan tempat ia

tumbuh besar, dan jauh dari kebiasaan-kebiasaan yang selalu dilakukan

maka individu tersebut mau tidak mau akan memperlajari hal-hal yang

baru untuk dapat bertahan hidup. Ketika seseorang berada jauh dari zona

nyaman untuk waktu yang lama seperti contohnya bekerja, maka akan

terjadi transfer-transfer nilai yang dapat disebut dengan adaptasi budaya

(Ruben dan Stewart. 2006 : 340)

Samovar menyatakan bahwa individu biasanya akan melewati empat

tingkat proses beradaptasi. Keempat tingkatan ini dapat digambarkan

dalam bentuk kurva U sehingga disebut U – Curve.

1. Fase optimistik

Fase pertama yang digambarkan berada pada bagian kiri atas dari

kurva U. Fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan dan

euforia sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru.

2. Masalah kultural

Pada fase kedua ini individu mulai mengalami masalah dengan

lingkungan yang baru, misalnya karena kesulitan bahasa yang

Page 33: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

19

berbeda, sistem lalu lintas yang baru, dan hal-hal lain yang

dianggap berbeda dari budaya atau keadaan dari asal negara setiap

individu. Fase ini bisasanya ditandai dengan rasa kecewa dan

ketidakpuasan karena sesuatu terjadi tidak sesuai dengan

harapannya. Ini adalah periode krisis dalam culture shock. Individu

menjadi bingung dan tercengang dengan sekitarnya sehingga dapat

membuat individu menjadi frustasi, mudah tersinggung, mudah

marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten.

3. Fase recovery

Pada fase ketiga ini individu mulai mengerti akan budaya barunya.

Individu secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan

dalam caranya menanggulangi budaya barunya. Orang-orang dan

peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak

terlalu menekan.

4. Fase penyesuaian

Pada fase terakhir ini individu telah mengerti elemen kunci dari

budaya barunya seperti nilali-nilai, pola komunikasi, keyanikan

dan hal-hal lainnya (Samovar, Richard dan Edwin, 2010 : 169).

Para expatriat dengan notabennya telah terbiasa menjalankan dan

mengembangkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari di negara

asalnya, kemudian hidup dan menetap di negara yang baru dalam kurun

waktu yang lama tentunya akan merasakan satu keanehan ketika ia

mengalami atau merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan

sebelumnya, seperti nilai-nilai, kepercayaan, standar estetika, ekspresi,

bahasa, pola pikir, nilai norma, tata prilaku dan gaya komunikasi.

Dengan seiring berjalannya waktu, mereka berinteraksi secara terus-

menerus dengan orang-orang yang mayoritas memiliki kebudayaan yang

sama, sehingga para expatriat akhirnya menyadari akan perlunya

keterbukaan untuk menerima budaya yang baru.

Page 34: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

20

2.9 Faktor Pendukung Adaptasi

Dalam proses adaptasi ada beberapa faktor yang mendorong ekspatriat

untuk melakukan adaptasi, berikut ini adalah sebuah model yang

dikembangkan oleh black dan mendenhall (dalam hodgetts dan Luthans,

2000) yang mengulas faktor-faktor pendukung adaptasi yang dilakukan

ekspatriat:

2.9.1 Individual

Pengaruh individu mempunyai peran yang penting dalam

menentukan proses beradaptasi. Dorongan dari diri sendiri akan

menentukan bagaimana individu dapat menentukan pilihan.

Self efficiacy merupakan kemampuan dan kemauan individu

untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Ekspatriat

dapat melakukan pencarian informasi melalui literature, kursus,

mencari keterangan dari orang-orang setempat, dan lain-lain.

Relatian skill yang merupakan kemampuan untuk membangun

hubungan atau relasi dengan seseorang.

Perception skill merupakan kemampuan ekspatriat untuk

membentuk cara pandangannya yang baru.

2.9.2 Organization socialization

Organisasi atau perusahaan dapat membantu proses adaptasi

dengan melakukan sosialisasi dengan orang dan lingkungan

ekspatriat yang baru. Lewat proses yang terus menerus, seorang

ekspatriat akan dapat menyesuaikan diri terhadap organisasinya

sehingga mampu mengerti dan menerima nilai-nilai, norma-norma

dan kepercayaan yang dilakukan oleh orang lain dalam perusahaan.

Adapun hal-hal yang perlu untuk diperhatikan sebagai berikut :

Socialization tactics adalah bagaimana cara yang ditempuh

oleh organisasi atau perusahaan dalam melakukan

organisasi.

Page 35: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

21

Socialization content adalah isi dari sosialisasi yang mana

mencakup seluruh informasi yang dibutuhkan oleh

ekspatriat untuk melakukan penyesuaian.

2.9.3 Job

Adaptasi dengan pekerjaan, lalu berinteraksi dengan rekan kerja

dan keseluruhan di lingkungan kerja sangat perlu dilakukan. Dalam

faktor ini mencakup :

Role clarity (kejelasan tugas)

Kejelasan tugas sehingga pekerjaan dapat melakukan

tugasnya dengan baik apabila mengetahui dengan pasti

tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini dapat diantisipasi oleh

ekspatriat apabila mempunyai description yang jelas.

Role discretion (keleluasaan kerja).

Keleluasaan kerja yang diberikan kepada pekerjaan

khussnya dalam hal ini untuk mengerjakan tugas dan

tanggungjawab dengan bebas sesuai dengan kebijaksanaan.

Role novelty

Pemberian tugas-tugas baru kepada para ekspatriat,

sehingga dapat mempelajari dan beradaptasi dengan

pekerjaan baru dan lingkungan kerja yang baru

Role conflict

kspatriat diberikan peran atau tugas yang berbeda dengan

peran atau tugas sebelumnya. Biasanya para tenaga kerja

harus menghadapi peran dan tanggungjawab yang lebih

besar dari peran dan tanggungjawab sebelumnya.

2.9.4 Organization culture

Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Oleh

karena itu ekspatriat pun dituntut untuk dapat beradaptasi dengan

budaya organisasi atau perusahaan dimana ekspatriat bekerja. Hal

Page 36: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

22

ini tentunya sangat berpengaruh pada hasil kerja dari seseorang

ekspatriat. Faktor dari organization culture ini mencakup.

Organization culture novelty, memperkenalkan budaya

organisasi yang baru kepada para ekspatriat. Dengan begitu

maka para ekspatriat akan dapat mengetahui dan

memahami cara kerja, perilaku kerja apa yang diharapkan

dan apa yang tidak harapkan dalam cara kerja dari

organisasi atau perusahaan tersebut.

Social support, mencankup bantuan yang diberikan oleh

perusahaan dengan mendukung ekspatriat secara sosial

seperti dengan memperkenalkan beserta keluarga yang

menyertainya (jika ada).

Logistical help, mencakup penyediaan kebutuhan logistik

dari ekspatriat yang dapat dilakukan hanya pada saat awal

kedatangan ekspatriat. Dengan kata lain ekspatriat tersebut

telah mengetahui dimana dan bagaimana memperoleh

kebutuhan logistiknya.

2.9.5 Nonwork

Dengan didukung oleh faktor-faktor yang mendorong proses

adaptasi yakni, adaptasi dengan budaya yang baru dan adaptasi

keluarga dan pasangan ekspatriat, maka ekspatriat tidak akan

merasa terasingkan dalam lingkungan baru.

2.9.6 Mode of Adjustment

Untuk membantu proses adaptasi maka ekspatriat dapat melakukan

2 macam cara yaitu:

Melalui bantuan yang diberikan perusahan dan luar atau

rekan orang disekitar lingkungan tersebut

Secara otodidak atau belajar sendiri hal in dapat ditempuh

bila ada motivasi dari ekspatriat untuk melakukan

Page 37: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

23

pengenalan dari situasi, karateristik dan kondisi dari

lingkungan yang baru.

2.9.7 Degree of adjustment

Setelah ekspatriat melakukan adaptasi, diharapka dari proses

tersebut dari hasil sebagai berikut :

Work adjustment, setelah ekspatriat dapat beradaptasi

dengan lingkungan kerja tugas dan tanggungjawab,

diharapkan ekspatriat dapat bekerja secara efektif dan

efisien, serta dapat meningkatkan kemampuan dalam

bekerja

Interaction adjustment, diharapkan para ekspatriat dapat

berhubungan dan berinteraksi secara timbal balik dengan

orang-orang sekitar ekspatriat.

General adjustment, diharapkan agar adaptasi ekspatriat

berhasil secara menyeluruh baik adaptasi dengan pekerjaan,

budaya perilaku hidup, sehingga ekspatriat dapat hidup

secara normal.

2.10 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa referensi yang

menjadi pembanding dari penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh

peneliti.

1. Penelitian kualitatif yang pernah dilakukan oleh Muhammad Hyqal

Kevinzky dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia

pada tahun 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Proses Dan

Dinamika Komunikasi Dalam Menghadapi Culture Shock Pada

Adaptasi Mahasiswa Perantauan (Kasus Adaptasi Mahasiswa di

Unpad Bandung)”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses

dan dinamika mahasiswa perantau di Unpad, Bandung dalam

menghadapi culture shock saat melakukan adaptasi komunikasi

Page 38: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

24

dengan subyek penelitiannya adalah mahasiswa perantau yang

berkuliah di UNPAD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat 3 hal yang paling berpengaruh dan saling mempengaruhi

dalam keputusan adaptasi seseorang yaitu (1) Stereotipe yang

dibawa ketika merantau (2) Lingkungan yagn dia tinggali dan (3)

Motivasi yang dia miliki untuk beradaptasi dan bertahan di

perantauan. Ketika seseorang merantau, tentu dia membawa nilai-

nilai atau strereotipe sendiri dalam memandang kebudayaan yang

dia tuju sebagai tempat sementara. Entah itu stereoripe yang baik

atau buruk.

2. Penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus yang

dilakukan oleh Rahaditya Puspa Kirana dari Jurusan Sastra Jepang

Universitas Airlangga yang berjudul “Strategi Adaptasi Pekerja

Jepang Terhadap Culture Shock: Studi Kasus Terhadap Pekerja

Jepang di Instansi Pemerintah di Surabaya”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bentuk culture shock yang dialami

orang Jepang yang bekerja di instansi pemerinta di Surabaya dan

mengetahui strategi adaptasi yang mereka lakukan untuk mengatasi

culture shock. Subyek penelitiannya adalah empat orang Jepang

yang bekerja di instansi pemerintah di Surabaya.Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa culture shock yang dialami oleh pekerja

Jepang di instansi pemerintah di Surabaya adalah stres yang

mereka rasakan yang membuat mereka tidak bisa tidur di malam

hari, marah yang membuat mereka ingin pulang ke Jepang, dan

tidak tahu apa yang harus dilakukan di tempat kerja. Penyebab dari

culture shock adalah kurangnya rasa kesadaran waktu, dan etos

kerja dari rekan kerja mereka. Strategi adaptasi dilakukan orang

Jepang adalah melakukan beberapa persiapan sebelum pergi ke

Indonesia, melakukan hobi mereka, berpikiran terbuka kepada

Page 39: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

25

orang-orang dalam pwekerjaan dan teman, dan bergabung bersama

budaya Indonesia.

3. Penelitian deskriptif kualitatif dilakukan oleh Ladycia Sundayra

dari Program Studi sastra Jepang Universitas Gajah Mada dengan

judul “Bentuk Culture Shock Dan Strategi Adaptasi Orang Jepang

yang Bekerja di Bali Terhadap Etos Kerja Orang Bali (Studi Kasus

Empat Orang Jepang yang Bekerja di Bali)”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bentuk culture shock dan strategi

adaptasi orang Jepang yang bekerja di Bali terhadap etos kerja

orang Bali. Subyek dari penelitian ini adalah empat orang Jepang

yang bekerja di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

dua bentuk culture shock terkait etos kerja orang Bali yang dialami

orang Jepang yang bekerja di Bali, yaitu orang Bali yang

memprioritaskan upacara agama diatas pekerjaan. Dan orang Bali

yang sering datang terlambat saat bekerja, pulang lebih awal saat

selesai bekerja dikarenakan ada upacara agama. Kemudian strategi

adaptasi yang dilakukan oleh orang Jepang yang bekerja di Bali

adalah dengan cara mencari tahu tentang upacara agama di Bali

melalui komunikasi dengan orang Bali dan menjunjung rasa

toleransi.

Dari penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan pembanding sekaligus

referensi bagi penelitian yang akan peneliti lakukan dengan fokus

penelitian yang sama yaitu tentang culture shock.

2.11 Kerangka Berfikir

Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena

mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui bentuk culture shock dan strategi adapatasi orang

Jepang yang bekerja di daerah Lippo Cikarang. Salah satu daerah di

Page 40: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

26

kabupaten Bekasi adalah Lippo Cikarang. Di kawasan Lippo Cikarang

banyak terdapat orang Jepang yang tinggal dan menetap mengingat

perusahaan yang mendominasi adalah PMA Jepang. Perbedaan yang

sangat menonjol antara budaya Jepang dan Indonesia membuat seluruh

orang Jepang yang tinggal di kawasan Lippo Cikarang mengalami culture

shock saat awal menetap.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikirian Sumber : Data olahan, 2017

Dari gambar 2.1 dapat terlihat ketika orang-orang Jepang bertemu dengan

lingkungan dan kebiasaan yang baru menimbulkan terjadinya culture

shock. Culture shock disebabkan karena adanya dua faktor yaitu internal

dan eksternal, dimana pribadi psikologis dari individu dan keadaan sekitar

membuat culture shock terjadi. Bentuk culture shock yang dialami oleh

setiap individu harus dapat segera diatasi dengan cara melakukan adaptasi

diri. Dalam segala proses untuk dapat beradaptasi, orang-orang Jepang

Internal Eksternal

1. Honeymoon 2. Culture shock 3. Recovery 4. Adaptation

Expatriate Jepang

Adaptation Strategy Culture Shock

Internal Eksternal

1. Honeymoon 2. Culture shock 3. Recovery 4. Adaptation

Lingkungan Cikarang

dan Kebiasaan Baru

Page 41: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

27

melewati beberapa tahapan hingga akhirnya dapat terbuka dan menerima

budaya yang baru. Masing-masing individu memerlukan cara atau strategi

untuk dapat bertahan untuk dapat membuat nyaman dirinya, kerena hal

tersebut dapat mempengaruhi karir yang dijalaninya di Cikarang.

Page 42: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian berdasarkan observasi dan wawancara

langsung dengan informan. Dalam proses observasi, peneliti

memperhatikan gerak-gerik yang dilakukan oleh informan secara

langsung. Penelitian tentang “Bentuk Culture Shock dan Cara Adaptasi

Orang Jepang (Studi Kasus Lima Orang Jepang yang Bekerja di Cikarang

Selatan) dilaksanakan di Cikarang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penyebab yang melatarbelakangi terjadinya bentuk culture

shock dan bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh orang Jepang

yang bekerja di Cikarang Selatan.

3.2 Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih empat bulan,

yakni dari bulan September 2017 – Desember 2017. Hal tersebut terhitung

sejak pemilihan judul kemudian pelaksanaan penelitian dan sampai pada

penyusunan hasil penelitian.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Sugiyono (2008) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi yang

alamiah. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,

presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara konteks khusus alamiah

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6).

Page 43: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

29

Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Sugiyono, (2008:9) juga

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan

pada angka. Nazir (2011:54) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang dan tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat

deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki. Neuman (2006:35) juga menjelaskan bahwa penelitian

desktiptif bertujuan untuk membuat suatu gambaran dengan menggunakan

kata-kata atau angka dan bertujuan menampilkan profil, klasifikasi atas

tipe-tipe dan atau suatu kerangka atas langkah-langkah dalam menjawab

pertanyaan siapa, kapan, dimana, dan bagaimana. Jadi dengan metode

deskriptif penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai variabel yang

diteliti secara mandiri.

Peneliti bermaksud untuk membahas suatu realitas permasalahan yang

terjadi di dalam masyarakat, yaitu culture shock yang dialami oleh orang-

orang Jepang yang tinggal di lingkungan yang baru dan bagaimana strategi

adaptasi yang dilakukan dalam menyikapi culture shock tersebut.

Pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data desktiptif yang bertujuan

untuk menggambarkan secara tepat bentuk-bentuk culture shock yang

dialami oleh orang Jepang dan untuk memahami tingkah laku dari subjek

penelitian dalam hubungannya dengan strategi adaptasi orang Jepang

terhadap culture shock di lingkungan yang baru.

Pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini karena

peneliti dapat mendapatkan informasi dari informan secara rinci.

Pendekatan ini percaya bahwa fenomena sosial itu berbeda-beda

tergantung dari konteks, latar belakang, dan kondisi pribadi individu.

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian

Page 44: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

30

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting) dimana peneliti mendapatkan informasi dengan

berkomunikasi langsung dengan informan sehingga setiap penjelasan yang

diberikan akan terjadi secara apa adanya (Sugiyono. 2007:1)

Poerwandari menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif dalam bukunya

yang berjudul Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia

(Poerwandari, 2009: 43-56) sebagai berikut :

Mendasarkan diri pada kekuatan narasi

Elaborasi naratif dalam peneitian kualitatif digunakan untuk

memungkinkan pembaca memahami kedalaman, makna, dan

interpretasi terhadap keutuhan fenomena.

Studi dalam situasi ilmiah

Peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian,

teteapi melakukan studi terhadap suatu fenomena di tempat

fenomena tersebut terjadi.

Analisis induktif

Penenliti tidak membatasi penelitian untuk menerima atau menolak

berbagai dugaan, tetapi mencoba memahami situasi sesuai dengan

kenyataan

Kontak personal langsung

Adanya kedekatan dengan obyek penelitian sangat diperlukan

untuk memahami kondisi nyata kehidupan sehari-hari.

Perspektif holistik

Keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai isistem yang

kompleks, ini adalah hal yang lebih bermakna daripada

membentuknya menjadi bagian-bagian.

Perspektif dinamis, perspektif perkembangan

Perubahan dalam peneiltian merupakan sesuatu yang wajar, sudah

diduga sebelumnya, dan tidak bisa dihindari.

Page 45: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

31

Orientasi pada kasus unik

Kasus-kasus yang unik dan kecil dapat memberi contoh yang tepat

tentang fenomena yang dipelajari.

Bersandar pada netralitas-empatis

Penelitian kualitatif menilai bahwa tidak ada objektivitas murni.

Karena dari itu penelitian kualitatif merupakan penelitian

netralistik-empatis. Netralitas mengacu pada sikap peneliti

menghadapi hasil temuan penelitian. Empatis mengacu pada sikap

peneliti terhadap subyek yang diteliti.

Ada fleksibilitas desain

Fleksibilitas desain ini berhubungan dengan jumlah sampel yang

diambil untuk penelitian. Jumlah sampel sangat bergantung pada

apa yang ingin diketahui, tujuan penelitan, konteks, apa yang

dianggap bermanfaat dan bisa dilakukan dengan waktu dan sumber

daya yang tersedia.

Sirkuler

Penelitian kualitatif tidak selalu mengikuti tahap-tahap kaku

terstruktur seperti pada penelitian kuantitatif.

Peneliti adalah instrumen kunci

Peran besar peneliti dalam penelitian kualitatif dimulai dari

pemilihan topik, pendekatan terhadap topik, mengumpulkan data

hingga menganalis dan menginterpretasi data.

Tujuan penelitian deskriptif menurut Neuman (2006:22) adalah sebagai

berikut :

Menghasilkan gambaran yang detail dan akurat

Mencipatakan rangkaian kategori atau mengklasifikasikan tipe

Memberikan data baru yang berbeda dari data sebelumnya

Menjelaskan tahapan-tahapan atau tatanan

Melaporkan latar belakang atau konteks situasi

Mendokumentasikan mekanisme proses kausal

Page 46: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

32

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber utama dari penelitian kualitatif adalah berbentuk rangkaian kata-

kata, bahasa dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan yang

mendukung seperti dokumen, foto dan lain-lain (Moleong, 2007:157).

Dalam penelitian ini menggunakan tiga maca instrumen untuk membantu

proses pengumpulan data, yakni menggunakan pedoman wawancara, alat

perekam atau recorder, dan internet. Data dari informan yang didapatkan

oleh peneliti dari dua sumber data sebagai berikut :

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian yang

diambil dengan maksud menggali informasi secara lengkap dan

jelas. Sumber data primer didapatkan dengan cara melakukan

wawancara mendalam dengan beberapa informan sampai data

yang didapatkan dirasa cukup oleh peneliti dan observarsi

langsung dengan beberapa informan. Wawancara merupakan

percakapan yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

secara jelas mengenai orang, kejadian, oraganisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya dan informan atau

narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang

telah diajukan oleh penliti.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak

langsung dari sumbernya, dalam artian sumber data yang

didapatkan dapat dalam berbentuk media lain dan bukan

langsung dari informan. Sumber data sekunder biasanya

diperoleh dari mengumpulkan referensi dan kajian kepustakaan

dan dokumen dari kegiatan objek penlitian yang sedang

dilaksanakan. Data sekunder dari penelitian ini berasal dari

Page 47: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

33

sumber tertulis, surat kabar, jurnal, internet dan hasil penelitian

yang relevan.

Data sekunder yang kedua adalah studi literatur dimana data ini

dibutuhkan untuk menjelaskan konsep-konsep yang digunakan

dan ditemukan dalam penelitian. Data ini diperoleh dari

berbagai sumber tertulis baik cetak maupun online.

3.5 Strategi Penelitian

Strategi penelitian dari penelitian ini adalah case study, yaitu kasus bentuk

culture shock dan cara adaptasi yang di lingkungan yang heterogen.

Bentuk sebuah kasus yang diteliti dapat dalam bentuk individu, kelompok,

organisasi, pergerakan, kegiatan atau unit geografis (Neuman, 2006:40).

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat memberikan gambaran

bentuk-bentuk culture shock yang dihadapi dan proses adaptasi di

lingkungan yang heterogen dilihat dari berbagai macam segi. Kasus ini

tentu akan menjadi berbeda dari adaptasi yang dilakukan di lingkungan

yang homogen. Oleh karena itu peneliti memilih studi kasus sebagai

strateginya.

3.6 Subjek Penelitian

3.6.1 Metode Pemilihan Informan

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat subjektif

karena metode pemilihan informan dalam penelitian kualitatif

memberikan kebebasan bagi peneliti untuk menentukan siapa

informannya. Pada penelitian ini, pemilihan informan dilakukan

secara purposive. Purposive sampling difokuskan berdasarkan tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian. Pada umumnya informan

berjumlah kecil, tapi dengan metode ini sebanyak mungkin

Page 48: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

34

menjaring informasi untuk tujuan penelitian dan tetap dalam batasan

masalah penelitian.

Purposive sampling adalah teknik pengumpulan subjek berdasarkan

ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai hubungan

erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan subyek bukan didasarkan

atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu. Teknik ini biasanya didasarkan pada pertimbangan atas

keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat

mengambil sampel yang besar dan jauh (Sugiyono, 2016).

Menurut Arikunto (2010:128) syarat-syarat yang harus dipenuhi

dalam menggunakan purposive sampling sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat

atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok

yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Subyek yang dipilih sebagai sampel adalalah subyek yang

paling banyak memiliki kecocokan.

3. Penenetuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat

di dalam studi pendahuluan.

3.6.2 Karakteristik informan

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah expatriate Jepang.

Berry, dkk (1987) menyamakan istilah ekspatriat dengan perantau

dan digunakan untuk menjelaskan pendatang yang tinggal sementara

di luar negeri (migran temporer). Adapun pendapat lain yang

mengungkapkan bahwa ekspatriat adalah non warga negara dimana

mereka sedang bekerja (Desler, 2002). Jadi dapat disimpulkan

bahwa ekspatriat adalah seorang pekerja yang bekerja diluar dari

negara asalnya.

Page 49: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

35

Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan adanya tujuan

tertentu yang ingin dicapai oleh peneliti. Subjek yang diambil

merupapakan subjek yang memiliki banyak kecocokan atau ciri

umum dari karakteristik responden. Agar lebih spesifik dan mudah

dalam pemilihan informan, peneliti menentukan kriteria sebagai

berikut :

Expatriat yang berasal dari Jepang (Native Japanese)

Expatriate Jepang yang tinggal dan bekerja di kawasan Cikarang

Selatan

Belum pernah memiliki pengalaman menetap di Indonesia,

khususnya di Cikarang Selatan.

Kemudian masing-masing informan akan dibedakan dengan

beberapa karakteristik demografis seperti sebagai berikut :

Durasi lamanya tingga di daerah Cikarang Selatan

Level pekerjaan

Dalam proses pemilihan informan, peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa orang Jepang kemudian disesuaikan kembali mana

jawaban yang terjawab dengan jujur dengan cara melihat

willingness yang informan tunjukkan kepada peneliti. Dari empat

informan yang peneliti wawancarai ternyata hanya tiga yang dirasa

cukup mewakili dari jawaban-jawaban yang diberikan. Kemudian

untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti meminta bantuan rekan

yang dapat berkomunikasi bahasa Jepang untuk membantu

melakukan wawancara ulang kepada informan yang sudah terpilih

oleh peneliti menggunakan bahasa Jepang. Sealain itu peneliti

menambahkan dua informan yang dibantu dari rekan peneliti

sebagai peneliti kedua dalam proses penelitian ini. Semua hal

tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya bias.

Page 50: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

36

Tabel 3.1 Data Informan

Inisial Nama Durasi lamanya tinggal

(Tahun) Posisi

AK 3 Sales Executive

TK 4 Electrical Engineer

SO 2 Sales Executive

SF 5 Engineer Manager

HK 5 Architec

Sumber : Data Olahan Penulis, 2017

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulang data yang digunakan dalam penelitian harus tepat

dan mempunyai dasar yang beralasan, artinya dapat mengumpulkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data

memfokuskan pada tiga metode sebagai berikut :

3.7.1 Pengumpulan Data dengan Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka

mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian

melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Peneliti berada

ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam

laporan yang akan diajukan. Menurut Sanafiah Faisal (dikutip dari

Sugiyono, 2007:266) mengklasifikasikan observasi menjadi

beberapa bagian yaitu, observasi partisipasi (participant

observation), observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt

observation and covert observation) dan observasi yang tak

terstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi secara terang-

terangan dan tersamar. Peneliti melakukan pengamatan dari

lingkungan tempat informan bekerja dan bentuk interaksi dengan

orang lain. Hal yang diamati adalah tanda-tanda non-verbal dari

informan selama kesehariannya.

Page 51: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

37

3.7.2 Pengumpulan Data dengan Wawancara

Menurut Moleong (2007:190-191), wawancara adalah proses

memperoleh keterangan secara deskriptif untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara

semi terstruktur memiliki pedoman wawancara namun apabila sudah

terjun ke lapangan akan berkembang sesuai dengan kondisi di

lapangan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur, yaitu peneliti

tidak terikat waktu dengan informan seperti pelaksanaannya

mengalir seperti percakapan sehari-hari. Ardianto juga menjelaskan

bahwa wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data

(wawancara) dengan bertatap muka langsung dan dilakukan dengan

frekuensi pertemuan yang tinggi dan intensif (2010:178).

Wawancara merupakan cara utama untuk mendapatkan informasi

atau keterangan secara jelas dan lengkap karena bentuk komunikasi

yang dilakukan adalah secara langsung. Sebelum melakukan

wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan permasalah yang akan

dibahas. Pedoman wawancara yang digunakan harus ditanyakan dan

direspon oleh responden. Isi dari pertanyaan tersbut biasanya

meliputi fakta, realita, data, konsep, pendapat, dan hal-hal lain yang

berkenaan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti.

3.7.3 Pengumpulan Data dengan Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun data dan menganalisis dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, dokumen visual berupa foto dan gambar, maupun

data yang terdapat dalam media elektronik. Sebagai sesuatu yang

tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dijadikan bukti atau

keterangan. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian yakni

dengan mengambil gambar secara langsung pada saat wawancara

Page 52: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

38

berlangsung dan mencari dokumen yang berhubungan dengan data

fisik yang peneliti peroleh dari Disnaker kabupaten Bekasi mengenai

jumlah orang asing yang bekerja di Cikarang dari bulan Januari 2017

– Oktober 2017.

3.8 Instrumen Penelitian

Sugioyono (2012:148) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut sebagai variabel

penelitain. Dalam suatu penelitian, instruemen yang digunakan harus dapat

memenuhi syarat reliabilitas dan validitas. Dalam penelitian ini

menggunakan tiga macam instrumen untuk membantu proses

pengumpulan data, yakni menggunakan pedoman wawancara, alat

perekam atau recorder, dan internet.

Pedoman wawancara merupakan daftar pertanyaan yang disusun oleh

peneliti berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian. Pedoman

wawancara membantu peneliti untuk tetap berada di jalur penelitian

sehingga dapat tetap fokus dan tidak bias. Hasil jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan itu kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah pernyataan

yang jelas dengan didukung teori-teori yang ada.

Instrumen yang kedua adalah alat perekam atau recorder. Alat perekam

merupakan instrumen yang berguna untuk mengumpulkan data dari

wawancara yang telah dilakukan. Hal ini dapat memudahkan peneliti

dalam proses pembuatan transkrip wawancara karena dengan alat

perekam, peneliti dapat mengulangi hasil wawancara berkali-kali.

Sedangkan instrumen yang ketiga adalah internet. Internet digunakan

untuk melakukan kontak dengan informan yang sulit ditemui.

Page 53: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

39

3.9 Kriteria Kualitas Penelitian

Dalam sebuah penelitian, diperlukan teknik pemeriksaan untuk

menetapkan kualitas atau keabsahan data. Oleh sebab itu, keabsahan data

dalam penelitian ini dijelaskan melalui empat hal (Sugiyono, 2016:121) :

Credibility

Untuk menjamin kredibilitas penelitian ini, peneliti memilih

informan berdasarkan kritertia-kriteria yang ditentukan oleh

peneliti sehingga tidak keluar dari ketentuan penelitian. Selain itu

melakukan triangulasi dengan berbagai sumber dan diperiksa

berulang-ulang sebelum hasil penelitian disimpukan.

Transferability

Keteralihan data penelitian dapat dicapai dengan “menguji”

kesimpulan di tempat lain yang serupa dengan konteks penelitian.

Jika kesimpulan juga berlaku di konteks lain, maka tecapailaj

transferability (keteralihan)dalam penelitian. Dalam penelitian

ini, segala macam informasi yang didapat akan digambarkan

sedetil mungkin dengan memperbanyak kutipan wawancara

alsinya sehingga dapat memenuhi kriteria ini.

Dependability

Kebergantungan data penelitian dapat tercapai jika penelitan yang

sama dilakukan beberapa kali dan tetap menghasilkan kesimpulan

yang sama. Dalam penelitian kualitatif konsep ini setara dengan

reabilitas, dalam penelitian ini dependability berusaha dicapai

dengan mengumpulkan berbagai informasi dari sekian banyak

narasumber sehingga didapat informasi dari berbagai variasi.

Confirmability

Kepastian data penelitian dapat tercapai jika peneliti dapat

menyakinkan pembaca atau penelitian bahwa data yang ia

kumpulkan adalah “objektif” seperti apa adanya di lapangan.

Objektif yang dimaksud adalah penekanan pada ciri-ciri data

faktual dan dapat dipastikan kebenaran dan validitasnya. Demi

Page 54: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

40

mencapai derajat kepastian, maka dalam penelitian ini peneliti

bersedia mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-

elemen penelitian yang dilakukan, sehinga memungkinkan pihak

lain untuk dapat melakukan penelitian yang sama atau sejenis.

Dalam hal ini peneliti mengungkapkan apa yang menjadi temuan

pada pembimbing. Selain itu, peneliti melampirkan apa yang

menjadi temuan dalam transkrip wawancara dan hasil survey

dalam bentuk tabel frekuensi.

3.10 Validitas Data

Validitas data atau keabsahan data pada penelitian kualitatif adalah suatu

pemeriksaan terhadap keabsahan data yang digunakan untuk memperkuat

hasil penelitian kualitatif. Validitas data kualitatif ini diperiksa dengan

metode triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk kepentingan

pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2007).

Sugiyono (2016:127) menjelaskan triangulasi dibagi menjadi 4 (empat),

yaitu :

1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Data yang

diperoleh berupa wawancara yang dilakukan lebih dari satu kali

dalam periode waktu tertentu.

2. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (a)

pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, (b)

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode

yang sama.

Page 55: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

41

3. Triangulasi Peneliti, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan. Pengambilan data dilakukan oleh beberapa orang.

4. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang

sama dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa

perspektif teori yang berberda.

Dalam penelitian ini variasi teknik yang digunakan adalah triangulasi

sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini

membandingkan data observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara

terhadap informan. Kemudian membandingkan perspektif subjek yang

satu dengan yang lainnya menjadi sumber data pendukung. Teknik

triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan informasi untuk menguji keabsahan data yang

diperoleh, diharapkan data yang terkumpul dalam seluruh rangkaian

proses pengumpulan data merupakan data-data yang valid dan dapat

dianalisa dengan baik.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dilakkan dengan membandingkan

informasi yang peneliti peroleh dari masing-masing sampel. Peneliti

memeriksa keabsahan data dengan cara melakukan kembali wawancara

kepada informan lain yang mengalami hal sejenis hingga mendapatkan

data jenuh. Wawancara dengan informan lain ini dilakukan tanpa

sepengetahuan informan sebelumnya. Kemudian untuk memperkuat

validitas data yaitu dengan cara membandingkan data berupa informasi

yang berasal dari dokumentasi, gambar dan sumber internet.

3.11 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Dalam hasil

penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari khusus ke umum,

Page 56: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

42

dimana data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan kelima

informan menunjukan hal-hal yang spesifik kemudian ditarik kesimpulan

untuk digeneralisasikian. Analisis data menurut Bodgan (dalam Sugiyono,

2009) yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

yang kemudian dituliskan dalam catatan lapangan yang berisi

tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan, dialami dan juga

temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian yang

kemudian ditulis dalam catatan lapangan dengan memanfaatkan

dokumen pribadi, gambar, foto dan lain sebagainya.

Penelitian tentang culture shock pada orang Jepang yang tinggal di

Cikarang Selatan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap

wawancara kepada lima orang Jepang yang bekerja dan tinggal di

Cikarang Selatan yang kemudian dicatat serta diambil bagian-

bagian yang dianggap relevan dengan pokok permasalahan. Tahap

kedua adalah melakukan browsing untuk mencari informasi umum

tentang culture shock pada tenaga kerja asing yang merantau.

Tahap berikutnya dilakukan dokumentasi data berupa foto.

2. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sampai

akhir laporan lengkap tersusun. Reduksi data bertujuan untuk

memberi gambaran dan mempertajam hasil dari pengamatan yang

sekaligus untuk mempermudah kembali pencarian data yang

Page 57: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

43

diperoleh. Hal ini dilakukan dengan melakukan vebratim dari hasil

wawancara dengan informan agar dapat mudah menggambarkan

keadaan yang sebenarnya.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah berikutnya adalah penyajian data.

Penyajian data cenderung mengarah pada penyederhanaan data

kompleks kedalam kesatuan bentuk yang sederhana dan selektif

sehingga mudah dipahami. Penyajian data merupakan rangkaian

kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah

dipahami.

Kemampuan manusia sangat terbatas dalam mengahadapi catatan

lapangan yang bias, oleh karena itu diperlukan sajian data yang

jelas dan sistematis dalam membantu peneliti menyelesaikan

pekerjaannya. Dalam tujuan untuk meminimalisir bias, peneliti

sudah mencoba meminta bantuan seorang intrepreter untuk

membantu peneliti menerjemahkan apa yang akan diungkapkan

oleh orang Jepang, tetapi karena kesibukkan pekerjaan dari kedua

belah pihak sehingga sangat sulit untuk mendapatkan waktu yang

cocok. Pada akhirnya peneliti tetap melakukan wawancara dengan

tiga orang informan menggunakan bahasa Inggris dan dua orang

informan lainnya menggunakan bahasa Jepang dibantu oleh rekan

peneliti sebagai peneliti kedua. Pada proses pengumpulan data ini

mungkin peneliti akan lebih banyak mendapatkan informasi yang

lebih lengkap apabila dapat melakukan proses wawancara

menggunakan bahasa Jepang, sehingga peneliti melakukan

wawancara ulang kepada salah satu informan dengan bantuan

rekan yang dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

Jepang untuk mendapatkan hasil jawaban yang akurat dan

menambahkan dua informan baru yang bersumber dari peneliti

kedua. Peneliti sebetulnya melihat masih banyak hal yang ingin

Page 58: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

44

dijelaskan dari informan, tetapi karena keterbatasan bahasa

membuat para informan hanya menjelaskan kepada hal yang secara

umum saja. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi

yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Langkah yang ketiga ini,

peneliti menyusun informasi-informasi tentang orang Jepang yang

bekerja dan tinggal di Cikarang Selatan dengan memberikan

kemungkinan penarikan kesimpulan tentang fenomena culture

shock di Cikarang Selatan. Penyajian data dalam penelitian ini

mengacu pada rumusan masalah yang ada pada BAB I.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses untuk merangkum data-

data yang telah direduksi ataupun telah disajikan peneliti dalam

menyimpulkan data hasil penelitian, serta menganalisis data dan

membuat kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik segera di cek ulang

dengan cara melihat dan mempertanyakan pemahaman yang lebih

tepat dengan cara mendiskusikannya. Hal tersebut dilakukan agar

data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki

validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.

Kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi dari objek yang

pada awalnya belum jelas, sehingga terlihat hubungan sebab akibat

yang terkait dengan penelitian atau jawaban dari masalah penelitian

ini yaitu tentang fenomena culture shock pada lima orang Jepang.

Dalam penarikan kesimpulan peneliti sudah merasa terpenuhi akan

data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai

langkah akhir dalam pembuatan suatu laporan.

3.12 Keterbatasan Penelitian

Dalam proses berlangsungnya penelitian ini tidak lepas dari sejumlah

keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

Page 59: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

45

Peneliti tidak mengindahkan sejumlah unsur dalam pembentukan

karakter individu yang tentunya mungkin memiliki andil dalam

menentukan bagaimana individu bersikap dalam adaptasi yang

dialami, seperti faktor keturunan, faktor psikologi, sejarah dan

masa lalu, dan lain-lain.

Penelitian ini menyamaratakan nilai-nilai yang dimiliki suatu

budaya dalam memandang budaya lainnya (stereotipe).

Page 60: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membahas tentang culture shock dan strategi adaptasi

orang Jepang. Peneliti menanyakan 14 pertanyaan yang sama kepada

masing-masing informan. Pada bagian ini peneliti akan menjabarkan

temuan-temuan yang didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan

orang Jepang. Proses wawancara diawali dengan perkenalan, isi, dan

penutup. Pada saat perkenalan peneliti memperkenalkan diri dan

menanyakan terkait profil umum informan dan menjelaskan tujuan dari

penelitian ini. Kemudian pada bagian isi, peneliti menanyakan pokok-pokok

pertanyaan yang mewakili tujuan dari penelitian ini yakni terkait culture

shock dan strategi adaptasi. Pada bagian terakhir, yaitu bagian penutup,

peneliti menyimpulkan hasil jawaban-jawaban yang telah ditanyakan

kepada informan dan mengucapkan terima kasih banyak.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Informan Pertama (AK)

AK adalah warga negara asal Kobe-shi, Hyogo, Jepang yang sudah

bekerja di Indonesia tepatnya di Lippo Cikarang kurang lebih selama

3 tahun. Wawancara dilakukan setelah waktu pulang kerja. Peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan dari

penelitian yang dilakukan. Sebaliknya, AK memperkenalkan dirinya

dengan menyebutkan nama lengkap dan pekerjaannya sebagai sales

executive di salah satu perusahaan PMA Jepang yang berlokasi di

kawasan Lippo Cikarang dan bergerak dibidang jasa. Proses interview

dilakukan kurang lebih selama dua jam dan berlangsung dengan

kondusif karena dilakukan setelah jam kantor.

Page 61: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

47

Selama proses wawancara berlangsung, peneliti menemukan beberapa

poin penting yang menjadi penyebab AK mengalami culture shock

yakni terkait dengan cuaca, makanan, perbedaan kebiasaan dan

keadaan intrapersonal AK. Hal ini diperkuat dengan pertanyaan yang

peneliti ajukan,

M : Did you have problem with Indonesian culture?

A : Little.

Hal yang menyebabkan terjadinya culture shock diungkapkan oleh

AK karena perilaku yang sering ditemui (kebiasaan), makanan, dan

keadaan geografis.

M :What kind of that problem?

A : I don’t know this is Indonesian culture or not. Mostly Indonesian

people are shy at the first introduction, hehe1. Hmmm. Its like

dicipline time. Mostly Indonesian people are not on time2. The

taste of Japaness food in Indonesia really different3. Cikarang

panas bangeeetttt. Capek bangettttt. Macet bangettttt. So

sleepy4. Language still be my problem because many of my

friends not understand my english5.

M : You don’t feel like homesick right now? You don’t feel like you

miss your home town?

A : No, I have to do something in here. (laugh)

M : You have been passed the process of adaptation from culture

shock. What your strategy to make you comfort stay here?

A : Hmmm hanging out with my friends. Not only Japanese people,

but also Indonesian people. This is my choice to work in

overseas. I want to get new experience. Overall, I will not give

up. Keep learning and being happy.

Terlihat selama proses wawancara berlangsung, AK menunjukkan

pribadi yang aktif, ceria, dan humoris. AK banyak menceritakan

tentang pengalaman dia saat pertama kali ke Indonesia. Sebelumnya

AK adalah fresh graduate dari Konan University(甲南大学). AK

mengungkapkan bahwa tidak membutuhkan waktu lama untuk dapat

beradaptasi dengan lingkungan yang baru hanya sekitar 9 bulan. Hal

Page 62: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

48

tersebut karena pribadinya yang ceria dan dapat mendekatkan diri

dengan siapa saja, meskipun pada saat kedatangannya AK merasa

tidak mengenal dan mempunyai siapa-siapa, tetapi hal itu tidak

berlangsung lama. AK mendapatkan dukungan dari rekan-rekan di

tempat kerjanya sehingga mempermudah AK untuk beradaptasi.

Pribadinya yang lucu dan mudah bergaul membuat proses wawancara

berlangsung menyenangkan dan tidak terlalu kaku, hanya saja peneliti

agak sedikit sulit memahami jawaban yang diberikan karena AK tidak

terlalu lancar dalam menggunakan bahasa Inggris. Pronouncation

yang diucapkan membuat peneliti merasa kurang jelas dalam

mendengarkannya, sehingga peneliti beberapa kali meminta AK

untuk menjelaskan ulang jawabannya. Dalam membantu

penyampaiannya, AK juga menggunakan alat bantu google picture

untuk menunjukkan sesuatu yang dimaksudkan.

4.2.2 Informan Kedua (TK)

TK adalah informan kedua yang berasal dari Kawasaki, Kanagawa,

Jepang. Pada proses awal wawancara TK memperkenalkan diri

dengan menyebutkan namanya dan posisi pekerjaan sebagai engineer

di salah satu perusahaan Jepang yang bergerak di bidang konstruksi.

Proses wawancara dilakukan di Starbucks Citywalk Lippo Cikarang

selama kurang lebih tiga jam. Sebelumnya sangat sulit menentukan

waktu yang sesuai untuk melakukan wawancara dengan TK karena

kesibukan waktu kerjanya, sehingga TK pernah memberikan opsi

untuk mengirimkan pertanyaan-pertanyaan terkait wawancara ini

melalui email. Akhirnya kami sesuaikan kembali hingga didapatkan

waktu yang sesuai.

Beberapa poin penting terkait penyebab culture shock seperti agama,

cuaca dan bahasa didapatkan dari hasil wawancara. TK juga

mengalami culture shock meskipun ini bukan pengalaman pertamanya

Page 63: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

49

ke luar negeri. TK sebaliknya, pengalaman tinggal di Indonesia dalam

kurun waktu yang cukup lama memberikan kesan tersendiri

sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini terlihat dari

jawaban TK ketika ditanya perihal tersebut,

M : Ok, did you feel culture shock when you came to Indonesia?

T : Yes.

M : What kind of culture shock that you felt?

T : Saya datang di Indonesia and see different culture ya with

Japanese. Like Muslim1. Cikarang tidak ada train and macet2.

Panas ya. Cikarang so hot and Indonesia just have 2 season. I

want winter, but I can not get here3.

M : You so enjoy working in Indonesia?

T : Ya, I’m enjoy in Indonesia.

M : How you can adapt the culture of Indonesia?

T : The important thing for me is how I can be kind to everyone. I

know moeslem are good. Everyone who have trust and pray to

God are good. I try to accepted the differences. I also welcome

with people who want to know me. Although, I’m bad in

English, I will try to be brave to have lot friends. In the first, I

just try to contact Japanese people if I want to tell something or

want to go out. I think, I felt closed when I’m with them, either

I don’t know who she/he before.

TK mengungkapkan bahwa pada akhirnya ia enjoy bekerja di

Cikarang dan ingin menetap disini. TK mengalami proses adapatasi

yang cukup lama sekitar 12 bulan dikarenakan masalah utamanya ada

bahasa. TK mengakui bahwa dia tidak aktif menggunakan bahasa

Inggris, oleh sebab itu TK hanya dekat dengan orang Jepang. TK

menganggap bahwa orang yang berasal dari negara yang sama akan

lebih mengerti bagaimana keadaannya, sehingga TK menemukan

kecocokan hanya dengan orang Jepang pula.

TK memiliki kepribadian yang pemalu, TK cenderung kurang aktif

dalam berkomunikasi sehingga peneliti yang harus lebih aktif

menggali informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang detail. Selain itu,

Page 64: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

50

kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya kurang lancar sehingga

sedikit menyulitkan proses wawancara. Selama proses wawancara,

beberapa jawaban dari pertanyaan yang diberikan peneliti, TK

menjawab dengan menggunakan bantuan google translate. Suasana

pada saat interview berjalan kurang kondusif karena pada saat itu

keadaan di lokasi lebih ramai dari biasanya, kemudian memakan

waktu lebih lama dibandingkan dengan informan lainnya karena

keterbatasan bahasa antara informan dan peneliti.

4.2.3 Informan Ketiga (SO)

SO adalah informan ketiga yang berasal dari Tokyo, Jepang dan

lulusan Universitas Gakushuin, Toshima, Tokyo. Pada saat

perkenalan SO menjelaskan sedikit tentang dirinya, SO bekerja di

salah satu perusahaan Jepang di kawasan Lippo Cikarang sebagai

sales executive dan sudah 2 tahun tinggal disini. Pada saat proses

wawancara berlangsung SO cukup tanggap dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Wawancara dilakukan di

kantor setelah jam pulang kerja.

M : Ok, did you feel culture shock when you came to Indonesia?

S : Yes, for several month

M : What kind of culture shock that you felt?

S :I miss Japaness food so muchhhhhh.1 Actually, I dont’t like

Cikarang weather. So panas ya.2One of Japanese culture is ojigi

(mempraktekkan dengan maksud untuk menjelaskan pengertian

dari ojigi).3

M : Are you enjoy here? Did you miss your family and all the things

in Japan?

S : I’m enjoy here. Of course yes, I miss my family and all the things

in Japan. But, I’m happy to stay here. I want to explore my skill

with the big challange.

M : How can you enjoy for stay and working here?

S : All my new friends are kind. I also try to learn all the new things

from them. They are so cheerful, so I am happy here.

Page 65: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

51

M : How about your environment? Is it still being your problem?

Like wheater, food, etc.

S : Every country have their own characteristic. Every country has

differences. Now, I realized that Japan and Indonesia are

different. It is not my problem anymore. Maybe at the first time,

I eat for dinner or go to somewhere on the weekend only with

Japaness people, but currently I am happy to build my good

relationship with my friends; Indonesian people.

Pribadinya supel, tidak terlalu aktif ataupun pasif. SO memberikan

informasi sesuai dengan apa adanya dengan gerakan tubuh yang

natural. Kendala yang sama ditemukan juga pada informan ketiga ini,

yakni bahasa. Bahasa Inggris yang digunakan agak sedikit

membingungkan karena dalam lingkungan kerjanya, SO banyak

berkomunikasi langsung dengan orang Jepang jadi selama ini SO

lebih sering menggunakan bahasa Jepang. Jadi masih terbawa logat

bahasa Jepang. Tetapi SO mengatakan bahwa sekarang ia suka

bergaul dan pergi bersama rekan-rekannya kerjanya orang Indonesia

yang ia kenal di tempat kerjanya.

4.2.4 Informan Keempat (SF)

Informan keempat ini adalah informan tambahan yang dilakukan

dengan meminta bantuan orang lain yang mampu berkomunikasi

dengan Bahasa Jepang sebagai peneliti kedua. SF san adalah salah

satu Engineer Manager di salah satu perusahaan Jepang yang terletak

di kawasan EJIP Cikarang.

4.2.5 Informan Kelima (HK)

Sama hal nya dengan informan keempat, informan kelima ini adalah

informan tambahan dengan bantuan orang lain yang mampu

berkomunikasi dalam Bahasa Jepang. Hal tersebut dimaksudkan agar

meminimalisir terjadinya bias dalam hasil wawancara. Informan

kelima ini adalah HK san. HK san adalah seorang perempuan asal

Jepang yang bekerja di Cikarang, tepatnya di salah satu perusahaan

Jepang disini sebagai Arsitek.

Page 66: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

52

4.3 Bentuk Culture Shock yang Dialami Expatiat Jepang

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan empat orang informan expatriat

Jepang, maka peneliti menemukan penyebab atau bentuk culture shock yang

dihadapi oleh expatriat Jepang sebagai berikut:

4.3.1 Penyebab Internal

Psikologis yang menunjukkan kemampuan intrapsikis untuk

menghadapi lingkungan baru yang di kehendaki. Hal ini di kehendaki

oleh pusat kendali internal (Dayakisni, 2012: 270). Adanya pengaruh

intrapersonal dalam diri individu, diantaranya keterampilan

berkomunikasi, pengalaman dalam setting lintas budaya, kemampuan

bersosialisasi dan ciri karakter individu (toleransi atau kemandirian

berada jauh dari keluarga sebagai orang-orang penting dalam

hidupnya yang berperan dalam sistem dukungan dan pengawasan).

Parrillo (2008:46) juga menjelaskan salah satu faktor yang

mempengaruhi culture shock adalah faktor intrapersonal. Seperti

hasil wawancara dengan dengan AK, ia mengatakan :

“The first time when I came to Indonesia, I’m happy but I

also got stress. This is my first experience to go to overseas

and I must be stay for long time because of work assigment.

I do not know what should I do except work. Even thought I

meet another Japanese in this company, but I never know

who they are before. Like I said in the first, I just like

stranger.

AK mengatakan bahwa ia merasakan stres ketika pertama kali

datang ke Indonesia karena sebelumnya ia belum pernah keluar

negeri untuk tinggal dan menetap dalam waktu yang cukup lama.

Tetapi ini adalah keputusan dan keinginannya sendiri untuk bisa

bekerja di luar negeri. Dia ingin merasakan tinggal dan menetap di

negara lain. AK tidak pernah pernah tau bagaimana Indonesia, ia

hanya mengetahui Indonesia adalah salah satu negara yang ada di

Asia. Saat pertama kali datang, ia merasakan seperti kehilangan arah

dan tidak tau apa yang harus dilakukan selain bekerja. Di tempat AK

Page 67: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

53

bekerja, ia juga bertemu dengan orang Jepang lainnya tetapi tidak

ada seorang pun yang ia kenal sebelumnya. Hal itu lah yang yang

menjadi kendala saat AK datang ke Indonesia. Tapi hal itu tidak

berlangsug lama karena sifatnya yang mudah bergaul dan humoris,

AK dapat langsung menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Perasaan kehilangan relasi, status, profesi dan posisi terjadi ketika

individu harus berpisah dengan keluarga, teman, dan hal-hal lain

yang ada di Jepang. AK juga menjelaskan hal tersebut saat awal

datang dan bertemu dengan lingkungan kerjanya seperti ini :

“Yes, I’m just alone here. Some of my friends have to work

in overseas, but no one have to work in Indonesia. Just me.

This is my new and big experience in my life”

Berbeda dengan TK yang sebelumnya sudah pernah ke beberapa

negara, tetapi di Indonesia ini lah untuk pertama kalinya ia tinggal

dan menetap dalam kurun waktu yang cukup lama. TK

mengungkapkan sedikit rindu karena memang kemana pun ia pergi,

keluarga dan teman dekatnya selalu teringat.

“This is not my first time to go to overseas. I ever worked in

other country. But the longest experience time period to work

ya in Indonesia. Ano... choto rindu. Wherever I stay, I will

always miss my best (family and friend)”

Sedangkan SO mengungkapkan dirinya merasa senang tinggal disini

tetapi ada kerinduan juga denga keluarga tentunya.

“I’m enjoy here. Of course yes, I miss my family and all the

things in Japan

Seluruh informan merasakan kerinduan terutama pada keluarga dan

teman dekatnya. Keberadaan keluarga dan teman-teman di tempat

asalnya dirasakan memiliki arti penting bagi beberapa informan.

Keluarga yang biasa selalu ada menemani, menjadi tempat

berlindung, kini tidak adala lagi mendampingi informan sejak

Page 68: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

54

kepergiannya ke Indonesia. Hal ini terlihat dirasakan sekali oleh

informan AK dimana sumber dukungan sosial sangat penting untuk

membuat ia merasa kuat menjalani stres akan semua masalah yang

dialaminya. Keadaan akan terasa berat ketika subyek berada dalam

situasi dimana kapasitas individualnya tidak cukup untuk

memecahkan persoalan yang ada. Ketidakadaan jaringan sosial ini

menuntut informan untuk dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapinya seorang diri. Hal tersebut tentu akan memicu stres.

Mencari pengganti sumber dukungan sosial dirasa sulit bagi

informan karena banyaknya perbedaan dan hanya sedikit orang yang

mampu memahami mereka.

