lp anemia.docx

9
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU Nama mahasiswa : Reysi Inriani NIM : 0403133898 Tanggal : 25 September 2008 Ruang Praktik : Murai II I. Diagnosa medik: Anemia II. Definisi: Anemia ialah berkurangnya secara signifikan massa sel darah merah sehingga kapasitas darah membawa oksigen menjadi berkurang (Fenstermacher& Hudson, 1997). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen kejaringan. Klasifikasi anemia: 1. Anemia aplastik Dalam anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, mengakibatkan penurunan sel prukursor semua sel darah dalam sumsum tulang. Anemia aplastik sifatnya kongenital, acquired, atau idiopatik. Diagnosa pasti dilakukan dengan biopsi sumsum tulang. Manifestasi klinis meliputi kelemahan secara bertahap, muka pucat dan nafas pendek. Pasien bisa menderita pendarahan abnormal sebagai akibat thrombocytopeni

Upload: fajri-alfiannur

Post on 11-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Anemia.docx

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESIKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS RIAU

Nama mahasiswa : Reysi InrianiNIM : 0403133898Tanggal : 25 September 2008Ruang Praktik : Murai II

I. Diagnosa medik:

Anemia

II. Definisi:

Anemia ialah berkurangnya secara signifikan massa sel darah merah sehingga

kapasitas darah membawa oksigen menjadi berkurang (Fenstermacher& Hudson, 1997).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar

hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan suatu diagnosis melainkan

pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, secara fisiologis, anemia terjadi apabila

terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen kejaringan.

Klasifikasi anemia:

1. Anemia aplastik

Dalam anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, mengakibatkan

penurunan sel prukursor semua sel darah dalam sumsum tulang. Anemia aplastik sifatnya

kongenital, acquired, atau idiopatik. Diagnosa pasti dilakukan dengan biopsi sumsum

tulang. Manifestasi klinis meliputi kelemahan secara bertahap, muka pucat dan nafas

pendek. Pasien bisa menderita pendarahan abnormal sebagai akibat thrombocytopeni

(penurunan pletelet). Pengobatan meliputi tranplantasi sumsum tulang atau terapi

immunosuppressive dengan antithymocyteglobulin (ATG).

2. Anemia defisiensi besi

Dalam jenis anemia ini, jumlah besi tubuh turun. Anemia ini disebabkan oleh

pendarahan, malabsorbsi (salah penyerapan), kekurangan makanan, menstruasi

berlebihan, dan kehamilan. Manifestasi klinis meliputi turunnya hemoglobin dan SDM.

Penderita anemia bisa kelihatan lemah, mengalami sakit lidah, irtabilitas, pusing, sulit

konsentrasi, kekurangan energi, muka pucat. Anemia ini bisa diatasi dengan mengobati

penyebabnya, dan mengganti zat besi secara farmakologis selama satu tahun. Pengobatan

meliputi besi sulfat, besi glukonate, dan besi fumarate.

Page 2: LP Anemia.docx

3. Anemia megaloblastik

Dalam anemia ini SDM membesar atau megaloblastik. Kondisi ini disebabkan oleh

kekurangan vitamin B12 atau folate.

Anemia penisiosa adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan

vit B12. vit B12 sangat penting untuk sintesa deoxyribunucleic acid (DNA). Manifestasi

klinis meliputi lemah, lesu dan pusing. Gejala utamanya adalah lidah berwarna merah

karena peradangan atau glossiti, gejala neurologisnya seperti kebingungan,

ketidakseimbangan, paresthesia perifer, disorientasi tempat. Pengobatan meliputi

penggantian vitamin B12 ( 100 mg/bulan ) untuk masa-masa berikutnya.

Kekurangan folat, tidak cukupnya masukan asam folat, lebih banyak terjadi dari

pada kekurangan vitamin B12. Kekurangan ini didapati pada klien yang jarang makan

sayur mayur atau buah mentah.

4. Sickel cell anemia (SCA)

SCA disebabkan oleh kerusakan melekul hemoglobin yang terbantuk seperti bulan

sabit. Sel berbentuk bulan sabit menyebakan oklusi vaskuler dalam kapiler dan ini

dikaitkan dengan serangan rasa sakit yang sangat. Patofisiologi SCA diakibatkan oleh

obstruksi vaskuler yang disebabkan oleh SDM sickled dan kerusakan SDM yang cepat

(hemolisis). Akibat cepatnya kerusakan SDM sickled berbentuk bulan sabit sering kali

terjadi ikterik disklera, hemolisis SDM yang cepet menyebabkan tanda kekentalan darah.

Diagnosis diperoleh dengab hemoglobin elektrophoresis. SCA belumada obatnya , tujuan

pengobatan hanya untuk mencegah kondisi-kondisi yang bisa memicu venomena sickling

dan meminimalkan gejala selama lisis sel sickle.

III. Etiologi:

1. Kekurangan vitamin B12

Pengurangan bilangan sel darah merah disebabkan kekurangan vitamin. Vitamin

B12 sangat diperlukan untuk fungsi sistem saraf dan sel darah yang normal, penghasilan

sel darah putih dan platelet

2. Penyakit kronik

Anemia terjadi akibat penyakit atau jangkitan kuman yang terlalu lama. Penyakit

menyebabkan beberapa perubahan berlaku dalam sistem pembentukan darah

(haematopoiesis) seperti memendekkan jangka hidup sel darah merah, menurunkan

jumlah besi yang terdapat dalam darah dan mengurangkan aktiviti sumsum tulang.

