lp mtbs-1

21
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT “M T B S“ A. Pengertian MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana BALITA sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahundan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompokusia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulansampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll. Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang

Upload: andy-mula-warman

Post on 15-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

fgdfgdf

TRANSCRIPT

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKITM T B S

A. PengertianMTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana BALITA sakitdengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahundan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompokusia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulansampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes,Poskesdes, dll.Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan di pelayanan kesehatan dasar.MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan.MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar ( Modul MTBS 1, 2008 )Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karenameliputi upaya kuratif (pengobatan),preventif (pencegahan),perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif).Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembangdalam upayamenurunkan kematian, kesakitan dan kecacatanpada bayi dan balita.B. Perlunya MTBS di Puskesmas Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan tunggal kemungkinan jarang terjadi, menurut data WHO, tiga dari empatbalita sakitseringkali memiliki banyakkeluhan lain yang menyertai dansedikitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS.Pendekatan MTBS dapat mengakomodir hal ini karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa. Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi yang cost effective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Bila Puskesmasmenerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatandan membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu. C. Sejarah Penerapan MTBS di IndonesiaMTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)atauIntegrated Management of Childhood Illness (IMCI)adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana BALITA sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu:1. Komponen IMeningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)2. Komponen IIMemperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif3. Komponen IIIMemperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat).D. Tujuan MTBS1. Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul 2. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah 3. Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita.4. Dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.5. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.6. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam melayani BALITA sakit.7. Meningkatkan keterampilan petugas.8. Memperbaiki sistem kesehatan.Praktek MTBS memiliki 3 komponenkhasyang menguntungkan yaitu:1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksanabalita sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapatmemeriksa dan menangani pasien balita)2. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatanterintegrasi didalampendekatan MTBS)3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)E. Ruang Lingkup MTBS Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah langkahnya yaitu :1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan 5 tahun.Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.2. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. 3. Memberi konseling bagi ibu.Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, member anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan. 4. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak lanjut.Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan member pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.F. Proses Manajemen Kasus BALITA sakit dengan pendekatan MTBSPetugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Kemudian akan diklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan.Contoh begitusistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:1. Apakah anak bisa minum/menyusu?2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?3. Apakah anak menderita kejang ?Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?2. Apakah anak menderita diare?3. Apakah anak demam?4. Apakah anak mempunyai masalah telinga?5. Memeriksa status gizi6. Memeriksa anemia7. Memeriksa status imunisasi8. Memeriksa status pemberian vitamin A9. Menilai masalah/keluhan-keluhan lainBerdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:1. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah2. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah3. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah4. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat5. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatandan lain-lainG. Penilaian Tanda dan Gejala.Pada penilaian tanda dan gejala, yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda bahaya umum.1. Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. 2. Penilaian kedua, Keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja.3. Penilaian ketiga, Tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah ekstremitas dingin muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu hati, dan lain-lain.4. Penilaian keempat.Tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakan, dan lain-lain.5. Penilaian kelima.Tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.H. Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

Berikut klasifikasi dan tingkat kegawatan pada BALITA berdasarkan penilaian MTBS :1. Klasifikasi Pneumoniaa. Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, adanya stridor.b. Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafasyang sangat cepat.c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.2. Klasifikasi Dehidrasia. Dehidrasi berat, apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor jelek sekali.b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor jelek.c. Diare tanpa dehidrasi, apabila tidak cukup adanya tanda dehidrasi.3. Klasifikasi Diare Persistena. Diare persisiten berat, diare lebih dari 14 hari dan adanya tanda dehidrasi.b. Diare persisten, tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.4. Klasifikasi DisentriApabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja.5. Klasifikasi Risiko Malariaa. Klasifikasi dengan resiko tinggiKlasifikasi penyakit berat dengan demam(suhu 37,5 derajat celcius atau lebih) apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk.b. Klasifikasi resiko rendahKlasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk,c. Klasifikasi malaria Apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak.d. Klasifikasi demam mungkin bukan malaria Apabila hanya ditemukan pilek atau adanya campak.e. Klasifikasi tanpa resikof. Klasifikasi Penyakit berat dengan demam Apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kudukg. Klasifikasi demam bukan malaria Apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk6. Klasifikasi Campaka. Campak dengan komplikasi berat Apabila ditemukan adanya tandabahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata merah.b. Campak dengan komplikasi Apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut.c. Campak, Apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.7. Klasifikasi DBD (demam kurang dari 7 hari)a. DBD Apabila ditemukan tanda seperti petekie, tanda syock.b. Mungkin DBD Apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet negatif.c. Mungkin bukan DBD Apabila hanya ada demam.8. Klasifikasi masalah telingaa. Klasifikasi mastoiditis Apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga.b. Infeksi telinga akut.Apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14hari serta adanya nyeri telinga.c. Infeksi telinga kronis.Apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih.d. Tidak ada infeksi telinga Apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas.9. Klasifikasi status gizia. Klasifikasi gizi buruk (anemia berat), Apabila BB sangat kurus, adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan.b. Klasifikasi bawah garis merah (anemia), Apabila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB menurut umur dibawah garis merah.c. Tidak bawah garis merah dan tidak anemia Apabila tidak ada tanda seperti diatas.I. Penentuan Tindakan Dan Pengobatan1. Pneumoniaa. Pengobatan pneumonia berat : 1) Berikan dosis pertama antibiotika2) Kotrimoksazol dan amoksilin.3) Lakukan rujukan segerab. Apabila pneumonia saja 1) Berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, 2) Berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, 3) Beri tahu ibu atau keluarga, 4) Lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.c. Apabila batuk bukan pneumonia1) Berikan pelega tenggorokan, 2) Beri tahu ibu dan keluarga, dan 3) Lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.2. Dehidrasia. Pengobatan dehidrasi berat :1) Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan 100 ml/kg RL atau NACL2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena cepat.3) Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.4) Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak.5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASIb. Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang :4) Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama.5) Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi.c. Pengobatan tanpa dehidrasi :1) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian oralit apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.2) Lanjutkan pemberian makan.3. Diare PersistenTindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya kolera, maka pengobatan yang dapat dianjurkan adalah pilihan pertama antibiotik Kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah Tetrasiklin.4. DisentriTindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, misalnya pilihan pertamanya adalah Kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam Nalidiksat.5. Risiko MalariaPenanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah sebagai berikut.a. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intramuskukar. Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan kina pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria secara oral dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan pada anak usia kurang dari 4 bulan.b. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk anak 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak