lp ispa

21
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISPA DI SUSUN OLEH: ARNITA RAHMANIA, AMK NITK: 19920126 201208 1 01K INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT GIGI DAM MULUT PENDIDIKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Upload: qhuc-loeck

Post on 17-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Ispa

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISPA

DI SUSUN OLEH: ARNITA RAHMANIA, AMK

NITK: 19920126 201208 1 01K

INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

RUMAH SAKIT GIGI DAM MULUT PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2014

Page 2: Lp Ispa

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

I. TINJAUAN TEORI

A.    Defenisi

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan

laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan

retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam

menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah

dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi,

saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,

saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.

Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)

B.   Klasifikasi

Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Infeksi saluran pernafasan bagian atas.

Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.

2. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.

Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.

Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi,

2002) :

1. ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut:

a. Batuk.

b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau

menangis).

c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

Page 3: Lp Ispa

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung

tangan terasa panas

2. ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai

gejala sebagai berikut :

a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40

kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.

b. Suhu lebih dari 390C.

c. Tenggorokan berwarna merah

d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

3. ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu

atau lebih gejala sebagai berikut:

a. Bibir atau kulit membiru

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas

c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah

e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah

f. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba

h. Tenggorokan berwarna merah

C. Etiologi

1. Virus Utama :

a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

b.

c. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus

3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma

pneumonia.

Page 4: Lp Ispa

D. Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus

sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas

bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh

laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran

pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan

stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak

terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.

Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus

tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada

saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat

pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan

staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder

bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga

timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan

adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa

dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut

pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh,

sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell,

1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-

bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus,

dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas

terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak

sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel

dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya

adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.

Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa

saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

Page 5: Lp Ispa

1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila

keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan

ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

E. PATWAY

Virus (Streptococus dan shaphy lococus)

Masuk melalui partikel udara

Melekat pada epitel sel di hidung

Masuk ke bronkus

Kemudian ke Traktus Respiratorius (sel nafas)

Tampak tanda dan gejala influenza

 

Batuk demam sakit kepala Dx.gangguan pertukaran

gas b.d Perubahan

membrane kapiler alveolar

Dx. Hipertermi b.d penyakit

Page 6: Lp Ispa

Bakteri

Saluran pernapasan

Silia mendorong bakteri ke faring

Reflek spasmus gagal

 

inflamasi

bakteri Demam, Meningismus, Anoreksia, Muntah+Diare,

Nyeri abdomen, Hidung Tersumbat, Rabas Hidung,

Batuk, Bunyi Napas, Sakit Tenggorokan.

 

merusak lapisan epitel dan

pembengkakan mukosa saluran pernapasan

 

Peningkatan aktifitas kelenjar mucus

peningkatan produksi mukus

sekresi mukus bertambah banyak

menyumbat saluran pernapasan Dx. bersihan jalan nafas tidak

efektif b.d peningkatan produksi

mukus

Page 7: Lp Ispa

F. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang muncul ialah:

1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa

mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama

periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta

kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan

bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami

sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi

virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh

karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan

(Whaley and Wong; 1991; 1419)

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai

dengan jenis kuman.

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya

leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

Page 8: Lp Ispa

H. Pencegahan ISPA

1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik

a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk

bayi.

b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein

(zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari

tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan

vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.

e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai

dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat

pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)

2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT

(Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis

yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).

3. Menjaga Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya

perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini

dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi,

2002).

4. Pengobatan Segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang

dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang

mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak

yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

I. Pengobatan Pada Ispa

1. ISPA Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan

sebagainya

2. ISPA ringan : diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi /

tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin

Page 9: Lp Ispa

3. ISPA ringan : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat

digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah

bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi

antibiotik selama 10 hari.

J. Komplikasi

Adapun komplikasinya adalah

1. Meningitis

2. OMA

3. Mastoiditis

4. Kematian

Page 10: Lp Ispa

II.     KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelelahan ,insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis

Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

3. Integritas Ego

Gejala : Banyakya stressor, masalah finansial

4. Makanan/Cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan,mual/muntah

Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk, Penampilan

kakeksia(malnutrisi)

5. Neurosensori

Gejala :sakit kepala daerah frontal (influnza)

Tanda :perubahn mental (bingung, samnolen )

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada

subternal(influenza)mialgia,artralgia, nyeri tenggorokan

7. Pernafasan

Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret.

Tanda : Adanya sputum atau sekret, Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi, Bunyi nafas

menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat atau nafas yang bronkhial, Warna pucat atau

sianosis bibir/kuku

8. Keamanan 

Gejala : Demam (mis :38,5-39,76oC)

Tanda : Berkeringat , Menggigil berulang, gementar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola

atau varisela

9. Penyuluhan/Pembelajaran

Tanda : Bantuan dengan perawatan diri: tugas pemeliharaan rumah, Oksigen mungkin diperlukan,

Page 11: Lp Ispa

bila ada kondisi pencetus

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan tidak efektif b.d peningkatan produksi mucus

2. Kerusakan pertukaran gas b.d Perubahan membrane kapiler alveolar

3. Hipertermi b.d penyakit

Page 12: Lp Ispa

C. Intervensi Keperawatan

N

O

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

Bersihan jalan nafas tidak efektifTanda dan Gejala Dispnea Penurunan suara nafas Sianosis Kelainan suara nafas

(Wheezing) Kelainan suara nafas (Rales) Produksi sputum Perubahan frekuensi dan irama

nafas

DO:.............................................................................................................................................................................DS:.............................................................................................................................................................................

Berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas, spasme

jalan nafas, sekresi tertahan, banykanya mucus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas

Fisiologis: disfungsi neuromuskuler, hyperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma

Setelah dilakukan tindakan keperawatanselama ....... x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas efektif.

Kriteria hasil:Respiratory Status: Airway Patency Tidak didapatkan demam Tidak didapatkan kecemasan Irama nafas sesuai yang diharapkan Tidak didapatkan tercekik Pengeluaran sputum pada jalan

nafasBebas dari suara nafas tambahanSkala :1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

AIRWAY MANAGEMENT (Manajemen Jalan Nafas) : Buka jalan nafas, gunakan

teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika

perlu Keluarkan secret dengan

batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan Berikan pelembab udara

(nebulizer) Monitor respirasi dan status

O2

AIRWAY SUCTION (Suksion jalan nafas) Pastikan kebutuhan

oral/tracheal suctioning Auskultasi suara nafas

sebelum dan sesudah suctioning

Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal

Monitor status oksigen pasien Hentikan suction dan berikan

oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,

Page 13: Lp Ispa

peningkatan saturasi O2, dll

Kerusakan Pertukaran GasTanda dan Gejala Gangguan penglihatan Penurunan CO2

Takikardi Keletihan Somnolen Hipoksia Dyspnea Sianosis Warna kulit abnormal (pucat,

kehitaman) Hipoksemia Sakit kepala ketika

bangufrekuensi dan kedalaman nafas abnormal

…………………………………………………

DO:.............................................................................................................................................................................DS:.............................................................................................................................................................................

Berhubungan dengan Ketidakseimbangan perfusi

ventilasi Perubahan membrane kapiler

alveolar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... x 24 jam, diharapkan pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil:Respiratory Status: Gas Exchange Kemudahan dalam bernafas Dyspnea saat aktifitas tidak ada Sianosis tidak ada Somnolen tidak ada PaO2 dalam batas normal PaCO2 dalam batas normalSkala :

1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

AIRWAY MANAGEMENT (Manajemen Jalan Nafas) :

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika

perlu Keluarkan secret dengan

batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan Berikan pelembab udara

(nebulizer) Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2

RESPIRATORY MONITORING (Monitor Respirasi): Monitor rata-rata, kedalaman,

irama dan usaha respirasi Catat pergerakan dada, amati

kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas seperti dengkur

Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Palpasi kesamaan epansi paru Monitor kelelahan otot

diafragma (gerakan paradoksis)

Auskultasi suara paru setelah

Page 14: Lp Ispa

tindakan untuk mengetahui hasilnya

Posisikan pasien pada satu sisi untuk mencegah aspirasi

HipertermiTanda dan Gejala Kenaikan suhu tubuh di atas

rentang normal Serangan atau konvulsi

(kejang) Kulit kemerahan Pertambahan RR Takikardi Saat disentuh tangan terasa

hangat ………………………………

…………………

DO:.............................................................................................................................................................................DS:.............................................................................................................................................................................

Berhubungan dengan Penyakit atau trauma Peningkatan metabolism Aktifitas yang berlebihan Pengaruh anastesi/medikasi Ketidakseimbangan/penurunan Kemampuan untuk berkeringat Terpapar dilingkungan panas Dehidrasi Pakaian yang tidak tepat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... x 24 jam, diharapkan suhu klien dalam rentang normal.

Kriteria hasil:Respiratory Status: Gas Exchange Temperature kulit sesuai yang

diharapkan Temperature kulit sesuai yang

diharapkan Tidak ada sakit kepala Pernafasan sesuai yang diharapkan Denyut nadi sesuai yang

diharapkanTidak ada perubahan warna kulit

Skala :1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

FEWER TREATMENT :

Monitor suhu sesering mungkin

Monitor warna dan suhu kulit.

Monitor IWL. Monitor td, nadi dan RR Monitor Wbc, Hb, Hct Monitor intake dan output Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demem Selimuti pasien. Lakukan water tapid sponge Berikan cairan intravena Kompres pasien pada lipat

paha dan axila Selimuti pasien Berikan antipiretik Tingkatkan sirkulasi udara beadrest

Page 15: Lp Ispa

DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes

gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II   book 1. USA: CV. Mosby-

Year book. Inc

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta:

Balai penerbit FKUI.

Diposkan oleh Adriana di 20.53

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Diposkan oleh M. Wahyu NC di 06.59

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest