lp_tbc
DESCRIPTION
LP TUBERKULOSISTRANSCRIPT
TBC
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh
Mycrobacterium Tuberkulosis (Sylvia A. Price, 1996 : 753). Tuberkulosis
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium
Tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Masjoer, 1999 :
472).
Tuberkulosis paru adalah infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan
oleh Mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat ditularkan melalui droplet
orang keorang, mengkolonisasi bronkhiolus atau alveoulus
(Elizabeth J. Corwin, 2000 : 414).
Penulis menarik kesimpulan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu
penyakit menular akibat terinfeksinya paru oleh Mycrobacterium
Tuberkulosis.
2. Etiologi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberkulosis yang
berbentuk kuman batang tahan asam yang dapat ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (dropet) orang ke orang, mengkolonisasi bronkhiolus atau
alveolus
Jenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 m
dan tebal antara 0,3 – 0,6 m. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid
sehingga kuman ini tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap fisik dan
kimiawi. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang
banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi
kandungan oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini menjadi prediksi
pada penyakit paru (Elizabeth J. Corwin, 2000 : 415).
3. Tanda dan gejala Paru
a. Keluhan :
Yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau
malah tidak tampak keluhan sama sekali. Tanda dan gejalanya adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influensa kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-410 C. demam ini hilang timbul,
sehingga penderita merasa tidak pernah terbebas dari serangan
influensa.
2) Batuk
Gejala paling sering ditemukan batuk terjadi karena iritasi pada
bronkus. Batuk-batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering (Non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas karena sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut.
4) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila influensa
radang sudah sampai pleura sehingga menumbulkan pleuritis.
5) Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun, gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia, badan makin kurus (berat
badan turun) sakit kepala, panas dingin, nyeri otot dan keringat malam.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan jasmani yang mungkin didapat antara lain :
1) Tanda tanda adanya infiltrat atau konsolidasi, terdapat premitus (getaran
dada) mengeras, perkusi redup, suara nafas bronchial dengan atau tanpa
ronchi.
2) Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada
asimetris.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi umumnya memperlihatkan adanya :
1) Anemia terutama penyakit berjalan menahun.
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit.
3) LED meningkat terutama pada fase akut.
d. Pemeriksaan Radiologi
Karakteristik radiologi yang menunjang diagnosis antara lain :
1) Bayangan lesi radiologi yang terletak lapangan atas paru.
2) Bayangan yang berawan atau bercak.
3) Kelainan yang bilateral.
4) Bayangan menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu.
5) Bayangan milier
e. Pemeriksaan Sputum (Dahak)
Ditemukan kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita
f.Uji Tuberkulin
g. Uji tuberkulin positif terutama pada anak, sedang pada orang dewasa
kurang bernilai.
4. Patofisologi Tuberkulosis Paru
a. TB paru
1) BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks
menyokong TB, dan gejala klinis sesuai TB.
2) BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen dan
klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti
TB (initial therapy) pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang
adekuat.
b. TB Paru tersangka
Diagnosis pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan
BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis
langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum
lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB Paru. Pengobatan
dengan anti TB sudah dapat dimulai.
c. Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa pengobatan
atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial
dan septum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.
(Kapita Selekta, 2001 : 473)
5. Patofisologi Tuberkulosis Paru
Tempat masuk kuman Mycrobakterium Tuberkulosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi Tuberkulosis terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfositnya.
Respon ini tersebut reaksi hipersensitivitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan aslveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus
dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus
biasanya di bagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus bawah,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit tampak pada
empat tersebut dan memafagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening reginal dan lesi primer dinamakan
komplkes Ghon. (Silvia A. Price, 1998 : 753-754).
Kerusakan pada paru akibat infeksi disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interestisial dan pembentukan
jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen
dan karbon dioksida sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan
parut dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan paru yang tersedia untuk
difusi gas sehingga kapasitas difusi gas menurun. Pembentukan jaringan parut
dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan paru yang tersedia untuk difusi
gas sehingga kapasitas difusi gas menurun. Apabila penyakitnya cukup luas
dapat menimbulkan vasokontriksi hipoksik arterior paru dan hipertensi paru.
Jaringan parut dapat menyebabkan penurunan compliance paru. (Elizabeth J.
Corwin, 2000 ; 416).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak mikroorganisme masuk ke dalam vaskuler
dan tersebar ke organ-organ tubuh. (Silvia A. Price, 1998 ; 754).
6. Manifestasi Klinik Tuberkulosis Paru
Awal penyakit Tuberkulosis Paru dapat diketahui secara klinis, tanpa
keluhan, tetapi secara uji tes tuberkulin positif. Gejala awalnya : Batuk yang
hilang timbul, demam pagi hari, malaise, keringat pada amlam hari, anoreksia,
berat badan menurun (Suryadi, 2001 : 288).
Gambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi awal,
dan mungkin tidak akan pernah muncul apabila tidak terjadi infeksi. Apabil
timbul infeksi aktif, pasien biasanya memperlihatkan : batuk produktif disertai
nyeri dada, demam biasanya pada malam hari, malaise, keringat malam,
anorexia. (Elizabeth J. Corwin, 2000 ; 416).
Gejala utama Tuberkulosis adalah batuk lebih dari empat minggu dengan
atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan
batuk darah (Arief Mansjoer, 1999 : 472).
7. Manajemen Medik Tuberkulosis Paru
Pengobatan untuk individu dengan Tuberkulosis aktif memerlukan waktu
yang lama karena hasil resisten terhadap bagian besar antibiotik dan cepat
bermutasi apabila terpajan antibiotik semula masih efektif. Tetapi untuk
pasien yang terinfeksi aktif yaitu kombinasi empat obat yang berlangsung
sembilan bulan dan biasanya lebih lama. Individu yang memperlihatkan tes
tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif biasanya mendapatkan
antibiotik, selama enam sampai dengan sembilan bulan untuk membantu
respon imun (Elizabeth J. Corwin, 2000 : 416).
Penderita Tuberkulosis dengan gejala klinis minimal harus mendapatkan
dua obat untuk mencegah timbulnya basil yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan yaitu isoniazid, sthambutol dan rifamficin serta
streotomicin (Sylvia A. Price, 1998 ; 750).
8. Komplikasi TB Paru
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi dua yaitu komplikasi dini dan komplikasi
lanjut.
Komplikasi dini :
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Laringitis
d. Empiema
Komplikasi lanjut :
a. Karsinoma paru
b. Amiloidosis
c. Gagal nafas
d. Kerukan parenkin berat
Kor Pulmonal.
9. Penatalaksanaan TB Paru
a. Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinsai sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT
antara lain :
6)Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui kegiatan bakterisid.
7) Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan
dengan kegiatan sterilisasi.
8) Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya
tahan imunologis.
Maka pengobatan TB dapat dilakukan melalui dua fase yaitu :
1) Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan
populasi kuman yang membelah dengan cepat.
2) Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan
jangka pendek atau kegiatan bakteriostotik pada pengobatan
konvensional.
OAT yang bisa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifamisin (R),
pirazinamid (Z) dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan
etambutol (E) yang bersifat bakteriostatis.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil
pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan klinis. Kesembuhan TB Paru
yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan
radiologi dan menghilangnya gejala.
