lp post craniotomi kadek

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST CRANIOTOMI A. Definisi a. Tumor Tumor adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, 1997). b. Tumor otak Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak. (Rosa Marion, 2000) c. Karsinoma otak (maligna) Karsnoma otak adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak. d. Neoplasama Neoplasma ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Achmad Tjarta, 1973). B. Etiologi Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena : 1. Genetik

Upload: lisa-duck

Post on 18-Dec-2014

276 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Post Craniotomi Kadek

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN POST CRANIOTOMI

A. Definisi

a.       Tumor

Tumor adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam

setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang

dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, 1997).

b.      Tumor otak

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak. (Rosa Marion,

2000)

c.       Karsinoma otak (maligna)

Karsnoma otak adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.

d.      Neoplasama

Neoplasma ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus

menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna

bagi tubuh. (Achmad Tjarta, 1973).

B. Etiologi

Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :

1.    Genetik

Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan

yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose,

neurofibromatosis.

2.    Kimia dan Virus

Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan

terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor

pada manusia masih belum jelas.

Page 2: Lp Post Craniotomi Kadek

3.    Radiasi

Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya

neoplasma setelah dewasa.

4.    Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).

Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

C. Klasifikasi

1.    Glioma

Jumlah ½ tumor otak. Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke

jaringan hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa

bulan sampai tahun.

2.    Meningoma

Dari 13 % sampai 18 % merupakan tumor primer intracranial. Tumbuh dari selaput

meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul

dan penyembuhan melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin

3.    Tumor Pituitari

Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai

jenis jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali

mungkin.

4.    Neuroma (Schwannoma, neuro)

Neuroma akustik sangat sering. Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori

pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna.

Akan tmbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.

5.    Tumor Metastase

Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker menjangkau

otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil.

Pemulihan dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.

D. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik

pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal

Page 3: Lp Post Craniotomi Kadek

disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila

terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim

otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya

bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan

dengan gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan

kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk

kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan

neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu

bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan

sirkulasi cairan serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang

disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak. Semuanya menimbulkan kenaikan volume

intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan

serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila

tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-

sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau

serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui

insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon,

menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula

oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah

bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan

pernafasan.

Page 4: Lp Post Craniotomi Kadek

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan

pertumbuhannya, antara lain :

1. Lobus Frontalis

      Gangguan kepribadian

      Epilepsi

      Afasia mototik

      Hemiparesis

      Ataksia

      Gangguan bicara

      Gangguan gaya berjalan

2. Lobus Oksipitalis

      Gangguan penglihatan

3. Lobus Temporalis Halusinasi

      Kejang psikomotor

      Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)

      Kesulitan menyebutkan objek

4. Lobus Parietalis

      Tidak mampu merekam gambar

      Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel

dan cisterna.

b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan

dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.

d. Elektroensefalogram (EEG) : Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.

e. Ekoensefalogram : Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.

Page 5: Lp Post Craniotomi Kadek

f. Sidik otak radioaktif : Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat

radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan

akumulasi abnormal zat radioaktif.

G. Penatalaksanaan Medis

1.      Pembedahan dengan craniotomy

2.      Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan

therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri

karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

3.      Kemoterapi

Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.

Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah

terserang penyakit.

4.      Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

5.      Psikologi

Tujuan penatalaksanaan unit gawat darurat pada injury kepala pasien yang post-operative

adalah sama sepeti pre-operativ, yakni: optimisasi physiologic. Prinsip kontrol tekanan

intracranial dan optimisasi perfusi tekanan cerebral seperti halnya pemeliharaan

oxygenation yang cukup dari perfusi darah :

a.       Ventilasi

Hyperventilation bukanlah suatu therapy yang tidak berbahaya ( disebabkan

alkalosis, hypokalemia, vasoconstricsi dengan ischemia) dan bagaimanapun secara

relatif tidak efektif dalam pengerutan pembuluh darah cerebral setelah beberapa jam.

Normocapnia harus dirawat sedapat mungkin. Drainase CSF dari suatu kateter/pipa

ventricular dalam saluran tubuh lebih disukai untuk mereduksi/mengurangi ICP ( dan

optimisasi pada tekanan perfusion cerebral) untuk metabolically deranging therapies

seperti hyperventilation dan diuresis.

Page 6: Lp Post Craniotomi Kadek

b.      Fluids/cairan

Walaupun penggantian cairan bukan sebagian besar diantaranya intracranial sebagai

intra-abdominal atau perawatan intrathoracic post operasi trauma kepala

penatalaksanaan cairan adalah komplikasi perawatan pada kontrol hipertensi

intracranial seperti diuresis dan hyperventilation kedua-duanya yang mana cenderung

menyebabkan berkurangnya volume dan metabolisme alkalosis. Solusinya Isotonik

IV harus digunakan dalam semua kasus. Jumlah volume Darah yang bagus tidak

hanya meningkatkan kapasitas oksigen tetapi juga menyebabkan unsur selularnya

tidak pecah ( seperti albumin) ke dalam molekul lebih kecil yang berdifusi ke

membran alveolar dalam paru-paru dan dari intravascular ke ruang extravascular

yang membawa cairan pada paru-paru dan edema cerebral.

Pasien dengan berbagai trauma, laserasi kulit kepala, perdarahan subdural, dan injury

sering kehilangan sejumlah darah dalam jumblah yang besar pada saat itu mereka

tiba di ruang op di ICU. Transfusi diberikan kepada pasien dengan hematocrit yang

rendah pada level kritis (pada umumnya di bawah 25%) terutama ketika disertai

dengan hypotension, tachycardia, dan berkurangnya urin output.

c.       Nutrisi

Dukungan nuitrisi harus segera setelah trauma kepala craniotomy ketika pasien

bowel sounds. Pemberian makanan Enteral itu baik tidak hanya untuk mencegah

perdarahan tetapi juga nutrisi diatur melalui rute ini jadi lebih siap diserap dan

metabolisme tanpa resiko dari hepatitis, sepsis, dan komplikasi lain yang

berhubungan dengan total parenteral nutrition ( TPN)., seandainya bowel berbunyi

adalah suatu pngembalian lambat, TPN yang pertama dapat dimulai dalam duapuluh

empat jam setelah suatu operasi trauma kepala.

Page 7: Lp Post Craniotomi Kadek

H. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak

ialah :

a. Gangguan fisik neurologist

b. Gangguan kognitif

c. Gangguan tidur dan mood

d. Disfungsi seksual

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat

kelemahan reflek batuk

b. Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang

sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

c. Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,

bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,

dingin, sianosis pada tahap lanjut

2. Pengkajian Sekunder

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

- Riwayat keluarga denga tumor

- Terpapar radiasi berlebih.

- Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia

- Kecanduan Alkohol, perokok berat

- Terjadi perasaan abnormal

- Gangguan kepribadian / halusinasi

Page 8: Lp Post Craniotomi Kadek

b. Pola nutrisi metabolik

- Riwayat epilepsy

- Nafsu makan hilang

- Adanya mual, muntah selama fase akut

- Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan

- Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

c. Pola eliminasi

- Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)

- Bising usus negatif

d. Pola aktifitas dan latihan

- Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran

- Resiko trauma karena epilepsy

- Hamiparase, ataksia

- Gangguan penglihatan

- Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)

e. Pola tidur dan istirahat

- Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur

f. Pola persepsi kognitif dan sensori

- Pusing

- Sakit kepala

- Kelemahan

- Tinitus

- Afasia motorik

- Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral

- Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan

- Penurunan memori, pemecahan masalah

- kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

- Penurunan kesadaran sampai dengan koma.

- Tidak mampu merekam gambar

- Tidak mampu membedakan kanan/kiri

g. Pola persepsi dan konsep diri

Page 9: Lp Post Craniotomi Kadek

- Perasaan tidak berdaya dan putus asa

- Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

h. Pola peran dan hubungan dengan sesame

- Masalah bicara

- Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo

)

i. Reproduksi dan seksualitas

- Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas

- Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

- Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah

- Mekanisme koping yang biasa digunakan

- Perasaan tidak berdaya, putus asa

- Respon emosional klien terhadap status saat ini

- Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

- Mudah tersinggung

k. Sistem kepercayaan

- Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

3. Diagnosa Keperawatan

Post-Operasi

Page 10: Lp Post Craniotomi Kadek

a.    Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan

b.    Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra diri.

c.    Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan

tentang sumber informasi

d.   Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak

pasti.

4. Rencana Keperawatan

Post Operasi

Dx 1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.

Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Kriteria Hasil :

- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri

- Ekspresi wajah rileks

- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang

Rencana Keperawatan :

1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam

R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya

2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV

R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya

3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien

R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri

4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien

R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien

Dx 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan

peran, perubahan citra diri.

Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan

Page 11: Lp Post Craniotomi Kadek

Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.

Rencana keperawatan :

1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.

R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.

2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.

R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.

3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di

rumah.

R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.

4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.

R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

Dx 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan

ketidaktahuan tentang sumber informasi

Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami

setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

- Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan

- Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien

R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga

dapat memberikan informasi secara tepat

2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru

R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus

penyakit

3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi

R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada

4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress

R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis

5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress

R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan

Page 12: Lp Post Craniotomi Kadek

Dx 4 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan

yang tidak pasti.

Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.

Intervensi :

1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.

R / : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara

penyelesaiannya.

2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.

R / : Membuat pasien yakin dan percaya.

3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.

R / : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.

4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.

R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.

5. Berikan kenyamanan fisik pasien.

R / : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman

ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.

Daftar Pustaka

A.K. Muda, Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.

Page 13: Lp Post Craniotomi Kadek

Carpenito, Lynda Juall RN.1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta : Media

Aesculappius.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta : Media Aesculapius

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC