majalah pertambangan edisi 1

17

Upload: nico-rahmat

Post on 04-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pertamagan

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Pertambangan Edisi 1
Page 2: Majalah Pertambangan Edisi 1

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 3

Pemimpin RedaksiKetua Bidang Media dan Informasi

PERHAPI

EditorPurwadi Djunaedi

ArtistikKinetika Strategic Communications

Mahalinda MarpaungImam Himawan

PraharaDwi Deddy

Editor FotoSigit Pramono

IklanMariska Yosanti

Yulianingsih

ProduksiNimun M. Muzard

PemasaranKetua Bidang Pemasaran dan Outreach

PERHAPI

DistribusiKasijo

Penerbit:PERHAPI

Perhimpunan Ahli Pertambangan IndonesiaAssociation of Indonesian Mining Professionals

Alamat Redaksi:Komplek Rukan Crown Palace Blok D No. 9

Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH. No. 231Jakarta Selatan - 12870

Telp: (62-21) 837 837 66, 837 966 61Fax: (62-21) 837 837 65

E-mail: [email protected]

Website:www.perhapi.or.id

Perhapi kini telah berusia 21 tahun. Tentu, ada banyak pencapaian yang dicapai dalam rentang waktu yang tidak sebentar itu. Kekurangannya juga pastilah tidak sedikit. Begitu pula dengan tantangan yang harus dihadapi, yang dari tahun ke tahun cenderung semakin kompleks.

Lalu, sampai sejauh mana apresiasi ahli pertambangan di Indonesia dan anggota Perhapi sendiri merekognisi bahwa Perhapi benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya serta bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada anggotanya? Jawaban atas pertanyaan tersebut dan turunannya mungkin bisa dijadikan ukuran kinerja Perhapi. Salah satu masalah utama Perhapi sendiri adalah sedikitnya jumlah anggota yang terdaftar jika dibandingkan dengan jumlah total seluruh ahli pertambangan yang ada di Indonesia. Dari yang sedikit itu, yang aktif mengikuti kegiatan dan lancar membayar iuran anggota belum sampai separonya.

Biasanya, antusiasme anggota Perhapi masih terbatas hanya pada kegiatan Temu Profesi Tahunan (TPT) yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Karena itu, adalah keniscayaan bila persoalan ini segera dicari solusinya. Sosialisasi mengenai hal-ihwal Perhapi pun perlu dilakukan lebih gencar. Penerbitan majalah ini pun merupakan bagian dari upaya peningkatan sosialisasi tersebut. Semoga saja, dengan hadirnya majalah ini, semakin banyak ahli pertambangan yang bergabung dengan Perhapi dan yang sudah bergabung semakin aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan Perhapi. Semoga.

Pembaca yang budiman,

Irwandy Arif

Page 3: Majalah Pertambangan Edisi 1

4 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 5

4

8

18

22

28

24

26

25

Feature Articles

Technical Papers

PERHAPI News

Ketua Umum Perhapi Irwandy Arif:“Kami Telah Banyak Memberikan Masukan ke Pemerintah”.

Batu Buangan ditimbun, Lingkungan Tetap AmanInilah upaya yang dilakukan PT NTT untuk meminimalkan isu negatif lingkungan dalam penanganan material buangan.

KCMI 2011 dan Competent Person IndonesiaDengan adanya KCMI-2011, standar pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan komoditas tambang di Indonesia dapat memiliki kepastian yang lebih tinggi.

Rapat Anggota Luar Biasa PERHAPIAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Perhapi yang telah disahkan di hadapan notaris pada April 2010.

Pada Mulanya adalah KeprihatinanTanggal 21 September lalu, Perhapi berusia 21 tahun. Bagaimana sejarah berdirinya Perhapi? Apa pula visi dan misinya?

Konferensi Tahunan ke-3 Batubara IndonesiaPertemuan yang bertitel Konferensi Tahunan Ke-3 Batubara Indonesia ini berlangsung pada 21-23 Maret 2011.

Indonesian Drill & Blast Conference 2011Seiring dengan peningkatan produksi mineral dan batubara di Indonesia, tahun 2010 kebutuhan Ammonium Nitrate dalam operasi peledakan mencapai sekitar 470.000 ton.

TPT XX PERHAPI 2011Temu Profesi Tahunan (TPT) XX Perhapi akan mengusung tema “Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan Batubara untuk Kemakmuran Rakyat”.

Maret 2012: Konferensi Tahunan ke-4 Batubara IndonesiaKonferensi yang untuk keempat kalinya ini rencananya akan diadakan pada 19-21 Maret 2012 di Hotel Sultan, Jakarta.

Edisi 1 / I / Oktober 2011

Diterbitkan oleh PERHAPI

Sebagai perusahaan yang memiliki Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dari Pemerintah Republik Indonesia, PT Arutmin Indonesia memiliki empat wilayah pertambangan. Keempatnya tersebar di Kalimantan Selatan, yaitu Tambang Asam Asam, Tambang Satui, Tambang Batulicin, dan Tambang Senakin. Di salah satu lokasi tambang itulah terdapat sejumlah batubara, yang berada di bawah Sungai Jelamu (anak Sungai Satui).

12 Menambang Batubara di Bawah Sungai

4 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

Page 4: Majalah Pertambangan Edisi 1

6 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

FEATURE ARTICLES

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 7

Irwandy ArifKetua Umum PERHAPI

Kami Telah Banyak Memberikan Masukan ke Pemerintah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

(Minerba), dunia pertambangan di Indonesia masih diliputi persoalan renegosiasi Kontrak Karya dan PKP2B. Pemerintah sendiri, seperti diungkapkan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite dalam berbagai kesempatan, menargetkan renegosiasi prinsip kontrak selesai akhir tahun ini. “Pembahasan renegosiasi kontrak karya pertambangan membutuhkan evaluasi atau kajian dan keterlibatan pihak lain, misalnya, para ekonom dan ahli hukum,” ungkap Thamrin.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini tercatat ada 42 perusahaan yang terikat kontrak karya dan 76 perusahaan PKP2B. “Saat ini, 65 persen dari total perusahaan yang terikat kontrak karya dan PKP2B telah menyatakan setuju dalam prinsip, yakni berkaitan dengan luas wilayah, divestasi, pengelolaan lingkungan, royalti, dan kewajiban menggunakan jasa dalam negeri,” tutur Thamrin. Tim renegosiasi kontrak kini membahas mengenai narasi atau isi kontrak, agar tidak berbeda penafsiran dengan pemegang kontrak karya dan PKP2B.Sementara itu, 35 persen dari total perusahaan yang terikat kontrak karya dan PKP2B masih dalam tahap renegosiasi mengenai prinsip-prinsip kontrak. Dalam renegosiasi itu, semua prinsip kontrak menjadi satu kesatuan. “Yang agak berat adalah luas wilayah dan besaran royalti,” kata Thamrin.

Pemerintah juga harus melakukan perbaikan birokrasi dan perizinan serta melakukan penyempurnaan regulasi, termasuk pemberian insentif dan kemudahan berbisnis.Belum lagi ada soal pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah.

Lalu, bagaimana sikap Perhapi? Ketua Umum Perhapi Irwandy Arif mengatakan, Perhapi berpandangan proses renegosiasi harus segera diselesaikan karena merupakan amanat undang-undang. “Dan, itu harus dilaksanakan dengan prinsip saling menghormati dan saling menghargai,” tutur guru besar Institut Teknologi Bandung ini.

Memang, menurut Pasal 169 (a) Undang-undang Minerba, Kontrak Karya dan PKP2B yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang itu harus dihormati hingga habis masa berlakunya. Perhapi pun, seperti diungkapkan Irwandy, setuju Kontrak Karya dan PKP2B harus dihormati. Karena, Indonesia sebagai bagian dari komunitas global harus menunjukkan komitmennya untuk menghormati kontrak/perjanjian yang telah dibuat sebelumnya tersebut.

FEATURE ARTICLES

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 76 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

FEATURE ARTICLES

Page 5: Majalah Pertambangan Edisi 1

8 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

FEATURE ARTICLES FEATURE ARTICLES

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 9

“Namun, di sisi yang lain, kontrak/perjanjian tersebut perlu dibicarakan kembali isinya, renegosiasi, jika di dalam perjalanan waktu ada salah satu pihak yang merasa dirugikan dan pihak yang lain lagi harus menghargai keinginan tersebut. Tentunya dalam hal ini pemerintah memiliki pertimbangan tertentu yang lebih besar dampaknya bagi kepentingan negara,” katanya, seusai acara focus group discussion yang diselenggarakan Perhapi di kantor Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia di bilangan Kuningan, Jakarta Pusat. Berikut petikan perbincangan kami dengan pemegang gelar doktor dari Ecole des Mines de Nancy, Prancis, ini.

Sebenarnya hal krusial apa yang harus diperhatikan dalam renegosiasi Kontrak Karya dan PKP2B? Hal krusial itu antara lain mengenai perbaikan tarif atau formula royalti (iuran eksploitasi), besaran luas area kontrak/perjanjian, kewajiban divestasi, hingga kewajiban pengolahan dan pemurnian. Karena, untuk masing-masing generasi KK atau PKP2B memiliki perbedaan sehubungan dengan berbagai klausul itu. Perhapi berpandangan, klausul yang bisa ditingkatkan dan dioptimalkan bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat Indonesia harus diperbaiki/dikoreksi.

Apakah Perhapi memberi masukan ke pemerintah untuk hal tersebut?

Perhapi selalu terbuka untuk membantu pemerintah didalam pengembangan sektor pertambangan yang lebih baik. Karena, memang, itu sesuai dengan tugas utama Perhapi. Apa saja tugas utama Perhapi?

Ada beberapa, tapi setidaknya ada dua tugas utama yang perlu diketahui publik. Yang pertama adalah meningkatkan profesionalisme anggotanya. Yang kedua, ya, itu tadi: memberikan masukan tentang kebijakan pertambangan kepada pemerintah.

Untuk tugas utama yang pertama itu, meningkatkan profesionalisme anggotanya, apa saja yang dilakukan Perhapi?

Kami punya agenda rutin yang disebut Temu Profesi Tahunan, yang merupakan ajang bagi para anggota untuk menyebarkan pengalaman dan pengetahuan di tempat kerja masing-masing. Dalam forum ini, para anggota juga saling tukar pengalaman untuk meningkatkan profesionalisme. Kemudian, yang paling signifikan, kami membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Perhapi. Lembaga ini yang melakukan sertifikasi kepada para pekerja tambang. Kami terutama mempelajari sistem di Australia dan Kanada. Nanti kami juga bekerja sama dengan mereka. Ini juga sesuai dengan kebijakan pemerintah. Karena, LSP Perhapi ini berada di bawah Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Kami juga sekarang membentuk yang namanya sistem competent person, di samping ada working group. Ini semua kan dalam kerangka peningkatan profesionalisme anggota kami.

Untuk tugas utama yang kedua, kami telah banyak sekali memberikan masukan ke pemerintah. Misalnya, kami memberi masukan ke Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara untuk beberapa peraturan, apakah itu untuk draft keputusan menteri atau draft keputusan direktur jenderal, seperti draft keputusan menteri mengenai nilai tambah mineral dan batubara. Juga dalam hal K3, lingkungan, dan lain-lain.

Kembali ke soal renegosiasi. Tadi Anda mengatakan, salah hal yang krusial adalah soal royalti. Apa Perhapi juga punya masukan soal royalti ini kepada pemerintah?

Ya. Usul Perhapi, pemerintah sebaiknya menggunakan formula ad valorem (percentase x nilai jual x tonnage) dalam perhitungan royalti itu. Dengan sistem ini, penerimaan royalti pemerintah juga akan bertambah seiring dengan kenaikan harga komoditas tersebut. Bila harga turun, penerimaan royalti juga akan turun. Perhapi juga mengusulkan agar ada formula

batas bawah untuk penetapan royalti sehingga negara tidak dirugikan jika harga komoditas tersebut anjlok/turun drastis.

Kalau untuk luas wilayah dan jangka waktu, apa masukan Perhapi untuk pemerintah?

Besaran luas wilayah dan jangka waktu bagi kegiatan usaha pertambangan telah tercantum dengan jelas didalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2009. Hal tersebut tentunya akan menjadi pegangan Pemerintah dalam proses renegosiasi. Yang menjadi permasalahan adalah proses sinkronisasinya dengan Kontrak Karya/PKP2B yang telah ada sebelumnya. Mencari titik temu bukanlah hal yang mudah dan memerlukan waktu. Berbagai pihak harus lebih bijaksana didalam melihat hal tersebut.

Menurut pandangan Perhapi, apakah renegosiasi ini akan membuat calon investor atau bahkan investor tak akan lagi melirik Indonesia sebagai tujuan investasi?

Menurut keyakinan kami, kegiatan investasi disektor pertambangan akan tetap menarik bagi para investor. Dengan potensi mineral dan batubara saat ini, Indonesia masih merupakan salah satu negara tujuan bagi kegiatan investasi, baik di sisi hulu maupun hilir. Karena itu, pemerintah juga seharusnya memberikan kepastian bagi pelaku usaha. Karena, inilah aspek kunci dalam pengembangan investasi. Pemerintah juga harus melakukan perbaikan birokrasi dan perizinan serta melakukan penyempurnaan regulasi, termasuk pemberian insentif dan kemudahan berbisnis. Belum lagi ada soal pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah. Juga banyak, bahkan sebagian besar, potensi mineral dan batubara di Indonesia berada di kawasan hutan. Padahal, kegiatan pertambangan tidak bisa dilakukan di hutan konservasi. Yang bisa dilakukan adalah di kawasan hutan produksi. Namun, proses mendapatkan izin pinjam pakai kawasan hutan tidak mudah dan memerlukan waktu yang lama. Di kawasan hutan lindung juga bisa, tapi dengan mekanisme underground mining.***

“Perhapi selalu terbuka untuk membantu pemerintah didalam pengembangan sektor pertambangan yang lebih baik.”

8 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

Page 6: Majalah Pertambangan Edisi 1

10 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 11

TECHNICAL PAPERS

Parameter

Acceptable Ranges

Subsoil Topsoil

Total Copper ≤ 900 ppm ≤ 500 ppm

Net Carbonate Value ≥ -0.01% ≥ -0.01%

pH > 5 > 5

Percentage Gravel(1) 5 to 35 0 to 25

Percentage Sand(1) 10 to 60 10 to 60

Percentage Fines(1) 30 to 75 30 to 85

Plasticity Index(1) 5 to 35 5 to 35

Gambar 1. Kegiatan penyelamatan tanah penutup  

Sementara itu, tahap konstruksi merupakan tahap pembentukan struktur-struktur. Tujuannya: meminimalkan isu dampak lingkungan yang mungkin muncul akibat adanya penimbunan material. Konstruksi yang dilakukan antara lain pembuatan contact channel yang terdiri dari saluran air bersih dan saluran air kotor; pembuatan/perawatan wet well dike untuk menampung air tanah yang merembes melalui lokasi timbunan; pembuatan/perawatan toe dike untuk menampung air dari saluran air kotor, dan; reklamasi.

