ltm agama pemicu bahasan 4
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Ltm Agama Pemicu Bahasan 4
1/4
1.3. Upaya pembentukan Keluarga
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya menumbuhkan keluarga bahagia
menurut ajaran Islam atau dalam menghadapi berbagai persoalan, diantaranya:
1. Fikrah yang jelasPemikiran Islami tentang tujuan-tujuan dakwah dan kehidupan keluarga
merupakan unsur penting dalam perkawinan. Ini adalah syarat utama. Keluarga islami
bukanlah keluarga yang tenang tanpa gejolak. Bukan pula keluarga yang berjalan di atas
ketidakjelasan tujuan sehingga melahirkan kebahagiaan semu. Kalaulah Umar bin
Khattab menggebah para pedagang di pasar yang tidak memahami fiqih (perdagangan),
maka layak dipandang sebagai sebuah kekeliruan besar seseorang yang menikah namun
tak memahami dengan jelas apa hakekat pernikahan dalam Islam dan bagaimana
kaitannya dengan kemajuan dakwah.
2. Kontinuitas tarbiyahTarbiyah (pendidikan) merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Para suami
yang telah aktif dalam medan dakwah biasanya akan mudah mendapatkan hal ini.
Namun, isteri juga memiliki hak yang sama. Penyelenggaraannya merupakan tanggung
jawab suami khususnya, kaum lelaki muslim umumnya. Itulah sebabnya Rasulullah SAW
meluluskan permintaan talim (pengajaran) para wanita muslimah yang datang kepada
beliau. Beliau memberikan kesempatan khusus bagi pembinaan wanita dan kaum ibu
(ummahaat). Perbedaan perlakuan tarbiyah antara suami dan isteri akan membuat
timpang pasangan itu dan akibatnya tentu kegoncangan rumah tangga.
3. Mengharapkan rahmat AllahKetenangan dan kasih sayang dalam keluarga merupakan rahmat Allah yang
diberikan kepada hamba-hambaNya yang Salih. Rintangan-rintangan menuju keadaan itu
datang tidak saja dari faktor internal manusia, namun juga dapat muncul dari faktor
eksternal termasuk gangguan syaitan dan jin. Karena itu, hubungan vertikal dengan al
Khaliq harus dijaga sebaik mungkin melalui ibadah dan doa. Nabi SAW banyak
mengajarkan doa-doa yang berkaitan dengan masalah keluarga.
-
7/30/2019 Ltm Agama Pemicu Bahasan 4
2/4
1.4. Pengertian Masyarakat Islami
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang bertopang pada: (a) mentaati perintah Allah s.w.t. yang dicerminkan dengan
kasih sayang terhadap sesama anggota masyarakat. (b) bersyukur terhadap rahmat dan nikmat
Allah s.w.t., yang dicerminkan pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemashlahatan
masyarakat material dan spiritual, berlandaskan pada kaidah-kaidah moral yang mulia. (c) rasa
dekat dengan Tuhan yang dicerminkan dalam perasaan takut pada larangan-Nya yang akan
membentuk sikap dan jiwa yang adil dan bertanggung jawab, menghindari tingkah laku curang
dan menolak kejahatan dalam anggota masyarakat.
Kaitan dengan Pemic
Pada pemicu dijelaskan tentang kasus premanisme yang telah menjadi fenomena sosial
yang sangat mengkhawatirkan. Perkembangan premanisme pun sudah meliputi berbagai bidang,
mulai dari birokrasi, agama, hukum, hingga premanisme di jalan raya. Kalau kita fikirkan baik-
baik bahwa seseorang-orang yang melakukan premanisme pasti berperilaku seperti itu karena
berbagai faktor, baik faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal tersebut
adalah keluarga. Keluarga yang baik dan menjadi impian semua keluarga adalah keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah. Namun, menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah itu
tidak mudah. Perlu berbagai upaya-upaya untuk membentuk sebuah keluarga menjadi keluarga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Pada uraian sebelumnya dijelaskan beberapa upaya
tersebut seperti fikrah yang jelas, kontuinitas tarbiyah, dan mengharapkan rahmat Allah. Dalam
fikrah yang jelas dijelaskan bahwa Pemikiran Islami tentang tujuan-tujuan dakwah dan
kehidupan keluarga merupakan unsur penting dalam perkawinan karena merupakan syarat
utama. Keluarga islami bukanlah keluarga yang tenang tanpa gejolak. Bukan pula keluarga yang
berjalan di atas ketidakjelasan tujuan sehingga melahirkan kebahagiaan semu. Kalau dikaitkan
dengan pemicu, kemungkinan yang terjadi pada orang-orang yang melakukan premanisme
adalah tidak adanya pemikiran islami yang diterapkan dalam keluarganya. Dengan tidak
menerapkan pemikiran islami, maka dalam keluarga orang-orang yang melakukan
premanisme itu tidak terdapat tujuan-tujuan dakwah. Padahal dengan tujuan dakwah tersebut,
-
7/30/2019 Ltm Agama Pemicu Bahasan 4
3/4
bisa memacu seseorang untuk belajar agama lebih banyak sehingga nantinya ia akan
menyebarkannya (mendakwahkannya) kepada orang lain. Mungkin, karena tidak terdapat tujuan-
tujuan dakwah dalam keluarganya itulah yang menyebabkan orang-orang yang melakukan
premanisme itu tidak terpacu untuk mempelajari agama lebih, sehingga iya mengesampingkan
hal tersebut sehingga ia melakukan hal-hal yang tidak baik seperti premanisme.
Selain fikrah yang jelas, upaya yang dilakukan adalah kontuinitas tarbiyah. Tarbiyah
(pendidikan) merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Setiap manusia pun pasti menempuh
tingkat pendidikan yang berbeda-beda, termasuk suami dan istri. Perbedaan perlakuan tarbiyah
antara suami dan isteri akan membuat timpang pasangan itu dan akibatnya tentu kegoncangan
rumah tangga. Mungkin kegoncangan dalam rumah tangga inilah yang menyebabkan orang-
orang yang melakukan premanisme tersebut merasa risih atau tidak nyaman dengan keadaan
keluarganya. Karena risih atau tidak nyaman itulah yang membuat orang-orang yang
melakukan premanisme tersebut mencari kegiatan baru untuk melupakan masalah yang terjadi
dalam keluarganya. Namun, kegiatan baru yang dilakukan orang-orang yang melakukan
premanisme itu salah, dia melakukan berbagai tindakan, seperti pembunuhan dan kekerasan,
yang membuat masyarakat resah. Oleh karena itulah, disini terlihat bahwa peran keluarga sangat
penting dalam membuat pribadi seseorang.
Selanjutnya, upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah,
dan rahmah adalah mengharapkan rahmat Allah. Apabila suami dan istri menerapkan dalam
keluarganya bahwa salah satu tujuan untuk hidup adalah mengharapkan ridha Allah, maka semua
anggota keluarga pun pasti akan melakukan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Apabila hal tersebut dilakukan, maka semua anggota keluarga tersebut akan
mendapat ketenangan dan kasih sayang dalam keluarga. Mungkin, ketenangan dan kasih sayang
ini tidak didapatkan oleh orang-orang yang melakukan premanisme tersebut dalam
keluarganya. Dalam keluarga mereka tidak memiliki tujuan untuk mengharapkan ridha Allah
sehingga mereka tidak melakukan segala perintah-Nya, tetapi justru melakukan apa yang
dilarang-Nya, seperti membunuh. Oleh karena itulah, perlu adanya pendidikan agama dalam
keluarga sehingga dapat menjaga segala perilaku yang tidak terpuji.
-
7/30/2019 Ltm Agama Pemicu Bahasan 4
4/4
Selain itu, pada uraian di atas dijelaskan tentang masyarakat Islami. Masyarakat Islami
adalah masyarakat yang dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bertopang
pada: (a) mentaati perintah Allah s.w.t. yang dicerminkan dengan kasih sayang terhadap sesama
anggota masyarakat. (b) bersyukur terhadap rahmat dan nikmat Allah s.w.t., yang dicerminkan
pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemashlahatan masyarakat material dan spiritual,
berlandaskan pada kaidah-kaidah moral yang mulia. (c) rasa dekat dengan Tuhan yang
dicerminkan dalam perasaan takut pada larangan-Nya yang akan membentuk sikap dan jiwa
yang adil dan bertanggung jawab, menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan
dalam anggota masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang-orang
yang melakukan premanisme tersebut tidak hidup dalam kalangan masyarakat Islami karena
mereka tidak mentaati perintah Allah. Mereka tidak menunjukkan kasih sayang kepada
masyarakat, tetapi justru malah membuat masyarakat resah. Lalu, mereka juga tidak
menunjukkan rasa syukur terhadap nikmat Allah karena mereka tidak melakukan upaya
mewujudkan kesejahteraan dan kemashlatan material berlandaskan pada kaidah-kaidah moral
yang mulia. Mereka malah melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan moral yang mulia seperti
membunuh dan melakukan kekerasaan. Selain itu, mereka juga tidak memiliki rasa dekat dengan
Tuhan karena mereka tidak menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan dalam
anggota masyarakat. Mereka justru menerima kejahatan dan menerapkannya pada anggota
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor luar seperti lingkungan
masyarakat juga sangat penting dalam menjadikan seseorang berperilaku baik. Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman agama yang lebih pada seseorang sehingga walaupun mereka tidak
hidup di lingkungan masyarakat islam, tetapi mereka tetap beriman. Dengan iman tersebut, ia
tidak akan mudah terbawa pengaruh lingkungan masyarakat tersebut.
NB: nit, yang aku tebelin, ganti ya pake bahasa yang benar, wkwk abis itu baca lagi ya, siapa
tau ada yang salah atau kurang ;)