Tabel 2.1
Panduan Obat TB Paru
Panduan OAT Klarifikasi & tipe penderita Fase Awal Fase Lanjutan
Kategori 1
Kategori 2
Kategori 3
- BTA (+) baru- Sakit berat : BTA (-) luar paru
Pengobatan ulang :- Kambuh BTA (+) - Gagal
- TB Paru BTA (+)- TB Luar Paru
2 HRZS(E)2 RHZS(E)
2 RHZES/1RHZE
2 RHZES/1RHZE
2 RHZ2 RHZ/2 R3H3Z3
4 RH4 R3H3
5 RHE5 R3H3E3
4 RH4 R3H3
Keterangan : 2HRZ = tiap hari selam 2 bulan4RH = tiap hari selama 4 bulan4H3R3 = tiga kali seminggu selama 4 bulan
Sumber : Kapita Selekta Kedoteran
Tabel 2.2
Dosis Obat Anti TB Paru
OBATDOSIS
SETIAP HARI DUA KALI/MINGGU TIGA KALI/MINGGUIsoniazid
Rifamisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
5 mg/kgmaks. 300 mg
10 mg/kgmaks. 600 mg
15-30 mg/kgmaks 2 g
15-30 mg/kgmaks. 2,5 g
15 mg/kgmaks. 1 g
15 mg/kgmaks. 900 mg
10 mg/kgmaks. 600 mg
50-70 mg/kgmaks. 4 g
50 mg.kg
25-30 mg/kgmaks 1,5 g
15 mg/kgmaks. 900 mg
10 mg/kgmaks. 600 mg
50-70 mg/kgmaks. 3 g
25-30 mg/kg
25-30 mg/kg maks 1 g
Keterangan : Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak < 6 tahun, karena gangguan penglihatan sulit dipantau (kecuali jika kuman penyebabnya
resisten terhadap obat TB lainnya).
Sumber : Kapitas Selekta Kedokteran.b. Pemantauan kemajuan pengobatan dilaksanakan dengan pemeriksaan
ulang dahak. Setelah fase awal / intensif diselesaikan harus diperiksa dua
spesimen dahak untuk melihat terjadinya konvensi. Jika hasil BTA
positif, fase intensif dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila BTA negatif
dilanjutkan dengan fase lanjutan. Bila BTA positif, pengobatan dengan
kategori – 1 harus dihentikan.
c. Diet pada TB paru
Untuk penatalaksanaan ini diberikan therapy diet TKTP I dan TKTP II.
Tujuan dari diet TKTP adalah untuk memberikan makan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna
mengurangi kerusakan dengan tubuh atau guna menambah berat badan
hingga mencapai berat badan normal.
d. Penatalaksanaan TB Paru di Rumah
1) Pencegahan penularan
Tindakan pencegahan penularan yang dapat dilakukan oleh
keluarga dengan TB Paru adalah :
a) Menutup mulut
b) Membuang ludah atau dahak pada wadah tertutup yang telah
disediakan, misalnya kaleng yang telah diisi dengan cairan lisol
atau pasir.
c) Memeriksakan anggota keluarga, lainnya apakah juga terkena
penularan TB Paru.
d) Makan makanan yang bergizi.
e) Memisahkan alat makan dan minum penderita TB Paru.
10.Dampak Resiko Tinggi TB Paru
a. Keluarga TB Paru berdampak pada fungsi keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi Efektif
Keluarga akan merasa cemas dan bingung karena kondisi
anggota keluarga yang dalam keadaan sakit, sehingga berusaha
mencari pertolongan dan perlindungan untuk mengatasi rasa
cemasnya.
2) Fungsi Sosial
Penyakit TB Paru pada salah satu anggota keluarga
mengakibatkan gangguan sosial dalam individu sendiri, sehingga
individu cenderung menarik diri dan kehilangan harga dirinya.
3) Fungsi Pengontrol
Anggota keluarga yang terkena TB paru menuntut perhatian dari
yang lain sehingga perhatian tertuju pada anggota yang sakit,
akibatnya perhatian terhadap anggota keluarga lainnya berkurang.
4) Fungsi Ekonomi
Anggota keluarga yang terkena TB paru memerlukan
pembiayaan dalam pengobatan dan pemeriksaan, sehingga menuntut
anggota keluarga yang lain untuk menambah penghasilan keluarga
5) Fungsi Fisik
Keluarga berfungsi untuk memenuhi seluruh kebutuhan fisik
anggota. Bila ada yang sakit maka pemenuhan kebutuhan fisiknya
akan terganggu, hal ini erat kaitannya dengan fungsi keluarga sebagai
fungsi ekonomi karena fungsi fisik akan optimal jika ada sarana yang
tersedia dan untuk mendapatkannya maka fungsi ekonomi keluarga
harus terpenuhi.
6) Fungsi Spiritual
Pengobatan TB Paru yang lama dan memungkinkan keluarga
menjadi tidak sabar untuk menjalaninya sehingga kemungkinan
kurang menyadari pentingnya berdo’a untuk kesembuhan
penyakitnya
b. Pengaruh terhadap tugas keluarga
1) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit terutama
pada penderita TB Paru akan terjadi penurunan fisik sehingga
anggota keluarga yang lain harus memberikan perawatan semaksimal
mungkin.
2) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
sangat menunjang pada kepribadian anggota keluarga resiko tinggi
TB Paru.
3) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya. Keluarga resiko tinggi TB Paru harus dapat mengenal
dan dipahami masalah kesehatannya.
4) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi resiko tinggi anggota keluarga penderita TB Paru.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga
kesehatan lain. Penderita penyakit TB Paru membutuhkan
pengobatan yang lama dan teratur sehingga harus tercipta hubungan
timbal balik antara keluarga dengan petugas kesehatan dalam usaha
memecahkan masalah kesehatan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dasar Keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah itu melalui penerapan lima
tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. (Carol V. Allen, 1998 ; 21).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001 ; 17).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematis
tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data diperoleh dari
klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat dan rekam medik.
1) Biodata
Data identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pekerjaan, status perkawinan dan nomor keamanan
sosial (Brenda Goodner, 1994 ; 252).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada klien dengan gangguan sistem pernafasan mengeluh
sesak nafas, batuk produktif atau tidak produktif (Marlylinn
Doenges, 1999 ; 241).
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pada klien Tuberkulosis Paru akan ditemukan gejala
batuk yang hilang timbul, sesak nafas, emam. Malaise, hilang
nafsu makan, berat badan menurun (Elizabeth J. Corwin, 2001 ;
416).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian data riwayat kesehatan dahulu sangat penting
untuk mengetahui apakah klien pernah terpapar oleh penderita
yang terinfeksi Tuberkulosis ? (Sylvia A. Price, 1998 ; 753).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah didalam keluarga klien ada anggota keluarga yang
menderita penyakit gangguan sistem pernafasan atau penyakit
Tuberkulosis ?
e) Kebiasaan Hidup
Apakah klien mempunyai kebiasaan merokok atau minum
alkohol ?
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh data objektif
yang dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
secara menyeluruh atau head to toe dengan melakukan pendekatan
pengkajian sistem tubuh. Tetapi difokuskan pada sistem pernafasan.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan : Peningkatan frekuensi
pernafasan, tanda-tanda redup, ronkhi basah, bronkhial, ada penarikan
otot-otot pernafasan, sekret disaluraan pernafasan, suara krekles
karena adanya kavitas yang berlangsung pada bronchus. (Arief
Mansjoer, 1999 ; 472).
4) Data Biolgis
a) Pola nutrisi dan cairan yang ditandai dengan
kehilangan nafsu makan, anoreksia, berat badan menurun, turgor
kulit buruk. (Marilynnn Doenges, 1999 ; 240).
b) Pola eliminasi
c) Pola istirahat dan tidur, adanya kesulitan tidur
malam hari karena demam, mengigil, atau berkeringat (Marilynn
Doenges, 1999 ; 240).
d) Pola personal hygiene
e) Pola aktivitas sehari-hari yang ditandai dengan
keletihan dan kelemahan otot. (Marilynn Doenges, 1999 ; 240).
5) Data Psikologis
Apakah ada faktor stress lama, perasaan tidak berdaya, takut,
cemas mudah terangsang ? (Marrilyn Doenges, 1999 ; 240).
6) Data Sosial
Apakah ada perasaan terisolisasi karena penyakit menular ?
(Marilynn Doenges, 1999 ; S240).
7) Data Spiritual
Data spiritual meliputi bagaimana keyakinan klien tentang
penyakitnya, bagaimana hubungan klien dengan Tuhannya ? (Nasrul
Efendy, 1995).
8) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Elizabeth J. Corwin, 2000 ; 416) pemeriksaan diagnostik
yang dilakukan yaitu ;
a) Uji kulit positif untuk tuberkulosis memperlihatkan imunitas
seluler dan membuktikan bahwa saluran nafas bawah pernah
terpajan basil.
b) Biarkan sputum dari pasien dengan infeksi aktif akan
memperlihatkan basil.
c) Pemeriksaan sinar X akan memperlihatkan tuberkel lama dan paru.
d) Pemeriksaan laboratorium darah adanya peningkatan lekosit dan
laju endap darah dari nilai normal.
e) Klasifikasi
(1) TB Paru
(a) BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan
foto toraks menyokong TB, dan gejala klinis sesuai TB.
(b) BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan
rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan
pada pengobatan awal anti TB (initial therapy) pasien
golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat.
(2) TB Paru tersangka
Diagnosis pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil
pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien
dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil
pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan
rontgen dan klinis sesuai TB Paru. Pengobatan dengan anti TB
sudah dapat dimulai.
(3) Bekas TB (tidak sakit)
Diagnosis pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil
pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien
dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil
pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan
rontgen dan klinis sesuai TB Paru. Pengobatan dengan anti TB
sudah dapat dimulai. (Kapita Selekta, 2001 : 473) dan
(Elizabeth J. Corwin, 2000 ; 416)
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita
Tuberkulosis yaitu :
a) Kultur sputum positif untuk Tuberkulosis aktif
b) Ziehl Neelsen postif untuk basil asam cepat
c) Tes Tuberkulin reaksi positif menunjukan penyakit aktif
d) Foto thorak dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas.
e) Pemeriksaan analisa gas darah dapat normal tergantung lokasi,
berat dan kerusakan paru.
(Marilynn E. Doenges, 1999 ; 241-242.)
Pada foto thorak lateral, gambaran foto yang menunjang diagnosis :
a) Bayangan lesi terletak pada lapangan atas paru
atau segmen apikal lobus bawah.
b) Bayangan berawan atau bercak
c) Adanya kavitas tunggal atau ganda
d) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa
minggu
e) Pada awal penyakit berupa bercak-bercak
seperti awan dengan batas yang tidak tegas, pada yang lebih lanjut
bercak-bercak seperti awan menjadi lebih tegas.
Menurut Arief Mansjoer (1999 ; 472)
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relavan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Nasrul Efendy, 1995 ; 24).
Masalah yang ditemukan pada klien Tuberkulosis yaitu aktivitas
dan istirahat, nutrisi, cairan, integritas ego, pernafasan dan penyuluhan
(Marilynn E. Doenges, 1998 ; 240).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nursalam, 2001 ; 41).
Diagnosa yang mucul pada pasien Tuberkulosis paru yaitu :
a. Gangguan pertukatan gas berhubungan dengan kerusakan
pada alveolus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan meningkatnya metabolisme dan penurunan nafsu makan
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
d. Resiko tinggi penyebaran infeksi sekunder berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, cara perawatan dan
pencegahan (Marilynn E. Doenges, 1998 ; 242-244).
3. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis,
identifikasi masalah, penetuan tujuan, pelaksanan dan cara atau strategi.
a. Diagnosa I pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
pada alveolus
Intervensi :
1) Kaji dan pantau frekuensi serta kualitas pernafasan
2) Kaji warna kulit, penggunaan otot aksesoris pernafasan
3) Auskultasi bunyi nafas, catat peningkatan atau penurunan ronchi,
krekles.
4) Baringkan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan fungsi paru
5) Pantau pemeriksaan gas darah, laporkan tanda kemajuan hipoksemia
6) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
7) Pantau hasil pemeriksaan rongga dada
8) Bantu dan ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
9) Berikan vaso dilator sesuai indikasi
Keriteria hasil :
1) Pasien mempertahankan pertukaran gas adekuat
2) Gas darah dalam batas yang dapat diterima
3) Bunyi paru menunjukan peningkatan
(Tuker et al, 1998 ; 256).
b. Diagnosa II nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan keletihan, anoreksia dan dispneu.
Intervensi :
1) Dapatkan berat badan saat masuk dan pantau setiap hari
2) Kaji status nutirisi
3) Intake dan output makanan
4) Pertahankan diit tinggi kalori, tinggi protein dengan makan sedikit-
sedikit tapi sering
5) Atur posisi semi fowler saat makan untuk mengurangi dispnoe
6) Dorong untuk istirahat sebelum makan untuk mengurangi kelelahan
7) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
8) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
9) Pantau adanya anoreksi, mual dan muntah
Kriteria hasil :
1) Pasien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat
2) Berat badan tetap stabil dalam batasan normal
(Tucker et al, 1998 ; 258-259)
c. Diagnosa III kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan mengenai proses penyakit, kecemasan dan
salah persepsi
2) Jelaskan sifat penyakit, cara perawatan, tujuan perawatan dan tujuan
pengobatan serta prosedur pengobatan.
Kriteria hasil :
1) Klien memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuan mengenai
perawatan diri.
2) Mengetahui penatalaksanaan perawatan diri
(Tucker et al, 1998 ; 258).
d. Diagnosa IV resiko tinggi penyebaran berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kondisi, cara perawatan dan cara
pencegahan infeksi sekunder.
Intervensi :
1) Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan isolasi
pernapasan, hindari kontak langsung dengan sputum sampai tingkat
pengobatan selesai.
2) Ajarkan pasien agar batuk atau bersin tertutup,
memalingkan kepala saat bersin dan batuk. Membuang tisu dengan
tepat, membuang dahak ditempat yang tertutup, menggunakan masker
bila tidak mampu melakukan instruksi.
3) Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan
4) Jelaskan apabila timbul kembali
5) Jelaskan tentang pentinya untuk tidak mengehentikan
obat-obatan anti Tuberkulosis sampai diinstruksikan oleh dokter.
Kriteria hasil :
1) Pasien mengalami penurunan resiko untuk menularkan penyakit
kepada orang lain.
2) Penyebaran infeksi tidak terjadi
(Tucker et al, 1998 ; 256)
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif untuk melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik dan membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001 ; 63)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Nursalam, 2001).
6. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan adalah pencatatan pasien yang berisi hasil dari
tindakan yang telah dievaluasi dan telah dilaksanakan sesuai intervensi yang
direncanakan. Catatan ini berisi data dan topik masalah informasi yang
dicatatat dalam SOAPIER.
Keterangan:
S : Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien
O : Objektif adalah informasi yang didapat berdasarkan pengamatan
dan pemeriksaan fisik.
A : Assesment adalah analisa mengenai masalah pasien
P : Planning adalah rencana tindakan yang disesuaikan dengan
massalah klien.
I : Implementasi adalah pentalaksaan tindakan yang telah
direncanakan.
E : Evalution adalah penilaian dari tindakan yang telah dilakukan
R : Reassesment adalah mengkaji ulang tindakan yang belum tercapai
(Nasrul Efendy, 1995).
LAPORAN PENDAHULUANTB PARU
Disusun Oleh :
RIANDI ALFIN
NIM 214113055
PROGRAM STUDY PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL A.YANI
CIMAHI
2014
KUMPULAN TUGAS PRAKTIK
KEPERAWATAN ANAK
DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
GELOMBANG 1 KEPERAWAATAN ANAK
TANGGAL 3 DESEMBER 2013 – 11 JANUARI 2014
Disusun Oleh :
RIANDI ALFIN
NIM 214113055
PROGRAM STUDY PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL A.YANI
CIMAHI
2014
DAILLY REPORT KEPERAWATAN ANAK
RSUP DR HASAN SADIKIN
BANDUNG