lp chollithiasis
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN “CHOLELITHIASIS DAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN (NYERI)”
Oleh:
XXXXXXX
PROGRAM STUDI ILMU KEPERRAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
20111
CHOLELITHIASIS
A. DEFINISI
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.
Kolelitiasis tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda, tapi insidenya semakin
sering pada individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun
satu dari tiga orang akan memiliki batu empedu. (KMB: 1205).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari cholelitiasis adalah karena adanya batu dalam kandung empedu yang
sebagian besar tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol. Selain itu, juga tersusun
oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena: kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan
produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu empedu:
a. Infeksi kandung empedu
b. Usia yang bertambah
c. Obesitas
d. Wanita
e. Kurang makan sayur
f. Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu:
a. Batu pigemen hitam
Terbentuk didalam empedu dan disertai hemolisis kronik / sirosis hepatis tanpa infeksi.
b. Batu pigmen coklat
Bentuk lebih besar, berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai
bendungan dan infeksi.
3. Batu saluran empedu (camppuran antara kolesterol dan pigmen)
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa
kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi
intermitten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan
pembentukan batu.
C. PATOFISIOLOGI
Etiologi batu empedu / kolelitiasis masih belum diketahui secara pasti namun faktor
predisposisi yang terpenting adalah obesitas, multiparietas, pertambahan usia, jenis kelamin
perempuan, ingesti makanan segera yang mengandung kalori rendah / lemak rendah (puasa),
genetik dan beberapa kondisi klinis seperti gangguan metabolisme, statis empedu, infeksi
kandung empedu, DM, sirosis hati, pankreatitis, kanker kandung empedu, dan penyakit reasi
ileum. Pada umumnyya btu empedu dibagi menjadi 3 macam yaitu: tipe kolesterol, tipe
pigmen empedu dan tipe campuran (kolesterol dan pigmen empedu) / batu saluran empedu.
Tipe kolesterol disebabkan oleh adanya proses degenerasi dan adanya penyakit hati.
Ketika hati mengalami kerusakan maka terjadi penurunan fungsi hati. Penurunan fungsi hati
ini menyebabkan penyakit gastrointestinal dan gangguan metabolisme, sehingga terjadi
malabsorbsi garam empedu dan penurunan sintesis / pembentukan asam empedu. Pada
keadaan ini menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Kolesterol ini akan mengakibatkan
supersaturasi (keejenuhan) getah empedu yang dapat mengiritasi kendung empedu. Kandung
empedu mengalami peradangan kemudian kolesterol keluar dari getah empedu sehingga
meenyebabkan pengendapan kolesterol dan membentuk batu empedu.
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan dalah satu dari keempat anion ini: bilirubinat,
karbonat, fosfat, dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi
dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glukorinil transferase tersebut
yang akan mengakibakan presipitasi / pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak, sehingga lama
kelamaan akan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu
empedu tapi ini jarang terjadi.
Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut / kronis dan terjadinya ggangguan epigasrium jika
makan makanan yang berlemak, seperti: rsa penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri
samar pada kuadran kanan attas. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier terjadi jika duktus sistikus
tersumbat batu. Maka kandung empedu akan mengalami distendi kemudian akan infeksi
sehinggga teraba massa pada kuadran 1 yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke
punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dann tidak menemukan posisi
yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan
makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pagi hari karena
metabolisme di kandung empedu akan meningkat.
Gejala mual dan muntah dimulai ketika ada rangsangan mual yang diakibatkan dari
adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan
disekitar hepatobilier yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT, menyebabkan
peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat irtatif dsaluran cerna sehingga merangsang
nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan
eristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan terahan dilambung
dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan
pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkonan serta neuron-neuron moorik spinalis ke
otot-otot abdomenn dan diafragma sehingga mnyebabkan muntah. Apabila saraf simpatis
teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas di usus sistem pencernaan yang mnyebabkan
rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung.
Batu empedu menyebabkan obstruksi salurran empedu dan mengakibatkan eksresi cairan
empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun segingga feses tidak diwarnai oleh pigmen
empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dampul yang disebut clay
colored. Selain mengakibatkan peningkatan blirubin serum yang diserap oleh darah dan
masuk ke sistem sirkulasi sehingga terjadi filtrasi ooleh ginjal yang menyebabkan bilirubin
dieksresikan oleh ginjal sehingga urin bahkan kecoklatan. Selain itu konsistensi dari BAB
menjadi agak keras sehingga menyebabkan konstipasi dan juga BAK akan menjadi sedikit
bahkkan eneuresis.
Batu empedu juga menyebabkan terjadinya infeksi. Batu empedu yang migrasi ke duktus
sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menyebabkan iritan zat kimia dan
menyebabkan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul akan memberikan gambaran
klinis kolelitiasis akut dan kronis. Infeksi bakteri disaluran empedu dapat juga memegang
peranan sebagian pada pembentukan batu dan meningkatkan deskumasi seluler dan
pembentukan mukus. Mukus mningkatkan vikositas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembenukan batu empedu daripada infeksi
yang menyebabkan pembentukan batu. Terjadinya infeksi juga bisa diakibatkan dari efek
prosedur invasif yaitu: operasi pengangkatan batu empedu / kolesistektomi. Akibat adanya
inkontinuitas jaringan pasca bedah dan juga perawatan luka yang tidak steril dan rutin.
D. GEJALA KLINIS
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
GEJALA AKUT GEJALA KRONIS
TANDA :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
TANDA:
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yangMenetap
2. Mual dan muntah3. Febris (38,5C)
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2. Nausea dan muntah3. Intoleransi dengan makanan berlemak4. Flatulensi5. Eruktasi (bersendawa)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes laboratorium :
1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallblader.
F. PENATALAKSANAAN UMUM
a. Non Bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi episode akut nyeri kandung empedu dan
kolesistisis melalui penatalaksanaan pendukung serta diet, dan untuk menghilangkan
penyebab kolesistisis melalui farmakoterapi, prosedur endoskopik serta intervensi
bedah
1. Therapi Konservatif
Pendukung diit :
Cairan rendah lemak
Cairan Infus
Pengisapan Nasogastrik
Analgetik
Antibiotik
Istirahat
2. Farmako Therapi
Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk
melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari
kolesterol.mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu.batu yang sudah ada
dapat dikurangi besarnya,batu yang kecil dilarutkan dan yang kecil dicegah
pembentukanya.
3. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Diantaranya adalah dengan mengunakan metode :
• Pelarutan batu empedu
• Pengangkatan non bedah : biasanya dilakukan untuk mengeluarkan batu yang
belum terangkat ketika kolesistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus.
Prosedur pertama : denga mmasukan kateter dan jarring yang terpasang disisipkan
lewat saluran T- tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T-tube
Prosedur kedua adalah endoskop ERCP
• Extracorporeal shock wave lithotripsy ( ESWL)
4. Therapy
a. Ranitidin
Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml
injeksi.
Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina,
ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis
ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).
Perhatian : pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma
lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
b. Buscopan (analgetik /anti nyeri)
Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi
Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita.
Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat.
c. Buscopan Plus
Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,.
Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik
pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita.
d. NaCl
NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan
osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.
NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma
tubuh.
a) Penatalaksanaan bedah
• Pembedahan Cholesistektomy
Dalam prosedur ini kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus
diligasi.ini adalah tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau
pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif .
b) Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak
yang dimakan karena sel –sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak,
sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari
kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk
tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan
tambahan seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang
tidak membentuk gas, roti, kopi / teh.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari kolelitiasis diantaranya adalah :
a. Empiema kandung empedu, terjadi akibat perkembangan kolessistitis akut denga
sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat
disertai kuman kuman pebentuk pus.
b. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan
duktus sitikus.
c. Gangren, gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan nekrosis
jaringan berbercak atau total.
d. Ferforasi :ferforasi local biasanya tertahan dalam omentum atau oleh adhesi yang
ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu.ferforasi bebas lebih jarang
terjadi tetapi mengakibatkan kematian sekitar 30%
e. Pembentukan fistula
f. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu
empedu yang besar kedalam lumen usus.
g. Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porcelain.
(sumber: Buku prinsip-prinsip penyakit dalam hal: 1694)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Aktivitas dan istirahat:
Subyektif : kelemahan
Obyektif : kelelahan
Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
Eliminasi :
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine
pekat .
Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
Nyeri apigastrium setelah makan.
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini
dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung
perdarahan ( defisiensi Vit K ).
Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung
empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian
bawah.
b. Prioritas Perawatan :
Meningkatkan fungsi pernafasan.
Mencegah komplikasi.
Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan
pengobatan
c. Tujuan Asuhan Perawatan :
Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
Mencegah/mengurangi komplikasi.
Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
d. Diagnosa Perawatan:
Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/
kelelahan, ditandai dengan :
Takipneu
Perubahan pernafasan
Penurunan vital kapasitas.
Pernafasan tambahan
Batuk terus menerus
Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
Kehilangan cairan dari nasogastrik.
Muntah.
Pembatasan intake
Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
Pemasanagan drainase T Tube.
Perubahan metabolisme.
Pengaruh bahan kimia (empedu)
ditandai dengan :
adanya gangguan kulit.
Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan
dengan :
Menanyakan kembali tentang imformasi.
Mis Interpretasi imformasi.
Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
. permintaan terhadap informasi.
. Tidak mengikuti instruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Harisson 2000.Prinsip-Prinsip ilmu penyakit dalam vol 4. Jakarta : EGC
Robins Kumar. Buku ajar Patologi II, edisi 4.jakarta : EGC
Guyton & Hall,Buku ajar Fisiollogi Kedokteran .jakarta : EGC
Diagnosa Keperawatan Nanda
Johnson,Marion,dkk. 2000. Nurcing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Mcclockey C, Joanne, Gloria M Bulechek. 1996. Nurcing Intervention Classification (NIC).
Mosby