lp jenis cairan

4
JENIS-JENIS CAIRAN INTRAVENA DAN RASIONALNYA Oleh: Jihan Rigel Fitrian/ 1006672592 Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Jenis-jenis cairan intravena: 1. Berdasarkan kelompok a. Kristaloid Kristaloid mengandung elektrosit seperti Na, K, Cl, dan Ca namun sedikit protein dan molekul-molekul berukuran besar seperti yang ada pada cairan koloid. Klasifikasi kristaloid dibagi menjadi tiga berdasarkan perbandingan antara jumlah elektrosit yang terkandung di dalamnya sehingga mempengaruhi konsentrasinya dengan konsentrasi cairan yang ada di dalam plasma. Jika jumlah elektrosit yang ada di dalam cairan kristaloid dengan plasma adalah sama maka cairan ini memiliki konsentrasi yang sama di antara kedua bagian dan keadaan ini disebut dengan isotonik. Jika konsentrasi cairan kristaloid lebih besar daripada yang ada di plasma hal ini disebut dengan hipertonik dan jika sebaliknya adalah hipotonik. 2. Koloid Cairan koloid adalah jenis cairan IV yang mengandung zat terlarut hipertonik dalam bentuk protein besar dan moleku l-molekul lainnya yang berukuran sama. Molekul –molekul dan protein ini sangat besar ukurannya sehingga tidak dapat melewati dinding kapiler untuk masuk ke dalam sel. Akibatnya, cairan koloid akan tetap berada di dalam pembuluh darah dalam waktu yang lama dan secara signifikan membantu dalam peningkatan volume intravaskuler (volume darah). Protein-protein yang terkandung di dalamnya juga memiliki kemampuan menarik air yang ada di dalam sel untuk berpindah ke pembuluh darah. Namun, walaupun pergerakan air dari sel ke dalam aliran darah mungkin sangat bermanfaat dalam jangka

Upload: jihan-rigel-fitrian

Post on 14-Feb-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Jenis Cairan

JENIS-JENIS CAIRAN INTRAVENA DAN RASIONALNYA

Oleh: Jihan Rigel Fitrian/ 1006672592

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Jenis-jenis cairan intravena:

1. Berdasarkan kelompoka. Kristaloid

Kristaloid mengandung elektrosit seperti Na, K, Cl, dan Ca namun sedikit protein dan molekul-molekul berukuran besar seperti yang ada pada cairan koloid. Klasifikasi kristaloid dibagi menjadi tiga berdasarkan perbandingan antara jumlah elektrosit yang terkandung di dalamnya sehingga mempengaruhi konsentrasinya dengan konsentrasi cairan yang ada di dalam plasma. Jika jumlah elektrosit yang ada di dalam cairan kristaloid dengan plasma adalah sama maka cairan ini memiliki konsentrasi yang sama di antara kedua bagian dan keadaan ini disebut dengan isotonik. Jika konsentrasi cairan kristaloid lebih besar daripada yang ada di plasma hal ini disebut dengan hipertonik dan jika sebaliknya adalah hipotonik.

2. Koloid Cairan koloid adalah jenis cairan IV yang mengandung zat terlarut hipertonik dalam bentuk protein besar dan moleku l-molekul lainnya yang berukuran sama. Molekul –molekul dan protein ini sangat besar ukurannya sehingga tidak dapat melewati dinding kapiler untuk masuk ke dalam sel. Akibatnya, cairan koloid akan tetap berada di dalam pembuluh darah dalam waktu yang lama dan secara signifikan membantu dalam peningkatan volume intravaskuler (volume darah). Protein-protein yang terkandung di dalamnya juga memiliki kemampuan menarik air yang ada di dalam sel untuk berpindah ke pembuluh darah. Namun, walaupun pergerakan air dari sel ke dalam aliran darah mungkin sangat bermanfaat dalam jangka pendek, khususnya pada kasus kehilangan darah dengan jumlah yang besar yang membutuhkan loading cairan dalam waktu singkat, pergerakan air dari intrasel ke intravaskular yang secara terus menerus dapat menyebabkan sel kehilangan banyak cairan sehingga malah mengakibatkan sel mengalami dehidrasi.Koloid memang sangat berguna dalam menjaga volume darah, namun, penggunaannya di lapangan dibatasi. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, seperti, harga koloid yang mahal, penyimpanannya yang harus pada tempat yang khusus, dan hanya dapat bertahan dalam jangka waktu yang pendek sehingga penggunaannya lebih cocok dilakukan di setting rumah sakit. Namun, pengenalan dan penggunaan cairan ini tetap penting karena pada kasus kecelakaan lalu lintas, seorang teknisi medis kegawatdarauratan (Emergency Medical Technician: EMT) mungkin dibutuhkan untukmembantu pengadministrasian koloid baik di dalam setting rumah sakit maupun pada saat permindahan pasien kritis. Biasanya, cairan koloid yang digunakan mengandung zat terlarut berupa plasma protein, albumin,dextran, dan hetastarch.

Page 2: Lp Jenis Cairan

3. Berdasarkan osmolalitas

a. IsotonikCairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kehilangan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler walaupun pengaruhnya dalam perpindahan cairan antara pembuluh darah dan sel tidak terjadi secara signifikan. Dalam satu jam, sebanyak 2/3 dari cairan isotonik pada akhirnya akan meninggalkan pembuluh darah dan berpindah ke dalam sel. Sehingga penambahan satu liter cairan isotonik biasanya juga akan dibarengi dengan penambahan 3 liter cairan koloid. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES sebanyak 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang. Contoh: NaCl 0,9 %, Ringer Laktat, Normal saline, dan Dekstrosa 5%.- RL mengandung NaCl, KCL, CaCl2, dan sodium laktat- Normal Saline mengandung 0,9% NaCl- Dekstrosa 5% (D5W) mengandung glukosa yang akan digunakan oleh sel untuk

proses metabolisme menghasilkan energi yang kemudian meninggalkan konsentrasi cairan yang ada pada ekstravaskuler menjadi lebih hipotonik daripada konsentrasi plasma. Sehingga perpindahan cairan terjadi dari dan ke aliran darah ke dalam sel.

b. HipotonikCairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Jika administrasi cairan hipotonik dilakukan

Page 3: Lp Jenis Cairan

secara terus menerus, maka hal ini dapat menyebabkan sel mengalami pembengkakan sehingga cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Contoh: Desktrosa 2,5% dalam NaCl 0,45%, NaCl 0,2%, dan NaCL 0,45%.

c. HipertonikCairan/larutan yang  memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi. Contoh: D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL, Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20 % dalam air, Albumin 25.

Referensi:

Katzung, B. G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta: EGC.

Unknown. (2005). “Intravenous Fluid Section”. http://catalogue.pearsoned.co.uk/samplechapter/0131186116.pdf. (diakses pada tanggal 18 April 2013 pk. 20.00 WIB).

Weinstein, S. 2001. Buku Saku: Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC.