m1 q leh print

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap produk dapat diukur dan diketahui langsung hasilnya melalui pengukuran. Salah satu pengukuran yang dapat mengukur suatu produk yang hasilnya dapat terbaca langsung dengan menggunakan alat ukur linier. Alat ukur linier sangat mudah untuk digunakan dalam pengukuran dan sudah banyak dikenal orang. 1.2 Tujuan 1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linier. 2. Membandingkan fungsi alat ukur yang satu dengan yang lainnya. 3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur. 1.3 Manfaat Pratikan mampu menggunakan beberapa alat ukur linier, melaksanakan pengukuran secara langsung dan membaca hasil pengukuran.

Upload: marodalimunthe

Post on 16-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hgfjfj

TRANSCRIPT

Page 1: m1 q leh print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap produk dapat diukur dan diketahui langsung hasilnya melalui

pengukuran. Salah satu pengukuran yang dapat mengukur suatu produk yang

hasilnya dapat terbaca langsung dengan menggunakan alat ukur linier. Alat ukur

linier sangat mudah untuk digunakan dalam pengukuran dan sudah banyak

dikenal orang.

1.2 Tujuan

1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linier.

2. Membandingkan fungsi alat ukur yang satu dengan yang lainnya.

3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur.

1.3 Manfaat

Pratikan mampu menggunakan beberapa alat ukur linier, melaksanakan

pengukuran secara langsung dan membaca hasil pengukuran.

Page 2: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Khusus

Pengukuran linear merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan

dalam berbagai bidang terutama sekali dalam bidang industri seperti pengukuran

diameter, panjang, lebar. Selain itu pengukuran linear juga berfungsi untuk

mengetahui toleransi dari bentuk geometrik dari suatu produk. Alat ukur linear

terdiri dari beberapa jenis:

2.1.1. Alat Ukur Linear Langsung

Alat linear ukur langsung merupaan alat ukur yang mempunyai skala ukur

yang telah dikalibrasi menurut standar internasional, contoh :

1. Mistar ukur

Gambar 2. 1 Mistar ukur

2. Jangka sorong

Gambar 2. 2 Jangka sorong

Laboratorium Metrologi Industri

Page 3: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

3. Mikrometer

Gambar 2. 3 Mikrometer

2.1.2 Alat ukur linear tidak langsung

Alat ukur linear tidak langsung merupakan alat ukur yang terdiri dari beberapa

alat ukur yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pengukuran. Selain itu

pengukuran dengan cara ini juga disebabkan karena kondisi objek ukur yang tidak

memungkinkan dilakukan pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat

ukur linear tidak langsung. Alat ukur linear tidak langsung terdiri atas :

1. Alat ukur standar

Alat ukur standar merupakan alat ukur dimana ukuran yang dimiliki

sebagai acuan ketelitian alat ukur lain, contoh :

Blok ukur (Gauge Block)

Gambar 2. 4 Blok ukur

Laboratorium Metrologi Industri

Page 4: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Kaliber induk tinggi (heigth master)

Gambar 2. 5 Heigth master

2. Alat ukur pembanding

Alat ukur pembanding merupakan alat ukur yang tidak dapat mendapatkan

langsung ukuran tetapi pembacaan ukuran dari selesih suatu dimensi

terhadap ukuran standar, contoh :

Jam ukur (dial indicator)

Gambar 2. 6 Dial indikator

Jam ukur tes/pupitas ( dial test indicator)

Gambar 2. 7 Dial test indicator

Laboratorium Metrologi Industri

Page 5: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

2.2 Teori alat ukur

2.2.1 Jangka sorong

Mistar ingsut atau jangka sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang

yang memiliki dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama adalah

skala panjang dan skala nonius adalah skala yang digeser-geser.

Hal-hal yang harus diperhatikan sewaktu pemakaian mistar ingsut:

Peluncur harus dapat meluncur dengan baik tanpa goyang.

Periksa dudukan nol serta kesejajaran dari permukaan kedua rahang.

Benda yang diukur harus masuk kedalam rahang.

Tekanan penggunaan jangan terlalu kuat, kecermatan pengukuran

tergantung atas penggunaan tekanan yang cukup dan selalu tetap.

Pembacaan skala nonius setelah mistar ingsut diangkat dari objek ukur,

kecermatan dari mistar ingsut nonius adalah 0,10 ; 0,05 atau 0,02.

Gambar 2. 8 Mistar ingsut

Keterangan :

1. Rahang ukur pengukuran luar

2. Rahang ukur pengukuran dalam

3. Lidah pengukur kedalaman (depth)

4. Skala utama mm

5. Skala utama inci

6. Skala nonius mm

7. Skala nonius inci

8. Kunci peluncur

Laboratorium Metrologi Industri

Page 6: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

2.2.2 Mikrometer

Mikrometer adalah alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi gerak

melingkar skala yang diputar menjadi gerak transfersal pada sensornya.

Hal-hal harus diperhatikan sewaktu pemakaian mikrometer:

Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus bersih.

Kedudukan nol dari mikrometer harus diperiksa.

Gambar 2.9 Mikrometer

Jenis-jenis mikrometer:

1. Mikrometer indicator.

2. Mikrometer luar.

3. Mikrometer batas.

4. Mikrometer luar dengan landasan yang dapat diganti.

5. Mikrometer kedalaman

Laboratorium Metrologi Industri

Page 7: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat – Alat Yang Digunakan

- Mistar ingsut 150 mm dan 200 mm

- Mistar ingsut ketinggian

- Mikrometer dimensi luar

- Mikrometer dimana dalam jenis rahang

- Mikrometer kedalaman

3.2 Skema Alat

- Poros Bertingkat

Gambar 2. 10 Poros bertingkat

- lubang bertingkat

Gambar 2. 11 lubang bertingkat

Laboratorium Metrologi Industri

Page 8: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

- Jangka sorong

Gambar 2. 12 Jangka sorong

- Mikrometer

Gambar 2. 13 Mikrometer

3.3 Prosedur Percobaan

Sebelum melakukan pengambilan data lakukan ketentuan di bawah ini:

1. Bersihkan objek ukur dari vasiline dengan tissue atau wash bensin

2. Rapikan alat ukur yang sudah dibersihkan

3. Catatlah temperatur ruangan pengukuran

4. Pahami pemakaian alat ukur

5. Pahami gambar teknik yang diberikan dan lakukan pengukuran menurut

ketentuan gambar teknik

Laboratorium Metrologi Industri

Page 9: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data percobaan

Tabel 1. 1 Hasil Pengukuran Diameter dalam dan kedalaman lubang

Alat ukur Kecermatan

Mistar Ingsut 1 0,02 mm

Mikrometer Kedalaman 0,01 mm

Mikrometer Jenis Rahang 0,01 mm

Suhu Ruangan 28° c 

Diameter Mistar Ingsut (mm) Mikrometer (mm)

A 48.9848.98

Rata - Rata 48.98

Standar Deviasi 0

B 43.24

43.14

Rata - Rata 43.19

Standar Deviasi 0.07

C 20.06

20.02

Rata - Rata 20.04

Standar Deviasi 0.028

D 33.98

34.08

Rata-rata 34.03

Stansar Deviasi 0.07

Laboratorium Metrologi Industri

Page 10: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Tabel 1. 2 Hasil pengukuran diameter luar

Alat Ukur Kecermatan (mm) Range Pengukuran (mm)

Mikrometer 0,01 0 - 25 dan 25 - 50

Mistar Ingsut 0,05 0 - 150

Suhu ruangan 28° c

Diameter Posisi Pengukuran 1 Posisi Pengukuran 2

PengukuranMikrometer

(mm)

Mistar ingsut

(mm)

Mikrometer

(mm)

Mistar ingsut

(mm)

28.00 28.06 27.96 28.00

1 27.46 28.00 27.94 28.00

Rata - Rata 27.73 28.03 27.95 28.00

Standar Deviasi 0.381 0.042 0.014 0

19.54 20.02 19.52 20.00

2 19.50 20.02 19.45 20.00

Rata - Rata 19.52 20.02 19.485 20.00

Standar Deviasi 0.028 0 0.049 0

9.43 9.42 9.44 9.42

3 9.40 9.42 9.41 9.48

Rata - Rata 9.415 9.42 9.425 9.45

Standar Deviasi 0.021 0 0.021 0.042

Laboratorium Metrologi Industri

Page 11: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

4.2 Perhitungan

1). Benda Ukur I

Diameter A

Rata – rata = 48.98 + 48.98

2

= 48.98 mm

Standar deviasi

= 0

Diameter B

Rata – rata =

= 43,19 mm

Standar deviasi

= 0,07 mm

diameter C

Rata – rata =

= 20,04 mm

Standar deviasi

= 0,021 mm

Laboratorium Metrologi Industri

Page 12: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Diameter D

Rata – rata =

= 34,03 mm

Standar deviasi

= 0,07 mm

2). Benda Ukur II

1. Posisi pengukuran 1

Mikrometer

Diameter 1

Rata – rata =

= 27,73 mm

Standar deviasi

= 0.381 mm

Diameter 2

Rata – rata =

= 19,52 mm

Standar deviasi

= 0.028 mm

Diameter 3

Laboratorium Metrologi Industri

Page 13: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Rata – rata =

= 9,415 mm

Standar deviasi

= 0.021 mm

Jangka sorong

Diameter 1

Rata – rata =

= 27,95 mm

Standar deviasi

= 0.042 mm

Diameter 2

Rata – rata =

= 20,00 mm

Standar deviasi

= 0

Diameter 3

Rata – rata =

= 9,42 mm

Standar deviasi

Laboratorium Metrologi Industri

Page 14: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

= 0

2. Posisi pengukuran 2

Mikrometer

Diameter 1

Rata – rata =

= 27,95 mm

Standar deviasi

= 0.014 mm

Diameter 2

Rata – rata =

= 19,485 mm

Standar deviasi

= 0.049 mm

Diameter 3

Rata – rata =

= 9,425 mm

Standar deviasi

= 0.021 mm

Laboratorium Metrologi Industri

Page 15: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Jangka sorong

Diameter 1

Rata – rata =

= 28,00 mm

Standar deviasi

= 0

Diameter 2

Rata – rata =

= 20,00 mm

Standar deviasi

= 0

Diameter 3

Rata – rata =

= 9,45 mm

Standar deviasi

= 0,042 mm

4.3 Grafik

Posisi pengukuran 1

Laboratorium Metrologi Industri

Page 16: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Grafik 1.1 Hasl pengukuran 1 diameter A