3. Kekurangan folat

Page 3: LP Anemia.docx

Berlaku apabila paras asid folik menjadi rendah, lazimnya disebabkan

pengambilan dari diet yang tidak mencukupi atau penyerapan tidak sempurna (semasa

hamil).folat atau asid folik penting untuk pembentukan sel darah merah dan pembesaran.

Anemia jenis ini akan menyebabkan ukuran sel darah merah luar biasa besarnya dan

dirujuk sebagai megalosit. Dalam sumsum tulang dikenali sebagai megaloblas.

4. Kekurangan zat besi

Berlaku apabila kandungan besi dalam badan terlalu sedikit yang menyebabkan

pengurangan sel darah merah dalam darah. Besi merupakan komponen penting

hemoglobin, yaitu pigmen pembawa oksigen dalam darah. Penyebab kekurangan besi

adalah seperti kandungan besi yang terlalu sedikit dalam diet, kurang penyerapan besi

oleh badan, dan kehilangan darah.

IV. Patofisiologi (Web of Caution)

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan

sel darah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal eritropoesis) dapat terjadi

akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksis, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab

yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis

(destruksi). Pada hemolisis, masalahnya dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak

sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,

yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel

darah merah akan segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi

normalnya 1 mg/dl atau kurang. Kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.

Apabila sel darah merah mengalami pengahancuran dalam sirkulasi, seperti yang

terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal jumlah > 100

mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin

(hemoglobiuria). Jadi ada tidaknya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan

informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien hemolisis

dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat hemolisis tersebut.

Page 4: LP Anemia.docx

V. Pemeriksaan Fisik

1. Kelemahan, kelelahan dan malaise

2. Membran mukosa pucat

3. Kulit dan rambut kering

4. Bentuk kuku seperti sendok dan rapuh

5. Peningkatan denyut jantung

6. Gangguan pencernaan

VI. Pemeriksaan Laboratorium/Diagnosttik/Penunjang:

Uji kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah

putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan besi. Kadar folat, vitamin B12, hitung

trombosit. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan

pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber

kehilangan darah kronis.

VII. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk

pengiriman oksigen

2. Gangguan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan

3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

VIII. Intervensi Keperawatan dan Rasional

1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk

pengiriman oksigen

Intervensi Rasional

1. Pantau TTV, kaji pengisian kapiler, warna kulit/

membran mukosa dan warna kuku

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

3. Awasi upaya pernafasan; auskultasi bunyi nafas

4. Selidiki keluhan nyeri dada

5. kaji untuk respon verbal melambat, Mudah

terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung

1. Memberikan informasi tentang keadekuatan

perfusi jaringan

2. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan

oksigenasi untuk kebutuhan seluler

3. Dispnea, gemiricik menunjukan GJK karena

regangan jantung lama

4. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan

miokardial/ potensi resiko infark

Page 5: LP Anemia.docx

6. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu

lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi

7. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau

botol air panas

Kolaborasi

1. Awasi pemeriksaan lab, mis: Hb/Ht dan jumlah

SDM, GDA

2. Berikan SDM darah lengkap/ packed, produk

darah sesuai indikasi

3. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi

5. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral

karena hipoksia atau difisiensi vitamin B12

6. Vasokontriksi (keorgan vital) menurunkan

sirkulasi perifer

7. termoreseptor jaringan dermal dangkal karena

gangguan oksigen

1. Mengidentifikasi difisiensi dan kebutuhan

pengobatan/ respon terhadap terapi

2. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen

3. Memaksimalkan transpor oksigen kejaringan

2. Gangguan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan

Intervensi Rasional

1. Kaji riwayat nutrisi

2. Observasi dan catat masukan makanan pasien

3. Timbang BB setiap hari

4. Berikan makanan sedikit tapi sering

5. Observasi dan catat kejadian mual muntah,

flatus dan gejala lain yang berhubungan

6. Berikan dan bantu higiene mulut yang baik

sebelum dan sesudah makan.

Kolaborasi

1. Konsul pada ahli gizi

2. Pantau pemeriksaan lab, mis: Hb, Ht,

BUN,protein, besi, B12dan asam folat

3. Berikan obat sesuai indikasi, mis: vitamin dan

suplemen, besi Dextran

1. Mengidentifikasi defisiensi

2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi makanan

3. Mengawasi penurunan BB

4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi

gaster

5. Gejala GI dapat menunjukan efek anemia

6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral

1. Membantu dalam membuat rencana diit

2. Meningkatkan efektivitas program pengobatan,

termasuk sumber diit nutrisi yang dibutuhkan

3. Berguna pada beberapa tipe anemia

3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan

aktivitas, catat laporan kelelahan, keletihan, dan

kesulitan melakukan aktivitas

1. Mempengaruhi pilihan intervensi

Page 6: LP Anemia.docx

2. Kaji kehilangan keseimbangan gaya jalan,

kelemahan otot

3. Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah

aktivitas

4. Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah

baring bila diindikasikan

5. Berikan bantuan dalam aktifitas bila perlu,

memungkinkan klien untuk melakukannya

sebanyak mungkin

6. Gunakan teknik penghematan energi

7. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila

palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan,

atau pusing terjadi

2. Menunjukan perubahan neurologi karena distensi

vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien

3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung

dan paru untuk membawa oksigen adekuat ke

jaringan

4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan

kebutuhan oksigen

5. Membantu bila perlu dapat meningkatkankan

harga diri bila klien melakukan sesuatu sendiri

6. Untuk mencegah kelemahan

7. Regangan/ stres kardiopulmonal berlebihan/ stres

dapat menimbulkan dekompensasi

Daftar Pustaka

Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Rerves, C. J., Roux, G.,& Lockhart, R .( 2001). keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Z. C,& Brenda, G. B .( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi

8, vol 2. Jakarta: EGC.