“I feel lonely. Just like no one cares (menunjukkan muka

sedih sambil tertawa kecil)”

Di awal-awal bulan pertama para informan memilih untuk hang out

atau berbagi cerita dengan orang Jepang juga karena dirasa memiliki

kesamaan asal daerah yang dapat membuat nyaman dengan cara

pandang yang sama. Saat pertama kali TK ke Indonesia, ia tidak

bergaul selain di tempat kerjanya. Tapi TK menceritakan kalau ia

bergabung grup WhatsApp yang berisi orang-orang Jepang

didalamnya, jadi kalau di luar kantor atau di hari weekend, TK

cenderung bermain dengan orang-orang Jepang juga. TK

mengatakan :

“I join whatsapp group. All member are japaness people. So,

I hang out with them. Mostly.”

Hal serupa pun diutarakan oleh SO :

“..... eat for dinner or go to somewhere on the weekend only

with Japaness people.”

Page 69: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

55

Namun hal tersebut sudah tak lagi berlaku bagi kelima informan.

Saat ini kelima informan sudah dapat bergaul dan hang out dengan

rekan orang-orang Indonesia juga. Bahkan ketika mereka berpergian

dengan orang Indonesia sebagai mayoritasnya, bukan menjadi

masalah baginya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa

pengaruh intrapersonal dalam diri individu, seperti keterampilan

berkomunikasi, pengalaman dan setting lintas budaya, kemampuan

bersosialisasi dan ciri karakter individu (toleransi atau kemandirian

berada jauh dari keluarga yang memiliki peran penting dalam

hidupnya sebagai sistem dukungan dan pengawasan) benar

berpengaruh terhadap besar kecilnya penyebab culture shock pada

diri individu.

Peneliti menyimpulkan bahwa pada umumnya individu yang belum

pernah melakukan pengalaman lintas budaya dan kurangnya

informasi faktual tentang lingkungan dan lokasi tempat rantauan

akan lebih mudah mengalami culture shock yang dikarenakan

individu tersebut belum merasa siap dalam mempersiapkan strategi

terhadap semua perbedaan yang menyebabkan ketidaknyamanan.

4.3.2 Penyebab Eksternal

Adanya variasi sosiokultural yaitu kemampuan yang berhubungan

dengan tingkat perbedaan budaya yang mempengaruhi tinggi

rendahnya trasisi antara budaya asal ke budaya yang baru (Dayakisni,

2012 : 270). Cultue shock lebih cepat terjadi jika budaya tersebut

semakin berbeda, hal ini meliputi perbedaan sosial budaya, adat

istiadat, agama, rasa makanan, bahasa, gerak tubuh / ekspresi, cara

berpakaian / gaya hidup, teknologi, pendidikan, aturan-aturan dan

norma sosial dalam masyarakat serta perbedaan perilaku warga tuan

rumah (Parrillo, 2008:46).

Page 70: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

56

Seperti pada hasil wawancara dari empat orang informan mahasiswa

perantauan yang menunjukkan penyebab eksternal pembentuknya

culture shock yaitu sebagai berikut :

1. Agama

Perbedaan agama menjadi satu hal yang membuat informan merasa

aneh dan terkejut. Bagi mereka agama adalah salah satu hal yang

tidak terlalu sakral di negara asalnya, sehingga hal ini menjadi

salah satu penghambat dalam usahanya menyesuaikan diri di

tempat tinggal yang baru meskipun kadar permasalahannya tidak

terlalu besar karena cenderung informan memendamnya dalam diri

terkait perbedaan agama, tetapi menimbulkan culture shock bagi

beberapa dari individu. Ketika membahas tentang budaya, TK

langsung mengatakan “Muslim”.

”..... So many Indonesian people wearing like you (sambil

menggerakakan tangannya membentuk lingkaran di wajah).

Why everyone trust to God? Why you have pray to Allah?”

TK merasa penasaran dan ingin tahu banyak mengapa banyak orang

beragama dan salah satunya orang muslim yang identic dengan

menggunakan kerudung. Dari rasa penasarannya sebetulnya TK

menaruh rasa kagum terhadap orang-orang yang memiliki rasa

percaya kepada agamanya masing-masing.

2. Makanan

Makanan menjadi salah satu hal yang sangat mempengaruhi

terjadinya culture shock. Perbedaan cita rasa menjadi faktor utama

penyebabnya. AK menceritakan bahwa ia tidak terlalu suka

makanan Indonesia. Makanan Jepang adalah hal yang sangat

dirindukannya, tetapi AK tidak bisa mengobati rasa rindunya

menskipun sudah membeli makanan di restaurant Jepang. AK

mengatakan :

Page 71: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

57

“The taste of Japaness food in Indonesia really different.

Althought I bought it in Japaness restaurant, the taste not

like in Japan. Beda bangetttt. Like Salmon. But I like nasi

padang. Enak.”

SO juga mengungkapkan :

“I miss Japaness food so muchhhhhh”

Makanan Jepang lebih cenderung mendominasi rasa hambar dari

pada makanan Indonesia yang lebih menekankan suatu makanan

pada rasa seperti manis, asin, dan pedas. Ketiga informan lainnya

mengatakan awalnya memiliki masalah dengan makanan yang ada

disini, tetapi dengan rasa keingintahuannya yang tinggi, mereka

mencoba makanan-makanan yang direkomendasikan oleh rekan-

rekan kerjanya. Pada akhirnya ketiga informan dapat menyukai

makanan Indonesia dan beberapa makanan khas daerah. TK

mengungkapkan :

“Indonesian food is delicious. I don’t have problem with the

food. Ano.... sekarang saya suka Javaness food like soto

ayam. Also bakso suka.”

Begitupun dengan HK, ia juga menyukai makanan Indonesia.

Bahkan HK sempat membawa sambal sebagai oleh-oleh saat

pulang ke Jepang :

“Saya suka makanan disini karena seperti makana rumah

bahkan ketika kembali ke Jepang, saya bawa oleh-oleh

sambal. Tapi tetep sering beli makanan di restaurant

Jepang.”

HK merasa bahwa makanan di Indonesia sama seperti makanan di

rumah jadi hal tersebut dapat sedikit mengobati rasa rindunya

dengan suasana rumah ketika makan.

Page 72: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

58

3. Geografis

Keadaan georafis yang terjadi di kawasan Cikarang Selatan

membuat kelima informan merasakan ketidaknyamanan. Hal ini

sangat berbeda jauh dengan daerah asal mereka yang memiliki 4

musim, sedangkan Indonesia hanya memiliki 2 musim saja.

Terlebih lagi keadaan Cikarang yang kemarau lebih mendominasi

daripada musim hujan. TK mengungkapkan bahwa satu satunya

yang ia rindukan adalah hanya musim winter,

“Cikarang so hot and Indonesia just have 2 season. I want

winter, but I can not get here. Winter. I love winter. It is the

only thing that I missed from Japan.”

“Cikarang tidak ada train and macet”

Ternyata hal serupa terkait keadaan cuaca menjadi masalah bagi

informan yang lain. AK seperti mengungkapkan kekecewaannya

ketika menyampaikan keadaan cuaca dengan menggunakan kata

“banget”, hal tersebut seperti menunjukkan sesuatu yang diluar

harapannya,

“Cikarang panas bangeeetttt. Capek bangettttt. Macet

bangettttt. So sleepy. We have 4 season and I love summer”

HK pun mengungkapkan hal sama bahwa keadaanya Cikarang

macet sampai tidak bisa jalan ketika mengendarai mobil dan sangat

berdebu,

“Sebetulnya karena disini berdebu sekali. Mungkin

disebabkan karena panas terus sehingga berdebu. Hal

tersebut membuat banyak sepatu saya cepet rusak. Lalu

disini sering macet sampai mobil tidak dapat jalan, saya

disini mengendarai mobil sendiri dan tidak suka naik

kendaraan umum jadi membuat stress ketika menghadapi

macet.”

Page 73: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

59

Informan SO pun tidak suka dengan keadaan cuaca Cikarang yang

sangat panas dan mendominasi,

“Actually, I dont’t like Cikarang weather. So panas ya.”

Uniknya seluruh informan merindukan empat musim yang ada di

Jepang. Musim yang ada di Indonesia menjadi sedikit masalah bagi

para informan karena hanya ada dua musim yaitu panas dan hujan,

terlebih ketika mereka lebih sering merasakan panasnya kota

Cikarang dari pada musim hujan. Subyek AK sering mengeluhkan

cuaca dan keadaan Cikarang dengan menambahkan kata “banget”

di setiap akhir katanya yang menunjukkan ketidaknyamanan

dengan Cikarang. TK juga megnungkapnya hal yang paling

dirindukan dari seluruh yang ada di Jepang adalah musim winter.

Selain itu, keluhan mereka dengan keadaan Cikarang yang macet

membuat mereka merasakan sekali perbedaannya dengan negara

Jepang. Di Jepang untuk akses transportasi lebih sering

menggunakan kereta sehingga tidak merasakan macet.

4. Kebiasaan / Adat Istiadat

Kebiasaan atau adat istiadat adalah hal atau sifat yang dilakukan

secara terus-menerus dan diikuti oleh orang-orang yang lain secara

turun-temurun yang membentuk sebuah karakter atau ke-khas-an.

Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya culture shock

bagi orang Jepang, seperti yang diungkapkan oleh AK,

“..... Indonesian people so different with japanese

people.Its like dicipline time. Mostly Indonesian people are

not on time.”

Dalam keadaan yang berbanding terbalik dengan budaya Jepang,

AK mengungkapkan bahwa orang Indonesia sangat berbeda

dengan orang Jepang. Terlihat dari segi waktu, orang-orang

Indonesia selalu tidak tepat waktu bahkan ketika sudah berjanji.

Page 74: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

60

Hal ini pun disadari oleh peneliti yang bekerja juga di salah satu

perusahaan Jepang dengan melihat keadaan langsung bagaimana

orang Indonesia bekerja dan orang Jepang bekerja dalam segi

penggunaan dan ketepatan waktu. Orang Jepang sangat betul-betul

menghargai waktu, sehinnga selalu menggunakan waktu dengan

efektif dan efiesien. Sedangkan orang Indonesia yang dalam hal ini

dapat diungkapkan sebagai salah satu kebiasaan, kurang

menghargai waktu terlihat dengan lebih banyak orang Indonesia

yang datang terlambat ke kantor dari pada orang Jepang yang tidak

pernah terlambat datang ke kantor.

Dalam hal lain, SO pun menjelaskan yang dirasa sebagai suatu

perbedaan yang kebiasaaan dalam budayanya,

“One of Japanese culture is ojigi (mempraktekkan dengan

maksud untuk menjelaskan pengertian dari ojigi)”

Jadi yang dimaksudkan dari ojigi adalah cara menghormat dengan

membungkukkan badan. Hal tersebut diutarakannya dilakukan

seperti saat mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf.

Orang Jepang dengan mudah mengucapkan ”sumimasen” yang

berarti “maaf” ketika melakukan suatu kesalahan sekecil apapun

itu. Begitupun sebaliknya, mereka mudah mengucapkan

“onegaishimasu”yang berarti “terima kasih” ketika mereka merasa

tertolong sekecil apapun itu.

SF merasa banyaknya orang Indonesia di lingkungan Cikarang

Selatan yang berkendara dengan tidak hati-hati seperti tidak

mentaati rambu-rambu lalu lintas dan tidak memakai helm. Hal

tersebut dinilai oleh SF adalah salah satu kebiasaan orang

Indonesia karena seringnya ia melihat kejadian hal seperti itu.

“Kebiasaan berkendara orang Indonesia yang tidak teratur.

Sampai saat ini, hal tersebut masih menjadi masalah dalam

Page 75: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

61

kehidupan saya setiap hari karena saya dituntut untuk

berkendara sendiri dengan sim international.”

“Kenapa ya masih sering ada kendaraan yang melanggar

terutama kendaraan roda dua, seperti berkendara tidak

menggunakan helm sama sekali, apakah itu boleh?”

5. Bahasa

Bahasa menjadi salah satu penyebab terjadinya culture shock

karena antara bahasa Indonesia ataupun bahasa Jepang bukan

menjadi salah satu bahasa asing yang wajib dipelajari di negara

masing-masing. Untuk memudahkan komunikasi bahasa yang

digunakan adalah bahasa Inggris, tetapi beberapa dari mereka dan

sebagian besar orang-orang Jepang tidak faseh dalam berbahasa

Inggris terlihat dari pronouncation, logat orang Jepang yang masih

kuat dengan imbuhan-imbuhan kata dan jeda waktu berpikir yang

lumayan cukup lama. Seperti yang diungkapkan oleh TK ketika

peneliti meminta TK menjadi responden peneliti. TK sempat

mengatakan bahwa kemampuan bahasa Inggrisnya sangat kurang.

“..... because I’m bad in english”

Hal tersebut juga mempengaruhi kehidupan lingkungannya,

terutama untuk berkomunikasi dengan orang lain selain orang

Jepang. TK mengungkapkan hal tersebut menghambat dirinya

untuk berintereaksi, sehingga TK sering menggunakan alat bantu

untuk berkomunikasi bahkan saat berkomunikasi dengan rekan

kerjanya secara langsung.

Hal serupa diungkapkan pula oleh AK,

“..... Language still be my problem because many of my

friends not understand my english, but I try to learn day by

day. Bahasa also easy. Just connect word by word to create

sentence but hard to me to remember the words of bahasa.”

Page 76: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

62

Seluruh informan sudah dapat mengerti beberapa kata bahasa

Indonesia yang cukup familiar, meskipun hanya per kata dan

menggabungkannya dengan bahasa Inggris ataupun bahasa Jepang

seperti “terima kasih”, “capek banget”, “choto rindu”, “semangat

ya” dan “tidak bagus ya”.

Uniknya hampir seluruh orang Jepang suka menambahkan kata

“ya” diakhir kalimatnya, terlihat dalam kesehariannya apabila

sedang berbicara dengan orang Indonesia dan pada saat wawancara

berlangsung.

HK dan SF juga mengalami hal yang sama tetapi karena posisinya

kedua informan ini mendapatkan support dengan diberikan

seorang interpreter untuk memudahkan proses pekerjaannya.

4.4 Tahapan yang Dilalui Berdasarkan Konsep Adaptasi Budaya

Bentuk-bentuk permasalahan di atas merupakan kondisi seseorang yang

mengalami culture shock ketika berpindah ke lingkungan yang baru dengan

budaya yang baru. Seorang individu perantau mungkin mengalami lebih

dari satu masalah yang menyebabkan terjadinya culture shock tersebut atau

bahkan mungkin mengalami semua bentuk permasalahan diatas. Dalam

proses adaptasi diterangkan bahwa ketika seseorang akan beradaptasi, ada

beberapa fase yang akan dilalui (Samovar, Richard dan Edwin, 2010:169) :

1. Faseoptimistik (fase pertama)

Fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euforia sebagai

antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru. Ketika pertama

datang ke Indonesia, mereka merasakan senang memasuki dunia yang

baru. Karena beberapa dari mereka memang mengatakan ingin bisa

bekerja di luar negeri.

Pada fase ini kelima informan mulai memiliki rasa keingintahuan

dengan lingkungan di daerah tinggalnya yang baru. Hal tersebut terjadi

Page 77: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

63

karena adanya suatu pengharapan dari lingkungan yang baru. Sehingga

mereka merasakan perasaan yang excited ketika pindah ke tempat yang

baru.

2. Masalah kultural (fase kedua)

Pada fase ini ke empat orang informan mengalami masa perasaan

terisolasi dari budayanya yang lama dalam kurun waktu tertentu. Hal ini

terjadi pada awal-awal bulan pertama sejak mereka tinggal dan menetap

di kawasan Lippo Cikarang. Proses disintegrasi terjadi saat individu

semakin sadar adanya berbagai perbedaan antara budaya lama dan

budaya baru yang diikuti dengan penolakan terhadap budaya baru.

Pada fase kedua ini adalah masa dimana seorang individu merasakan

terjadinya culture shock yang dalam konotasinya selalu kepada dampak

yang negatif seperti membentuk suatu stereotip (pencitraan yang buruk)

terhadap kebudayaan baru sehingga timbulnya paham etnosentrisme

pada diri individu perantau dengan memandang rendah budaya tuan

rumah di tempat perantauannya. Hal ini menimbulkan rasa

ketidaknyamanan bagi masing-masing informan karena keadaan budaya

di daerah barunya yang dianggap asing, sehingga para informan

mencoba mengantisipasinya dengan berkumpul dan dekat kepada

rekan-rekan yang berasal dari Jepang juga yang mereka anggap akan

lebih familiar dan memberikan kenyamanan ketika berkomunikasi

dengan cara pandang yang sama.

3. Fase recovery (fase ketiga)

Pada fase ini seluruh informan lebih membuka diri dan mau menerima

segala perbedaan yang muncul setelah dapat menilai mana hal dirasa

baik untuknya. Segala bentuk stres karena perbedaan yang ada dan rasa

terasingkan mulai memudar. Usaha adaptasi yang dilakukan sudah

mulai tampak hasilnya.

Page 78: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

64

4. Penyesuaian (fase terakhir)

Pada fase terakhir ini seluruh informan sudah mulai menyadari bahwa

suatu budaya baru yang mereka temui di tempat yang baru tidak lebih

baik ataupun lebih buruk. Setiap budaya dapat dipandang subjektif,

tetapi pada akhirnya seluruh informan menyadari suatu budaya tidak

dapat dianggap salah atau benar; baik atau buruk. Pada dasarnya budaya

terbentuk dari suatu hal atau kebiasaan yang dilakukan secara terus-

menerus dan ikuti oleh orang-orang di dalam suatu tempat tersebut.

Seluruh informan mulai menyikapi hal tersebut karena menyadari

bahwa setiap budaya memiliki ciri yang berbeda, maka dalam

menangani setiap masalah yang terjadi karena perbedaan tersebut pun

seluruh informan mengungkapkan rasa keterbukaan akan suatu hal baru

(open minded) dan sikap toleransi.

Hal tersebut menjadi salah satu strategi yang dilakukan agar dapat

bertahan dalam proses adaptasi. Pada tahap ini juga akan terjadi proses

integrasi dari hal-hal baru yang telah dipelajarinya dari budaya yang

mereka temui dan rasakan disini, sehingga akan muncul perasaan

menentukan, memiliki dan menetapkan sebagai suatu tahap dalam

proses pencarian jati diri dalam diri informan. Pada saat seperti inilah

biasanya individu telah matang dalam pengalaman lintas budayanya dan

memiliki kemampuan untuk hidup dalam budaya barunya yang jelas

berbeda dengan budaya asal negaranya. Hal inilah yang menjadi

dampak positif dari culture shock karena para informan merasa budaya

baru yang mereka pahami dan pelajari sudah menjadi bagian dari dirinya

sehingga para informan dapat merasa akrab dan percaya diri saat

berhubungan dengan orang Indonesia. Seperti pada hasil wawancara

dengan dengan seluruh informan yang merasa telah melewati masa

culture shock, AK mengatakan:

“Hmmm hanging out with my friends. Not only Japanese people, but

also Indonesian people. If I hangout with my friends, then some of

Page 79: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

65

them invite their friends it is my chance to get another friends, hehe.

This is my choice to work in overseas. I want to get new experience.

Language still be my problem because many of my friends not

understand my english, but I try to learn day by day. Bahasa also

easy. Just connect word by word to create sentence but hard to me

to remember the words of bahasa. Overall, I will not give up. Keep

learning and being happy. Ah ya, btw I like Indonesian food for now.

If I rememmber when the first time I came here, I can not eat

anything hehe nasi padang only. I’m looking for Japanese food but

the taste not same. Hehe”

TK juga menceritakan bagaimana dirinya sekarang dapat merasa enjoy

untuk bekerja di Cikarang dan tidak merasakan masalah dengan keadaan

atau budaya disini,

“The important thing for me how I can be kind to everyone. I’m

know moeslem are good. Everyone who have trust and pray to God

are good. Welcome to everyone who want to know me. Although, I’m

bad in English, I will try to be brave to have lot friends. In the first,

I just try to contact Japanese people if I want to tell something or

want to go out. I think, I felt closed when I’m with them, either I

don’t know who she/he before.”

Dalam melakukan strategi adaptasinya, HK mengungkapkan untuk belajar

membiasakan diri dengan keadaan disini karena disinilah ia tinggal

sekarang.

“Dengan seiring berjalannya waktu, semua terbiasa. Mungkin

karena saya juga sudah lama tinggal disini. Ketika bekerja disini

juga behubungan dengan orang-orang Indonesia yang memahami

dan terbiasa dengan budaya Jepang jadi tidak terlalu merasa

kesulitan. Tetapi kalau seperti keadaan lingkungan dan cuaca, saya

coba menikmatinya saja meskipun kadang-kadang membuat sedikit

stress hehe.”

Hal serupa juga ditujukkan oleh SF yang belajar membiasakan diri dengan

cukup mengetahui mana yang buruk dan mengikuti mana hal yang baik

disini.

Page 80: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

66

“…..namun saya setiap hari terus membiasakan diri untuk hal

tersebut. Jadi memaklumi dan cukup tau saja itu tidak baik.”

SO juga menunjukkan sikap bahwa dirinya sudah dapat beradaptasi dengan

lingkungannya yang baru dengan cara :

“.....Every country have their own characteristic. Every country has

differences. Now, I realized that Japan and Indonesia are different.

It is not my problem anymore. Maybe at the first time, I eat for dinner

or go to somewhere on the weekend only with Japaness people, but

currently I am happy to build my good relationship with my friends;

Indonesian people.”

Page 81: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

67

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada lima orang

informan asal Jepang yang bekerja di kawasan Cikarang Selatan saat ini,

menunjukkan bahwa masa culture shock yang dialami oleh kelima informan

tersebut telah dilaluinya. Masa culture shock terjadi pada bulan-bulan awal

kedatangan para informan ke tempat yang baru dan dirasakan selama kurang

lebih setahun untuk dapat menyesuaikan diri. Dari hasil penelitian, culture

shock yang dialami kelima informan tidak menimbulkan rasa putus asa

permanen dalam menjalani tanggung jawabnya disini. Keseluruhan informan

pada akhirnya mampu menerima dan terbuka akan perbedaan yang ada

dengan tetap bertahan dan menerima setiap hal-hal baru hingga dicapai rasa

nyaman untuk tinggal dan menetap disini. Masing-masing dari mereka mulai

menyadari bahwa menerima suatu budaya yang baru bukanlah satu hal yang

baik atau pun buruk. Tapi dalam hal ini para informan menganggap budaya

yang diterima adalah sebagai pengetahuan dan ilmu yang membuat dirinya

lebih terbuka dengan lingkungan sekitar yang ada di tempat yang baru. Hal

tersebut juga dirasakan seluruh informan untuk dapat mengakrabkan diri

dengan orang Indonesia.

1. Bentuk-bentuk culture shock yang dialami oleh kelima informan adalah

agama, makanan, keadaan geografis, kebiasaan atau adat istiadat, dan

bahasa.

2. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh kelima orang Jepang tersebut dilihat

melalui empat tahapan yakni fase optimistik, masalah kultur, fase

recovery, dan penyesuaian. Dapat disimpulkan bahwa seluruh informan

Page 82: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

68

sudah tidak merasakan masalah-masalah internal dan eksternal yang

sempat membuat keadaan dari masing-masing informan tidak nyaman

atau bahkan terasingkan. Cenderung seluruh informan sudah dapat bergaul

dan hang out dengan rekan-rekan orang Indonesia. Menyukai makanan

Indonesia, bahkan ingin mencicipi semuanya karena makanan Indonesia

yang cenderung memiliki rasa dominan di setiap makanannya. Sikap open

minded dan toleransi yang dilakukan oleh kelima informan membuat

mereka semakin mudah melalui masa culture shock dan merasakan enjoy

bekerja disini.

5.2 Saran

1. Bagi orang asing yang akan perpindah ke suatu daerah baik dalam

maupun luar negeri dan akan menetap dalam kurun waktu yang cukup

lama, hendaknya mempelajari sedikit terlebih dahulu bagaimana

keadaan atau budaya di tempat barunya nanti melalui buku-buku

ataupun internet. Karena tidak semua orang mampu menyesuaikan diri

dengan cepat, maka masing-masing individu perlu mempersiapkan

strategi untuk dapat beradaptasi di lingkungannya yang baru.

2. Bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian dengan

karakteristik yang sama, peneliti menyarankan untuk melakukan

penelitian lebih spesifik dalam mengambil kasus satu budaya,

mengingat keheterogenan budaya yang ada di Indonesia. Serta mencari

kajian literatur yang berfokus pada penelitian serupa karena mengingat

buku teks atau kajian teori terkait culture shock dan yang membawahi

adaptasi masih sangat jarang dan sebagian besar adalah tahun-tahun

lama yang relevansinya harus dipastikan kembali dengan keadaan

individu dan lingkungan saat ini.

Page 83: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

69

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ardianto, Elvinaro. (2010). Metode Penelitian Untuk Public Relatios Kuantitatif Dan

Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. (2010). Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktikan. Jakarta:

Rineka Cipta

Berry, John W., Uichol Kim, Thomas Minde, & Dori Mok. (1987). MComparative

Study of Acculturative Stress. International Migration Review, 21: 491- 511.

Dayakisni, Tri. (2012). Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press

Black, Porter. (1990). Managerial Behaviors and Job Performance: A successful

manager in Los Angeles may not succeed in Hong Kong

Chandra. (2004). Cross Cultural Studies “I’m a Stranger Here Myself” Winter 2004-

Carleton College

Desler, Gary. (2002). Human Resouce Management, International Edition, 8th Ed.

Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Hodgetts, R.M and Luthans, F. (2000). International

Ivancevich, Jhon M dan Lee Soo Hoon. (2002). Human Resources Management in

Asia. New York: International Ed, McGraw Hill.

Samovar, Larry A., Porter, Richard. L & Mcdaniel, Edwin. R. (2010). Komunikasi

Lintas Budaya. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Lexy. J. Moleong. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Liliweri, Alo. (2004). Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Martin, Judith N. and Thomas K. Nakayama. (2003). Intercultural Communication in

Contexts., United States: The McGraw-Hill Companies

Page 84: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

70

Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Komunikasi Antarbudaya.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D, Rahman, J. (2006). Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 7th Ed. Bandung: RosdaKarya

Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Cetakkan Ketujuh. Bogor: Ghalia Indonesia.

Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods, Qualitative and Quantitative

Approaches – 6 ed. USA: Pearson Education Inc.

Parrillo, V. N. (2008). Strangers to These Shores : Race and Ethnic Relations in the

United States (9th ed.). New Jearsy : Prentice Hall.

Poerwandari, E. Kristi. (2009). Pendekatan Kualitatif. Cetakan ketiga. Depok:

Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi

Fakultas Psikologi UI

Ruben, Brent D. & Stewart, Lea P. (2006). Communication and Human Behaviour.

USA: Alyn and Bacon.

Shiraev. Eric B, David A. Levy. (2012). Psikologi Lintas Kultural Pemikiran Kritis

dan Terapan Modern (Edisi Keempat). Jakarta: Prenada Media Group

Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss. (2012). Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta:

Penerbit Salemba Humanika

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

_______. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cetakkan

Keenam. Bandung: CV Alfabeta.

_______. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Cetakkan Keenam Belas. Bandung: CV

Alfabeta.

_______. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Cetakan Kedua. Bandung: CV Alfabeta.

_______. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Keduabelas. Bandung:

CV Alfabeta.

Page 85: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

71

JURNAL dan SKRIPSI

Berry, John W., Uichol Kim, Thomas Minde, & Dori Mok. (1987). MComparative

Study of Acculturative Stress. International Migration Review, 21: 491- 511.

Gao, Ge & William B. Gudykust. (1990). Uncertainty, Anxiety, and adaptation.

International Journal of Intercultural relations, 14: 301-317

Jatiningtyas, Thiwuk. (2013). Strategi Adaptasi Mahasiswa yang Memperoleh

Beasiswa Belajar di Jepang dalam Menghadapi Gegar Budaya (Skripsi).

Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Sundayra, Ladycia. (2015). Bentuk Culture Shock Dan Strategi Adaptasi Orang

Jepang Yang Bekerja Di Bali Terhadap Etos Kerja Orang Bali (Studi Kasus

Empat Orang Jepang Yang Bekerja Di Bali) (Skripsi). Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Kevinzky, Muhammad Hyqal. (2011). Proses dan Dinamika Komunikasi Dalam

Menghadapi Culture Shock Pada Adaptasi Mahasiswa Perantauan (Kasus

Adaptasi Mahasiswa Perantauan di UNPAD Bandung) (Skripsi). Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Marshellena Devinta. (2015). Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada

Mahasiswa Perantauan Di Yogyakarta (Skripsi). Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Oberg, K. (1960). Cultural Shock: Adjustment to New Cultural Enviroments’

Practical Antropology, vol.7. Pp. 177-182

Oriza, Vysca Derma., Nuraeni, Reni., Imran, Ayub Ilfandy. Agustus 2016. Proses

Adaptasi Dalam Menghadapi Komunikasi Antar Budaya Mahasiswa Rantau

Di Universitas Telkom. e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2

Rahaditya Puspa Kirana. Strategi Adaptasi Pekerja Jepang Terhadap Culture Shock:

Studi Kasus Terhadap Pekerja Jepang Di Instansi Pemerintah Di Surabaya.

WEBSITE

http://katadata.co.id/berita/2016/12/28/isu-serbuan-10-juta-pekerja-cina-ini-datanya

diakses 22 September 2017

Page 86: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

72

https://finance.detik.com/advertorial-news-block/3619600/kawasan-industri-

cikarang-terbesar-di-asia-tenggara diakses 23 September 2017

http://jateng.tribunnews.com/2017/01/29/menteri-ketenagakerjaan-jumlah-tenaga-

kerja-asing-di-indonesia-74000-orang diakses 24 September 2017

https://www.merdeka.com/peristiwa/jumlah-tenaga-kerja-asing-di-indonesia-per-

tahun-cuma-70-ribu-orang.html diakses 25 September 2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Jepang diakses 30 September 2017

http://www.abraham-maslow.com/pengetahuan/mengenai-moral-orang-jepang-

dalam-kehidupan-sehari-hari/ diakses 10 Oktober 2017

https://livejapan.com/id/article-a0000188/ diakses 18 Oktober 2017

https://livejapan.com/id/article-a0000190/ diakses 18 Oktober 2017

Page 87: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

LAMPIRAN

Page 88: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Oleh Mutia Gayatri Pangestu

Wawancara dilakukan Kamis, 9 November 2017 di kantorpada pukul 18.20

Nama : AK

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Sales Executive

M : Hi, AK san. Thank you for your time. I have been explain to you about my

thesis. Let me know abou yourself please...

A : Ok okay hehe. My Name is AK, 24 years, come from Kobe-shi, Hyogo,

Japan.

M : How long time you stay here?

A : I stay here since 3 years ago.

M : Are you enjoy working here?

A : Hmmm. Ah yes, recently!

M : So previously is not enjoy, right? Why ya?

A : Hmmm. Not really. But choto not enjoy because of stress. My job make

me stressed. But, its not my problem anymore.

M : So, are you feel that you want to go back to Japan?

A : Kosong.

M : Hah? Kosong? Zero des?

A : Ya zero des. Never.

M : You don’t feel like home sick right now? You don’t feel like you miss your

home town?

A : No, I have to do something in here. (laugh)

M : So, how about the first time when you came here? Do you miss your family

in Japan?

A : For the first time yes. Its like something big in my life is gone. I can not

see my family everyday, tell something to them, and it is because of

distance. Then I also miss my friend hehe. No one of my school who

working in Indonesia. I’m just like stranger.

M : You just alone here?

A : Yes, I’m just alone here. Some of my friends have to work in overseas, but

no one have to work in Indonesia. Just me. This is my new and big

experience in my life.

M : Ah oke. Btw let’s I ask for the first focus question. What do you think

about culture? What is culture from your perspective?

A : Culture? It is like something unique. Habbit. Traditional. Yaa some like

that.

M : What do you think about Indonesian culture?

A : Hmmm good.

Page 89: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

M : Haha, I mean the kind of Indonesian culture. Maybe their habbit or

anything. Did you have problem with Indonesian culture?

A : Little. But I’m glad to know Indonesian people; to know how their

personality.

M : What kind of that problem?

A : I don’t know this is Indonesian culture or not. Mostly Indonesian people

are shy at the first introduction, hehe.

M : Ahaha really?

A : Mostly.

M : So anything else?

A : Hmmmm... Actually, I’m not really know and understand about Indonesian

culture because the most of my time using for working, hehe. I worked

from Monday until Friday, but on the weekend I choose to work one day

on Saturday. I sleep at late night and on Sunday, I’d prefer to take a rest.

If you asked me about the difference Japanese and Indonesian culture, I

think the differences is on people behavior. Indonesian people so different

with japanese people.

M : Can you explain to me what the purpose of it?

A : Hmmm. Its like dicipline time. Mostly Indonesian people are not on time

M : Ok, I see.

A : So, how about you. Are you on time?

M : If I already range schedule or appointment with someone, I will on time.

So, there is any other except dicipline time?

A : Actually Indonesian people are good. They have kind heart and very

welcome to me.

M : Hehe thank you. Then, did you ever hear culture shock? What do you

think?

A : When we come in the new place; new situation; then meet with all strangers

and everything out of expectation.

M : Hahaha, did you feel culture shock when you come here?

A : Ahaha ya.

M : What kind of culture shock that you felt?

A : Food. The taste of Japaness food in Indonesia really different. Althought I

bought it in Japaness restaurant, the taste not like in Japan. Beda bangetttt.

Like salmon (use google picture)

M : E? Ooo salmon. You miss Japaness food who cooked in Japan?

A : Ya, yaaa.

M : So how about Indonesian food? What do you like?

A : Nasi padang. Enak.

M : haha I like it, too. Then, what else except food?

A : Cikarang panas bangeeetttt. Capek bangettttt. Macet bangettttt. So sleepy.

Page 90: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

M : In Japan tidak panas ya?

A : Panas ada. We have 4 season.

M : What the most of season you loved?

A : Summer.

M : You should go to matsuri festival in orange county.

A : Yayaya, I always go there. Keren.

M : Haha iya. Can you tell me your first experience came to Indonesia? What

do you feel?

A : The first time when I came to Indonesia, I’m happy but I also got stress.

This is my first experience to go to overseas and I must be stay for long

time because of work assigment. I do not know what should I do except

work. Even thought I meet another Japanese in this company, but I never

know who they are before. Like I said in the first, I just like stranger.

M : Is there still being your problem to live here?

A : No. I’m enjoy now.

M : How long you make yourself comfort to stay here?

A : Hmm. about one year hehe

M : What do you think of adaptation?

A : The process to enjoy here

M : Ah ya, hehe. So how do you feel when you know that you will move and

stay in other country?

A : Happy, because I want this. I want to create new experience in my life

M : Did you have plan or what you expectation when you move to Indonesia?

A : I want to go to Bali, hahahaa

M : Ah you know Bali ya. Bagus banget ya?

A : Yes, I went to Bali about last year when I have working in Indonesia almost

one year.

M : Sugoi. You should go to another place. So many beautiful place in

Indonesia, like Bandung, raja ampat, karimun jawa, etc.

A : Ah ya next mont I will go to Bandung.

M : E? Enjoy ya. By the way, is there any something wrong who make you not

enjoy stay here for now?

A : Tidak ada. I’m enjoy for now. I have begun to understand how the

environment here and how about Indonesian people.

M : You have been passed the process of adaptation from culture shock. What

your strategy to make you comfort stay here?

A : Hmmm hanging out with my friends. Not only Japanese people, but also

Indonesian people. If I hangout with my friends, then some of them invite

their friends it is my chance to get another friends, hehe. This is my choice

to work in overseas. I want to get new experience. Language still be my

problem because many of my friends not understand my english, but I try

Page 91: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

to learn day by day. Bahasa also easy. Just connect word by word to create

sentence but hard to me to remember the words of bahasa. Overall, I will

not give up. Keep learning and being happy. Ah ya, btw I like Indonesian

food for now. If I rememmber when the first time I came here, I can not

eat anything hehe nasi padang only. I looking for Japanese food but the

taste not same. Hehe

M : Ah okay. I think its all done, hehe. Thank you AK san for help me.

Arigataou ghozaimasu.

A : Ha’i.

Page 92: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Oleh Mutia Gayatri Pangestu

Wawancara dilakukan Jumat, 1Desember 2017 di starbuckspada pukul 19.05

Nama : TK

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Engineer

M : Hi TK san! Thank you for coming. I have been explain to you about my

thesis. Let me know abou yourself please... Can we start the interview?

T : Ah oke oke.

M : Sorry I record your voice. I am afraid if I forget the detail of our

conversation.

T : Ok, no problem.

M : For the first. Could you introduce yourself?

T : My name is TK. I have been working in Indonesia around 4 years. I lives

in Trivum apartment.

M : Where do you work?

T : In Deltamas.

M : E? Jauh ya? So far away from here.

T : Tidak, 20 menit saja by car.

M : Lumayan ya.

M : TK tidak kembali ke Jepang?

T : Tidak kembali.

M : You so enjoy working in Indonesia?

T : Ya, I’m enjoy in Indonesia.

M : What do you think about Indonesian people?

T : Very kind semua

M : Did you miss your family or your friends when you stay here for the first?

T : This is not my first time to go to overseas. I ever worked in other country

for several years. But my first time stay for long time in Indonesia. Ano...

choto rindu. Wherever I stay, I will always miss my best (family and

friend).

M : Oh I see, If I ask you about culture, what do you think of it?

T : Culture? Apa ya? Tidak tau.

M : TK san tidak tau culture? (I give him my phone to see translation from

culture by Google translate)

T : Oooo about moeslem.

M : No. Can you explain the meaning of culture from your perspective?

General culture.

T : Culture is the spesific of something ano... different from other.

Page 93: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

M : So what did you know about Indonesian culture?

T : Moeslem. So many Indonesian people wearing like you (sambil

menggerakkan tangannya membentuk lingkaran di wajah)

M : Ah ya, majority of Indonesian people are moeslem.Then what do you think

abou culture shock?

T : Culture shock? Like Japan and Indonesian culture shock. Different culture.

M : So, is that mean culture shock when someone stay in different place?

T : Yes, something new happen.

M : Ok, did you feel culture shock when you came to Indonesia?

T : Yes.

M : What kind of culture shock that you felt?

T : Saya datang di Indonesia and see different culture ya with Japanese. Like

Muslim.

M : You are shock when the most Indonesian people are moeslem? That is

differen with the most of Japanese people, right?

T : Yes. Japanese people not trust to God. Japanese people are not religous.

M : Oh ok, so what do you think about that?

T : Hmmmm.....

M : Its ok, no problem. You can answer and tell anything to me. Its ok for me.

T : I think tidak ada Allah.

M : Oh. You think that Allah is nothing.

T : Yes, nothing. Why everyone trust to God? Why you have pray to Allah?

M : As you know the people who live in this world have to trust their own

religion. Actually this is hard to explain.

T : Ah its ok, I see it is good culture. Tapi why kah?

M : I also hard to explain why because when I was born, I have religion. Then

my family teach me anything based on my religion.

T : Maybe susah to explain why kah?

M : Iya hahahaha. Btw, anything else except religion? Hehe

T : Apa yaaa? Cikarang tidak ada train and macet.

M : E? Ada ya, but far from Lippo.

T : E? Ada? Dimana?

M : Hmm about 10 km from here. Near SGC.

T : Tidak tau ya.

M : Hahaha you should got there by maps.

T : Oke oke.

M : Oh ya, how about wheather here? Its ok kah?

T : Panas ya. Cikarang so hot and Indonesia just have 2 season. I want winter,

but I can not get here.

M : Iya, Cikarang so panas banget ya. So what the most of the thing you missed

from Japan?

Page 94: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

T : Winter. I love winter. It is the only thingthat I missed from Japan.

M : Wow, winter. Btw, do you have problem with the taste of food here?

T : Indonesian food is delicious. I don’t have problem with the food. Ano....

sekarang saya suka Javaness food like soto ayam. Also bakso suka.

M : In Cikarang so many Japaness food, right? So how about the taste? The

taste of Japaness food in Cikarang is same with Japaness food who served

in Japan? Or better in Japan?

T : Oooh choto beda, tapi ok. Almost same.

M : Oh ok. So that is no problem anymore, isn’t right?

T : No problem. I really like Indonesian food. I want to try all the kind of

Indonesian food, hehe.

M : How do you feel when you know that you will move and stay in

Indonesia?

T : So-so but happy haha

M : Sorry, can you explain it to me?

T : Ya, I already say at the first. This is not my first time to stay aboard. But

the longest in Indonesia. So I felt so-so work in another country, but I’m

happy to stay here currently.

M : What your expectation when you know that you will move in Indonesia?

T : I will explore and find a new experience here.

M : Ok, then do you know adaption? What do you think about adaptation?

T : Adaptation is the effort that I should do to make me comfort.

M : How you can adapt the culture of Indonesia?

T : The important thing for me how I can be kind to everyone. I’m know

moeslem are good. Everyone who have trust and pray to God are good.

Welcome to everyone who want to know me. Although, I’m bad in

English, I will try to be brave to have lot friends. In the first, I just try to

contact Japanese people if I want to tell something or want to go out. I

think, I felt closed when I’m with them, either I don’t know who she/he

before.

M : Wow, sugoi hehe. Keep happy and enjoy ya to work here.

T : Of course. Thank you.

Page 95: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Oleh Mutia Gayatri Pangestu

Wawancara dilakukan Rabu, 20 Desember 2017 di Kantor pada pukul 18.30

Nama : SO

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Sales Executive

M : Hi SO san. Can we start the interview? It does not take long time.

S : Ok, ok no problem.

M : For the first, could you introduce yourself?

S : Nama SO san from Japan. Stay here around 2 years.

M : You have been stay here for 2 years. Did you miss your family and all the

things in Japan?

S : Of course yes, I miss my family and all the things in Japan. But, I’m happy

to stay here. I want to explore my skill with the big challange.

M : Hmm do you want to go back to Japan?

S : I don’t know. But, currently I want to stay here.

M : Are you enjoy here?

S : I’m enjoy here.

M : How can you enjoy for stay and working here?

S : All my new friends are kind. I also try to learn all the new things from

them. They are so cheerful, so I am happy here.

M : SO san, what do you think about culture?

S : Culture is culture hehe. Hmm the characteristic of country, like different

and unique. Because every country have their own culture and I think it

will be different with other.

M : What do you know about Indonesian culture?

S : Apa ya?

M : Then, what do you think of culture shock? Did you feel culture shock when

you came to Indonesia?

S : Yes, for several month. I think culture shock is happen when my condition

not yet ready for anything different.

M : What kind of culture shock that you felt?

S : Hmmm so many. I can not sleep well at the night.

M : Why?

S : Maybe jet lag hehe.

M : What else?

S : When the first time I came, I got stress. Actually, I dont’t like Cikarang

weather. So panas ya.

Page 96: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

M : Haha iya, Cikarang panas. Is it still your problem? Japaness have four

season and Indonesia only two.

S : Not really. But sometime I miss winter hehe

M : Haha you can not found here. Btw what the most Indonesian food that you

like?

S : Nasi goreng. I like it.

M : Nasi goreng only kah? Did you have problem with Indonesian food?

S : The most is nasi goreng. But I also like nasi padang and bakso.

M : Hmm I often see you when the lunch time you eat Japaness food in

Japaness restaurant. Do miss Japanese food?

S : Ah yes, I miss Japaness food so muchhhhhh. I prefer to eat Japanese food

but Indonesian food is also enak.

M : What the differences of Janapess people and Indonesian people?

S : Hmm. Dicipline time and the spirit to work. Then, one of Japanese culture

is ojigi (mempraktekkan dengan maksud untuk menjelaskan pengertian

dari ojigi).

M : Yes I see. Can you give me the case of dicipline time and spirit to work?

Hehe

S : So many Indonesian people come late to office. Then did not come to office

just because flu or cough. I hope they can fix it well.

M : Did you think that your friend (Japaness people) also felt the kind of culture

shock like what you felt?

S : Yes, because we ever discuss this hehe

M : Ahaha oke oke. What do you think of adaptation?

S : Adaptation is process to get ready with something new or different from

that situation.

M : Are you feel that you able to adapt with this environtment? Or all thing

thing different with Japan.

S : Yes, I think, I already passed it.

M : So how about the wheater, food, etc? Is it still being your problem?

S : No. Every country have their own characteristic. Every country has

differences. Now, I realized that Japan and Indonesia are different. It is not

my problem anymore. Maybe at the first time, I eat for dinner or go to

somewhere on the weekend only with Japaness people, but currently I am

happy to build my good relationship with my friends; Indonesian people.

M : Ah ok SO san. I think that’s all enough. Thank you for sharing.

S : Your welcome.

Page 97: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Wawancara tambahan yang dilakukan dengan bantuan interpreter.

Nama : SF

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Manager Engineering

M : Bagaimana ketika pertama kali dating ke Indonesia? Apakah banyak

mengalami perbedaan seperti culture shock?

Sf : Iya mengalami, tapi tidak tau ini termasuk budaya atau bukan.

M : Bisa tolong dijelaskan, hal yang seperti apa?

Sf : Kebiasaan berkendara orang Indonesia yang tidak teratur. Sampai saat ini,

hal tersebut masih menjadi masalah dalam kehidupan saya setiap hari

karena saya dituntut untuk berkendara sendiri dengan sim international.

M : Bagaimana contoh hal yang pernah dialami ketika berkendara disini?

Sf : Sebetulnya sampai saat ini saya masih tidak tau timing kapan saya harus

melaju ketika di perempatan yang tidak ada lampu merahnya dan ketika

lampu merah yang tidak di jaga oleh polisi. Kenapa ya masih sering ada

kendaraan yang melanggar terutama kendaraan roda dua, seperti

berkendara tidak menggunakan helm sama sekali, apakah itu boleh?

M : Sebetulnya jelas tidak boleh tetapi memang banyak orang yang nekat

melakukan hal tersebut dengan berabagai alasan. Lalu bagaimana anda

menyesuaikan diri dengan perbedaan orang-orang disini dalam

berkendara?

Sf : Saya sangat kaget dan sampai saat ini saya masih merasa heran, namun

saya setiap hari terus membiasakan diri untuk hal tersebut. Jadi

memaklumi dan cukup tau saja itu tidak baik.

M : Apakah ada hal lain yang membuat anda merasakan perbedaan yang saat

menonjol?

Sf : Rasanya tidak ada sih. Itu saja yang paling terasa.

M : Baik, terima kasih SF san.

Sf : Sama-sama.

Page 98: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Wawancara tambahan yang dilakukan dengan bantuan interpreter.

Nama : HK

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Architect

M : HK san bagaimana rasanya tinggal disini?

HK : Senang, orang-orang disini semuanya baik.

M : Adakah hal yang membuat HK san kurang merasa nyaman atau aneh

tinggal disini?

HK : Sebetulnya saya kurang suka keadaan cuaca disini.

M : Kenapa? Panas ya disini?

HK : Sebetulnya karena disini berdebu sekali. Mungkin disebabkan karena

panas terus sehingga berdebu. Hal tersebut membuat banyak sepatu saya

cepet rusak. Lalu disini sering macet sampai mobil tidak dapat jalan, saya

disini mengendarai mobil sendiri dan tidak suka naik kendaraan umum jadi

membuat stress ketika menghadapi macet.

M : Selain itu agaimana dengan makanan yang ada disini?

HK : Saya suka makanan disini karena seperti makana rumah bahkan ketika

kembali ke Jepang, saya bawa oleh-oleh sambal. Tapi tetep sering beli

makanan di restaurant Jepang.

M : Bagaimana cara HK san beradaptasi dengan segala perbedaan yang ada?

HK : Dengan seiring berjalannya waktu, semua terbiasa. Mungkin karena saya

juga sudah lama tinggal disini. Ketika bekerja disini juga behubungan

dengan orang-orang Indonesia yang memahami dan terbiasa dengan

budaya Jepang jadi tidak terlalu merasa kesulitan. Tetapi kalau seperti

keadaan lingkungan dan cuaca, saya coba menikmatinya saja meskipun

kadang-kadang membuat sedikit stress hehe.

M : Semoga terus betah untuk tinggal disini ya HK san.

HK : Terima kasih.

Page 99: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Tabel Koding

Agama

Name Statement 1 Statement 2 Statement 3 Statement 4 Statement 5

AK

TK ”..... So many Indonesian

people wearing like you

(sambil menggerakakan

tangannya membentuk

lingkaran di wajah). Why

everyone trust to God?

Why you have pray to

Allah

SO

SF

HK

Makanan

Name Statement 1 Statement 2 Statement 3 Statement 4 Statement 5

AK The taste of Japaness food

in Indonesia really

Page 100: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

different. Althought I

bought it in Japaness

restaurant, the taste not

like in Japan. Beda

bangetttt. Like Salmon.

But I like nasi padang.

Enak

TK Indonesian food is

delicious. I don’t have

problem with the food.

Ano.... sekarang saya suka

Javaness food like soto

ayam. Also bakso suka

SO I miss Japaness food so

muchhhhhh

SF

HK Saya suka makanan disini

karena seperti makana

rumah bahkan ketika kembali

ke Jepang, saya bawa oleh-

oleh sambal. Tapi tetep sering

beli makanan di restaurant

Jepang.

Page 101: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Geografis

Name Statement 1 Statement 2 Statement 3 Statement 4 Statement 5

AK Cikarang panas

bangeeetttt. Capek

bangettttt. Macet

bangettttt. So sleepy. We

have 4 season and I love

summer

TK Cikarang so hot and

Indonesia just have 2

season. I want winter, but

I can not get here. Winter.

I love winter. It is the only

thing that I missed from

Japan. Cikarang tidak ada

train and macet.

SO Actually, I dont’t like

Cikarang weather. So

panas ya.

SF

HK Sebetulnya karena disini

berdebu sekali. Mungkin

disebabkan karena panas

Page 102: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

terus sehingga berdebu. Hal

tersebut membuat banyak

sepatu saya cepet rusak. Lalu

disini sering macet sampai

mobil tidak dapat jalan, saya

disini mengendarai mobil

sendiri dan tidak suka naik

kendaraan umum jadi

membuat stress ketika

menghadapi macet.

Adat Istiadat / Kebiasaan

Name Statement 1 Statement 2 Statement 3 Statement 4 Statement 5

AK ..... Indonesian people so

different with japanese

people.Its like dicipline

time. Mostly Indonesian

people are not on time.

TK .

Page 103: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

SO One of Japanese culture

is ojigi

(mempraktekkan

dengan maksud untuk

menjelaskan

pengertian dari ojigi)

SF Kebiasaan berkendara

orang Indonesia yang

tidak teratur. Sampai saat

ini, hal tersebut masih

menjadi masalah dalam

kehidupan saya setiap

hari karena saya dituntut

untuk berkendara sendiri

dengan sim international.

Kenapa ya masih sering

ada kendaraan yang

melanggar terutama

kendaraan roda dua,

seperti berkendara tidak

menggunakan helm sama

sekali, apakah itu boleh?

HK

Page 104: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

Bahasa

Name Statement 1 Statement 2 Statement 3 Statement 4 Statement 5

AK ..... Language still be my

problem because many of

my friends not understand

my english, but I try to

learn day by day. Bahasa

also easy. Just connect

word by word to create

sentence but hard to me to

remember the words of

bahasa

TK ..... because I’m bad in

english

SO

SF

HK

Page 105: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

1. Penyebab dan bentuk culture shock berupa gejala hingga reaksi yang

terjadi pada orang Jepang yang bekerja di Cikarang

Kode Keterangan Penjelasan

Intrnl Internal Penyebab internal yang melatarbelakangi

terjadinya culture shock pada lima orang

Jepang yang bekerja di Cikarang

Ekstrnl Eksternal Penyebab eksternal yang melatarbelakangi

terjadinya culture shock pada lima orang

Jepang yang bekerja di Cikarang

Gjl&Rea Gejala & Reaksi Gejala hingga reaksi yang terjadi pada lima

orang Jepang yang bekerja di Cikarang

2. Dampak dari culture shock pada orang Jepang yang bekerja di Cikarang

Kode Keterangan Penjelasan

Hsl Adpts Hasil Adaptasi Hasil adaptasi dari dampak culture shock

yang dialami lima orang Jepang yang bekerja

di Ciakarang

Page 106: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …

PEDOMAN WAWANCARA

Perkenalan / tee up Saya mahasiswa management di President University sedang

melakukan penelitian tentang bentuk-bentuk culture shock dan

strategi adaptasi orang jepang yang bekerja di area Cikarang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

bentuk culture shock yang dialami dan strategi adaptasi yang

dilakukanoleh orang Jepang yang merantau.

Budaya 1. Menurut anda apa itu budaya?

2. Apa yang anda rasakan dengan budaya Indonesia?

3. Apakah anda mempunyai masalah dengan budaya

disini?

Culture Shock 4. Menurut anda apa itu culture shock?

5. Bentuk culture shock seperti apa yang anda alami?

Strategi adaptasi 6. Apa yang anda fikirkan mendengar kata adaptasi?

7. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan keadaan

disini?

Pengalaman 8. Bagaimana pengalaman anda ketika pertama kali dating

ke Indonesia khususnya ke Lippo Cikarang untuk

bekerja?

9. Apa saja kendala-kendala yang membuat anda tidak

nyaman tinggal disini?

10. Menurut sepengetahuan anda, apakah rekan-rekan yang

lain merasakan kendala yang sama dengan anda atau

berbeda?

Tahapan adaptasi

budaya

11. Bagaimana perasaan anda ketika tahu akan bekerja di

luar negeri yakni di Indonesia?

12. Bayangan kesenangan apa saja yang anda pikir akan

anda dapatkan ketika pindah ke Cikarang?

13. Ada atau tidakkah hal-hal yang membuat anda tidak

cocok tinggal atau bekerja di kawasan Cikarang?

14. Apa saja yang anda lakukan untuk mengatasi hal-hal

yang tidak disukai tersebut?

Page 107: BENTUK CULTURE SHOCK DAN STRATEGI ADAPTASI ORANG …