Penimbunan Material WastePemindahan material waste dilakukan agar bijih mineral yang terdapat di bawahnya bisa diambil. Material tersebut kemudian ditimbun di lokasi penimbunan yang telah diambil lapisan tanah penutupnya. Umumnya, ketentuan yang harus dilakukan dalam prosedur penimbunan waste adalah sesuai dengan batas penimbunan yang

 Gambar 2. Rencana penimbunan di Kanloka

telah disetujui; menggunakan kemiringan lereng (slope) 2H:1V dengan catch-bench selebar 22,5 meter setiap ketinggian penimbunan 45 meter (lihat Gambar 4), dan; lebar jalan pengangkutan 40 meter dengan kemiringan 8%.

Penimbunan material waste yang punya sifat kimia tertentu, dalam hal ini bersifat asam, berpotensi memengaruhi sifat kimia air, yang merembes atau mengalir melalui material tersebut. Air akan bereaksi dengan unsur kimia yang terdapat dalam material yang dilaluinya. Air yang telah bereaksi dengan unsur kimia material timbunan dikategorikan sebagai air kotor, yang harus mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang ke alam bebas.Pembuatan contact channel bertujuan untuk memisahkan aliran air bersih dan aliran air kotor yang dilakukan setelah proses pembukaan lahan dan penimbunan waste dilakukan.

(Kriteria top soil dan sub-soil)

Dalam rencana penambangan PT Newmont Nusa Tenggara (NTT) untuk tahun 2010 akan ada 2,1 miliar ton

material batuan buangan yang harus ditimbun, sampai akhir masa penambangan. Tentu saja diperlukan lokasi penimbunan yang sesuai dengan jumlah material buangan itu sekaligus aman terhadap lingkungan. Untuk itu, sesuai dengan prinsip good mining practice, PT Newmont Nusa Tenggara melakukan beberapa tahapan kegiatan, sesuai dengan standar kerja yang berlaku di PT Newmont Nusa Tenggara. Ini dilakukan untuk menjamin berlangsungnya kegiatan penambangan secara keseluruhan

dan menghindari kemungkinan munculnya isu lingkungan terkait dengan kestabilan lereng timbunan, air asam tambang, dan konservasi sumber daya air bersih.

Lokasi penimbunan yang dipilih adalah Kanloka dan Ujat. Kedua lokasi ini dipilih berdasarkan empat tahap yang diterapkan dalam usaha penanganan material buangan. Keempat tahap tersebut adalah pembukaan lahan untuk tempat penimbunan material buangan, penimbunan material buangan, pengelolaan air bersih dan kotor, serta kegiatan reklamasi. Pembukaan kedua lahan itu dilakukan selama musim kering (dry season).

Secara umum, kegiatan dry season terbagi dalam beberapa tahap, yaitu tebang pohon (tree cutting), pemindahan kayu hasil tebang pohon (grabbing), penyelamatan tanah penutup (soil salvaging), dan konstruksi. Kegiatan tebang pohon dilakukan untuk membebaskan lahan agar kegiatan selanjutnya bisa dilakukan. Batas tebang pohon disesuaikan dengan izin yang didapatkan dari pemerintah, yaitu di daerah Kanloka dan Ujat, sesuai dengan rencana pengembangan penimbunan waste. Kayu hasil penebangan itu kemudian dikumpulkan di suatu tempat dan akan dipergunakan sesuai peruntukannya.

Batu Buangan Ditimbun,Lingkungan Tetap Aman

Setelah area yang dibuka bersih dari pohon, kegiatan selanjutnya adalah pengambilan tanah penutup. Tanah penutup ini sangat berharga karena akan berguna untuk keperluan penutupan tambang dalam proses reklamasi. Tanah penutup akan dikumpulkan di suatu tempat yang disebut soil stockpile atau langsung digunakan jika ada kegiatan reklamasi.Tanah penutup sendiri dibedakan dalam dua kategori, yaitu top soil dan sub-soil, yang nantinya harus dibedakan penempatannya pada soil stockpile.

Inilah upaya yang dilakukan PT NTT untuk meminimalkan isu negatif lingkungan dalam penanganan material buangan.

Oleh Budianto dan Rinto AdamPT Newmont Nusa Tenggara, Batu Hijau-Sumbawa, Indonesia

TECHNICAL PAPERS

10 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

Page 7: Majalah Pertambangan Edisi 1

12 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 13

TECHNICAL PAPERS

Contact channel dibuat di sepanjang batas timbunan waste dengan daerah yang tidak terganggu. Contact channel terdiri dari dua saluran utama, yaitu saluran air bersih dan saluran air kotor. Air bersih akan mengalir melalui saluran bagian luar yang sudah dilapisi geomembrane. Akan halnya air kotor akan mengalir di bagian dalam tanggul mengikuti batas timbunan. Kemudian, air bersih dialirkan mengikuti aliran air alami di sekitar lokasi timbunan. Air kotor dialirkan ke kolam penampungan air kotor (toe dike). Selain air kotor yang mengalir melalui salurannya, ada juga air tanah yang merembes ke dalam material timbunan dan mengalir ke kaki timbunan, yang biasa disebut air rembesan (seepage water). Seepage water ini bersifat asam, karena sudah bereaksi dengan material asam di timbunan waste. Seepage water ini dikumpulkan di kolam penampungan air rembesan, yang disebut wet well dike.

 Gambar 3. Saluran air bersih pada contact channel

mengikuti angle of repose dan ketinggian timbunan maksimum 45 meter. Pada 50 meter terakhir sebelum batas akhir rencana timbunan, yaitu 43,8 meter dari crest reklamasi di bawahnya, material yang ditimbun harus yang benar-benar berbatu. Karena, material inilah yang nantinya akan digunakan dalam pembentukan lereng. Material yang tidak kompeten berpotensi mengurangi kestabilan lereng yang akan dibentuk.

Pembentukan lereng 2H:1V pada material waste dilakukan dengan cara memotong bagian atas timbunan dengan jarak 15,1 meter dari tepi timbunan dan mengisi bagian bawah timbunan. Sementara itu, penempatan lapisan tanah penutup pada daerah reklamsi bertujuan untuk memberikan media bagi tumbuhnya tanaman asli yang akan ditanam dan menghindari terjadinya infiltrasi air ke dalam material waste.

* Artikel ini disarikan dari makalah penulis untuk “Prosiding TPT XIX Perhapi 2010”, dengan judul “KegiatanPenimbunan Batu Buangan Berdasarkan Rencana Penambangan 2010 di PT Newmont Nusa Tenggara”. Makalah asli tersimpan di Sekretariat Perhapi.

Gambar 4. Konfigurasi lereng reklamasi 2H:1V

Gambar 5. Penimbunan material di daerah reklamasi

Gambar 6. Ilustrasi proses pembentukan lereng 2H:1V

ReklamasiTahap selanjutnya adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (reklamasi). Tujuan khusus reklamasi adalah menstabilkan permukaan tanah dan menciptakan kondisi fisik alam untuk mendorong pertumbuhan beragam spesies tanaman, yang serupa dengan keadaan hutan sebelum kegiatan penambangan. PT NNT punya standard untuk melaksanakan program reklamasi, dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Untuk reklamasi di daerah lereng, PT NNT menggunakan kemiringan lereng 2H:1V, dengan ketentuan yang harus dipenuhi, yakni kemiringan muka lereng (bench face angle) 26.565o (2H:1V); kemiringan antar-jenjang (inter-ramp angle) 21.801o; Lebar catch bench 22,5 meter dengan gradient 2%; tinggi maksimum antar-catch bench 45 meter, dan; lebar jalan di area reklamasi 15 meter.

