lp rpk
DESCRIPTION
zxTRANSCRIPT
![Page 1: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2012
![Page 2: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/2.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku kekerasan/amuk
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun
orang lain (Townsend, 1998). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku
kekerasan atau amuk adalah perasaan marah atau jengkel yang kuat disertai
dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Kemarahan adalah salah satu bentuk emosi manusia yang sepenuhnya
bersifat normal dan setiap individu pasti pernah marah dengan berbagai alasan.
Meskipun suatu hal yang wajar dan sehat, namun bila tidak dikendalikan
dengan tepat dan bersifat destruktif, maka marah akan berpotensi menimbulkan
masalah baru, seperti masalah di keluarga dan hubungan interpersonal (Papu,
2003). Setiap manusia mempunyai intensitas tersendiri dalam mengekspresikan
kemarahannya dan respon marah yang berbeda dari individu terhadap frustasi.
Keliat (1994) mengatakan bahwa kemarahan yang ditekan dan pura-pura tidak
marah akan mempersulit diri sendiri dan mempengaruhi hubungan
interpersonal.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Faktor predisposisi:
a. Teori psikoanalisa, dorongan untuk hidup, seksualitas, dan dorongan untuk
mati yang menimbulkan agresifitas.
b. Faktor biologis/neurobiologis, yaitu ssistem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter, misalnya GABA dan
noreprinefrine
![Page 3: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/3.jpg)
c. Faktor psikologis, misalnya kegagalan yng dialami menimbulkan
frustasiatau masa kanak-kanak yang tidak meyenangkan seperti ditolak,
dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
d. Faktor perilaku, reinforcement yang diberikan sat melakukan perilaku
kekerasan dapat menstimulasi perilakum ini.
e. Faktor social budaya, misalnya budaya tertutup, membaas secara
diam(pasif agresif) dan kontrol social yang tidak pasti./
Faktor presipitasi:
Dapat bersumber dari klien, lingkungan, maupun interaksi dengan orang
lain. Misalnya kelemahan fisik, keputusaasaan, kndisi lingkungan yang
ribut, tidak aman, kehilangan orang yang dicintai dan lain-lain.
C. RESPON MARAH
Perasaan marah adalah normal bagi individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berubah dalam rentang adatif-
maladaptif (Stuart & Sundeen, 1998).
Rentang Respon Marah
Adatif Maladaptif
Asertif frustasi Pasif Agresif
Kekerasan/amuk Gambar 1 : Rentang respon marah (Stuart & Sundeen,
1998, hal. 542)
Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa rentang respon marah
ditunjukkan mulai dari terendah yaitu perilaku asertif sampai dengan
maladaptif yaitu perilaku kekerasan (Stuart & Sundeen, 1998).
1. Respon marah adaptif meliputi asertif dan frustasi (Stuart & Sundeen,
1998).
a. Asertif
Mengeskpresikan kemarahan tanpa harus menyalahkan dan menyakiti
orang lain dan individu biasanya mampu mengungkapkan rasa marah
![Page 4: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/4.jpg)
atau tidak setuju. Ini merupakan cara yang baik karena tidak merugikan
orang lain dan diri sendiri.
b. Frustasi
Frustasi adalah respon marah akibat individu gagal mencapai tujuan yang
realistik. Dalam hal ini seseorang tidak dapat menemukan alternatif lain
dalam menyelesaikan masalah.
2. Respon marah maladaptif meliputi pasif, agresif, dan amuk.
a. Pasif
Suatu keadaan individu tidak dapat mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
b. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
menuntut suatu yang dianggapnya benar bisa dalam bentuk destruktif
tetapi masih dapat dikontrol.
c. Amuk
Adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol dan dapat menyebabkan kerusakan diri sendiri atau orang lain.
D. PROSES KEMARAHAN
“Stress, marah, cemas adalah suatu hal tidak terlepas dari kehidupan
individu” (Keliat, 1994, hal.7). Stress dapat mengakibatkan perasaan tidak
menyenangkan dan kecemasan bisa menimbulkan kemarahan. Menurut Keliat
(1994) ada tiga cara untuk mengungkapkan respon marah yaitu : pengungkapan
secara verbal, menekan dan menantang. Menantang dapat menimbulkan
permusuhan, maka tampak sebagai depresi, agresif dan amuk bila
diekspresikan pada diri dan lingkungan.
![Page 5: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/5.jpg)
E. PHATWAYS
Faktor predisposisi Faktor presipitasi Faktor perilaku
(biologis, psikologis, (lingkungan,
sosiokultural) interaksi dengan orang lain)
Ketidakmampuan menghadapi stressor
Koping individu tidak efektif
Penurunan motivasi dan kemampuan Penurunan motivasi dalam pemenuhan
dalam hubungan sosial kebutuhan sehari-hari
F. PENYEBAB
Penyebab kemarahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor
predisposisi, stressor presipitasi dan faktor perilaku (Stuart & Sundeen, 1998).
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan perilaku kekerasan menurut Stuart
dan Sundeen (1998, hal.542) adalah sebagai berikut :
a. Faktor Biologis
MK: Isoalasi Sosial (Menarik Diri)
MK: Halusinasi
MK: Defisit Perawatan Diri
MK: Resiko Perilaku
Kekerasan
![Page 6: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/6.jpg)
1. Teori dorongan naluri (Instictual Drive Theory)
Perilaku agresif berakar langsung atau tidak langsung dari suatu
insting kehidupan, yang merupakan sekumpulan energi psikis yang
akan meningkat saat ada perangsang, sehingga menimbulkan
ketegangan dan mengakibatkan cemas kemudian menimbulkan marah.
2. Teori Psikosomatik (Psichosomatic Theory)
Akibat dari respon Psikologis terhadap stimulus internal dan eksternal
itu disebut pengalaman marah.
b. Faktor Psikologis
1. Teori Agresif Frustasi (Frustation Agression Theory)
Frustasi selalu menyebabkan bentuk agresi dan frustasi selalu diikuti
agresi. Individu yang gagal dalam mencapai tujuannya bisa terjadi
frustasi sehingga perilaku individu dapat menjadi agresif.
2. Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Perilaku agresif merupakan respon belajar yang dapat dicapai apabila
dalam kondisi yang mendukung.
3. Teori Eksistensi (Existensial Theory)
Perilaku destruktif akan dilakukan apabila kebutuhan dasar manusia
tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
c. Faktor Sosiokultural
1. Teori Lingkungan Sosial (Social Environment Theory)
Keadaan lingkungan sosial dapat mempengaruhi individu dalam
mengekspresikan marahnya.
2. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun tidak
langsung melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Sumber-sumber stressor presipitasi yaitu dapat diakibatkan dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Stressor dapat disebabkan dari
internal maupun eksternal. Dari internal meliputi putus hubungan dengan
orang yang dekat dengan dirinya, kehilngan rasa cinta, ketakutan pada
![Page 7: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/7.jpg)
penyakit fisik. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu meliputi penyakit fisik,
kehilangan dan kematian menurut Keliat (1994).
3. Faktor Perilaku
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal.544) perilaku yang berkaitan
perilaku kekerasan yaitu seperti :
a. Menyerang atau menghindar (Flight or Fight)
Terdapat dua reaksi yang terjadi ketika individu menghadapi ancaman
yaitu meliputi yang pertama pertahanan dan melakukan penyerangan,
yang kedua adalah menghindar untuk lari dari ancaman. Dalam
menghindari ancaman yang terjadi individu menjadi ketakutan dan
mengakibatkan timbulnya marah.
b. Bersikap asertif (Asertivenes)
Perilaku asertif merupakan perilaku yang baik untuk mengekspresikan
marah tanpa menyakiti orang lain, sikap ini diungkapkan secara
konstruktif.
c. Memberontak (Acting Out)
Dalam faktor perilaku ini individu biasanya menyerang orang lain dan
disertai dengan kekerasan. Perilaku ini dilakukan oleh individu untuk
menarik perhatian orang lain.
G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan menurut
Keliat, dkk (1994. hal.142) yaitu sebagai berikut :
a. Displecement : Pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan
mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya.
b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat diterima
pada lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan.
c. Projeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional atau
keinginan yang dapat diterima orang lain.
d. Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-
pengalaman, pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya.
![Page 8: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/8.jpg)
e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang
berlawanan dengan dorongan yang diingikan oleh seseorang.
H. MANIFESTASI KLINIK
Perilaku yang berhubungan dengan perilaku kekerasan menurut Beck,
dkk (1986, dikutip oleh Keliat, 1994, hal.12) yaitu meliputi :
a. Fisik : Muka merah, pandangan tajam dan liar, napas pendek berkeringat,
sakit fisik, penyalahgunaan obat tekanan darah meningkat.
b. Emosi : Merasa takut, cemas, tidak aman, terganggu, marah dan jengkel
c. Intelektual : Ingin mendomonasi, sarkasme, berdebat, meremehkan dan
bawel.
d. Spiritual : Kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kreativitas terhambat.
e. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
humor.
I. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah-masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
perilaku kekerasan menurut Keliat (1999) adalah sebagai berikut :
1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
2. Perilaku kekerasan.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
6. Isolasi sosial : menarik diri.
![Page 9: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/9.jpg)
J. POHON MASALAH
Menurut Keliat (1999, hal.21) bagan berikut merupakan pohon masalah
dari masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan.
Resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
(core problem) Perubahan persepsi sensori :
halusinasi
Gangguan konsep diri isolasi sosial : menarik diri
Harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
Gambar 3 : Pohon masalah perilaku kekerasan (Keliat, 1999, hal.21)
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keliat (1994) merumuskan diagnosa keperawatan berdasar dari perilaku
kekerasan sebagai berikut :
1. Resiko Perilaku kekerasan
L. INTERVENSI
Resiko Perilaku Kekerasan
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mengontrol perilaku kekerasan dengan kriteria hasil
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan, dan ada kontak mata
3) Bersedia menceritakan perasaan
![Page 10: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/10.jpg)
4) Menceritakan penyebab perasaan kesal/marah
5) Dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
6) Dapat mengidentifikasi bentuk PK yang dilakukan
7) Dapat mengidentifikasi akibat PK
8) Mmapu mempraktekan cara mengontrol marah yang diajarkan
9) Mampu terlibat dalam TAK
10) Dapat minum obat dengan bantuan minimal
11) Klien dapat melanjutkan hubunganperan sesuai dengan tanggung
jawab.
b. Intervensi
1) BHSP
2) Identifikasi penyebab PK
3) Identifikasi tanda dan gejala PK
4) Identifikasi bentuk PK yang pernah dilakukan
5) Ajarkan cara mengontrol PK, antara lain:
a) Secara fisik (relaksasi, kegiatan dan olahraga)
b) Secara verbal (sharing/menceritakan pada orang lain)
c) Secara spiritual (berdoa,sholat)
d) Secara farmakologis (minum obat)
6) Bantu klien mempraktekan cara mengeksprezikan cara sehat
mengontrol PK
7) Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai
8) Anjurkan untuk memasukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih
ke dalam jadwal harian
9) Bantu pasien membuat rencana jadwal kegiatan dirumah
10) Jelaskan pada pasien tentang obat yang diminum ( jenis,dosis, waktu
minum, manfaat dan efek samping)
11) Berikan obat sesuai program
12) Pantau keefktifan pengobatan dan efek samping
13) Libatkan klien dalam kegiatan
![Page 11: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/11.jpg)
14) Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulus yang
rendah
15) Observasi secara ketat perilaku dan tanda-tanda pasien marah
16) Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan
sekitar klien.
![Page 12: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/12.jpg)
STRATEGI PELAKSANAAN
Resiko Perilaku Kekerasan
1. SP I
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Mengajarkan pasien cara kontrol PK fisik I (nafas dalam)
f. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kontak mata cukup, bisa berkomunikasi dengan perawat,
sesekali menunduk, pembicaraan jelas
2. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dan mengenali penyebab
Perilaku Kekerasan/Amuk/Marah.
Tindakan:
a. memperkenalkan diri
b. menjelaskan tujuan interaksi
c. menciptakan lingkungan yang aman dan tenang
d. mewawancarai dan mengobservasi kondisi klien secara langsung dari
keluarga.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
I. FASE ORIENTASI
“ Selamat siang Mas !”
“ Bagaimana keadaan Mas hari ini?”
“ Kenalkan, nama saya Sugiharti Dwi, biasa dipanggil Suster Dwi”.
