bab ii telaah pustaka 2.1 konsep culture shock...2.2 konsep adaptasi 2.2.1 penelitian terdahulu...
TRANSCRIPT
15
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Konsep Culture Shock
2.1.1 Definisi Culture Shock
Culture shock mengacu pada reaksi psikologis
yang dialami individu karena berada ditengah
budaya yang berbeda dengan budayanya sendiri.
Kebanyakan individu mengalaminya bila memasuki
budaya yang baru dan berbeda.
Arti kata budaya secara terminologis adalah
suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya,
karsa, pikiran dan adat istiadat manusia secara
sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu
perilaku yang beradap. Swenee dan Mc. Ferlin
(2002), budaya secara ideal mengkomunikasikan
secara jelas pesan-pesan tentang bagaimana
melakukan suatu tindakan, berperilaku di sekitar
sini (how we do things around here).
16
Dari pemikiran diatas dapat diinterpretasikan
bahwa budaya memberikan arahan mengenai
bagaimana seseorang harus berperilaku, bersikap
dan bertindak dalam suatu komunitas. Kata “here”
mengacu pada suatu komunitas tertentu, baik itu
berbentuk organisasi perusahaan atau masyarakat.
Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi suatu kesatuan pandangan yang
menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah
dikemukakan tersebut dapat dinyatakan bahwa
budaya merupakan cara hidup termasuk didalamnya
cara berpikir, bertindak, dan sebagainya dalam suatu
komunitas tertentu, baik dalam bentuk organisasi
perusahaan maupun masyarakat, sehingga
membedakan suatu komunitas dengan yang lainya.
Dengan adanya perbedaan seperti ini,
memungkinkan individu yang datang disuatu
17
lingkungan dalam jangka waktu tertentu yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda akan
mengalami gegar budaya atau culture shock (Andrea
L. dan Dennis dalam Liliweri, 2003:12)
Sebagian dari culture shock ini timbul karena
perasaan terasing dan berbeda dari yang lain. Bila
individu kurang mengenal kultur serta kebiasaan
masyarakat yang baru, maka individu tidak dapat
berinteraksi secara efektif. Indrianie, (2012)
menemukan bahwa dalam prakteknya banyak
mahasiswa kembali lebih awal ke negara asalnya
dikarenakan kegagalan dari mahasiswa dalam
menyesuaikan diri dengan budaya tuan rumah.
Mulyana dan Rahmat, 2003 (Oberg 1960)
menemukan bahwa culture shock adalah suatu
penyakit atau gejala yang berhubungan dengan aksi
yang diderita oleh individu atau group yang secara
tiba-tiba harus berpindah ke sebuah lingkungan
baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya.
18
Adler,(2002) mengungkapkan bahwa culture shock
adalah goncangan yang dialami oleh individu ketika
keluar dari lingkungan asalnya. Oberg 1960 (dalam
Ward, dkk., 2001) ada enam aspek dari culture shock,
yaitu:
1. Ketegangan karena adanya
usaha untuk beradaptasi secara psikis.
2. Perasaan kehilangan dan
kekurangan keluarga, teman, status, dan kepemilikan.
3. Penolakan terhadap dan dari
orang-orang di lingkungan baru 4. Adanya kebingungan mengenai
peran, harapan terhadap peran tersebut, nilai yang dianut, perasaan, dan identitas diri.
5. Tidak menyukai adanya perbedaan bahasa, kebiasaaan, nilai atau norma, sopan-santun
di daerah asal dengan daerah baru.
6. Perasaan tidak berdaya yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru.
Dari berbagai defenisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa culture shock memberikan
19
dampak negatif berupa ketidaknyaman fisik dan
emosional yang di alami individu ketika datang dan
tinggal di negara lain atau disuatu tempat yang
berbeda dari tempat asalnya.
2.1.2 Dampak Negatif Culture Shock
Dalam buku communication acrooss culture
disebutkan bahwa culture shock memberikan
implikasi negatif berupa penyakit fisik seperti sakit
kepala, sakit perut, stress, ketidak cocokan sikap
sehingga membinggungkan untuk memutuskan
sikap dalam perilaku, serta perasaan-perasaan
kesendirian, depresi, perubahan mood yang
signifikan, dan kehidupan yang aneh karena
perbedaan budaya dan bahasa, diakses dalam
https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=proses+dan
+dinamika+dalam+menghadapi+culture+shock pada
tanggal 3 Februari 2015 pukul 11.30. Untuk
20
mengindari implikasi yang negatif adaptasi perlu
untuk dilakukan.
2.2 Konsep Adaptasi
2.2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa
individu yang datang ke lingkungan yang baru akan
melakukan penyesuaian terhadap tiga dimensi
adaptasi yang disebut in-country adjustment
diantaranya work adjustment, general adjustment dan
interaction adjustment (Hill, 2002; Vance and Paik,
2006). Selanjutnya Oberg., 1960 (dalam ward, dkk.,
2001); menemukan bahwa ketika individu
melakukan penyesuaian terhadap ke tiga dimensi
diatas maka individu akan mengalami 4 tahap dalam
adaptasi yaitu: honeymoon, culture shock, recovery
dan adjustment yang disebut “the U curve theory of
adjustment”.
21
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Tanggulungan (2009) bahwa para mahasiswa asing
yang tinggal di Indonesia (Salatiga) juga melakukan
penyesuaian terhadap tiga dimensi adaptasi yaitu :
work adjustment, interaction adjustment dan general
adjusment. Dalam melakukan penyesuaian terhadap
ketiga dimensi individu telah mengalami empat tahap
adaptasi yaitu tahap honeymoon, cultur shock,
recovery, dan adjustment.
2.2.2 Definisi Adaptasi Budaya
Gudykunst, (2002) adaptasi budaya
merupakan suatu proses panjang untuk memperoleh
kenyamanan ketika berada dalam suatu lingkungan
yang baru. Harris, (1979) menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki kemampuan individu akan
lebih mudah beradaptasi dan berinteraksi secara
efektif dengan orang lain disekitarnya yang berbeda
kebudayaannya.
22
Hal ini sejalan dengan Suparlan, (2004) menje-
laskan adaptasi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sosial atau sekunder (berkomunikasi
dengan sesama, pendidikan, kontrol sosial, dan
sebagainya) dan untuk dapat melangsungkan
kehidupannya. Alasan individu melakukan adaptasi
untuk memenuhi syarat dasar kejiwaan atau
kebutuhan adab (kemanusiaan) untuk kenyamanan
diri individu dan ini merupakan strategi agar dapat
diterima oleh lingkungan yang baru. Novera, (2004)
menemuan bahwa kunci keberhasilan belajar bagi
mahasiswa internasional adalah adaptasi
(penyesuaian).
2.2.3 Tahapan Adaptasi Budaya
Oberg, 1960 (Ward, dkk 2001) yang
menyatakan bahwa ada 4 tahap proses adaptasi yang
akan dialami oleh setiap individu yaitu honeymoon,
culture shock, recovery and adjustment.
23
Positif Mood
Mood Changes
Negatif Mood
Honeymoon Culture shock Recovery Adjustment
Phases of Adaptation
Gambar 2. 2.3 Tahapan Adaptasi Budaya
Sumber : Oberg, 1960 (dalam Ward, dkk., 2001)
Adapun tahapan ini dimulai dari tahap bulan
madu (honeymoon) dalam waktu beberapa hari atau
minggu yang ditandai dengan perasaan terpesona,
antusias, senang, adanya hubungan yang baik
dengan tuan rumah (host country). Lalu tingkat krisis
yang disebut culture shock, tahap ini dimulai jika
individu atau group tersebut telah menetap dalam
waktu yang lama. Terdapat bermacam-macam
kesulitan untuk dapat hidup ditempat yang baru
seperti kesulitan bekerja secara optimal, tidak dapat
mengekspresikan perasaannya dalam bahasa lisan
24
(bahasa verbal) yang benar, kesulitan dalam bergaul
karena persoalan bahasa, adanya nilai-nilai yang
berbenturan dengan kepercayaan atau kebiasaan
yang dianut. Tingkat berikutnya adalah tahap
penyembuhan (recovery), dalam tahap ini krisis
dapat dipecahkan jika sudah menguasai bahasa,
budaya tuan rumah yang bersangkutan. Tingkat
yang terakhir adalah penyesuaian (adjustment),
individu mulai menikmati dan menerima lingkungan
atau budaya tersebut meskipun masih mengalami
sedikit ketegangan dan kecemasan. Tahapan yang
terakir individu sudah mulai beradaptasi dan
bersahabat dengan lingkungan yang baru. Lamanya
seseorang mengalami fase culture shock hingga ia
dapat beradaptasi disebabkan oleh beberapa hal
seperti sifat, dukungan orang lain, atau minimnya
motivasi dari individu tersebut. Levine dan Adelman,
(1993) menemukan bahwa setiap orang mengalami
25
fase culture shock yang berbeda-beda maka strategi
adaptasi harus diperhatikan oleh setiap individu.
2.2.4 Strategi Adaptasi
Riady, (2004) strategi-strategi dalam proses
adaptasi sangat penting bagi individu yang menemui
lingkungan baru, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Salah satu bentuk strategi
adaptasi individual adalah penyesuaian antisipatif
(anticipatory adjustment) dan belajar secara otodidak
(self efficacy), yang berlandaskan pada strategi
adaptasi budaya menurut Herbert 1984, (dalam
Riyandhiani 2013) dimulai dengan tahap persiapan
(Preparatory Stage), pada tahapan ini individu
melakukan persiapan sebelum berangkat, yaitu
mencari informasi tentang daerah tujuan dari
berbagai literatur seperti, internet dan orang-orang
terdekat yang memiliki pengalaman tentang daerah
yang dituju. Tujuan dari kegiatan yang
26
dimaksudkan adalah untuk mengenali lingkungan
sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
diri. Tahap yang kedua yaitu tahap meniru dalam hal
bertindak (Play Stage), individu mulai meniru
kebiasaan atau cara hidup masyarakat yang ada
disekitarnya. Tahap yang ketiga yaitu siap dalam
bertindak (game stage), individu suda mempunyai
kemampuan dalam hal menempatkan diri dalam
sebuah lingkungan, dan menyadari tentang apa yang
hendak dilakukan, dan tentunya tidak berbenturan
dengan norma yang berlaku. Pada tahap ini lawan
beriteraksi semakin banyak dan hubungannya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan masyarakat sebaya di luar lingkunganya.
Peraturan-peraturan yang berlaku diluar lingkungan
asalnya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, individu mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar
lingkungan asalnya. Tahap yang keempat yaitu
27
penerimaan norma kolektif (generalized stage), pada
tahap ini individu suda dianggap dewasa. individu
suda dapat menempatkan dirinya pada masyrakta
secara luas. Dengan kata lain individu dapat
bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas dalam rangka mengatsi culture
shock yang berkepanjangan .