lp cva 26
DESCRIPTION
laporan pendahuluan cvaTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)
Nama Mahasiswa : Renny Nova
NIM : 0610723023
A. Masalah Kesehatan
Cerebro Vaskular Accident (CVA)
B. Definisi
Stroke (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke (CVA) atau penyakit
serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologi mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak
sehingga terjadi gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan terjadinya
kematian otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian (Fransisca, 2008; Price & Wilson, 2006). Sedangkan pengertian stroke
menurut Lyndon (2009) yaitu penyakit pembuluh darah yang menyebabkan
gangguan neurologi.
Stroke merupakan suatu keadaan dimana aliran darah menuju otak terhambat
sehingga nutrisi dan oksigen untuk otak menurun yang menyebabkan kematian sel
dan kerusakan syaraf.
C. Insidensi
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Seperti yang
dilaporkan oleh National Center for Health Statistic pada tahun 2002, 163.538
orang meninggal akibat stroke, dan setiap 3 menit satu orang meninggal akibat
stroke. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan.
1
D. Klasifikasi
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia
50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Trombosis pada pembuluh darah otak
b. Emboli pada pembuluh darah otak
2. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun
dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
a. Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemoragic)
Gejala:
Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi
Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas fisik atau karena
psikologis (mental)
Mual dan muntah pada permulaan serangan
Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan
Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam-2 jam; <2% terjadi setelah 2 jam- 19 hari).
b. Perdarahan subarachnoid (subarachnoid hemoragic)
Nyeri kepala hebat dan mendadak
Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
Ada gejala atau tanda meningeal
Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikan anterior atau arteri karotis interna.
E. Etiologi
1. Trombosis Serebri
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk dalam 48 jam setelah terjadi trombosis. Beberapa keadaan
yang menyebabkan trombosis otak:
2
a. Aterosklerosis
b. Hiperkoagulasi pada polisitemia
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Hemoragi
Perdarahan ini bisa terjadi akibat aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak. Penyebab
perdarahan otak yang paling umum terjadi:
a. Aneurisma berry, biasanya defek konginetal
b. Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis
c. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
d. Malformasi ateriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Rupture arteriol serebri akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah
4. Hipoksia umum
a. Hipertensi yang parah
b. Henti jantung paru
c. Curah jantung turun akibat aritmia
5. Hipoksia lokal
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.
3
F. Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskular
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit
6. Diabetes
7. Kontrasepsi oral
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat
10. Konsumsi alkohol
4
G. Patofisiologi
5
Faktor resiko
Katup jantung rusak, MI, fibrilasi, endokarditis
Penyumbatan darah otak
oleh bekuan darah,
lemak dan udara
Thrombosis serebral Perdarahan intraserebral
Anaeurisma, malformasi, arteriovenosus
Aterosklerosis, hiperkoagulasi, arteritis
Pembuluh darah oklusi
Emboli serebralIskemi jaringan otak
Edema dan kongesti jaringan sekitar Stroke (CVA)
Perembesan darah ke parenkim otak
Penekanan jaringan otak
Infark otak, edema, herniasi
Defisit neurologis
infark otak Kontrol volunter TIK Kerusakan terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal
Disfungsi bahasa & komunikasi
Penurunan perfusi
jaringan otak
Hemiplegia & hemiparesis
Kerusakan mobilitas fisik
Koma
Depresi saraf kardiovaskular dan pernapasan
Lapang perhatian terbatas, kesulitan pemahaman, lupa, kurang motivasi, frustasi, labil, kurang kerjasama,
seksual
Disartria, disfasia/afasia, apraksia
Kerusakan komunikasi
verbal
Perubahan proses pikir
Kegagalan kardiovaskular dan pernapasan
Kematian
Intake Kelemahan fisik umum
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan
diri
Kesadaran Disfungsi persepsi visual spasial dan kehilangan sensorik
Kecemasan
Resiko cedera
Perubahan persepsi sensori Penekanan
jaringan setempat
Gangguan integritas kulit
Kemampuan batuk ,
mobolitas fisik , produksi sekret
Disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan
Gangguan eliminasi uri dan alvi
Gangguan pertukaran gas
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang massif, sedangkan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari pertama.
3. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel atau
menyebar ke permukaan otak.
4. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar / luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. USG dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
7. Pemeriksaan Lab
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa Gas Darah (AGD)
6
f. Biokimia Darah
g. Elektrolit
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan
penghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernapasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin. Posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
2. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
b. Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial
c. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
d. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskular.
3. Pengobatan Pembedahan
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
7
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.
J. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan
perubahan membran alveolar-kapiler
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan sulit bernapas, sesak napas
DO :
a. Gangguan visual
b. Penurunan karbondioksida
c. Takikardi
d. Tidak dapat istirahat
e. Somnolen
f. Irritabilitas
g. Hipoksia
h. Bingung
i. Dispnea, perubahan warna kulit (pucat, sianosis)
j. Hipoksemia dan hiperkarbia
k. Frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan abnormal
8
l. Diaphoresis
m. pH darah arteri abnormal
n. Mengorok/ stridor
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
Ditandai dengan:
DS : keluarga mengatakan klien tidak sadar
DO :
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. Gangguan atau kehilangan memori
c. Deficit sensorik
d. Perubahan tanda vital
e. Perubahan pola istirahat
f. Kandung kemih penuh
g. Gangguan berkemih
h. Demam
i. Batuk
j. Perubahan reflex
k. Perubahan kekuatan otot
l. Perubahan visual
m. Kejang
n. Pergerakan tidak terkontrol
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan sulit bergerak
DO :
a. Kelemahan
b. Parastesia
c. Paralisis
d. Kerusakan koordinasi
e. Keterbatasan rentang gerak
f. Penurunan kekuatan otot
9
4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan sulit berbicara
DO :
a. Disartria
b. Afasia
c. Kata-kata tidak dimengerti
d. Tidak mampu memahami bahasa lisan dan tulisan
5. Defisit perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis, quadriplegia
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan badan lumpuh sebagian atau seluruhnya
DO :
a. Klien bedrest
b. Perubahan TTV
c. Penurunan tingkat kesadaran
d. Klien terlihat tidak rapi dan kotor
6. Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan pada jaringan otak
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan jantung berdebar-debar
DO :
a. Perubahan irama jantung (aritmia, takikardia, bradikardia)
b. Perubahan preload (distensi vena jugularis, kelelahan, edema,
murmur, peningkatan dan penurunan tekanan vena pusat (CVP),
peningkatan dan penurunan tekanan pulmonal (PAPW), dan
perubahan berat badan.
c. Perubahan afterload (kulit dingin, sesak nafas atau apnea, oligouria,
pengisian kapiler lambat, penurunan nadi perifer, perubahan TD,
peningkatan dan penurunan resistensi pembuluh sistemik (SVR),
peningkatan dan penurunan PVR, dan perubahan warna kulit)
d. Perubahan kontraktilitas (crackles, batuk, orthopnea, CO>4 l/mnt,
CI< 2,5 l/menit, penurunan hantaran paksi S VI (VSWI), terdapat
suara S3 dan S4.
10
7. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke b.d kurangnya informasi
mengenai pencegahan, perawatan, dan pengobatan stroke di rumah
Ditandai dengan:
DS : klien, dan atau keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
DO :
a. Sulit mengikuti petunjuk
b. Tidak melakukan pemeriksaan secara akurat
c. Kurang mengenal masalah
d. Kurang dapat mengingat
e. Salah menginterpretasikan informasi
f. Keterbatasan pengetahuan
g. Tidak tertarik belajar
h. Tidak familiar terhadap sumber-sumber informasi
8. Resiko cedera b.d paralisis
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan kelumpuhan anggota gerak
DO :
a. Hemiplegia
b. Klien melakukan aktivitas dengan bantuan atau menggunakan alat
bantu
c. Berjalan lamban
9. Resiko aspirasi b.d kehilangan kemampuan untuk menelan
Ditandai dengan:
DS : klien atau keluarga mengatakan klien sulit menelan
DO :
a. Batuk saat menelan
b. Dispnea
c. Bingung
d. Penurunan PaCO2
10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuann
menelan sekunder dari paralisis.
11
Ditandai dengan:
DS : klien atau keluarga mengatakan klien sulit menelan
DO :
a. Klien menunjukkan ketidakadekuatan nutrisi
b. Terjadi penurunan BB 20% atau lebih dari berat badan ideal
c. Konjungtiva anemis
d. Hb abnormal
e. Sulit membuka mulut
f. Sulit menelan
g. Lidah sulit digerakkan
11. Gangguan proses pikir b.d gangguan aliran darah serebral, gangguan sensasi,
dan kegagalan interpretasi terhadap rangsangan lingkungan.
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan mengalami gangguan konsentrasi
DO :
a. Penurunan kesadaran (GCS menurun)
b. Penurunan agitasi
c. Kurang kooperatif
d. Gangguan memori
e. Gangguan bahasa
f. Labil
g. Gangguan persepsi
h. Perubahan gambaran diri
i. Perubahan sensasi
j. Perubahan pandangan
k. Perubahan mobilitas
12
L. Intervensi Keperawatan
No
Dx
Tgl/
jam
Tujuan
Kriteria hasilIntervensi Rasional
1 Setelah dilakukan intervensi
selama 1x24 jam, gangguan
pertukaran gas teratasi dengan
kriteria:
1 Klien akan merasa nyaman
2 Klien mengatakan sesak berkurang dan dapat membandingkan dengan keadaan sesak pada saat serangan pada waktu yang berbeda
3 TD dalam batas normal18-44 tahun: 140/90 mmHg
1.1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2.1 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 lpm
3.1 Observasi TTV tiap jam untuk
Posisi semilowler membantu dalam ekspansi otot-
otot pernapasan dengan pengaruh gravitasi
Oksigen sangat penting untuk reaksi yang
memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada
jaringan akan menyebabkan lintasan metabolism
yang normal dengan akibat terbntuknya asam laktat
(asidosis metabolic) ini akan bersama dengan
asidosis respirtorik akan menghentikan
metabolisme. Regenerasi ATP akan berhenti
sehingga tidak ada lagi sumber energy yang terisi
dan terjadi kematian.
13
45-64 tahun: 150/95 mmHg
≥65 tahun : 160/95 mmHg
Nadi dalam batas normal
Remaja: 50-110x/menit
Dewasa: 70-82x/menit
4 AGD dalam batas normalpH: 7,35-7,45
CO2: 20-26mEq (bayi), 26-
28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
Sa O2: 95-97%
melindungi respon klien
4.1 Kolaborasi pemeriksaan AGD
Normalnya tekanan darah akan sama pada berbagai
posisi. Nadi menandakan tekanan dinding arteri.
Nadi > 50x/menit menunjukkan penurunan
elastisitas arteri, yang akan menyebabkan
berkurangnya aliran darah arteri dan transport
oksigen. Tekanan nadi <30x/menit menandakan
insufisiensi sirkulasi volume darah, yang
mengakibatkan kekurangan oksigen ringan. Suhu
aksila normalnya 36,70C
Suhu tubuh abnormal disebabkan oleh mekanisme
pertahanan tubuh yang menandakan tubuh
kehilangan daya tahan atau mekanisme pengaturan
suhu tubuh yang buruk
Sesak nafas merupakan suatu bukti bahwa tubuh
melakukan mekanisme kompensasi guna mencoba
membawa oksigen lebih banyak ke jaringan. Sesak
napas pada penyakit paru dan jantung
mengkhawatirkan karena dapat timbul hipoksia
14
2. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, klien tidak
menunjukkan peningkaatan TIK,
dengan kriteria:
1. Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman
2. Mencegah cedera
1.1 Ubah posisi klien secara bertahap
4.1 Atur posisi klien bedrest
4.2 Jaga susasana tenang
Klien dengan paraplegia berisiko mengalami luka
tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam
dan melindungi respon klien dapat mencegah
teterjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama
karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi
dan oksigen yang dibawa oleg darah
Bedrest bertujuan mengurangi kerja fisik, beban
kerja jantung, mengatasi keadaan high output yang
disebabkan oleh tiroksin, anemia, beri-beri, dll,
mengatasi keadaan yang dapat menyebabkan
demam, takikardi, memperbaiki shunt
arterioventrikular, fistula AV, paten duktus
arterioles, dan yang merupakan beban kerja jantung.
Suasana terang akan memberikan rasa nyaman pada
klien dan mencegah ketegangan
15
4.3 Kurangi cahaya ruangan
4.4 Tinggikan kepala
4.5 Hindarkan rangsangan oral
4.6 Angkat kepala dengan hati-hati
4.7 Awasi kecepatan tetesan cairan infus
4.8 Berikan makanan menggunakan sonde sesuai jadwal
4.9 Pasang pagar tempat tidur
4.10Hindari prosedur non-esensial yang berulang
Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang
beresiko terhadap TIK
Membantu drainase vena untuk mengurangi
kongesti serebrovaskuler
Rangsangan oral resiko terjadi peningkatan TIK
Tindakan yang beresiko terhadap peningkatan TIK
Mencegah resiko ketidakseimbangan cairan
Mencegah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan
Mencegah resiko cedera cedera jatuh dari tempat
tidur akibat tidak sadar
16
4.11Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara* kaji respon membuka mata
4= spontan
3= dengan perintah
2= dengan nyeri
1= tidak berespon
* kaji respon verbal
5= bicara normal
4= kalimat tidak mengandung arti
3= hanya kata-kata saja
2= hanya bersuara saja
1= tidak ada suara
* kaji respon motorik
6= dapat melakukan semua perintah
5= melokalisasi nyeri
4= menghindari nyeri
3= fleksi
Meminimalkan peningkatan TIK
Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi
pembukaan mata dan respon motorik. Tidak ada
respon menunjukkan kerusakan mesenfalon.
17
3. Pupil membaik
4. TTV normal, GCS normal
2= ekstensi
1= tidak berespon
3.1 Kaji respon pupil: pergerakan mata konjugasi diatur oleh saraf bagian korteks dan batang otak
3.2 Periksa pipil dengan penlight
4.1 Kaji perubahan TTV
Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf
okulomotorius atau optikus
Saraf cranial VI atau saraf berhubungan dengan
abdusen, mengatur dan berhubungan dengan
abduksi mata. Saraf cranial V atau saraf trigeminus
juga mengatur pergerakan mata
Perubahan tanda vital menandakan peningkatan
TIK. Perubahan nadi dapat menunjukkan tekanan
batang otak, pada awalnya melambat kemudian
meningkat untuk mengkompensasi hipoksia. Pola
pernapasan beragam melindungi gangguan pada
berbagai lokasi. Pernapasan chyne-stoke
(meningkat bertahap, peningkatan periode apnea)
18
4.2 Catat muntah, sakit kepala (konstan, letargi), gelisah, pernapasan yang kuat, gerakan yang tidak bertujuan, dan perubahan fungsi
menunjukkan kerusakan kedua henisfer serebri,
mesenfalon, dan pons atas. Pernapasan ataksia
(tidak teratur dengan pernapasan dalam dan
dangkal) menandakan disfungsi pada medular.
Ketidakteraturan pernapasan: frekuensi melambat,
dengan pemanjangan periode apnea meningkatnya
TD, dan pelebaran tekanan nadi merupakan tanda
awal yang menunjukkan hipoksia.
Muntah akibat dari tekanan pada medulla.
Perubahan yang jelas (contoh letargi, gelisah,
pernapasan yang kuat, gerakan yang tak bertujuan
dan perubahan fungsi mental). Kompensasi
pergerakan saraf, peningkatan TIK, dan nyeri.
Perubahan ini merupakan indikasi awal perubahan
TIK merangsang pusat muntah di otak dan
mengejan, yang dapat menyebabkan maneuver
valsava.
3 Klien akan memiliki mobilitas
fisik yang maksimal dengan Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang
19
kriteria:
1. Tidak ada kontraktur otot2. Tidak ada ankilosis pada
sendi3. Tidak terjadi atropi4. Mampu menggunakan
alat bantu secara efektif
1.1 Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal, respon terhadap rangsang
2.1 Ubah posisi klien tiap 2 jam
3.1 Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien di lantai saat duduk di kursi atau papan penyangga saat tidur di tempat tidur
3.2 Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantal di satu sisi saat membalikkan klien
3.3 Pada saat klien di tempat tidur
mengatur fungsi motorik dan sensorik dan dapat
dipengaruhi oleh iskemia atau perubahan tekanan
Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu
lama pada satu sisi sehingga jaringan yang tertekan
akan kekurangan nutrisi yang dibawa darah
melaluui oksigen. Jangan gunakan bantal di bawah
lutut pada saat pasien terlentang karena resiko
terjadinya hiperekstensi pada lutut. Tetapi letakkan
gulungan handuk dalam jangka waktu singkat.
Mencegah deformitas dan komplikasi seperti
footdrop
Dapat terjadi dislokasi panggul jika meletakkan
kaki terkulai dan jatuh serta mencegah fleksi
20
letakkan bantal di ketiak di antara lengan atas dan dinding dada untuk mencegah abduksi bahu dan letakkan lengan posisi berhubungan dengan abduksi sekitar 600
3.4 Jaga lengan dengan posisi sedikit fleksi. Letakkan telapak tangan di atas bantal lainnya seperti posisi patung liberti dengan siku di atas bahu dan pergelangan tangan di atas siku
3.5 Letakkan tangan dalam posisi berfungsi dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari dalam posisi berhubungan dengan abduksi. Gunakan pegangan berbentuk roll. Lakukan latihan pasif, jika jari-jari pergelangan tangan spastic, gunakan splint.
3.6 Lakukan latihan di tempat tidur. Lakukan latihan kaki sebanyak 5x kemudian ditingkatkan secara perlahan sebanyak 20x setiap latihan
3.7 Lakukan latihan pergerakan sendi
Posisi ini membidangi bahu dalam berputar dan
mencegah edema dan akibat fibrosis
Mencegah kontraktur fleksi
Membantu klien hemiplegia latihan di tmpat tidur
berarti memberikan harapan dan mempersiapkan
aktivitas di kemudian hari akan perasaan optimis
sembuh.
Klien hemiplegia dapat belajar menggunakan
kakinya yang mengalami kelumpuhan.
Lengan dapat menyebabkan nyeri dan keterbatasan
21
(ROM) 4x sehari setelah 24 jam serangan stroke jika sudah tidak mendapat terapi
3.8 Bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur
4.1 Gunakan kursi roda pada klien hemiplegia
pergerakan berhubungan dengan fibrosis sendi atau
subluksasi
Klien hemiplegia mempunyai ketidakseimbangan
sehingga perlu dibantu untuk keselamatan dan
keamanan
Klien hemiplegia perlu latihan untuk belajar
berpindah tempat dengan cara aman dari kursi,
toilet, dan kursi roda
4 Setelah dilakukan intervensi
selama 1x24 jam, pemenuhan
kebersihan mandi, gigi, dan
mulut, berpakaian, menyisir
rambut terpanuhi dengan
kriteria:
1. Klien tampak bersih dan rapi 1.1 Bantu klien mandi Memandikan klien merupakan alah satu cara
memperkecil infeksi nosokomial, dengan
memandikan klien perawat akan menemukan
kelainan pada kulit seperti memar, tanda lahir, kulit
pucat, dekubitus, dll.
22
2. Napas tidak berbau
3. Kebutuhan terpenuhi
2.1 Lakukan oral higyene
3.1 Bantu klien berpakaian3.2 Bantu klien menyisir rambur
3.3 Bantu klien mengganti alas tempat tidur
3.4 Ganti alas tempat tidur
Membersihkan mulut dan gigi, perawat dapat
mengetahui adanya kelainan seperti karies, gigi
palsu, gusi berdarah, napas bau aseton sebagai cirri
khas DM serta adanya tumor
Merupakan bentuk fisioterapi
Mengurangi resiko terjadinya ruam, infeksi pada
klien
Alas tempat tidur tempat berkembangnya kuman
5 Setelah dilakukan intervensi
keperawatan klien dapat
berkomunikasi secara efektif
dengan kriteria:
1. Klien memahami dan membutuhkan komunikasi
1.1 Lakukan terapi berbicara
Komunikasi membantu meningkatkan proses
penyampaian dan penerimaan bahasa. Beberapa
klien afasia perlu terapi bicara sehingga perlu
dilakukan sedini mungkin komunikasi akan efektif.
Klien yang memahami bahasa akan merespon
23
2. Klien menunjukkan memahami komunikasi dengan orang lain
2.1 Kolaborasi dengan ahli terapi berbicara
2.2 Gunakan petunjuk terapi berbicara (jika klien tidak memahami bahasa lisan, ulangi petunjuk sederhana sampai mereka mengerti). Klien akan mendengar, bicara pelan, dan jelas. Gunakan komunikasi nonverbal Jika klien tidak dapat mengenal
objek dengan menyebut namanya, berikan latihan menerima imaginasi kitaContoh: tunjukkan objek dan
sebutkan namanya
Jika klien sulit mengerti ekspresi verbal, ulangi kata-kata mulai dari yang sederhana
Gunakan bahasa dengan lambat dan berikan waktu untuk merespon
Dengarkan dan amati secara seksama saat berkomunikasi dengan klien afasia
Antisipasi kebutuhan klien afasia,
bahasa atau pesan dari komunkasi
24
untuk memahami perasaan tak mampu berkomunikasi
Perpendek jarak komunikasi dengan posisi langsung berhadapan dan pembicaraan langsung mengarah ke topik, beritahu klien jika hendak mengganti topik
6 Setelah dilakukan intervensi
keperawatan nutrisi terpenuhi
dengan kriteria:
1. Klien mampu menyampaikan keinginan untuk makan
2. Klien menghabiskan porsi yang disediakan
3. Berat badan dalam batas normal
1.1 Kaji kebiasaan makan klien
2.1 Catat jumlah makanan yang dimakan
3.1 Kolaborasi dengan tim gizi dan dokter untuk pemenuhan kalori. Diet melindungi klien dari penyebab stroke, DM, dan penyakit lainnya
Kebiasaan makan klien akan mempengaruhi
keadaan nutrisinya
Makanan yang telah disediakan telah disesuaikan
dengan kebutuhan klien
Pemberian makanan pada klien disesuaikan dengan
kebutuhan nutrisi dan diagnosis penyakit serta usia,
jenis kelamin, BB, TB, aktivitas, susu tubuh,
metabolism.
7 Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 1x24 jam
25
klien tidak menunjukkan tanda-
tanda aspirasi dengan kriteria:
1. Tidak tersedak ketika makan, tidak batuk ketika makan, tidak demam, tidak ada ronkhi
2. Tidak ada perubahan warna kulit
1.1 Kaji tanda aspirasi seperti demam, bunyi crackles, ronkhi, binngung, penurunan PaO2 pada AGD, memberikan makan dengan oral atau NGT dengan senter untuk mengecek sumbatan
2.1 Kaji perubahan warna kulit seperti pucat atau sianosis
Klien dengan hemiplegia mengalami kelemahan
meneln sehingga resiko aspirasi
Jika terjadi aspirasi klien akan mengalami kesulitan
bernapas sehingga terjadi gangguan pertukaran gas
yang ditandai dengan sesak napas, sianosis, dan
pucat.
26
27
M. Daftar Pustaka
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Dianloka Pustaka: Yogyakarta
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatab pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Corwin, Elisabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC:
Jakarta
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
28