Nama Mbak siapa?, nama panggilan Mbak siapa? Saya mahasiswa PSIK
NGUDI WALUYO yang bertugas RSJ hari ini.
![Page 13: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/13.jpg)
“Boleh saya tahu usia Mas berapa? Tinggal dimana? Di rumah tinggal
dengan siapa?”
“Hari ini kita akan bincang-bincang mengenai keluhan yang Mas
rasakan”.
II. FASE KERJA
1. Menanyakan identitas pengantar klien
“Siapa nama Bapak? Apa hubungan dengan klien? Dimana alamat Bapak?
Apakah Bapak tinggal satu rumah dengan klien? Apa alasan Bapak
membawa klien ke RSJ?”
2. “Apa penyebab klien dibawa ke RSJ sehubungan dengan perilaku yang
membahayakan diri/lingkungan/ orang lain atau yang aneh antara lain:
perubahan tingkah laku, mencoba bunuh diri, memukul orang, mengamuk
dan lain-lain”.
3. “Apa tanda-tanda yang diperlihatkan klien saat di rumah: bicara sendiri,
melamun, bicara kacau, marah-marah, menangis, berjalan ke sana kemari,
tidak mau makan dan minum dan kebingungan”.
4. “Apakah penyakit ini yang pertama kali diderita atau sudah berkali-kali?
Apakah gejalanya mirip, kapan saja, dirawat dimana, berapa lama sakitnya,
sembuh atau tidak, berobat teratur atau tidak, apakah penyakit sekarang lebih
berat/ringan dari pada yang dulu?”
5. “Adakah kejadian-kejadian yang luar biasa sebelum timbulnya penyakit yang
mungkin menyebabkan gangguan jiwa?”
6. “Apakah pekerjaan klien, apa masih sekolah, bagaimana kemajuan sekolah
sebelum dan pada waktu sakit atau setelah sembuh dari penyakit yang
terdahulu?”
7. “Bagaimana sifat dan perilaku penderita sebelum sakit?”
8. “Apakah dalam keluarga ada yang sakit ingatan (jiwa) siapa dan apakah
gejalanya mirip dengan klien?”
9. Mengkaji tentang persepsi dan isi pikir klien:
![Page 14: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/14.jpg)
a. “Apakah klien pernah mendengar bisikan atau suara-suara pada
telinga?”
b. “Apakah klien pernah melihat bayangan-bayangan/hal aneh atau setan
atau orang yang sudah mati?”
c. “Apakah pikiran saudara dikendalikan/diketahui orang lain?”
d. “Apakah ada orang yang menuduh, menganiaya, mengancam atau
mengejar-ngejar klien?”
e. “Apakah klien merasa bersalah, merasa diberlakukan tidak adil?”
11. “Apakah klien masih mampu mengingat masa lalu?”
12. Mengkaji tentang konsep diri klien:
a. “Apakah ada bagian tubuh klien yang tidak disukai, bagian mana, apa
alasan tidak disukai?”
b. “Apa jenis kelamin klien, apa perasaan klien mempunyai jenis kelamin
itu, apakah ada kesulitan dalam memerankan?”
c. “Tugas apa yang diberikan pada klien saat di rumah, di masyarakat?
Mampu tidak klien melaksanakan?”
d. “Apa yang menjadi cita-cita klien? Apa harapan klien terhadap tubuh,
status, tugas dan lingkungan?”
e. “Apakah klien mampu bersosialisasi, apakah klien mempunyai banyak
teman, bagaimana pergaulan klien, siapakah orang terdekat dengan
klien?”
13. “Bagaimana penampilan secara umum dari klien? Rapi, sopan, kacau,
bingung?”
III. FASE TERMINASI
“Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini”.
“Saya sangat senang dan menghargai karena Mas sudah bisa
mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau bercerita dengan saya”.
Lain kali kalau ada kesempatan dan jika saya masih bertugas di sini lagi,
mungkin kita akan berjumpa lagi
“Baiklah Mas dan Pak sampai nanti, terima kasih dan hati-hati di jalan.”
![Page 15: LP RPK](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022080220/55cf9c84550346d033aa1943/html5/thumbnails/15.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book, 1995
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000