lp ablasio retina 99.doc

21
LAPORAN PENDAHULUAN ABLASIO RETINA 1. Pengertian Ablasio berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau terlepasnya salah satu bagian badan. Menurut Vera H. Darling dan Margaret R. Thorpe (1996) menjelaskan bahwa ablasio retina lebih tepat disebut dengan separasi retina. Disebutkan demikian karena terdapat robekan retina sehingga terjadi pengumpulan cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus (sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat terjadi karena lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan dalam (pars optika) terletak dalam aposisi tanpa membentuk perlekatan kecuali di sekitar diskus optikus dan pada tepinya yang bergelombang yang disebut ora serata. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah, bila ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain : a. Anatomi dan Fisiologi Mata adalah suatu organ komplek yang berkembang sangat fotosensitif yang memungkinkan analisa dengan tepat bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan dari obyek (Loise Junquend, MD dan Jose Larneiro, 1997 :195). Indera penglihatan terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1

Upload: agung-prasetyo

Post on 01-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

TONI

TRANSCRIPT

Page 1: LP Ablasio Retina 99.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

ABLASIO RETINA

1. Pengertian

Ablasio berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau

terlepasnya salah satu bagian badan. Menurut Vera H. Darling dan Margaret R.

Thorpe (1996) menjelaskan bahwa ablasio retina lebih tepat disebut dengan

separasi retina. Disebutkan demikian karena terdapat robekan retina sehingga

terjadi pengumpulan cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus

(sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat terjadi

karena lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan dalam (pars optika)

terletak dalam aposisi tanpa membentuk perlekatan kecuali di sekitar diskus

optikus dan pada tepinya yang bergelombang yang disebut ora serata.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah, bila

ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain :

a. Anatomi dan Fisiologi

Mata adalah suatu organ komplek yang berkembang sangat fotosensitif

yang memungkinkan analisa dengan tepat bentuk, intensitas cahaya, dan warna

yang dipantulkan dari obyek (Loise Junquend, MD dan Jose Larneiro,

1997 :195).

Indera penglihatan terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Bola mata (bulbus okuli) dengan saraf optik (nervus optikus)

2. Alat penunjang (adnexa)

3. Rongga orbita (cavum orbitae)

a) Bola mata, terdiri dari 3 lapisan :

(1) Sklera.

Merupakan lapisan fibrous yang elastis yang merupakan bagian

dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata. Bagian depan

sklera tertutup oleh kantong konjungtiva (Syaifuddin, 1997 :147).

(2) Khoroid.

Suatu membran berpigmen yang berada dibawah sklera yang

membantu perpendaran cahaya. Tepat dibawah kornea, khoroid berubah

menjadi iris (Elizabeth J. Corwin, 2000 :201).

(3) Retina.

1

Page 2: LP Ablasio Retina 99.doc

Retina mencakup duapertiga bagian dalam dinding belakang bola

mata. Retina merupakan lembaran jaringan neural berlapis banyak yang

melekat erat pada satu lapis sel epitel berpigmen yang kemudian

menempel pada membran Brunch. Bagian anterior retina melekat erat

pada epitel pigmen. Di bagian belakang, saraf optik melekatkan retina

ke dinding bola mata. Di lain tempat retina mudah dipisahkan dari epitel

pigmen. Pada orang dewasa, ora serata di bagian temporal bola mata

letaknya kurang lebih 6,5 mm dibelakang garis Schwalbe, sedangkan di

bagian nasalnya kurang lebih 5,7 mm di belakang garis yang sama. Di

ora serata tebal retina 0,1 mm, sedangkan di polus posterior 0,23 mm.

Yang paling tipis adalah fovea sentral yaitu bagian tengah makula.

Retina normal bersifat bening dan sebagian cahaya di pantulkan di batas

vitreoretina. Pada pemeriksaan oftalmoskopis direk, permukaan fovea

yang cekung menghasilkan bayangan lampu terbalik dan nyata. Fovea

sentral yang terletak kira-kira 3,5 mm di sebelah lateral papil optik

khusus untuk membedakan penglihatan yang halus. Di fovea, semua

reseptor adalah sel kerucut, lapisan nuklear luar tipis, lapisan parenkim

lainnya bergeser sentrifulgar, dan membran limitans dalam tipis. Hampir

di seluruh retina akson sel-sel reseptor melintas langsung ke bagian

dalam lapisan pleksiform luar berhubungan dengan dendrit sel-sel

lapisan horisontal dan sel-sel bipolar yang menuju keluar dari lapisan

nuklear dalam, tetapi di makula akson sel-sel reseptor miring arahnya

dan dinamakan lapisan serabut Henle.

Akson sel-sel bipolar berhubungan dengan sel amakrin dan sel

ganglion di lapisan pleksiform dalam yang teranyam dengan rapat.

Akson panjang sel-sel ganglion berjalan melalui lapisan serabut saraf

menuju saraf optik.

Retina di pasok darah dari 2 sumber. Lapisan koriokapiler adalah

lapisan tunggal yang terdiri atas kapiler-kapiler dengan rongga-rongga

yang tersusun rapat dan melekat erat pada permukaan luar membran

Brunch. Koriokapiler memasok darah pada sepertiga bagian luar retina,

termasuk lapisan-lapisan pleksiform luar dan nuklear luar, fotoreseptor

dan epitel pigmen. Duapertiga bagian dalam retina menerima cabang-

cabang arteri retina sentral. Karena koriokapiler adalah satu-satunya

pemasok darah ke fovea sentral, sedangkan fovea sentral adalah bagian

terpenting dari retina, maka apabila retina di daerah ini terlepas dari

dasarnya, maka akan terjadi kerusakan fovea untuk selama-lamanya

2

Page 3: LP Ablasio Retina 99.doc

(Daniel Vaughan dan Tailor Asbury, 1995 : 191).

b) Alat Penunjang (Adnexa)

(1) Kelopak mata (palpebra)

Merupakan lipatan jaringan yang mudah digerakkan dan

berfungsi melindungi mata. Merupakan kulit tubuh tertipis, longgar dan

lentur, sehingga mudah mengalami pembengkakan hebat dan kemudian

bisa normal kembali ke ukuran semula (Daniel Vaughan dan Taylor

Asbury, 1995 : 69).

(2) Kelenjar air mata (Aparatus lakrimalis)

Aparatus lakrimalis menghasilkan airmata yang terdiri atas :

kelenjar lakrimalis, duktus lakrimalis atas dan bawah, kantung

lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis (John Gibson, MD, 1995 : 250).

(3) Otot-otot penggerak rongga mata (Muskulus okuli)

Merupakan otot ekstrinsik mata yang terdiri dari 7 buah

otot, 6 buah otot diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1

buah mengangkat kelopak mata ke atas. Muskulus rektus okuli

berorigo pada anulus tendineus komunis, yang merupakan sarung

fibrosus yang menyelubungi nervus optikus (Syaifuddin, 1997 :

146).

c) Rongga Orbita

Secara skematik rongga orbita digambarkan sebagai piramid dengan

4 dinding yang puncaknya di belakang. Dinding lateral dan dinding medial

orbita membentuk sudut 45 derajat, sehingga terbentuk sudut tegak lurus

antara kedua dinding lateral tersebut. Bentuk orbita seperti buah pear,

dengan saraf optik sebagai batangnya (Daniel Vaughan dan Taylor Asbury,

1995 : 265).

b. Patofisiologi

Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan

keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul

diantaranya. Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair

yang dengan bebas melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang

terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina tersebut (Daniel Vaughan

dan Taylor Asbury, 1995 : 205).

Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan

refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina

untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak

terdiagnosis letaknya di pinggiran bawah retina. Kadang-kadang di tempat yang

3

Page 4: LP Ablasio Retina 99.doc

sama terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari perlekatannya

maka akan terbentuk suatu lubang seperti yang disebutkan diatas (Robert

Youngson, 1985 : 120).

Pada ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi

dari pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari

koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat

degenerasi retina terjadi kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan

sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel

pigmen di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan

sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan

bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan

batang.

Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke

dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan

koroid maka akan terjadi degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel

reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam,

yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.

Apabila proses diatas belum terjadi dan ablasio retina ditemukan dini dan

kemudian kedudukan retina dikembalikan ke tempat asalnya, maka akan terjadi

pengembalian penglihatan yang sempurna (Dr Sidarta Illyas, 1984 : 108).

c. Penatalaksanaan (Terapi)

Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau

operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup

lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan

jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina

telah ditegakkan maka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani

operasi.

Opersi ablasio retina tersebut antara lain :

1) Elektrodiatermi

Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk

memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari

pigmen epithelium yang menempel pada retina.

2) Sclera Buckling

Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi

dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan

retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan

4

Page 5: LP Ablasio Retina 99.doc

pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar. Peralatan tersebut dapat

mempertahankan agar retina tetap berhubungan dengan koroid dan sclera eksudat

dari pigmen epithelium lebih menutup sclera.

3) Photocoagulasi

Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil.

Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami

pigmentasi. Epithelium menyerap sinar tersebut dan merubahnya dalam bentuk

panas. Metode ini digunakan untuk menutup lubang dan sobekan pada bagian

posterior bola mata.

4) Cyro Surgery

Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera,

menyebabkan kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium

melekat pada retina.

5) Cerclage

Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada

keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat

sclera.

5

Page 6: LP Ablasio Retina 99.doc

3. Dampak Masalah

Gangguan penglihatan merupakan masalah utama yang muncul pada

pasien dengan ablasio retina. Adanya gangguan ini secara langsung dapat

menimbulkan berbagai masalah pada pola hidup pasien sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang holistik. Berbagai masalah yang muncul, antara lain :

a. Bagi Individu

1) Pola aktifitas dan pergerakan tubuh

Pasien ablasio retina post operasi harus banyak beristirahat dan

mengurangi aktifitas yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya.

2) Pola kognitif dan sensori

Adanya gangguan sensori persepsi visual dapat menimbulkan

keluhan kesukaran untuk membaca, melihat, dan lain sebagainya pada

diri pasien.

3) Pola penanggulangan stress

Emosi dan kondisi psikis pasien ablasio retina akan menjadi

labil. Pada pasien akan muncul rasa cemas dan kekhawatiran akan

kehilangan penglihatannya.

4) Pola persepsi diri

Kecemasan dapat timbul pada pasien ablasio retina, juga dapat

muncul rasa khawatir dan takut akibat penurunan tajam

penglihatannya.

5) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Dengan keadaannya, maka pada pasien ablasio retina dapat

timbul perubahan tentang penatalaksanaan kesehatannya sehingga

dapat menimbulkan masalah dalam merawat diri sendiri.

6) Pola hubungan inter personal

Dengan kondisi kesehatannya, maka dapat timbul isolasi

sosial pada diri pasien.

7) Pola tidur dan istirahat

Dengan kondisi psikis yang labil maka pasien dapat mengalami

gangguan pola tidur dan istirahat.

b. Bagi keluarga

Dengan sakitnya salah satu anggota keluarga, maka akan

mempengaruhi kondisi psikologis seluruh anggota keluarga.

Biaya pengobatan yang mahal, perilaku pasien yang sulit untuk

bekerjasama, kurangnya pengetahuan anggota keluarga yang lain dalam

merawat pasien juga merupakan masalah tersendiri bagi keluarga.

6

Page 7: LP Ablasio Retina 99.doc

B. Asuhan Keperawatan

Suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang

mempunyai empat tahapan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi (Lismidar,1990).

1 Pengkajian

Merupakan tahap awal dari landasan proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu, pengumpulan data, pengelompokan

data, dan perumusan diagnosis keperawatan (Lismidar, 1990).

a. Pengumpulan data

1) Identitas pasien

Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia

keberapa, jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-

laki dan perempuan, pekerjaan untuk mengetahui apakah penderita sering

menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada

penglihatan seperti penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil, adanya

tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam

penglihatan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang

berhubungan dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi,

retinopati, trauma pada mata.

4) Riwayat penyakit keluarga

Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti

yang dialami pasien dan miopi tinggi.

5) Riwayat psikososial dan spiritual

Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan

lingkungan sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien

mengalami kecemasan, rasa takut, kegelisahan karena penyakit yang

dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

6) Pola-pola fungsi kesehatan

Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio

retina apabila tidak terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :

(a) Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah

7

Page 8: LP Ablasio Retina 99.doc

dalam melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan

bantuan orang lain atau tidak.

(b) Pola tidur dan istirahat

Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan

selama tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan

operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk

rumah sakit.

(c) Pola aktifitas dan latihan

Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit.

Juga ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan

setelah pelaksanaan operasi.

(d) Pola hubungan dan peran

Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya.

Apakah peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga

ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain dirumah

sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.

(e) Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri

pasien. Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana

pasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.

(f) Pola sensori dan kognitif

Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir

dan jalan pikiran pasien.

(g) Pola penanggulangan stress

Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan

stressor yang paling sering muncul pada pasien.

7) Pemeriksaan

a) Status kesehatan umum

Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.

b) Pemeriksaan mata

Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :

Pemeriksaan segmen anterior :

(2) Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien

post operasi ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.

(3) Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya

adalah jernih.

8

Page 9: LP Ablasio Retina 99.doc

(4) Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah

masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.

(5) Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.

(6) Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan

mengalami hiperemi pada konjungtivanya.

Pemeriksaan segmen posterior

(1) Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.

(2) Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.

Pemeriksaan diagnostik

(1) Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau

tidak dan untuk mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Pengujian

ini dengan menggunakan kartu snelen yang dibuat sedemikian rupa

sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat optik mata

membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio retina

didapatkan penurunan tajam penglihatan.

(2) Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan

retina, reflek dan gambaran koroid.

b. Analisis data

Setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian data tersebut

dikelompokkan dan dianalisis. Data tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis.

Yang pertama adalah data subyektif, yaitu data yang diungkapkan oleh pasien

dan data obyektif, yaitu data yang didasarkan pada pengamatan penulis. Data

tersebut dikelompokkan berdasarkan peranannya dalam menunjang suatu

masalah, dimana masalah tersebut berfokus kepada pasien dan respon yang

tampak pada pasien.

c. Diagnosis keperawatan

Dari hasil analisis data diatas, dapat dirumuskan menjadi diagnosis

keperawatan sebagai berikut :

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio

retina.

2) Potensial terjadi infeksi sehubungan adanya luka operasi ablasio retina.

3) Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest

total.

4) Adanya kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.

5) Gangguan konsep diri (harga diri rendah) sehubungan dengan kerusakan

9

Page 10: LP Ablasio Retina 99.doc

penglihatan.

6) Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam

penglihatan.

2 Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi prioritas diagnosis keperawatan, tujuan

dilakukan asuhan keperawatan, dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien

serta merumuskan rencana tindakan keperawatan yang akan terjadi.

Diagnosis Keperawatan Pertama

Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio

retina.

Tujuan

Rasa nyeri pasien hilang atau berkurang sehingga dapat meningkatkan rasa

kenyamanan pasien.

Kriteria Hasil

(1) Secara verbal pasien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.

(2) Secara verbal pasien mengatakan rasa nyeri hilang atau berkurang.

Rencana Tindakan

(1) Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang digunakan

untuk menurunkan intensitas nyeri (relaksasi,distraksi)

(2) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan

rasa nyeri yang optimal.

(3) Pantau tekanan darah setiap 4 jam.

Rasional

(1) Untuk mengetahui keinginan pasien akan jenis tehnik penurun nyeri yang

diinginkan pasien.

(2) Tim dokter dapat menentukan menentukan jenis analgesik yang diperlukan

pasien.

(3) Rasa nyeri dapat menaikkan tekanan darah pasien.

Diagnosis Keperawatan Kedua

Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka operasi

Tujuan

Tidak terjadi infeksi pada luka post operasi ablasio retina.

Kriteria Hasil

10

Page 11: LP Ablasio Retina 99.doc

(1) Pasien mampu melaporkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti rasa nyeri,

bengkak, panas.

(2) Tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi.

Rencana Tindakan

(1) Pantau adanya tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, bengkak, nyeri,

panas.

(2) Kaji status nutrisi pasien.

(3) Instruksikan pada pasien pada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan

tindakan aseptik yang sesuai.

(4) Gunakan tehnik aseptik selama mengganti balutan.

(5) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian antibiotik.

(6) Rawat luka setiap hari.

(7) Kaji lingkungan pasien yang dapat menimbulkan infeksi.

Rasional

(1) Infeksi yang lebih dini diketahui akan lebih mudah penanganannya.

(2) Pemberian asupan kalori dan protein yang sesuai dengan kebutuhan dapat

menunjang proses penyembuhan pasien .

(3) Untuk mencegah kontaminasi.

(4) Tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

(5) Tim dokter dapat menentukan jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi

pasien.

(6) Rawat luka setiap hari dapat mencegah masuknya kuman.

(7) Kondisi lingkungan pasien yang jelek dapat menimbulkan infeksi

nosokomial.

Diagnosis Keperawatan Ketiga

Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest

total.

Tujuan

Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.

Kriteria Hasil

Secara verbal, pasien mengatakan dapat memenuhi kebutuhan diri yang

sesuai dengan kondisinya.

Rencana Tindakan

(1) Latih pasien untuk dapat melakukan latihan yang sesuai dengan kondisinya.

(2) Orientasikan lingkungan sekitar kepada pasien.

Rasional

11

Page 12: LP Ablasio Retina 99.doc

(1) Dengan latihan yang baik, pasien akan mampu memaksimalkan

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya yang sesuai dengan

kondisinya.

(2) Pengenalan pada lingkungan akan membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan dirinya.

Diagnosis Keperawatan Keempat

Adanya kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.

Tujuan

Cemas berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil

(1) Pasien mampu menggunakan koping yang efektif.

(2) Pasien tidak tampak murung.

(3) Pasien dapat tidur dengan tenang.

Rencana Tindakan

(1) Monitor tingkat kecemasan pasien melalui observasi respon fisiologis.

(2) Beri informasi yang jelas sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien tentang

penyakit yang dideritanya.

Rasional

(1) Dengan monitor tingkat kecemasan dapat diketahui berapa besar stressor

yang dihadapi pasien.

(2) Pemberian informasi dapat mengurangi kecemasan pasien.

Diagnosis Keperawatan Kelima

Gangguan citra diri sehubungan dengan kerusakan penglihatan.

Tujuan

Pasien dapat mencapai kembali citra diri yang optimal.

Kriteria Hasil

(1) Pasien mampu mengekspresikan tentang perubahan dan perkembangan

kearah penerimaan.

(2) Pasien mampu menunjukkan rerspon yang adaptif terhadap perubahan citra

diri.

Rencana Tindakan

(1) Sediakan waktu bagi pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

(2) Tingkatkan hubungan dan dorongan dari orang terdekat.

(3) Bantu pasien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman

penglihatan.

12

Page 13: LP Ablasio Retina 99.doc

(4) Dorong kemandirian yang ditoleransi.

Rasional

2) Hal ini dapat menumbuhkan perasaan pada pasien bahwa masih ada orang

yang menaruh perhatian pada pasien.

3) Orang terdekat mampu mengangkat kepercaayaan diri pasien.

4) Dari diskusi yang dilakukan diharapkan pasien dapat mengungkapkan

perasaannya dan dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

5) Untuk menumbuhkan kepercayaan diri pasien.

Diagnosis Keperawatan Keenam

Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.

Tujuan

Tidak terjadi kecelakaan atau cedera pada pasien.

Kriteria Hasil

(1) Tidak terjadi perlukaan pada pasien.

(2) Pasien dapat mengetahui faktor yang dapat menyebabkan perlukaan.

Rencana Tindakan

(1) Periksa adanya perlukaan.

(2) Orientasikan pada pasien lingkungan sekitarnya.

(3) Hindari ketegangan pada pasien.

Rasional

(1) Dengan mengkaji perlukaan dapat mencegah terjadinya perlukaan yang

lebih parah.

(2) Diharapakan pasien dapat dapat mengenal lingkungannya sehingga akan

mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

(3) Ketegangan dapat menyebabkan kecelakaan.

3 Pelaksanaan

Tahap perencaan ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada

pasien yang merupakan perwujudan dari segala tindakan yang telah direncanakan

pada tahap perencanaan.

4 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang

merupakan tindakan yang kontinu dan melibatkan seluruh tenaga kesehatan yang

terlibat dalam penanganan pasien, termasuk pasien itu sendiri. Pada tahap ini akan

kita ketahui sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan yang kita laksanakan.

13

Page 14: LP Ablasio Retina 99.doc

Sedangkan hasil yang kita harapkan adalah :

a. Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang sehingga meningkatkan rasa

nyaman.

b. Tidak terjadi infeksi.

c. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.

d. Rasa cemas pasien hilang atau berkurang.

e. Pasien dapat mencapai harga diri yang optimal.

f. Tidak terjadi pencederaan diri.

14