lapak m1(rotator harmonis)
TRANSCRIPT
Laporan Akhir
Fisika Eksperimen I
Pendulum dan Rotator Harmonis
( M1 )
Nama : Annisa Yulianda
NPM : 140310100053
Partner : Rahayu Agustia
NPM : 140310100041
Jadwal Praktikum : Senin, 16 April 2012
Waktu : Pkl. 07.30 s.d 10.00 WIB
Asisten : Nurman
LABORATORIUM FISIKA MENENGAH
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Annisa Yulianda
NPM : 140310100053
Partner : Rahayu Agustia
NPM : 140310100041
Hari, Tgl. Praktikum : Senin, 16 April 2012
Waktu : Pkl. 07.30 s.d 10.00 WIB
Asisten : Nurman
Laporan Akhir
Jatinangor, ............................2012
Asisten,
NPM.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam fisika kita mengenal istilah osilasi. Osilasi terjadi bila
sebuah sistem diganggu dari titik kesetimbangan stabilnya.
Karakteristik gerak osilasi yang lazim dan sangat penting adalah gerak
harmonis sederhana. Apabila sebuah benda disimpangkan dari
kedudukan setimbangnya, gerak harmonis sederhana akan terjadi
seandainya ada gaya pemulih yang sebanding dengan simpangannya.
Dari gerak osilasi tersebut, dapat kita peroleh besaran-besaran
yaitu periode, frekuensi, amplitudo, dan besaran-besaran lainnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam percobaan kali ini kita mencoba meninjau alasan dua buah
magnet permanen yang diberi arus dapat menimbulkan redaman pada
sebuah pendulum torsi. Meninjau pula suatu medium torsi yang bisa
mengalami redaman dan juga menghasilkan panas. Kita juga akan
mengukur berapa besar nilai redaman dari suatu getaran paksaan dan
menentukan gaya luar paksaan.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan frekuensi resonansi dari suatu osilator
2. Menentukan gaya luar paksaan
3. Mengukur redaman suatu getaran paksaan teredam
BAB II
TEORI DASAR
Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak
periodik.. pergeseran partikel yang bergerak periodik selalu dapat dinyatakan
dalam fungsi sinus atau cosinus. Karena pernyataan yang memuat fungsi ini diberi
istilah harmonik, maka gerak periodik sering juga disebut dengan gerak harmonik.
Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak balik melalui
lintasan yang sama, geraknya disebut gerak osilasi atau vibrasi (getaran). Banyak
benda berosilasi yang gerak boilak baliknya tidak tepat sama karena gaya gesekan
melesapkan tenaga geraknya. Misalnya jika kita mengayunkan bandul, maka lama
kelamaan bandul tersebut akan berhenti berayun. Gerak semacam ini kita sebut
gerak harmonik teredam (damped).
Periode (T) suatu gerak harmonik adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh satu lintasan lengkap dari geraknya, yaitu satu getaran penuh atau satu
putaran. Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran (atau putaran) tiap satuan waktu.
Jadi frekuensi adalah kebalikan dari periode, yaitu :
f = 1T
Satuan SI untuk frekuensi adalah putaran per detik atau Hertz (Hz). Posisi
dimana tidak ada gaya yang bekerja pada partikel yang berosilasi disebut posisi
setimbang.
Gerak Harmonik Sederhana tanpa Redaman
Contoh gerak harmonik sederhana tanpa hambatan adalah gerak suatu
partikel bermassa yang diikat pada suatu pegas. Persamaan gerak harmonik
sederhana secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :
d2 xdt2 + k
mx=0 .......... (1)
Persamaan di atas dapat kita peroleh dari Hukum 2 Newton, yaitu :
∑ f =ma
Dimana pada gerak harmonik sederhana memliki gaya pemulih sebesar F = -kx
Sehingga : ∑ f =ma
−kx=ma ; a=d2 xd t 2
−kx=md2 xd t 2
d2 xd t 2 +
km
x=0
Dalam hal pegas, konstanta perbandingan k adalah konstanta gaya pegas, yang
merupakan ukuran kelakuannya. Dalam sistem berosilasi yang lain, konstanta
perbandingan k dapat dikaitkan dengan ciri fisis lain dari sistem tersebut.
Persamaan (1) merupakan persamaan diferensial. Persamaan ini
memberikan hubungan antara fungsi waktu x(t) dan turunan keduanya terhadap
waktu, d2 xd t 2 . Untuk menentukan posisi pertikel sebagai fungsi waktu, kkita harus
mencari fungsi x(t) yang memnuhi persamaan tersebut. Gerak harmonik dapat
dinyatakan sebagai fungsi sinus atau cosinus, karena selain periodik, gerak
harmonik sederhana juga terbatas. Dan sifat trersebut dapat dipenuhi oleh fungsi
sinus atau cosinus. Maka solusi bagi persamaan (1) adalah :
x=A cos (ωt+Ф)...........................(2)
Jika persamaan (2) didiferensialkan , maka diperoleh kecepatan pertikel
berosilasi:
dxdt
= −ω A sin (ωt+Ф) .............(3)
Dan jika persamaan (3) didiferensialkan sekali lagi, maka akan diperoleh nilai
percepatan partikel berosilasi :
d2 xd t 2 = −ω2 A cos (ωt+Ф)..................(4)
Besaran ω disebut frekuensi sudut, yang nilainya ω=2 πT
besaran ini berbeda dari
frekuensi dengan faktor 2π. Dimensinya adalah kebalikan waktu (sama dengan
laju sudut) dan satuannya radian/sekon.
Konstanta A memiliki arti fisis yang sederhana. Fungsi sinus dan cosinus
memiliki harga -1 sampai dengan 1. Dengan demikian simpangan x memiliki
harga maksimum A, diukur dari posisi seimbang pusat x=0. Lihat persamaan (2),
A=xmaks kita namakan amplitudountuk gerak yang bersangkutan. Karena A belum
ditetapkan oleh persamaan diferensial di atas, maka masih mungkin diperoleh
gerak dengan berbagai harga amplitudo, tetapi dengan frekuensi dan perioda yang
sama. Frekuensi suatu gerak harmonik sederhana tidak bergantung kepada
amplitudo geraknya.
Gerak Harmonik Teredam (Damped Harmonic Motion)
Sampai saat ini kita masih menganggap bahwa tidak ada gaya gesek yang
bekerja pada osilator. Jika anggapan ini kita pegang ketat, bandul atau benda pada
pegas akan berosilasi terus menerus. Pada kenyataannya, amplitudo osilasi
berkurang sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi nol karena pengaruh
gesekan. Dikatakan bahwa geraknya teredam oleh gesekan dan disebut dengan
gerak harmonik teredam. Gesekan seringkali muncul dari gesekan udara atau gaya
dalam. Besar gaya gesekan biasanya bergantung pada laju. Dalam banyak hal,
T
A
-A
gaya gesekan sebanding dengan kecepatan tetapi arahnya berlawanan. Contoh
osilator teredam ditunjukkan oleh gambar berikut :
Gambar 2.1. Osilator harmonik teredam. Sebuah
piringan dihubungkan pada beban dan dibenamkan
dalam fluida yang memberikan gaya redaman
−bdxdt
dan gaya pemulih elastiknya –kx.
Persamaan gerak osilator harmonik sederhana teredam diberikan oleh
hukum gerak kedua Newton, ∑ F = ma, dengann ∑ F merupakan jumlah dari
gaya pemulih –kx dan gaya redaman −bdxdt
; di sini b adalah konstanta positif.
Kita peroleh bahwa :
∑ F=ma
atau :
−kx−bdxdt
=md2 xd t 2
atau :
md2 xd t2 +b
dxdt
+kx=0
0
Gambar 2.2. Grafik gerak harmonik teredam terhadap waktu. Geraknya osilasi dengan amplitudo
yang terus menurun. Amplitudo nampak mulai dari harga A dan meluruh secara eksponensial
menuju nol ketika t mendekati ∞.
Jika tidak ada gesekan, b sama dengan nol, ω2= km
, yaitu frekuensi getaran
yang tidak teredam artinya, amplitudonya akan memiliki harga konstan A selama
geraknya. Jika ada gesekan, frekuensinya lebih kecil dan periodenya lebih
panjang. Gesekan memperlambat gerakan sehingga amplitudo bergerak sedikit
demi sedikit menuju nol.