Grafik 1.2 Hasil pengukuran 1 diameter B

Laboratorium Metrologi Industri

Page 17: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Grafik 1.3 Hasl pengukuran 1 diameter C

Posisi pengukuran 2

Grafik 1.1 Hasl pengukuran 2 diameter A

Laboratorium Metrologi Industri

Page 18: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Grafik 1.5 Hasl pengukuran 2 diameter B

Grafik 1.6 Hasl pengukuran 2 diameter C

Laboratorium Metrologi Industri

Page 19: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

4.4 Analisa

Pada praktikum kali ini dapat dianalisa tentang hasil pengukuran yang

dilakukan tehadap benda ukur. Pengukuran dilakukan dengan dua posisi

pengukuran dan pengukuran kedalaman lubang.

Pada pengukuran kedalaman lubang dapat dilihat dari data percobaan yaitu

adanya sedikit perbedaan hasil pengukuran pada benda yang sama, perbedaan

hanya relatif kecil. Perbedaan tersebut terjadi karena pada pengukuran tersebut

posisi alat ukur sedikit menyimpang terhadap objek yang diukur, serta dalam

pembacaan skala pada alat ukur dimana praktikan kurang teliti dalam membaca

skala alat ukur. Pada pengukuran kedalaman benda ukur ini menggunakan jangka

sorong atau mistar ingsut yang memiliki kecermatan 0,02 mm.

Untuk pengukuran diameter luar dilakukan dengan menggunakan alat ukur

mikrometer dan jangka sorong, dimana pengukuran dilakukan dengan dua posisi

pengukuran.

Pada posisi pengukuran 1, dengan menggunakan mikrometer dapat dilihat

bahwa pengukuran dengan objek yang sama didapatkan hasil yang berbeda-beda

dan hal serupa juga terjadi pada alat ukur jangka sorong atau mistar ingsut yang

mana hasil dari pengukuran yang didapat berbeda-beda pada objek yang sama,

maka hal ini dapat dianalisa bahwasanya pada benda ukur atau objek yang diukur

memiliki toleransi atau penyimpangan yang diizinkan dalam pembuatannya,

kemudian kurang cermat atau tidak teliti dalam membaca skala ukur akibat dari

praktikan tidak konsentrasi, serta adanya kesalahan dalam pergeseran skala

noniusnya.

Dari grafik hasil pengukuran pada diameter 1 nampak jelas bahwa

pengukuran dengan mikrometer memiliki hasil pengukuran yang jauh berbeda

dibanding dengan jangka sorong. Pada diameter B dilihat grafik perbedaan nilai

antara jangka sorong dengan mikrometer sedangkan hasil pengukuran jangka

sorong relatif sama pada objek yang sama. Sedangkan hal yang sama juga terjadi

pada pengukuran diameter C, dimana pengukuran dengan mikrometer memiliki

hasil yang berbeda pada objek yang sama.

Laboratorium Metrologi Industri

Page 20: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

Pada posisi pengukuran yang ke-2 juga terjadi perbedaan hasil pengukuran

terhadap objek yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Perbedaan yang sering terjadi pada alat mikrometer karena kurang

memposisikan alat ukur dengan benar, kurang bersihnya alat ukur dan benda ukur

dari vaselin sehingga menyebabkan perbedaan hasil pengukuran serta kurangnya

konsentrasi dari si pengukur.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dimana nampak jelas perbedaan-

perbedaan tersebut.

Laboratorium Metrologi Industri

Page 21: m1 q leh print

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 12

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa alat ukur linear merupakan

alat ukur langsung, alat ukur linear terdiri dari mikrometer dan jangka sorong.

Jangka sorong dapat mengukur dengan ketilitian 0,02 mm. Sedangkan

mikrometer dapat mengukur dengan kecermatan 0,01 mm.

5.2 Saran

Untuk praktikum pengenalan beberapa alat ukur linear pratikan

menyarankan agar setiap pratikan harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan

praktikum, usahakan agar dapat melakukakan hal-hal berikut :

1. Dapat menguasai teori objek

2. Dapat membaca skala pada jangka sorong dan mikrometer

3. Bersihkan alat ukur dan benda ukur dari vaselin sebersih mungkin agar

pengukuran lebih akurat.

Laboratorium Metrologi Industri