lp hil

17

Click here to load reader

Upload: rizal-mattawang

Post on 08-Aug-2015

170 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

LP HIL BY RISKA DEWI SUSILAWATI

TRANSCRIPT

Page 1: LP HIL

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS & KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

OLEH :

RISKA DEWI SUSILAWATI

10.1101.479

KLP II

CI LAHAN CI INSTITUSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2013

Page 2: LP HIL

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. DEFINISI

Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal keluar

kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan masih meliputi

peritoneum ( Puruhito ; 1993).

Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus inguinalis

internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis

dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis eksternus ( Henderson ; 1992).

2. ETIOLOGI

a. Kongenital.

Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus inguinalis

yang cukup lebar.

b. Didapat.

Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:

- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.

- Peninggian tekanan intra abdomen:

Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.

Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.

Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

3. PATOFISIOLOGI

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor

kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang

dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang

kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda

berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup

panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini

berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada

laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan

Page 3: LP HIL

maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat

terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia

tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk

berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan

terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate

yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan

peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa

menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri

atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau

prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan

penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate

akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi

nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.

4. MANIFESTASI KLINIS

Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,

mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.

Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Abdomen

Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus

terlokalisir

2. Urinalisis

Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.

3. Elektrolit

Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan

mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah

jantung.

4. AGD (Analisa Gas Darah)

Mengevaluasi status pernafasan terakhir.

5. ECG (Elektrocardiograf)

Page 4: LP HIL

Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk

memberikan anestesi.

6. Pemeriksaan Laboratorium.

7. Pemeriksaan darah lengkap.

Page 5: LP HIL

6. PENYIMPANGAN KDM

5.

Faktor congenital(kegagalan penutpan prose susvaginalis

pada waktu kehamilan)

Faktor di dapat (batukkronis, mengejan saat defekasi, pekerjaan

mengankat benda berat)

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analus inguinalis eksternus

Tonjolan akan sampai ke spektrum

hernia

Dapat timbul secara spontan (manual)

Tidak dapat timbul secara spontan

Tindak pembedahan Post operasi hernia

System irigasi

Keseimbangancairan

Kekurangan volume cairan

Penurunan fungsi usus

Deficit cairan

Nutrisi inadekuat

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Adanya luka insisi

Diskontinuitas jaringan

nyeri

Gangguan integritas kulit

Perawatan luka yang kurang

Resiko infeksi

Ketidak nyamanan/keterbatasan gerak

Aktifitas terganggu

Imobilitas fisik

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Page 6: LP HIL

7. KOMPLIKASI

Muntah.

Perdarahan.

Shok.

Kembung.

Radang paru.

Retensio urine.

8. PENATALAKSANAAN

Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan

bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses

strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis

usus.

Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :

Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya

hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek

yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.

Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada

bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas

pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang

semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus

direkonstuksi.

Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan

adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun

atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia

pasien.

Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,

kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau

teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia

langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan

kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.

Page 7: LP HIL

Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan

vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Anamnesa.

1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab,

pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

2) Riwayat kesehatan sekarang

3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang

terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)

Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).

4) riwayat kesehatan keluarga

Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko

terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,

Epilepsi, dll.

5) Keadaan psikologis

Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola

pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum.

2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.

3) Sistem Pencernaan

Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan

menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.

4) Sistem Pernafasan

Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna

mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,

frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.

Page 8: LP HIL

5) Sistem cardiovaskuler

Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung,

tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.

6) Sistem integumen

Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,

perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)

7) Sistem persyarafan

Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,

pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d.

12, kaku kuduk, dll.

8) Sistem endokrin

Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran

kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.

9) Sistem muskuloskeletal

Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,

deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.

10) Sistem reproduksi

Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.

Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.

11) Sistem perkemihan

Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,

inkontinensia, retensi urine, dll.

c. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Rontgen

d. Therapi

Page 9: LP HIL

B. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya.

C. INTERVENSI

DX 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol

- Normal

Intervensi :

a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)

Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan

analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.

b. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan

pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.

c. Dorong Ambulasi diri

Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang

perstaltik dan lelancaran flaktus.

d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi

Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat

meningkatkan koping.

e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik

Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat

DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman

Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman

- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit

Page 10: LP HIL

Intervensi :

a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien

Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.

b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien

Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.

c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien

Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi

biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi

d. Kolaborasi dalam pemberian obat

Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien

selama melakukan aktivitas.

DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat

- Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan

penyembuhan, mencegah komplikasi.

Intervensi :

a. Lihat semua insisi.

b. Evaluasi proses penyembuhan.

c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien

d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus

Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa

fungsi defekasi hilang.

DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal

- Luka kering tidak ada pus

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari

adalah karakteristik infeksi.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi

Page 11: LP HIL

Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan

c. Pertahankan keperawatan luka aseptic

Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian

d. Pertahankan balutan kering

Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.

e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri

DX 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya.

Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang proses

penyakitnya.

Intervensi

a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga fapat

membuat pilihan berdasarkan informasi.

b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan

Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS

c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat

Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia.

d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya

Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk

membuat pilihan tentang masa depan dan control penyakit kronis.

Page 12: LP HIL

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, Ed.3. EGC, Jakarta.

Sjamsuhidayat.R & Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997.

Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.

http:// andisetiadi.blogspot.com/2008/03 asuhan keperawatan hernia

http:// khaidirmuhaj. blogspot.com/2008/12/askephernia