lp halusinasi

18
 LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori : halusinasi  B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi d i atas, maka p enulis mengambil kes impulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. 2. Jenis Halusinasi Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain : a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %  Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara   suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.  b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

Upload: heri-puspito

Post on 17-Jul-2015

3.392 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 1/18

 

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A.  MASALAH UTAMA

Gangguan persepsi sensori : halusinasi 

B.  PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan pancaindera (Isaacs, 2002).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang

dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:

persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah

(Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi

adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada

stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Jenis Halusinasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

a.  Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % 

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara  – suara

orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk 

melakukan sesuatu. 

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk 

pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 2/18

 

panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau

menakutkan.

c.  Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang

menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang  –  kadang terhidu

bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan

dementia.

d. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa

stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

e.  Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan

menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f.  Halusinasi sinestetik 

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah

mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan

urine.

g. Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Fase Halusinasi

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

a.  Comforting 

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,

rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang

menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau

tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan

mata yang cepat, diam dan asyik. 

b. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.

Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak 

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 3/18

 

dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan

tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan

tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik 

dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk 

membedakan halusinasi dengan realita.

c.  Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap

halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar

berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu

mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat

menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien

mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,

menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat

membahayakan.

4. Tanda dan Gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan

duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum

atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,

gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga

keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa

yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis

berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

a.  Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan 

Gejala klinis:

1)  Menyeriangai/tertawa tidak sesuai 

2)  Menggerakkan bibir tanpa bicara

3)  Gerakan mata cepat

4)  Bicara lambat

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 4/18

 

5)  Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

1)  Cemas

2)  Konsentrasi menurun

3)  Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c.  Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

1)  Cenderung mengikuti halusinasi

2)  Kesulitan berhubungan dengan orang lain

3)  Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

4)  Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti

petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

1)  Pasien mengikuti halusinasi

2)  Tidak mampu mengendalikan diri

3)  Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

4)  Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

5. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 

a.  Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

1)  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

2)  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 5/18

 

3)  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh

otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

c.  Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam)

dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

6. Faktor Presipitasi 

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak 

berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor

dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

(Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah:

a.  Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif 

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 6/18

 

c.  Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

7. Penyebab

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,

sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik 

diri (Townsend, M.C, 1998). Menurut Carpetino, L.J (1998) isolasi sosial

merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan

dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan

menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998), isolasi sosial menarik diri

merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang

lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai

kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam

kegagalan. 

Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku

(Carpentino, L.J 1998) : 

Data subjektif : 

a.  Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan

b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial

c.  Mengungkapkan perasaan tak berguna

Data objektif :

a.  Tidak tahan terhadap kontak yang lama

b. Tidak komunikatif 

c.  Kontak mata buruk 

d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri

e.  Kurang aktivitas

f.  Wajah tampak murung dan sedih

g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 7/18

 

8. Akibat

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006).

Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan

sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri

sendiri maupuan orang lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku : 

Data subjektif :

a.  Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data objektif :

a.  Wajah tegang, merah

b. Mondar-mandir

c.  Mata melotot rahang mengatup

d. Tangan mengepal

e.  Keluar keringat banyak 

f.  Mata merah

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 

a.  Menciptakan lingkungan yang terapeutik 

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien

akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan

secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa

pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik 

atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,

bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya

hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di

lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang

perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 8/18

 

misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan

permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara

persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di

berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c.  Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang

ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta

membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga

dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat

dengan pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,

misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini

dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk 

hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan

dan memilih kegiatan yang sesuai.

e.  Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data

pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses

keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila

sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila

ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat

menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri

dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di

beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan

pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 9/18

 

C.  MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No MasalahKeperawatan

Data Subyektif Data Obyektif 

1.

2.

3.

Masalah utama :

gangguan persepsi

sensori halusinasi

Isolasi sosial :

menarik diri

Resiko mencederai

diri sendiri dan

orang lain

Klien mengatakan

melihat atau

mendengar sesuatu.

Klien tidak mampu

mengenal tempat,

waktu, orang.

Klien mengatakan

merasa kesepian.

Klien mengatakan tidak 

dapat berhubungan

sosial.

Klien mengatakan tidak 

berguna.

Klien mengungkapkan

takut.

Klien mengungkapkan

Tampak bicara dan

ketawa sendiri.

Mulut seperti bicara

tapi tidak keluar suara.

Berhenti bicara seolah

mendengar atau

melihat sesuatu.

Gerakan mata yang

cepat.

Tidak tahan terhadap

kontak yang lama.

Tidak konsentrasi dan

pikiran mudah beralih

saat bicara.

Tidak ada kontak 

mata.

Ekspresi wajah

murung, sedih.

Tampak larut dalam

pikiran dan

ingatannya sendiri.

Kurang aktivitas.

Tidak komunikatif.

Wajah klien tampak 

tegang, merah.

Mata merah dan

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 10/18

 

 

apa yang dilihat dan

didengar mengancamdan membuatnya takut.

melotot.

Rahang mengatup.Tangan mengepal.

Mondar mandir.

D.  POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,

Orang lain dan lingkungan Akibat

Core

Problem

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial menarik diri

Cause

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 2006)

E.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut

adalah : 

1.  Gangguan persepsi sosial: Halusinasi

2.  Isolasi sosial: Menarik Diri

3.  Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

F.  FOKUS INTERVENSI

Menurut Rasmun (2001) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana

tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 11/18

 

1.  Tujuan umum 

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain. 

2.  Tujuan khusus

a.  TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1) Kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak 

mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab

salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan :

a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f)  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar

hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi

timbulnya halusinasi.

b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2) Intervensi

a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 12/18

 

Rasional :

Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling

percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.

Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke

kanan seolah-olah ada teman bicara.

Rasional:

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan

perawat dalam melakukan intervensi.

c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :

a.a Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan

apakah ada suara yang di dengar.

a.b Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.

a.c Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,

namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada

sahabat tanpa menuduh/menghakimi).

a.d Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama

seperti dia.

a.e Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

Rasional :

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari

faktor timbulnya halusinasi.

d) Diskusikan dengan klien tentang :

a.a Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.

a.b Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore

dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)

Rasional :

Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya

halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan

dilakukan perawat.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 13/18

 

e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi (marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan

mengungkapkan perasaan.

Rasional :

Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

c.  TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya

dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.

b) Klien dapat menyebutkan cara baru.

c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang

telah didiskusikan dengan klien.

d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk 

mengendalikan halusinasi.

e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

2) Intervensi

a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika

terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-

lain)

Rasional :

Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak 

berlanjut.

b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat

beri pujian.

Rasional :

Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.

c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya

halusinasi :

a.a Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi

muncul.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 14/18

 

a.b Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota

keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan

halusinasi yang didengar.

a.c Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat

muncul.

a.d Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.

Rasional:

Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.

d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk 

memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :

a.a Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an. 

a.b Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.

a.c Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian,

gotong royong).

a.d Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).

a.e Mencari teman untuk ngobrol.

Rasional :

Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk 

mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan

halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.

e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.

Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Rasional :

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah

dipilih.

f)  Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok,

orientasi realita dan stimulasi persepsi.

Rasional :

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi

realitas akibat halusinasi.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 15/18

 

d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

1) Kriteria evaluasi

a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.

b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan

untuk mengendalikan halusinasi.

2) Intervensi

a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan

nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar

hubungan interaksi selanjutnya.

b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.

Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :

a.a Pengertian halusinasi

a.b Gejala halusinasi yang dialami klien.

a.c Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi.

a.d Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah,

misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan

bersama, bepergian bersama.

a.e Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat

bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai

diri, orang lain dan lingkungan.

Rasional :

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi

dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota

keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 16/18

 

e.  TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

1) Kriteria evaluasi

a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan

efek samping obat.

b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa

konsutasi.

e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2) Intervensi

a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan

frekuensi serta manfaat minum obat.

Rasional :

Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat

diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.

b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan

merasakan manfaatnya.

Rasional :

Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.

c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan

efek samping obat yang dirasakan.

Rasional :

Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus

dilakukan setelah minum obat.

d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan

dokter.

Rasional :

Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.

e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar

dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar

pasiennya).

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 17/18

 

Rasional :

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian

klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

5/14/2018 LP halusinasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp-halusinasi-55a92e5742911 18/18

 

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, 

Edisi 9th

. Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.

Carpenito, L.J, 1998.   Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi

8, Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kusuma, W.1997. Dari   A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek ,

Edisi I. Jakarta: Profesional Books.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:

Airlangga University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi

 Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,

Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998.   Buku Saku Keperawatan Jiwa

(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007.   Buku Saku Keperawatan Jiwa

(Terjemahan). Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.