Latar belakang pemilihan lereng reklamasi 2H:1V adalah keuntungan yang akan didapatkan terkait dengan isu lingkungan hidup. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain luas area yang terganggu oleh kegiatan penimbunan akan lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan lereng yang lebih landai dan mengurangi erosi permukaan dan penumpukan sedimen. Juga mengurangi daerah tangkapan air permukaan pada lereng reklamasi, mengurangi infiltrasi ke dalam timbunan waste sehingga mengurangi potensi timbulnya air asam tambang, menambah kapasitas timbunan sehingga dapat menghindari terganggunya sumber air alami yang ada di sekitarnya.

Adapun tahapan kegiatan reklamsi yang dilakukan adalah dumping material waste dengan kemiringan 37o sesuai dengan angle of repose, pembentukan lereng 2H:1V, penyebaran lapisan tanah penutup, dan penanaman tumbuhan alami. Pada tahap awal, penimbunan material waste pada daerah reklamasi dilakukan seperti penimbunan material waste umumnya,

Reclaimed Dump Configuration

Repose Angel = 37o (1,3H : 1V)IRA = 21,8o (2,5H : 1V)FA = 26,57o (2H : 1V)Lift Height = 45,0mCatch Bench Width = 22,5m

2,5H

1V22,5m

22,5m

337,5m

45,0m

45,0m

26,57o (Regraded Slope)

26,57o (Regraded Slope)

21,8o (Inter - rump Angle - 2,5H : 1V)

26,57o (Regraded Slope - 2H : 1V)

37o (Repose Angel)

Untuk mengembalikan fungsi lahan seperti keadaan semula, penempatan lapisan tanah dilakukan dengan menempatkan sub-soil terlebih dahulu dengan ketebalan 2,25 meter, kemudian diikuti dengan top soil dengan ketebalan 0,5 meter. Setelah penyebaran lapisan tanah penutup selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah penanaman tumbuhan alami. Jenis tumbuhan yang ditanam adalah jenis tumbuhan asli yang tumbuh di daerah tersebut. Memang, pada awal penanaman jenis tumbuhan, yang ditanam adalah jenis tumbuhan yang mudah tumbuh, sebagai tumbuhan perintis, sebelum nantinya tumbuhan asli ditanam. ***

Page 8: Majalah Pertambangan Edisi 1

14 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 15

TECHNICAL PAPERS

Diperlukan urutan penambangan tertentu untuk mendapatkan keseimbangan nisbah kupas.

Oleh Novriyadi - PT Arutmin Indonesia

Menambang Batubaradi Bawah Sungai

Sebagai perusahaan yang memiliki Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)

dari Pemerintah Republik Indonesia, PT Arutmin Indonesia memiliki empat wilayah pertambangan. Keempatnya tersebar di Kalimantan Selatan, yaitu Tambang Asam Asam, Tambang Satui, Tambang Batulicin, dan Tambang Senakin. Di salah satu lokasi tambang itulah terdapat sejumlah batubara, yang berada di bawah Sungai Jelamu (anak Sungai Satui).

Tambang Satui yang terletak di area Bukit Baru, Kalimantan Selatan, adalah rangkaian bukaan tambang (pit) yang bergerak dari barat daya ke arah timur laut, dimulai dari Pit Abimanyu Selatan, Abimanyu Central, Abimanyu Utara Gatotkaca Selatan, dan diakhiri oleh Pit Gatotkaca Utara. Memang, untuk memudahkan perencanaan, Tambang Satui dibagi mejadi beberapa pit, dengan nama-nama yang diambil dari nama tokoh pewayangan. Selain Abimanyu dan Gatotkaca, pit-pit yang lain diberi nama dengan nama Antareja, Bisma, Rama, Arjuna, Hanoman, Bima, Kresna, Yudistira, dan Antasena.

Sungai Jelamu sendiri berada di antara Pit Abimanyu dan Pit Gatotkaca, dengan luas

14 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

tangkapan hujan yang cukup besar, yaitu sekitar 140 Km2. Sebagai bagian dari upaya konservasi cadangan batubara, PT Arutmin Indonesia memutuskan untuk menambang batubara di bawah sungai tersebut. Total cadangan batubara di lokasi ini sebesar 3 juta ton, dengan stripping ratio (SR) sebesar 7,40.

Rangkaian pit ini secara ekonomis sedemikian rupa harus ditambang dengan beberapa tahap, yakni perencanaan komprehensif yang meliputi pembuatan alur sungai baru (river diversion), penambangan dan penimbunan kembali, serta pembuatan alur sungai baru di lokasi timbunan; perizinan dari departemen terkait; implementasi, dan; pemantauan (monitoring). Proyek ini dimulai pada tahun 2004 dan dapat diselesaikan dengan baik pada tahun 2009.Urutan penambangan seperti itu tidak lepas dari keseimbangan nisbah kupas (SR) dan kualitas batubara Tambang Satui secara keseluruhan. Batubara yang dihasilkan dari area Bukit Baru harus dapat mengimbangi batubara yang dihasilkan dari area Kintap, untuk tercapainya kuantitas yang memadai sehingga memenuhi komposisi pencampuran (blending), agar tercapai kualitas produk yang diharapkan. Batubara dari area Kintap sendiri memiliki trend kandungan Sulfur yang rendah dan kalori yang tinggi. Akan halnya batubara dari area Bukit Baru sebaliknya, memiliki trend kandungan sulfur yang tinggi dan kalori yang rendah. Jika penambangan dilakukan tanpa mempertimbangkan usaha pencampuran ini, besar kemungkinan batubara dari area Bukit Baru menjadi tidak ekonomis.

Outlet RiverRL 04J10

J11J12

J13

J14

J15

J16

J17

J18

Buffer Zonemin 100m

Inlet RiverRL 05

JelamuReinstatement

OriginalJelamu River

JelamuDiversion

JelamuPit

Gambar 1. Desain dan Foto pengalihan Sungai Jelamu

Page 9: Majalah Pertambangan Edisi 1

16 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 17

TECHNICAL PAPERS

 Gambar 3. Tahap I pemindahan Sungai Jelamu

 Gambar 4. Tahap II pemindahan Sungai Jelamu

tambang di ujung utara Pit Abimanyu sebelum Sungai Jelamu. Tetapi, dengan berlanjutnya penambangan, lubang ini bisa dihindari. Ada urutan penambangan terkait pemindahan dan pengembalian sebagian aliran Sungai Jelamu.

Kondisi awal (tahap I) penambangan sebelum dimulainya proyek ini adalah Pit Abimanyu Utara dalam keadaan aktif bergerak ke arah timur laut sesuai rencana. Pembuangan material tanah penutup dilakukan dengan proses backfilling ke area yang sudah selesai ditambang (mined out) dan sebagian masih ada alokasi dumping ke area di luar pit (out of pit dump).

Tahap II adalah membuat pengalihan sementara Sungai Jelamu, ketika dua meander dari badan sungai dihilangkan. Caranya dengan melakukan penggalian sebagian badan sungai pengalihan yang lurus, seperti yang dapat dilihat pada gambar 4. Dengan demikian, pergerakan Pit Abimanyu dapat berlanjut hingga batas pengalihan sungai sementara.

Sementara penambangan berlanjut di Abimanyu dan pengalihan sementara dapat bekerja, Tahap III (pengalihan utama dengan alur seperti yang dapat dilihat pada gambar 5) baru bisa dikerjakan. Desain pengalihan Sungai Jelamu sudah dirancang untuk mengatasi intensitas hujan pada periode ulang seratus tahunan.

Dimensi sungai dapat dijelaskan sebagai berikut. Panjang total 2.202 meter pada daerah seluas 28,48 hektare, lebar dasar bagian bawah 30 meter. dan lebar permukaan 130 meter. Kemiringan tepi saluran 1:2 (V:H), kemiringan dasar saluran 0,277%, tinggi minimun 7 meter serta volume material galian sebesar ± 5,2 juta m3, dan tanah pucuk yang diselamatkan sebesar 90.800 m3.

Tahap terakhir dan yang sangat menentukan adalah Tahap IV, yaitu pengembalian (reinstatement) sebagian badan Sungai Jelamu yang sudah dialihkan (diversion) ke posisi semula. Dengan demikian, pergerakan tambang dapat

Gambar 2. Wilayah PKP2B Tambang Satui dan Sungai Jelamu

Namun, dalam usaha untuk melakukan penambangan dengan urutan penambangan tersebut suatu kendala permukaan (surface constrain), yaitu keberadaan Sungai Jelamu di antara Pit Abimanyu Utara dengan Gatotkaca Selatan. Sungai Jelamu merupakan sungai yang memiliki pola aliran dendritik, dengan daerah aliran sungai (DAS) berbentuk paralel. Berdasarkan posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai dalam suatu DAS, sungai Jelamu masuk ke dalam orde 5, dengan angka indeks tingkat percabangan sungai 5.

Dengan adanya kendala itu, pilihan yang bisa diambil untuk melanjutkan penambangan adalah meninggalkan Sungai Jelamu apa adanya berikut cadangan batubara yang ada di bawahnya, yang secara ekonomis dinilai masih sangat potensial, yaitu 3 juta ton batubara, dengan nisbah kupas (SR) 7,4 :1. Bisa juga dengan melakukan upaya pemindahan sungai sedemikian rupa, sehingga semua sumber daya yang sudah diperkirakan dapat tertambang secara optimal.

Kalimantan

Index Location Map

Karuh

Antasena

Asam - Asam

YudistiraMulia

Satui - Kintap

Muara Satui BOBT

Jumbang

Bukitbaru

Abimayu

Kantor

Antareja

GatotkacaProyekJelamu

Ada beberapa tujuan dan manfaat dari upaya pegalihan Sungai Jelamu, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama: optimasi cadangan batubara secara ekonomis. Kedua: bagian dari implementasi kebijakan pemerintah dalam upaya konservasi sumber daya batubara. Dengan tidak meninggalkan cadangan batubara yang masih ekonomis untuk ditambang, secara langsung perusahaan telah memberikan kontribusi manfaat pendapatan bagi negara, yang selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Dasar 1945.

Ketiga: memperbesar kemungkinan penimbunan kembali bekas lubang tambang secara berkesinambungan. Jika penambangan berhenti sampai di Sungai Jelamu, sebagian besar pit Abimanyu tidak akan bisa ditimbun kembali karena kupasan tanah penutup dari pit Gatotkaca Selatan di seberang Sungai Jelamu tidak mungkin dibawa menyeberagi sungai. Karena, jarak angkutnya jauh dan berefek pada biaya tinggi bagi penambangan. Kondisi ini akan berujung terbentuknya lubang bekas

Page 10: Majalah Pertambangan Edisi 1

18 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

TECHNICAL PAPERS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 19

TECHNICAL PAPERS

 Gambar 7. Dumping stages 16-17 hingga elevasi RLP10 -

pembentukan lapisan impermeable.

 

 

Gambar 8. Dumping stages 18 - pembentukan lapisan impermeable level 1.

Gambar 9. Dumping stages 19 - pembentukan lapisan impermeable level 2.

Gambar 10. Jelamu Reinstatement 80% progress konstruksi

Gambar 11. Jelamu Reinstatement 100% selesai awal 2009

 

 

bacfilling 18-19 untuk pembentukan lapisan impermeable dari badan sungai reinstatement. Pada tahap inilah strategi selective stripping harus dilakukan, ketika material yang boleh digunakan hanya material dengan tingkat impermeablity sesuai yang disarankan, dalam hal ini adalah batu lempung dan sub-soil. Dalam kaitannya dengan urutan penambangan kadang ketersedian material ini tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk pembentukan lapisan impermeable. Karena itu, satu-satunya pilihan adalah dengan melakukan penumpukan sementara material tersebut hingga saatnya diperlukan, yang akan dilakukan pengambilan kembali (rehandle). Ini adalah salah satu faktor kesulitan dalam proyek ini, yang secara langsung berdampak pada biaya proyek. Dalam tahap ini diperlukan volume batu lempung dan sub-soil sebesar 1.400.000 LCM.***

 Gambar 5. Tahap III pemindahan Sungai Jelamu

 Gambar 6. Dumping stages 1-15 hingga elevasi RLM5 - normal backfilling dengan 4 - 5 meter tinggi dumping

per lapisan

terus berlanjut ke arah Gatotkaca Selatan. Usaha pengembalian ini memberikan tantangan yang luar biasa, tidak hanya dari aspek teknis sungai itu sendiri, tetapi juga pengaruhnya terhadap penambangan. Dikatakan demikian karena, pertama, penempatan posisi pengembalian sungai adalah di area backfilling, yang artinya area tersebut bukan insitu dan dituntut sequence penambangan dan pengupasan tanah penutup (stripping) yang tepat untuk mendapatkan material balance yang diinginkan. Kedua, perlu perlakuan khusus terhadap material dumpingan, mengikuti rekomendasi dari sisi geoteknik. Di beberapa bagian dumping harus dilakukan dengan ketinggian yang dibatasi hanya 4 atau 5 meter dan harus mendapat perlakuan pembebanan dari truk dan khususnya dozer, yang bekerja di dumpingan. Perlakuan ini bertujuan untuk mendapatkan kepadatan tertentu dari material timbunan, sehingga diharapkan hasilnya mendekati proses settlement dalam kondisi normal.

Ketiga, memerlukan selective stripping, untuk pembentukan lapisan impermeable dari badan pengembalian sungai. Untuk mendapatkan lapisan impermeable yang direkomendasikan diperlukan material lempung, dengan spesifikasi tertentu secara hidologi. Kebutuhan yang demikian

mengakibatkan operasional pengupasan batuan penutup juga harus selectif dan membedakan lokasi dumpingan antara maerial lempung dan bukan lempung.

Sequence penambangan dan dumping yang akan dijelaskan dengan beberapa figur berikut menjelaskan pembentukan badan pengembalian (reinstatement) sebagian Sungai Jelamu, dalam kaitannya terutama dalam hal pertimbangan material balance. Tentunya tetap dalam kerangka utama produksi batubara, dengan target kuantitas dan kualitas yang diharapkan.

Gambar 6 di atas menjelaskan tahapan proses dumping/backfilling 1-15 untuk pembentukan badan utama pengalihan sungai, yang perbedaan warna di gambar tersebut menunjukkan urutan lokasi dumping dengan target elevasi RLM5. Urutan demikian berdasar pertimbangan lokasi loading point, sehingga tercapai jarak dumping optimal dalam kaitannya dengan biaya pengakutan. Dalam tahap ini saja diperlukan volume tanah penutup sebesar 16.000.000 LCM.

Gambar 7 menjelaskan tahapan proses dumping/backfilling 16-17 yang pada prinsipnya masih sama dengan tahap 1-15. Hanya saja, target elevasi pada tahap ini adalah RLP10. Dalam tahap ini saja diperlukan volume tanah penutup sebesar 5.200.000 LCM.Gambar 8-9 menjelaskan proses dumping/

Page 11: Majalah Pertambangan Edisi 1

20 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 21

PERHAPI NEWS

completely different style; Russia - Classification of Reserves of Mineral Deposits and Prognostic Resources of Solid Minerals - 11 December 2006 (in force from 1 Jan 2008); China - Solid Mineral Reserve Classification 1999 (telah direvisi); UN-ECE Framework Classification 2004 (International Governments).

Melihat perkembangan industri pertambangan negara-negara lain dan Indonesia yang memiliki potensial mineral yang cukup menarik, Perhapi dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pun merasa perlu untuk mengembangkan standar seperti itu, yang bisa diakui oleh masyarakat Indonesia dan internasional. Perintisan ini awalnya dikembangkan oleh Perhapi pada tahun 1997, dengan dibuatnya Konsep Pengembangan Competent Person Pertambangan Indonesia dan dicoba diterapkan di Perstuan Insinyur Indonesia Kejuruan Tambang. Tapi, pada perkembangannya tidak mengalami kemajuan.

Pada kepengurusan Perhapi tahun 2008-2011 dibentuklah kelompok kerja tentang pembuatan standardisasi pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan. Bersamaan dengan itu, Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) membentuk komite bersama yang membuat Sistem “Competent Person” Indonesia dan Standar Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan Cadangan Mineral Indonesia, Sepetember 2009.

Saat ini, Perhapi dan IAGI telah membuat kode pelaporan mengenai hasil ekplorasi, sumber daya, dan cadangan yang di sebut KCMI 2011. Dengan adanya KCMI-2011, standar pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan komoditas tambang di Indonesia dapat memiliki kepastian yang lebih tinggi. Tingkat risiko investor dan pemangku kepentingan terhadap investasi di industri pertambangan juga dapat terlindungi, yang pada akhirnya manfaat nasional dapat dimaksimalkan. Selain itu, kebutuhan standar ini juga dapat dijadikan acuan bagi kontrak-kontrak yang menjadikan komoditas tambang sebagai obyek kontrak, antara lain PLN-suplier batubara, pembiayaan perbankan, penjualan dan pembelian batubara,

atau bahkan dapat menjadi dasar perusahaan yang masih eksplorasi untuk mencari modal di bursa pasar modal, seperti di Australia, Hong Kong, Eropa, Amerika, atau Kanada.

Seperti standar pada umumnya diperlukan pengawalan dan penegakan kepatuhan dari para pihak yang mempergunakan KCMI 2011. Untuk itu, Perhapi-IAGI membentuk komite bersama yang secara terus-menerus dan setiap waktu akan memperbarui dan melakukan tindakan disiplin bagi anggotanya yang melakukan pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Keterlibatan para pemangku kepentingan terhadap penyalahgunaan KCMI-2011 sangat diperlukan, terutama yang berkaitan dengan potensi kerugian investor.

Sejalan dengan itu, untuk pengenalan kode tersebut, Perhapi pada 20 September 2011 mengadakan acara “Sosialisasi Kode KCMI 2011, Workshop dan Konvensi Competent Person Indonesia”. Dalam acara yang berlangsung di Ruang Andrawina Gedung Aneka Tambang, Jakarta Selatan, itu dipaparkan hal-ihwal KCMI 2011 secara umum dan bagaimana implikasinya terhadap praktik di dunia industri pertambangan dan pemangku kepentingan yang lain. Juga diekspose sistem Competent Person Indonesia dan pengenalan Kode Etik Profesi Insinyur Pertambangan.

Dalam kesempatan itu, para peserta yang berminat menjadi competent person disarankan untuk mengikuti workshop dan konvensi. Materi workshop membahas secara detail tentang praktik yang baik dan membahas kasus-kasus yang relevan serta bagaimana menghadapi kondisi riil di lapangan. Cakupan materi workshop meliputi Kode KCMI Batubara, Kode KCMI Mineral, dan etika profesi (teori dan studi kasus). Akan halnya konvensi adalah deklarasi secara bersama bagi peserta yang telah menjadi competent person, untuk menegakkan Kode KCMI. Ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan masyarakat umum berkaitan dengan kaidah praktik di dunia pertambangan yang baik.

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 2120 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWSPERHAPI NEWS

Dengan adanya KCMI 2011, standar

pelaporan hasil eksplorasi, sumber

daya, dan cadangan komoditas tambang

di Indonesia dapat memiliki kepastian yang lebih tinggi.

KCMI 2011 danCompetent Person Indonesia

Perhapi : Acara

Transparansi, standardisasi, dan akuntabilitas telah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi dalam industri pertambangan dunia dan

Indonesia akhir-akhir ini, terutama yang berkaitan dengan investasi atau pendanaan. Itulah sebabnya diperlukan suatu sistem yang dapat menjadi acuan dan dapat memberikan tingkat kepastian dan kepercayaan yang tinggi bagi para pemangku kepentingan.

Di beberapa negara, kebutuhan akan transparansi, standardisasi, dan akuntabilitas itu telah diwujudkan oleh masyarakat dalam industri pertambangannya. Caranya dengan menciptakan standar pelaporan dalam hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan mineral. Standar ini pun telah diakui dan dipergunakan oleh dunia industri untuk menilai investasi dan pendanaan kegiatan usaha pertambangan. Standar pelaporan yang dibangun untuk membuat pernyataan hasil eksplorasi, pernyataan sumber daya, dan cadangan merupakan acuan baku atau disebut kode. Pada

praktiknya, harus ada dukungan sistem yang dapat menegakkan kepatuhan bagi para pelaku. Juga harus selalu dilakukan pemutakhiran, sehingga acuan dan kode tersebut dapat mengikuti tuntutan dan perkembangan industri pertambangan. Pada saat ini, industri pertambangan telah mengembangkan beberapa standar pelaporan dan telah diakui serta dipergunakan dalam kegiatan investasi dan permodalan pengembangan pertambangan. Standar pelaporan yang dikenal antara lain JORC Code (Australasia) – 2004; SAMREC Code (South Africa) - 2007 Updated Code issued; The Reporting Code (UKIW Europe) - 2003, Revised PERC Code in preparation; Chilean Code (Chile) - issued 2004, implemented fully 2008; Peruvian Code (Peru) - issued 2004; CIM Definition Standards 2005 (dengan NI 43 -101 dan best practices guidelines); PhilCompetent Personines PMRC - issued December 2007; SME Guidelines (USA) - issued 2007, not recognised by US SEC; CRIRSCO International Reporting Template - issued 2006; Industry Guide 7 (USA - SEC) -

Page 12: Majalah Pertambangan Edisi 1

22 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 23

PERHAPI NEWS

Untuk menjadi competent person, syarat minimum yang harus dipenuhi adalah memiliki kualifikasi dengan pengalaman yang relevan minimum 5 tahun. Selain itu, menjadi anggota assosiasi profesi yang dapat melakukan penegakan kepatuhan pada kode etik dan standardisasi yang diperlakukan. Kualifikasi dan pengalaman yang relevan selama 5 tahun meliputi pendidikan minimum dan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dalam pembuatan laporan eksplorasi, sumber daya, dan cadangan.

Dalam menjalankan praktik profesinya, setiap competent person diharuskan mematuhi kode etik. Dengan demikian, hal-hal yang berpotensi merugikan pemangku kepentingan, profesi, dan kepercayaan masyarakat terhadap profesinya dapat dihindarkan. Kepatuhan ini menjadi wajib selama competent person menjadi anggota Perhapi. Kendati begitu, setiap laporan yang dibuat atau ditandatangi oleh competent person menjadi tanggung jawab pribadi penanda tangan laporan tersebut. Perusahaan yang menjadi tempat competent person itu bekerja juga memiliki tanggung jawab yang sama.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Dr. Thamrin Sihite menjadi pembicara kunci dalam

acara ini, dengan membawakan makalah bertajuk “Pentingnya Profesionalisme dalam Mendukung Kebijakan Pemerintah dan Peningkatan Peran Serta Nasional di Industri Pertambangan”. Ketua Umum Perhapi, Irwandy Arif memaparkan peran Perhapi sebagai organiasi profesi dalam pengembangan profesionalisme di industri pertambangan. Sementara itu, Ketua Umum IAGI Dr. Lambok Hutasoit menjelaskan peran IAGI sebagai organiasi profesi dalam pengembangan profesionalisme di bidang geologi. Pembicara yang lain di antaranya adalah Bill Sullivan, Ito Warsito (Direktur Utama Bursa Efek Jakarta), Martiono Hadianto (Ketua Umum Indonesian Mining Association), dan Bob Kamandanu (Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia/Indonesian Coal Mining Association).

Untuk pengenalan KCMI dilakukan oleh Dr. Ir. Chairul Nas dan Ir. Ronald Sibarani. Materi kursus tentang competent person Indonesia dibawakan oleh Ir. Budi Santoso, yang juga membawakan materi etika profesi. Untuk materi KCMI Batubara dilakukan oleh Dr. Ir. Chairul Nas, sementara materi KCMI mineral oleh Ir. Ronald Sibarani dan Ir. Sukmandaru Prihatmoko. ***

22 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Page 13: Majalah Pertambangan Edisi 1

24 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 25

PERHAPI NEWS

Ir. Herman Afif Kusumo (1994-1997, 1997- 2000), Ir. A. Latief Baky (2000-2003, 2003-2006), dan Irwandy Arif (2006-2009, 2009-2012).

Selama lebih dari dua dekade, Perhapi secara berkesinambungan mengembangkan fungsinya sebagai organisasi profesi, yang merupakan wahana bagi para ahli pertambangan. Spektrum keanggotaannya pun meluas, yakni praktisi yang berkecimpung dalam dunia usaha pertambangan; konsultan dalam bidang-bidang yang erat kaitannya dengan industri pertambangan; birokrat yang bekerja pada instansi pemerintahan yang terkait dengan sektor pertambangan; tenaga akademisi yang bekerja di lingkungan perguruan tinggi; peneliti yang bekerja pada lembaga penelitian yang terkait dengan sektor pertambangan, dan; mahasiswa yang sedang menempuh studi pada jurusan/program studi teknik pertambangan.

Dengan didirikannya Perhapi diharapkan para ahli pertambangan di Indonesia, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, dapat terfasilitasi dalam menyalurkan kontribusi pemikiran secara aktif dan efektif. Dengan demikian, dapat berperan dalam

pengembangan sektor pertambangan di Indonesia, dalam pengertian yang seluas-luasnya. Sampai sekarang, keanggotaan Perhapi hampir mencapai 3.000 orang, terdiri dari para ahli dengan latar belakang keilmuan yang beragam, antara lain geologi/geosains, teknik pertambangan, dan metalurgi ekstraktif, teknik lingkungan. Juga kalangan profesional dalam industri pertambangan, dengan latar belakang ilmu ekonomi dan manajemen, sosial politik, dan hukum pertambangan.

Tanggal 21 September lalu, Perhapi berusia 21

tahun. Bagaimana sejarah berdirinya Perhapi?

Apa pula visi dan misinya?

Jakarta, 14-17 Maret 1990. Di Hotel Borobudur berlangsung sebuah konferensi untuk para ahli pertambangan se-Asia-

Pasifik. Nama acaranya Asia-Pacific Mining Conference. Namun, meski diadakan di ibu kota Indonesia, sedikit sekali ahli tambang dari Tanah Air yang hadir dalam acara tersebut. Kenyataan ini membuat sekelompok alumni Jurusan Tambang Intitut Teknologi Bandung (ITB) merasa prihatin.

Para ahli tambang lulusan perguruan tinggi cap gajah yang usian masih relatif muda-muda itu pun lalu bersepakat untuk berkumpul kembali seusai acara. Mereka antara lain Made Astawa Rai, Herman Afif Kusumo, Omri Samosir, Irawan Poerwo, Sudarto, Totok Darijanto, A. Latief Baky, Rudi Pesiwarissa, Gatot H.P., dan Priyo Pribadi. Hadir dalam pertemuan itu juga ahli pertyambangan senior dari ITB, Warjono Sumodinoto. Singkat kata, pertemuan lanjutan pun digelar. Hasilnya: mereka akan membuat sarasehan untuk para alumni Jurusan Tambang ITB. Motor dan koordinator acara ini adalah almamater mereka.

Maka, pada 21 Juli 1990 digelarlah “Sarasehan Alumni Jurusan Tambang ITB”, yang mengambil tempat di kampus ITB Bandung. Salah satu hasil sarasehan itu adalah pengakuan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mendirikan wadah bagi para ahli pertambangan. Para alumni Jurusan Tambang ITB sepakat pula menunjuk Ir. Kosim Gandataruna sebagai formatur tunggal untuk membentuk wadah para ahli pertambangan Indonesia.

Sebuah tim kecil pun dibentuk oleh Ir. Kosim Gandataruna. Dilakukan serangkaian rapat selama dua bulan penuh di Jakarta, sehingga kemudian berdirilah Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), yang langsung disahkan dengan Akta Notaris Ny. R. Arie Soetardjo, S.H., pada tanggal 21 September 1990. Hingga saat ini, yang telah terpilih menjadi Ketua Umum Perhapi dalam tujuh kongres adalah Ir. Kosim Gandataruna (1990-1991), Dr. Ir. Made Astawa Rai (1991-1994),

Visi Perhapi adalah menjadikan Perhapi sebagai satu organisasi yang dapat membentuk ahli pertambangan yang mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional. Adapun misinya adalah pengembangan kompetensi dan peningkatan integritas; pengembangan sektor pertambangan yang mengikuti kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, dan; penciptaan keunggulan bersaing dan jejaring kerja.

Untuk dapat mewujudkan visi dan misi tersebut selangkah demi selangkah, kepengurusan Perhapi 2009-2012 telah menetapkan target yang diharapkan

dapat terwujud pada periode akhir kepengurusan, 2012. Target itu adalah terwujudnya konsolidasi internal organisasi yang profesional; terbangun dan berkembangnya profesionalisme di bidang pertambangan, tumbuhnya percaya diri, serta meningkatnnya harkat dah martabat ahli pertambangan Indonesia; terciptanya iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor pertambangan dan terselesaikannya berbagai masalah di sektor pertambangan; terciptanya hubungan kerja sama (network) yang baik dengan lembaga terkait, baik nasional maupun internasional.

Target Perhapi di Akhir Kepengurusan

Pada Mulanya Adalah

Keprihatinan

Irwandy Arif

Page 14: Majalah Pertambangan Edisi 1

26 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 27

PERHAPI NEWS

Perhapi: Acara

Konferensi Tahunan Ke-3 Batubara Indonesia

Bertempat di Hotel Sultan, Jakarta, Perhapi bekerja sama dengan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-

ICMA) dan Indonesian Coal Society/Masyarakat Batubara Indonesia (ICS) kembali memprakarsai pertemuan tahunan secara berkala di antara pemangku kepentingan pertambangan batubara nasional. Pertemuan yang bertitel Konferensi Tahunan Ke-3 Batubara Indonesia ini berlangsung pada 21-23 Maret 2011.

Dalam konferensi ini, peserta berinteraksi dengan pembicara dan tokoh-tokoh nasional, yang mengetengahkan contoh dan perilaku

praktik pertambangan yang terbaik (good mining practice) dari industri pertambangan batubara Indonesia. Ada puluhan pembicara yang mengisi konferensi ini, dengan pembicara kunci Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Dr. Darwin Zahedy Saleh. “Saat ini, sumber daya batubara Indonesia sebesar 105,2 miliar ton dan cadangannya sebesar 21,13 miliar ton. Ini merupakan modal bagi pembangunan nasional yang harus dimanfaatkan secara bijaksana,” ungkap Darwin dalam kesempatan tersebut. Lebih jauh, Darwin mengatakan, secara makro, sub-sektor pertambangan telah memberikan kontribusi yang cukup

Perhapi: Agenda

Maret 2012 :Konferensi Tahunan Ke-4 Batubara Indonesia

Untuk mencari bentuk pengelolaan industri pertambangan batubara yang terbaik bagi bangsa Indonesia, juga

untuk berbagai informasi tentang kegiatan terkini parktik pertambangan batubara di Indonesia, serta penyebarluasan kebijakan dan praktik terbaik industri pertambangan batubara di Indonesia, Konferensi Tahunan Batubara Indonesia kembali akan digelar. Konferensi

yang untuk keempat kalinya ini rencananya akan diadakan pada 19-21 Maret 2012 di Hotel Sultan, Jakarta. Kegiatan yang dipersiapkan dan diorganisasi bersama antara Perhapi, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA), dan Indonesian Coal Society/Masyarakat Batubara Indonesia (ICS) ini akan berbentuk seminar, workshop, dan pameran.

besar terhadap pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi tersebut antara lain penerimaan negara sub-sektor pertambangan umum sebesar Rp66,8 triliun atau sekitar 23% dari penerimaan sektor ESDM sebesar Rp288,5 triliun. Juga adanya investasi sub-sektor pertambangan umum sebesar US$3,2 miliar atau sekitar 15% dari investasi sektor ESDM sebesar US$21,9 miliar. Belum lagi kontribusi pada penyerapan tenaga kerja dan pengembangan masyarakat.

Save Indonesian Coal merupakan spirit konferensi tahunan ini, sebagai usaha mempertahankan penyelamatan kaidah dan reputasi praktik pertambangan batubara Indonesia yang terbaik secara nasional dan dalam standar dunia pertambangan internasional. Lingkup presentasi dalam dua hari pertama pertemuan tahunan ini meliputi aspek legal, teknis, komersial, dan maupun reputasi pertambangan batubara Indonesia.Workshop di hari ketiga membahas dua topik paralel, masing-masing tentang klasifikasi baru sumber daya dan cadangan batubara Indonesia serta aspek-aspek perencanaan tambang batubara. Dengan semangat kebersamaan yang digalang secara berkelanjutan dan berlatar belakang profesionalisme antara Perhapi, APBI-ICMA, dan ICS diharapkan kepedulian terhadap nilai-nliai good mining practice dapat terus ditingkatkan dan sekaligus tantangan masa depan pertambangan batubara nasional dapat terjawab.***

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 27

Page 15: Majalah Pertambangan Edisi 1

28 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia | 29

PERHAPI NEWS

pemerintah selaku pemegang amanat rakyat Indonesia dalam mengelola sumber daya mineral dan batubara, pertimbangan harga komoditas akan menentukan target pendapatan negara dan kebijakan-kebijakan dalam mengelola sumberdaya mineral dan batubara.

Harga komoditas di atas merupakan salah satu aspek yang memengaruhi dinamisasi dalam pengelolaan dan pengusahaan sumber daya mineral dan batubara. Aspek lain yang dapat memengaruhi keberlangsungan aktivitas pertambangan antara lain adalah regulasi dan kebijakan pemerintah pusat dan daerah, aspek ekonomi sosial dan budaya, teknologi, implementasi regulasi dan kebijakan, serta pengawasan . Dengan banyaknya aspek yang memengaruhi aktivitas pertambangan, terkait dengan program percepatan pembangunan dan perluasan pembangunan ekonomi di bidang pertambangan diharapkan seluruh pemangku kepentingan bidang pertambangan dapat bersatu guna menyelaraskan setiap aspek dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan begitu, pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara dapat dilaksanakan secara efektif,

berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat lndonesia.

Sejalan dengan itu, Temu Profesi Tahunan (TPT) XX Perhapi akan mengusung tema “Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan Batubara untuk Kemakmuran Rakyat”. Sub-temanya adalah “Eksplorasi Tambang - Manajemen Tambang - Geoteknik Tambang”; “Kebijakan Tambang - Ekonomi Mineral - Operasi Tambang”, dan; “K3 dan Lingkungan Tambang - Pengolahan Bahan Galian”. Acara akan berlangsung pada 7-12 Oktober di The Santosa Villas and Resort, Sengigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Seperti sebelumnya, TPT kali ini pun akan diisi oleh pembicara dari kalangan praktisi dunia usaha dan akademisi. Adapun yang menjadi pembicara tamunya adalah Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Dr. Ir. Thamrin Sihite, Dr. Ir. Wimpy S. Tjetjep dari Kemenko Bidang Perekonomian, Kepala Bappeda Provinsi NTB Dr. Ir. Rosiady Sayuti, dan Ketua APBI Bob Kamandanu.

Perhapi: Agenda

TPT XX Perhapi 2011Sumber daya mineral dan batubara

merupakan salah satu modal bangsa Indonesia dalam melaksanakan

pembangunan nasional. Pelaksanaannya melalui transformasi potensi sumber daya mineral menjadi modal riil ekonomi dan seterusnya menjadi modal sosial untuk mencapai kemakmuran rakyat, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Terkait dengan tujuan itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas, kementerian terkait, dan pihak terkait lainnya saat ini sedang melakukan penyusunan “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025”. Dalam program percepatan pembangunan tersebut, bidang pertambangan mineral dan batubara merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung program pemerintah.

Sebagaimana diketahui, pada tahun 2011 ini dibuka dengan harga komoditas tambang yang tinggi. Tingginya harga ini dapat disebabkan oleh terganggunya pasokan ataupun perubahan kondisi perekonomian dunia. Harga tersebut tidak akan selamanya berada pada tingkat yang tinggi, tapi berfluktuasi mengikuti kondisi-kondisi yang memengaruhi harga jual produk.

Bagi pemangku kepentingan, harga komoditas tambang akan memengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan pertambangan. Dari sisi pelaku industri pertambangan, harga komoditas termasuk juga biaya pengusahaannya akan menentukanstrategi operasi, mulai dan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan, sehingga pengusahaan sumber daya mineral dan batubara akan memberikan keuntungan sesuai keinginan pemilik perusahaan. Dari sisi

Page 16: Majalah Pertambangan Edisi 1

30 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Untuk segera menyelesaikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Perhapi, pada 19 September digelar Rapat

Anggota Luar Biasa Perhapi. Tempatnya di Ruang Andrawina, Gedung Aneka Tambang, Jakarta Selatan. Dari rapat ini tersusun draft usulan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Perhapi, yang di beberapa bagiannya berbeda dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Perhapi yang telah disahkan di hadapan notaris pada April 2010.

Indonesian Drill & Blast Conference 2011

Rapat AnggotaLuar BiasaPERHAPI

Seiring dengan peningkatan produksi mineral dan batubara di Indonesia, tahun 2010 kebutuhan Ammonium Nitrate dalam operasi peledakan mencapai sekitar 470.000 ton. Kebijakan pemerintah untuk melakukan akselerasi konstruksi di Indonesia juga mengindikasikan

peningkatan kebutuhan bahan galian industri serta konstruksi jalan dan terowongan. Karena itu, para pemangku kepentingan perlu mengetahui informasi terbaru mengenai review kebijakan pemerintah tentang penggunaan alat bor dan bahan peledak: peraturan, perizinan, kompetensi sumber daya; evaluasi supply & demand bahan peledak dan alat bor untuk peledakan di Indonesia; studi kasus perencanaan dan operasi pengeboran dan peledakan; efek positif dan negatif peledakan, dan; perizinan dan pengamanan distribusi bahan peledak di Indonesia. Bertolak dari dasar pemikiran seperti itulah Perhapi menggelar Indonesian Drill & Blast Conference 2011. Acara ini diselenggarakan pada 24 Januari lalu di Hotel Sultan, Jakarta.

30 | Oktober 2011 • Pertambangan Indonesia

Page 17: Majalah Pertambangan Edisi 1