lp maternitas pospartum

23
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM FISIOLOGIS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSAHUSADA PROGRAM STUDI PROFESI NERS GARUT 2012

Upload: sustania

Post on 02-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

LP Maternitas Pospartum

TRANSCRIPT

Page 1: LP Maternitas Pospartum

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM FISIOLOGIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSAHUSADA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

GARUT

2012

Page 2: LP Maternitas Pospartum

LAPORAN PENDAHULUAN

Post Partum

1. Definisi

Post partum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik

maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera

setelah bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan

kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu).

2. Tujuan pengawasan post partum

2.1 Mencegah infeksi

2.2 Meningkatkan penyembuhan jaringan

2.3 Meningkatkan involusi

2.4 Memberikan kesempatan kepada ibu klien untuk memelihara bayi.

2.5 Klien dapat merawat dirinya sendiri dan bayinya secara aktif.

2.6 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2.7 Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

2.8 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari.

2.9 Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2.10Mendapatkan kesehatan emosi.

3. Tahapan postpartum

3.1 Immediate post partum

Satu jam pertama setelah proses melahirkan sampai 1 hari.

3.2 Early post partum

Minggu pertama setelah melahirkan.

1

Page 3: LP Maternitas Pospartum

3.3 Late post partum

Minggu ke 2 sampai minggu ke 6 post partum.

4. Adaptasi fisiologis post partum

4.1 System kardiovaskuler

a. Volume darah

Terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan

volume darah menurun dengan lambat. Penyesuaian pembuluh

darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan

cepat.

b. Cardiac Output

Terjadi penurunan CO yang menyebabkan oksigen kejaringan

berkurang sehingga pembentukan energi berkurang.

c. Tekanan darah, nadi, dan temperatur.

Tekanan darah tetap stabil terjadi penurunan sistolik 20 mmHg,

atau lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi

duduk, hal ini menggambarkan hipotermi orthostatic dan

merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardio

vaskuler terhadap penurunan tekanan vasuker pada panggul,

kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolic 15 mmHg bila

disertai sakit kepala atau perubahan penglihatan dapat dicurigai

adanya pre eklamsi post partum.

Nadi menjadi bradikardi pada 24 – 48 jam pertama sekitar 40 –

50 x / menit.

Suhu pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 380C.

Bila setelah hari pertama suhu lebih dari 380C selama dua hari

berturut – turut dalam 15 hari pertama post partum harus

dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih atau

infeksi yang lainnya. Pembengkakan payudara pada hari ke dua

dan ke tiga dapat menyebabkan kenaikan suhu (milk fever),

2

Page 4: LP Maternitas Pospartum

walaupun tidak selalu bila terjadi kenaikan suhu lebih dari 24

jam.

d. Komponen darah

Hb, Ht dan entrosit mendekati keadaan sebelum melahirkan

terjadi hemokonsentrasi, karena diuresis lymposit menurun,

leukosit darah dari 15.000 – 30.000 /mm3. Mekanisme

pembekuan darah menjadi aktif pada periode immediate post

partum sampai beberapa saat setelah melahirkan aktifitasnya

meningkat tromboemboli.

4.2 System respirasi

Pernafasan harus berada dalam rentang normal sebelum

melahirkan.

4.3 System reproduksi

a. Involusio uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung

cepat selama 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6

minggu sedikit lebih besar dari ukuran multipara.

- 12 jam post partum fundus uteri teraba 1 cm bawah pusat.

- 3 hari post partum fundus uteri teraba 3 cm dibawah pusat.

- 9 hari post partum fundus uteri tidak teraba dibawah simpisis.

b. Lochea

- Rubra pada hari 1 – 3

- Serosa pada hari 4 – 9

- Alba pada hari ke 10

a) Lokhea rubra (kruenta) 1 – 3 hari, berwarna merah hitam,

terdiri dari sel desidua, vernifscaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium, sisa darah

b) Lokhea sanginolenta, 3 – 7 hari berwarna putih bercampur

darah.

3

Page 5: LP Maternitas Pospartum

c) Laokhea serosa 7 – 14 hari berwarna kekuning – kuningan

d) Lokhea alba

c. Perubahan pada vagina

Kongesti pada pada dinding vagina berakibat sampai beberapa

hari, rugae vagina mulai kembali dalam 6 – 8 minggu (tidak

kembli seperti semula) labia mayora dan labia minora tampak

teregang dan tidak licin.

4.4 System pencernaan

Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu satu

minggu. Hal ini di sebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan

kenyamanan pada perineum. Pemberian huknah pada kala 1 dan

penurunan kekenyalan otot abdomen yang merupakan predisposisi

terjadinya konstipasi.

4.5 System endokrin

Kadar endogen progesterone dan kadar prolaktin menurun dengan

cepat. Kadar prolaktin pada klien yang menyusui akan meningkat

karena rangsangan dan isapan bayi.

Estrogen pada klien yang tidak menyusui akan terjadi secara

pertahap terjadi pada fase fasikuler dalam 3 minggu setelah

melahirkan. Pada klien yang menyusui biasanya menstruasi terjadi

dalam minggu 36 post partum. Sedangkan yang tidak menyusui

akan terjadi pada minggu ke 12 post partum. Perubahan buah dada,

produksi asi dimulai sekitar hari ke tiga setelah post partum. Dibuat

oleh sel asini pada alveolus atas pengaruh prolaktin keluarnya

duktus latiperus disebabkan oleh kontraksi sel mioepitelium,

tergantung pada sekresi oksitoksin dan rangsangan isapan bayi.

4.6 System perkemihan

4

Page 6: LP Maternitas Pospartum

Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma

yang dapat mengakibatkan uedema dan kehilangan sensitivitas

terhadap cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yang

berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna dari kandung

kemih, biasanya klien tidak mempunyai kemampun dalam buang

air kecil dalam 2 hari pertama setelah melahirkan.

Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dikeluarkan

melalui deuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam selama

melahirkan. Akibat dari diueresis klien, klien mengalami penurunan

berat badan 2.5 kg pada periode early post partum. Hematuri pada

early postpartum menandakan adanya trauma peningkatan

kandung kemih waktu persalinan. Selanjutnya dapat terjadi infeksi

pada saluran kandung kemih.

4.7 System muskuloskeletal

Adaptasi ini mencakupp hal-hal yang membantu relaksasi dan

hipermobilisasi sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat

pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam

sampai ke delapan post partum.

4.8 System neurosensory

Rasa baal dan kesemutan (tingling) periodik pada jari yang dialami

5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala

memerlukan pemeriksaan yang cermat, bisa diakibatkan karena

PIH, stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang

ekstradural selama jarum epidural diletakan ditulang punggung

untuk anestesi.

5. Adaptasi psikologis post partum

5.1 Perubahan psikologis post partum

5

Page 7: LP Maternitas Pospartum

- Menjadi orang tua merupakan masa transisi (perubahan)

yang terjadi pada wanita postpartum yang mengakibatkan

psikologis wanita berubah.

- Masa transisional yang harus diperhatikan oleh perawat

adalah: fase honeymoon (fase setelah bayi lahir terjadi

intimidasi dan kontak lama antara ayah dan ibu serta

anak/bayi).

- Adaptasi orang tua pada fase post partum

Membicarakan pada peran dan tujuan baru yang di

emban orang tua

Menyesuikan kembali hubungan antara keluarga

Mengenai bayi baru lahir

5.2 Tahan perubahan fisikologis menurut robin

Fase take in (tingkah laku ketergantungan)

Perhatikan klien terhadap kebutuhan dirinya mungkin pasif

dan tergantung, berlangsung selam 1 – 2 hari, klien tidak

menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti

tidak memperhatikan bayinya pada fase ini yang diperlukan

klien adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat

bayinya klien memerlukan tidur dan makan yang cukup.

Fase taking hold (tingkahlaku madiri dan ketergantungan)

Klien berusaha mandiri dan inisiatif perhatian lebih

mengetahui terhadap fungsi tubuh misalnya kelancaran

BAB dan BAK melakukan aktifitas, dudu, jalan, dan

keinginan untuk belajar tentang perawatan diri dan

bayinya, timbul kurang rasa percaya diri sehingga mudah

mengatakan tidak mau, fase ini tibul dalam ± 10 hari.

Fase latting go

Klien merasa bayinya tidak terpisah darinya dan dirinya

mendapatkan pelajaran dan tanggung jawab baru terjadi

6

Page 8: LP Maternitas Pospartum

peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan

bayinya penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk

bayi.

5.3 Post partum blues

Pada masa post partum semua klien kadang mengalami

kekecewaan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga

pola makan dan tidur terganggu, post partum blues ini

disebabkan perubahan hormonal dan peran transisi hal yang

berkontribusi adalah rasa yang tidak nyaman kelelahan,

kehabisan tenaga, dengan sering menangis dapat menurunkan

ketegangan bila orang tua kurang memahami hal ini maka

akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi

post partum.

Intervensi keperawatan

Menjadi pendengar yang baik, ekspresikan perasaan,

menunjukan realita sumber support, meningkatkan

kenyamanan hidup dan eksercise.

5.4 Depresi postpartum

Depresi post parum  adalah depresi yang bervariasi dari hari

ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,

gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan

selera untuk berhubungan intim dengan suami).

Tanda dan gejala depresi post partum yang dialami 60%

wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain: 1.

trauma terhadap intervensi medis yang terjadi, 2. kelelahan

dan perubahan mood, 3. gangguan nafsu makan dan

gangguan tidur, 4. tidak mau berhubungan dengan orang lain,

5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau

dirinya sendiri.

7

Page 9: LP Maternitas Pospartum

Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait

dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin,

steroid dan progesterone.

6. Adaptasi keluarga

6.1 Peran transisi menjadi orang tua

a. Fase antisifasi

Kelahiran seorang bayi merupakan proses mendasar dalam

interaksi keluarga keadaan yang tidak stabil memerluakan

dukungan interaksi dari keluarga untuk menjalani peran

transisi sebagai orang tua.

b. Fase honeymoon

Pada saat perhatian terarah pada bayi, keadaan bayi

merupakan hal tentang adanya tambahan anggota keluarga

masing – masing saling memperhatikan bayi mereka, klien

tidak memerlukan hal – hal romantic secara biologis

6.2 Konsep menjadi orang tua

a. Adaptasi ayah

Menjadi anggota keluarga baru yang terlupakan ( bila anak

pertama )

Merupakan bagian anggota keluarga terbesar dari keluarga

Aktivitas menjadi tidak terkendali tidur dan makan tidak

terjadwal

b. Adaptasi ibu

Kemampuan membatasi peran baru lebih kepada kesehatan

fisik yang di perhatikan pada pekerjaan dan kehidupan

Kehamilan dan persalinan normal akan mempersiapkan ibu

menjadi peran baru mengatur rumah dan merawat bayinya

tidak akan menyusahkan

c. Adaptasi anak / sibling

Kedatangan anak yang baru akan mengganggu akan toddler

8

Page 10: LP Maternitas Pospartum

Anak toddler menjaga jarak / merasa di acuhkan orang tuanya

Anak merasa tidak berguna cemburu terhadap adik baru

Anak merasa adanya timbul permusuhan

Anak akan kembali bertingkah laku tidak sesuai dengan usia

perkembangan

d. Adaptasi Kake Nenek

Nenek adalah rule model atau sumber informasi dan yang

member dukungan

Kehadiran cucu mengurangi kesepian dan rasa bosan

Konflik mengurus dan mengontrol perasaan anak

7. Ciri-Ciri Family Centre Maternity Care di Ruang Post Partum

7.1 Berfikir pada pemenuhan kebutuhan wanita usia subur

berkaitan dengan sistem reproduksi tanpa adanya kehamilan

sampai dengan 6 minggu, bayi sampai dengan 26 hari beserta

keluarganya mengadakan adaptasi terhadap adanya perubahan

fisik dan fisiologis yang bertujuan untuk kesejahteraan keluarga

7.2 Pendekatan kepada keluarga sebagai satu kesatuan (Bapak,

Ibu dan anak)

7.3 Kerjasama team (klien, keluarga,petugas dan masyarakat)

7.4 Melakukan kegiataan,seperti pendidikan wanita usia subur

dalam masalah reproduksi, dalam menghadapi kehamilan dan

persalinan, konsultasi dan perawatan ibu serta bayi baru lahir,

supervise

7.5 Perawat berinteraksi dengan klien

- Mengkaji masalah dan sumber pendukung di masyarakat

- Merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi

masalah klien, keluarga dan masyarakat

- Merujuk pada anggota team kesehatan lain untuk penanganan

tindak lanjut

9

Page 11: LP Maternitas Pospartum

8. Discarge Planning

Pada persiapan pulang klien diberi pengetahuan tentang:

- Cara perawatan tali pusar

- Cara memandikan

- Breas feeding (menyusui) dan breas care (payudara)

- Kontol bonding sibling

- Perawatan vulva serta mengenai tanda-tanda bahaya post

partum

9. Home care

Pada supervise pelaksanaan home care, klien dikaji pengetahuannya

tentang:

- Pengetahuan sex post partum

- Persiapan menjadi ibu post partum

Kebutuhan post partum

1. Mobilisasi

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila

persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat,

dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk

memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri

dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah

dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi

ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi

persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.

2. Diet / Makanan

10

Page 12: LP Maternitas Pospartum

Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang

mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan

dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.

3. Buang Air Kecil

Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang

wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et

urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih

yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan

wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat

mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis,

cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.

4. Buang Air Besar

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada

obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian

obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan

klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat

tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.

5. Demam

Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal,

tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C mungkin telah ada infeksi.

6. Mules-mules

Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang

menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan

sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau

11

Page 13: LP Maternitas Pospartum

gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat

diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.

7. Laktasi

Delapan Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui

bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada

kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus

abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau

puting susu tertarik ke dalam, leprae, atau kelainan pada bayinya

sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga

ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman

harus diberikan melalui sonde.

12

Page 14: LP Maternitas Pospartum

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah1 Ds: ibu

mengatakan nyeri di dasar perineumDo: klien nampak meringis kesakitan, klien terlihat kesakitan, TTV meningkat

Janin yang besar atau janin yang lahir sempit

↓Di perlukan jalan lahir/

episiotomi↓

Terputusnya kontinuitas jaringan

↓Merangsang oengeluaran histamin, serotonin, bradi

kinin↓

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

2 Do: ibu mengatakan nyeri pada daerah perineum, ibu mengatakan takut BAK, ibu mengatakan sulit BABDo: kantung kemih penuh, klien belum BAK sejak melahirkan

Proses persalinan

Tertahanya Episiotomikantung kemih ↓ ↓ Nyeri pada lukaKantung kemih ↓tidak berkontraksi Gangguan ↓ kenyamanan pd Retensi urin perineum ↓ Klien takut BAB ↓

Gangguan pola eliminasi BAB/BAK

13

Page 15: LP Maternitas Pospartum

Konstipasi . Penurunan motilitas usus ↓Ganguan Penurunan pola eliminasi kekenyalan otot abdomenBAB/ BAK

3 Ds:Do: terdapat luka episiotomi

Persalinan↓

Trauma jaringan dan prosedur infasif

↓Dilakukan episiotomi

↓Menyebabkan luka

↓Perineum merupakan area

yang beresiko tinggi terjadinya invasi bakteri

↓Resiko terhadap ifeksi

Resti terhadap infeksi

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

2. Gangguan pola eliminasi BAB/BAK berhubung dengan luka episotomi

dan tertahannya kandung kemih.

3. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

14

Page 16: LP Maternitas Pospartum

4. Resiko tinggi infeksi b.d terdapatnya luka episiotomy

5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

Intervensi keperawatan

DP 1: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan: Mengungkapkan hilangnya nyeri

Intervensi:

- kaji tungkai nyeri

- instruksikan untuk relaksasikan

- berikan tindakan kenyamanan dengan kompres hangat

- terapi analgetik

Rasional

- membantu dalam diagnosa banding dalam pemilihan metode tindakan

- menurunkan cemas karena menurunkan saraf simpatik terhadap

parasimpatik

- menaikan vasodiatasi pembuluh darah

- menurunkan nyeri dengan cemas

DP 2: Gangguan pola eliminasi BAB/BAK berhubung dengan luka episotomi

dan tertahannya kandung kemih.

Tujuan: Gangguan eliminasi teratasi

Intervensi

- Kaji adanya distensi blader, kateterisasi sesuai indikasi

- Anjurkan untuk ambulasi dini

- Pastikan intake cairan yang cukup

- Berendam dengan air hangat jika diperlukan

Evaluasi pemulihan eliminasi urin

- Pengosongan pertama sekitar 4 jam setelah melahirkan

15

Page 17: LP Maternitas Pospartum

- Blader tidak distensi

- Pengeluaran > 200 ml saat 2 X berkemih pertama

- Tanpa nyeri atau rasa tidak nyaman saat berkemih

DP 3: Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan:

- Menunjukan TTV Normal

- Menstruasi normal

intervensi:

- perhatikan HG dan HT

- pantau TTV

- perhatikan tingkat kesadaran

- kaji tanda – tanda sianosis

Rasionalisasi

- nilai banding membantu menentukan beratnya kehilangan darah

- mengamati tanda asidosis metabolik

- perubahan sensori adalah indikator dini dari hipoxia

- tanda – tanda sirkulasi pada pembuluh darah perifer

DP 4: Resiko tinggi infeksi b.d terdapatnya luka episiotomy

Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang factor penyebab

Intervensi :

- Ajarkan mencuci tangan yang tepat

- Kaji TTB dan HT

- Perhatikan gejala melaise

- Berikan suplemen zat besi

Rasionalisasi

- Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran

- Anemia menyertai infeksi menyertai imun

16

Page 18: LP Maternitas Pospartum

- Menandakan keterlibatan sistemik

- Membantu pembentukan sel darah merah

DP 5: Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan

Tujuan: keseimbangan cairan stabil

Intervensi:

- Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan

- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi pendarahan

- Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilasi uterins

- Amati TTV

- Kaji intake dan output

- Berikan ungkapan yang tenang dan dukungan psikologis

Rasionalisasi

- Membantu dan membuat rencana perawatan yang tepat

- Perkiraan kehilangan darah dan adanya bekuan membuat diagnosa

banding dan menentukan kebutuhan penggantian

- Derajat kontraktivitas uterus dibantu dan diagnosa banding

- Mengetahui tanda – tanda hipovolemik dan terjadinya perdarahan

- Memperkirakan luas atau kehilangan cairan

- Peningkatan relaksasi, menurunkan ansiatas dan kebutuhan metabolik

Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Jakarta: EGC

Hamilton, P. M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

-------------. [http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-nifas-dengan-

perdarahan-post.html <19 April 2010>]

17

Page 19: LP Maternitas Pospartum

-------------. [http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/07/askep-post-

partum-fisiologis.html <19 April 2010>]

-------------. [http://nursinghealthy.blogspot.com/2009/10/asuhan-

keperawatan-post-partum-risiko.html <19 April 2010>]

18