Jika gaya gesekan cukup besar, b menjadi besar sehingga gerak samasekali
tidak periodik lagi. Benda hanya kembali langsung ke posisi seimbangnya ketika
dilepaskan dari simpangan asal A.
Pada gerak harmonik teredam, tenaga osilator berangsur-angsur dilesapkan
(didisipasikan) oleh gesekan dan akhirnya menjadi nol pada waktunya.
Osilasi Paksaan dan Resonansi
Pada penjelasan sebelumnya dibahas osilasi benda secara alamiah, yaitu
osilasi yang terjadi bila benda disimpangkan dan kemudian dilepaskan. Untuk
massa yang diikatkan pada pegas, frekuensi alamiahnya bila tidak ada gesekan
adalah : ω=√ km
dan bila ada gaya gesekan kecil (faktor redaman b) adalah
ω '=√ km
−( k2 m )
2
Keadaannya menjadi lain bila benda dikenai gaya eksternal yang berosilasi.
Sebagai contoh, getaran jembatan oleh tentara yang berbaris di atasnya. Osilasi
yang terjadi disebut osilasi paksaan (forced oscillation). Frekuensi osilasi yang
dipaksa ini sama dengan frekuensi gaya eksternalnya dan bukan frekuensi
alamiah benda. Meskipun demikian, tanggapan benda bergantung kepada
hubungan antara frekuensi alamiah dan frekuensi paksaannya.
Persamaan gerak osilator terpaksa dari hukum gerak kedua Newton. Di
samping gaya pemulih, -kx dan gaya peredam – bdxdt
, masih ada gaya lain yang
bekerja, yaitu gaya eksternal yang berosilasi. Untuk sederhananya, misalkan gaya
eksternal ini diberikan sebagai Fmcos ω' ' t . Di sini Fm adalah harga maksimum
gaya eksternal dan ω ' ' adalah frekuensi sudutnya. Untuk jelasnya, dapat kita
ilustrasikan bahwa gaya tersebut dikenakan langsung pada massa yang
digantungkan seperti pada gambar 2.2.
Dari : ∑ F=ma
kita peroleh : md2 xd t2 +b
dxdt
+kx+Fm cos ω' ' t=0
Untuk osilator teredam (yaitu untuk b ≠ 0), ada suatu harga karakteristik
frekuensi pemacu ω ' ' yang memeberikan amplitudo osilasi yang maksimum.
Keadaan ini disebut resonansi dan harga ω ' ' yang memberikan resonansi disebut
frekuensi resonansi. Makin kecil redaman pada suatu sistem, makin dekat pula
frekuensi resonansinya dengan frekuensi alamiah tak teredam, ω. Seringkali
redaman itu cukup kecil, sehingga frekuensi resonansinya dapat diambil sama
dengan frekuensi alamiah tak teredam ω, dengan kesalahan kecil.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan dan Fungsi
1. Pendulum torsi
Sebagai pendulum Torsi digunakan suatu piringan
kuningan dengan As yang dihubungkan ke per spiral.
2. Motor
Ujung dari per spiral dihubungkan dengan motor yang
dapat bergerak harmonis dengan amplitudo yang tetap
dan frekuensinya dapat diubah- ubah bila motor dalam
keadaan berjalan.
3. Magnet Permanen
Dua buah magnet permanen yang diletakkan sedemikian
rupa sehingga apabila magnet itu diberi arus akan
menimbulkan redaman pada pendulum torsi.
4. Multimeter
Digunakan untuk mengukur tegangan dan arus.
5. Power Suplay
Untuk menghubungkan motor agar mendapat daya gerak,
juga untuk menghubungkan kepada multimeter.
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1. Frekuensi Alamiah
1. Mengatur pendulum sehingga amplitudo pendulum pada
skala 15 secara
manual.
2. Menggerakkan pendulum, mencatat waktu untuk 10 kali
getaran.
3. Melakukan prosedur dua , minimal tiga kali.
4. Mengulangi prosedur 1-3 untuk amplitudo 14 s/d 5.
3.2.2. Frekuensi Paksaan
1. Menetapkan skala fein pada motor , pada skala 27.
2. Memasukkan tegangan untuk motor (input bagian
atas)dengan tegangan 24
V(output Power Suplay sebelah kanan)
3. Menentukan selektor grob pada motor pada skala 6.
4. Mengukur dan mencatat tegangan motor (output bawah) pada
skala tersebut.
5. Mencatat amplitudo maksimum pada skala tersebut , minimal
3 kali.
6. Mengulangi prosedur 2 s.d 5 untuk skala berikutnya, sampai
dengan skala 26!
3.2.3. Frekuensi Redaman
1. Memasukkan arus pada kumparan dari Power Suplay (output
sebelah kiri)
2. Mengatur slektor Power Suplay hingga arus yang masuk pada
kumparan
sebesar 0,1 A.
3. Menentukan secara manual amplitudo pada skala 15 sebagai
amplitudo awal Ao
4. Menggerakkan pendulum , mencatat amplitudo A1 setelah
pendulum mencapai
satu periode.
5. Mencatat amplitudo saat 2 perioda, 3 perioda, dan seterusnya
hingga amplitudo
yang masih dapat diamati.
6. Mengulangi prosedur 3 s/d 5 untuk variasi arus 0,2 s/d 1A.
3.2.4. Frekuensi Paksaan dan Redaman
1. Memasukkan arus pada kumparan dari poiwer suplay
2. memasukkan tegangan pada motor dari Power Suplay
3. Pada arus kumparan 0,2 A. Melakukan prosedur seperti pada
frekuensi paksaan.
4. Mengulangi prosedur 3 untuk arus 0.4, 0.6, 0.8 dan 1 A
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Data Pengamatan
4.1.1 Frekuensi Alamiah
Amplitud
o
Waktu (s)
t1 t2 t3
5 17,47 17,31 17,21
6 17,21 17,22 17,24
7 17,19 17,18 17,11
8 17,09 17,07 17,17
9 16,69 17,15 17,02
10 17,34 17,3 17,34
11 17,36 17,37 17,53
12 17,42 17,62 17,54
13 17,4 17,35 17,56
14 17,41 17,68 17,43
15 17,85 17,62 17,53
4.1.2 Frekuensi Paksaan
Selekto
r Grab
V Motor (volt) Amplitudo
V1 V2 V3 A1 A2 A3
6 2,45 2,45 2,46 0,6 0,5 0,2
7 2,11 2,21 2,06 0,4 0,4 0,4
8 2,46 2,48 2,47 0,42 0,44 0,4
9 2,79 2,52 2,92 0,4 0,4 0,41
10 2,73 2,8 2,7 0,44 0,44 0,43
11 3,17 3,17 2,97 0,46 0,43 0,46
12 3,3 3,31 3,28 0,48 0,5 0,4
13 3,7 3,67 3,67 0,3 0,31 0,32
14 4,12 4,11 4,13 0,58 0,58 0,58
15 4,6 4,64 4,65 0,6 0,6 0,6
16 5,18 5,17 5,18 0,64 0,64 0,64
17 6 6 6,01 0,71 0,71 0,71
18 6,57 6,51 6,4 0,6 0,5 0,5
19 8,79 8,79 8,78 12 12,2 12,1
20 9,82 9,85 9,84 3,2 2,5 2,1
21 10,99 10,97 10,98 0,5 0,6 0,6
22 11,96 11,95 11,9 1,5 0,9 1,2
23 12,42 12,43 12,38 1,5 0,9 1
24 13,7 13,62 13,57 1,9 1,6 1
25 13 13,4 13,5 0,5 0,2 0,4
26 13,11 13,6 13,8 0,5 0,4 0,5
Period
a (T)
I (A)
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
0 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
1 13,5 13 12 11 9,8 8,1 6,9 5,5 4 2,9
2 12,2 11,5 10 8 6 4,5 3 1,9 1 0
3 11 9,9 7,9 5,9 3,9 2,2 1,1 0,5 0 0
4 9,9 8,4 6,2 4 2,2 1 0,2 0 0 0
5 8,9 7,2 4,9 2,9 1,3 0,4 0 0 0 0
6 7,9 6 3,9 2 0,6 0,2 0 0 0 0
7 7 5 3 1,2 0,3 0 0 0 0 0
8 6,1 4,3 2,3 0,9 0 0 0 0 0 0
9 5,4 3,5 1,7 0,5 0 0 0 0 0 0
10 4,9 3,2 1,3 0,2 0 0 0 0 0 0
4.1.3 Frekuensi redaman
4.1.4 Frekuensi Redaman dan Paksaan
Skala
Grab
Arus (I)
0,2 A 0,4 A 0,6 A 0,8 A 1,00 A
V A V A V A V A V A
6 2,52 0,5 2,46 0,5 2,34 0,48 2,46 0,5 2,29 0,5
7 2,79 0,5 2,59 0,5 2,6 0,4 2,53 0,5 2,46 0,5
8 3,08 0,5 2,88 0,5 2,87 0,5 2,72 0,5 2,68 0,5
9 3,38 0,5 3,09 0,5 3,15 0,5 3,03 0,49 3,05 0,5
10 3,66 0,5 3,4 0,5 3,45 0,5 3,25 0,5 3,5 0,6
11 4,03 0,6 3,91 0,6 3,87 0,6 3,73 0,5 3,91 0,5
12 4,53 0,6 4,13 0,62 4,31 0,6 4,12 0,5 4,31 0,6
13 4,87 0,6 4,59 0,6 4,67 0,65 4,5 0,6 4,78 0,6
14 5,3 0,7 5,19 0,7 4,96 0,7 5,04 0,6 5,24 0,6
15 5,9 0,8 5,82 0,8 5,58 0,8 5,57 0,65 5,79 0,6
16 6,45 0,9 6,57 0,9 6,14 0,85 6,11 0,69 6,69 0,7
17 7,23 1 7,23 1,1 6,81 0,9 7,03 0,9 7,17 0,75
18 8,18 1,4 8,09 2,4 7,81 1 7,82 0,9 7,84 0,8
19 8,95 6 8,81 3,1 8,57 1,2 8,59 1,01 8,59 0,85
2010,2
44 9,91 2 9,54 1,9 9,51 1 9,85 0,8
2111,2
72
11,1
90,6 10,75 0,6
10,9
30,5 10,93 0,5
22 12,3 1,512,2
80,4 12 0,5
12,0
30,3 11,9 0,3
2313,4
20,5
13,6
50,2 13,45 0,4
13,1
20,3 12,2 0,2
2413,5
20,4
13,6
60,1 13,65 0,2
13,2
20,3 12,9 0,25
2513,3
40,2 13,7 0,1 13,68 0,2 13,3 0,3 12,92 0,2
4.2 Pengolahan Data
Frekuensi Alamiah
1. Menghitung momen inersia pendulum
Diketahui : Massa rotator (224.4 ± 0.005) gram = 0.2244 kg
Diameter (19.00 ± 0.05) cm = 0.19 m
Jari-jari (9.5 ± 0.05) cm = 0.095 m
Dengan menggunakan persamaan : I=m r2 diperoleh
I=m r2 = 0.2244 x 0.0952 = 0.00202521 kgm2
2. Menghitung konstanta spiral dan sesatannya (D ± ∆ D ¿
Amplitudo
Waktu (s)t T=t / N f=1/T f fΔ
t1 t2 t35 17,47 17,31 17,21 17,33 5,7767 0,1731
0,173106 0,002085
6 17,21 17,22 17,24 17,2233 5,7411 0,17427 17,19 17,18 17,11 17,16 5,72 0,17488 17,09 17,07 17,17 17,11 5,7033 0,17539 16,69 17,15 17,02 16,9533 5,6511 0,17710 17,34 17,3 17,34 17,3267 5,7756 0,173111 17,36 17,37 17,53 17,42 5,8067 0,172212 17,42 17,62 17,54 17,5267 5,8422 0,171213 17,4 17,35 17,56 17,4367 5,8122 0,172114 17,41 17,68 17,43 17,5067 5,8356 0,171415 17,85 17,62 17,53 17,6667 5,8889 0,1698
Dengan menggunakan rumus : ω2=D
I ; dengan I = momen inersia rotator
ω = 2πf
D=4 π2 f 2 I = 4 x 6.28 x 0.173106 x 0.173106 x 0.002
= 0.0015
3. Menghitung frekuensi alamiah terbaik serta sesatannya
ω2=D
I ; ω=√ D
I = √ 0.0015
0.002 = 0.866 Hz
Frekuensi Paksaan
1. Amplitudo terhadap grafik frekuensi
Grafih hubungan antara amplitudo dan frekuensi alamiah rotator yaitu :
4 6 8 10 12 14 160.166
0.168
0.17
0.172
0.174
0.176
0.178
f(x) = − 0.000446995558035147 x + 0.177575688275304R² = 0.505631882827924
Grafik Amplitudo Terhadap Frekuensi
Series2Linear (Series2)
Frekuensi
Ampl
itudo
2. Grafik frekuensi alamiah terhadap tegangan
2 4 6 8 10 12 14 160
2
4
6
8
10
12
f(x) = NaN x + NaNR² = 0 Grafik Hubungan Frekuensi Terhadap Tegangan
Series2Linear (Series2)
Tegangan
Frek
uens
i
3. Menghitung Besarnya Gaya Luar
Dengan menggunakan persamaan Fo=AI √ω02−ω2
A = Amplitudo
I = momen inersia rotator = 0.002
ω0 = frekuensi alami rotator
ω = frekuensi paksaan rotator sesuai tabel halaman 16 pada modul
Diperoleh besarnya gaya luar yaitu ;
A ffmoto
rw0^2 w^2 F (dyne)
0,433333
2,3077
0,074210,0
30,215672
90,1820232
9
0,4 2,50,069
7246,4
90,191595
30,1971919
4
0,42 2,3810,093
6223,5
70,345518
20,1878016
80,40333
32,479
30,108
