lp ispa.=.doc

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN DI RUANG RAWAT INAP NEONATUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA A. Pengertian Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). B. Angka kejadian dan diagnosis Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan

Upload: fajar-tama

Post on 27-Nov-2015

65 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan ispa

TRANSCRIPT

Page 1: LP ISPA.=.doc

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN INFEKSI

SALURAN PERNAFASAN DI RUANG RAWAT INAP NEONATUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO

SURABAYA

A. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya

obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat

melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan

nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B. Angka kejadian dan diagnosis

Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat

8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka

kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih

mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya

diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan

Hans; 1997; 220).

Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan

swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran

pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis

ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus

atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis

polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

Page 2: LP ISPA.=.doc

C. Etiologi dan karakteristik

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka

kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/

kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;

usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak

tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari

terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan

penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,

haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka

kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air

susu ibu.

Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh

didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit

maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan

nafas.

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya

infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara

langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti

paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan

musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;

1420).

D. Manifestasi klinis

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya

obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran

Page 3: LP ISPA.=.doc

pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau

minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

E. Terapi dan Penatalaksanaan

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan

adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan

lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah

dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta

obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan

kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi

telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga

drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;

452).

F. Diagnosis banding

Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis

banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua

penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya

membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab,

hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh

streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang

sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).

G. Tanda dan gejala yang muncul

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika

anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam

Page 4: LP ISPA.=.doc

muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai

39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,

biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri

kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig

dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan

menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi

tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran

pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya

lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih

mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,

mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran

pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya

suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

H. Pengkajian terutama pada jalan nafas

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta

irama dari pernafasan.

Pola, cepat (tachynea) atau normal.

Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita

amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

Page 5: LP ISPA.=.doc

Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya

bersin.

Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati

adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum

(Whaley and Wong; 1991; 1420).

I. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan

kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis

kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat

disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya

thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans;

1997; 224).

J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran

pernafasan, nyeri.

Tujuan:

Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan

meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

Intervensi:

a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan

mudah.

b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta

menyerap keringat.

Page 6: LP ISPA.=.doc

d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.

e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).

f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam

pernafasan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari

jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

Tujuan:

Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih

dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.

Intervensi:

a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.

b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.

c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret

(semiprone dan side lying position).

d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.

e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama

periode tachypnea.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.

g. Berikan kelembaban udara yang cukup.

h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.

3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada

anak

Tujuan:

Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga

sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam

merawat anaknya.

Intervensi:

Page 7: LP ISPA.=.doc

a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan

yang diberikan).

b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.

c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang

dimengerti/ tidak jelas.

e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam

perawatan anaknya.

f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

Page 8: LP ISPA.=.doc

DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh

Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.

USA: CV. Mosby-Year book. Inc

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.