lp halusinasi

9
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI I. KASUS (Masalah Utama) Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang di terima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus (NANDA,2005). Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, pengalaman sensori yang salah atau palsu yang dapat terjadi pada indera pendengaran,penglihatan, pengecapan.perabaan,dan penciuman (Stuart and Laraia,2005). II. PROSES TERJADINYA MASALAH A. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan. Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. Faktor sosial yang terjadi pada masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang

Upload: hilda-ayu-adriyana

Post on 23-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANGANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

I. KASUS (Masalah Utama)Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang di terima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus (NANDA,2005).Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, pengalaman sensori yang salah atau palsu yang dapat terjadi pada indera pendengaran,penglihatan, pengecapan.perabaan,dan penciuman (Stuart and Laraia,2005).

II. PROSES TERJADINYA MASALAHA. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan. Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. Faktor sosial yang terjadi pada masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya. Jika seseorang mengalami stress berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP). Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi yang berakhir pada gangguan orientasi realitas. Pada faktor genetik, gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh.

B. Faktor PresipitasiYaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi. Objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik itulah akibatnya.

C. Jenis-JenisHalusinasi1. Halusinasi Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.2. Halusinasi PenglihatanKlien melihat gambaran yang jelas atau samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya. Ditandai dengan menunjuk-nunjuk kearah tertentu dan ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas. Klien seperti melihat bayangan sinar, bentuk geometris kartun, melihat hantu atau monster.3. Halusinasi PenciumanKlien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata. Ditandai dengan klien mengendus-endus seperti sedang membaui bau-bauan tertentu. Seperti bau darah, urine, feses dan terkadang bau-bauan tersebut menyenangkan bagi klien.4. Halusinasi PengecapanKlien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak. Ditandai klien sering meludah atau muntah. Klien merasakan seperti merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.

5. Halusinasi PerabaanKlien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata. Ditandai dengan menggaruk-garuk permukaan kulit. Klien mengatakan seperti ada serangga di permukaan kulit dan merasa seperti tersengat listrik.

D. Fase Fase Halusinasi1. Fase I: Menenangkan Ansietas Tingkat SedangKarakteristik Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bias di atasi (Nonpsikotik).Perilaku pasien yang teramati misalnya menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakkan mata yang cepat respon verbal yang lamban, Diam dan dipenuhi oleh sesua yang mengasyikkan.

2. Fase II : Menyalahkan Ansietas Tingkat BeratKarakteristiknya pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan , orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk mernjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (Nonpsikotik).Perilaku pasien yang teramati misalnya peningkatan system saraf otonom yang menunjukkan ansietas misal : peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.Penyempitan kemampuan konsentrasi dipenuhi dengann pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuann untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

3. Fase III: Mengendalikan Ansietas Tingkat BeratKarakteristik orang yang berhallusinasi menyerah untuk melawan penngalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menuasi dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik).Perilaku pasien yang teramati misalnya lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.4. Fase IV: Menaklukan Ansietas Tingkat PanikKarakteristiknya pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bias berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. (Psikotik).Perilaku pasien yang teramati perilaku menyerang terror seperti panik. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri atau kataton.Tidak mapu berespon terhadap petunjuk yang konfleks.Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis- Kadang-kadang proses - Gangguan proses Persepsi akurat pikir terganggu - Ilusi Emosi konsisten- Emosi berlebih berkurang - Halusinasidengan pengalaman- Perilaku yang tidak biasa - Tidak mampu Perilaku cocok- Menarik diri mengalami emosi Hubungan social - Perilaku yang positif tidak terorganisir Isolasi sosial

F. Mekanisme KopingMekanisme koping yang dipakai adalah regresi (menjadi malas beraktivitas sehari-hari), proyeksi (menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain), Menarik diri (sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal), keluarga mengingkari masalah yang dialami klien.

III. A. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji Data Subjektif Klien mengatakan mendengar sesuatu Klien mengatakan melihat bayangan Klien mengatakan mencium bau-bauan yang tidak sedap Data Objektif Klien tampak bicara, tersenyum dan tertawa sendiri Klien menggerakan bibir tanpa suara Klien tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata

IV. DIAGNOSA KEPERAWATANGangguan sensori persepsi: Halusinasi

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANTerlampirDAFTAR PUSTAKA

Stuart and sundeen, buku saku keperawatan kesehatan jiwa , alih bahasa hapid AYS , Jakarata : penerbit buku kedokteran EGC Stuart, Gail W. ( 2006 ).Buku saku keperawatan jiwa edisi 5.Jakarta : EGCKeliat, Budi anna.( 2005 ). Proses keperawatan jiwa.Jakarta : EGChttp://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-halusinasi/ (diakses 31 Mei 2014)Perry, potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCSantosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Jakarta : Prima Medika.