9242,4
30,467708
30,1955619
50,43666
72,290
10,133
2206,8
30,699725
60,1806328
6
0,452,222
20,154
6194,7
60,942623
50,1752797
2
0,462,173
90,179
4186,3
81,269299
70,1714673
3
0,313,225
80,207
2410,3
91,693163
10,2544391
2
0,581,724
10,229
7117,2
42,080852
40,1359730
6
0,61,666
70,261
3109,5
52,692762
80,1314216
1
0,641,562
50,293
596,28
53,397312
50,1231682
6
0,711,408
50,321
278,23
54,068837
60,1109437
40,53333
31,875
0,3658
138,65
5,2772381
0,14778684
12,11,756
50,674
8121,6
817,95847
42,9123842
7
2,6 1,836 0,753132,9
422,36192
80,6814523
60,56666
71,764
70,833
3122,8
227,38558
70,1356899
9
1,21,537
60,943
493,24
135,10031
60,2073163
31,13333
31,646
41,057
1106,9
44,070851
0,22076469
1,51,657
51,184
8108,3
555,36169
50,2794136
80,36666
72,727
31,344
1293,3
471,24960
30,2086766
80,46666
72,142
91,453
5181,0
983,32001
90,1500696
2
Frekuensi redaman
1. Grafik waktu terhadap amplitudo
4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.975547509291309 x + 14.028248767805R² = 0.986189845756305
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,1 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.814704083712713 x + 11.4435686620915R² = 0.968757219542026
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,2 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.706484641638225 x + 9.380204778157R² = 0.93063295066708
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,3 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.636261086043255 x + 7.984642912712R² = 0.860109304496655
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,4 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.586895319973361 x + 7.08614609190531R² = 0.752293091965854
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,5 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.554853316479596 x + 6.5838540124963R² = 0.636063665527973
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,6 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.517109137244229 x + 6.23165994507262R² = 0.535913105871292
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,7 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.49045489723966 x + 6.02103792243529R² = 0.462365207670479
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,8 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.45711759504863 x + 5.83112290008842R² = 0.390627763041556
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 0,9 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
0 2 4 6 8 10 12 14 1602468
1012
f(x) = − 0.423924168928842 x + 5.68984023852966R² = 0.333743936629434
Grafik hubungan waktu terhadap amplitudo untuk I = 1 A
Series2Linear (Series2)
Amplitudo
Wak
tu
4.3 Analisa Data
Dari percobaan ini, diperoleh nilai indeks minyak terbaik pada suhu kamar
yaitu 1.544 dan indeks bias koreksi yaitu 1.54395. Jika dibandingkan, didapat
nilai Kesalahan Relatif (KSR) sebesar 0.0032%. Oleh karena kesalahan relatif
sangat kecil, kita dapat simpulkan bahwa ketelitian dalam perhitungan sangat
akurat yaitu sebesar 99.968%, mendekati 100%.
Untuk nilai nf –nc berdasarkan teori, diperoleh nilai nf – nc yang hamper
sama dengan nilai nf – nc berdasarkan tabel nf-nc pada praktikum (nf-nc
literature). Jika kita hitung nilai KSRnya diperoleh nilai kesalahan relative terkecil
yaitu 3 % dan terbesar yaitu 8%. KSR masih termasuk kecil dan ketelitian tinggi
yaitu 97% s.d 92%. Namun, kesalahan dapat dianalisa yaitu karena ketidaktelitian
dalam membaca tabel nf-nc yang dikarenakan skala terlalu kecil sehingga
seharusnya memerlukan pembacaan seteliti mungkin.
Dari grafik indeks bias air suling terhadap suhu diperoleh kurva yang
dapat ditarik garik lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya
suhu, semakin berkurang nilai indeks bias air suling. Hal ini jika kita analisa
dikarenakan jika air dipanaskan maka molekul-molekul air semakin renggang
sehingga kemampuan air membiaskan cahaya berkurang. Berbeda halnya jika
tidak dipanaskan yang memang molekul-molekul di dalam air itu sendiri lebih
padat daripada jika dipanaskan.
Nilai nd koreksi untuk air suling diperoleh yaitu sekitar 1.3 yang jika kita
bandingkan dengan nd pembacaan pada Refraktimeter ABBE tidak jauh berbeda.
Nilai KSRnya pun kisaran 0.01% yang berarti tingkat ketelitian sangat tinggi yaitu
99.99%
Pada air suling, diperoleh nilai nf-nc teori yang masih mendekati nilai nf-
nc literature (dari tabel nf-nc). Nilai kesalahan relatifnya pun yang terkecil adalah
1.9% dan yang terbesar 16.2%. Kesalahan ini dapat dikarenakan pembacaan nf-nc
pada tabel yang kurang teliti dengan skala yang sangat kecil sehingga sama
dengan pembacaan nf-nc minyak yang memerlukan ketelitian mata yang sangat
tinggi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Prinsip kerja alat refraktometer ABBE yaitu berdasarkan hukum snellius 1 dan
2 dan juga menggunakan prinsip prisma yaitu membiaskan cahaya. Dalam alat
refraktometer ABBE, terdapat beberapa prisma yang berfungsi untuk
membiaskan cahaya yang masuk sehingga dapat terlihat oleh kita. Jika tidak
menggunakan prisma (balok kaca misalnya) maka cahaya tidak adak terlihat
oleh kita.
2. Cairan yang kita gunakan dalam praktikum kali ini adalah minyak dan air
suling. Telah diukur indeks bias kedua cairan, dan dapat disimpulkan bahwa
indeks bias minyak lebih besar daripada indeks bias air suling. Hali ini karena
molekul-molekul pada minyak lebih rapat daripada molekul pada air.
3. Pada air suling, pengaruh suhu terhadap indeks bias menunjukkan hubungan
linear dimana indeks bias akan semakin berkurang seiring kenaikan suhu.
4. Praktikan telah menentukan dispersi nf-nc dan dapat membaca tabel disperse
nf-nc dan membandingkannya dengan hasil perhitungan menggunakan rumus
empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Sears & Zemansky.1983..Fisika untuk Universitas III. Bandung; Bina
Cipta
Halliday & Resnick.1997.Fisika Jilid 3. Jakarta ; Erlangga