lp 2

8
Laporan Pendahuluan Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) TINJAUAN TEORI A. Definisi Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193). Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193). Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David C,1994) B. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain : (Roger Kirby, 1994 : 38) 1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT) Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia. 2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma. 3. Interaksi stroma - epitel

Upload: asep-ramdan

Post on 07-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lpe

TRANSCRIPT

Page 1: lp 2

Laporan Pendahuluan Benigna Prostat Hiperplasi (BPH)

TINJAUAN TEORI

A.  Definisi

Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,

disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat

meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan

uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).

Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,

disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat

meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan

uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).

Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa

hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering

menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan

adalah hyperplasia (Sabiston, David C,1994)

B.  Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai

sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi

terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.

Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang

diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain : (Roger Kirby, 1994 : 38)

1.         Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel

dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.

2.         Ketidak seimbangan estrogen – testoteron

Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen

dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat

menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.

3.         Interaksi stroma - epitel

Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan

penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma

dan epitel.

4.         Penurunan sel yang mati

Page 2: lp 2

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan

epitel dari kelenjar prostat.

5.         Teori stem cell

Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit..

C.  Anatomi dan Fisiologi Prostat

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari

uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli,

sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma

urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-

laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya

sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar

20 gram. Prostat terdiri dari :

1.      Jaringan Kelenjar                50  -  70   %

2.      30  -  50  % 

Jaringan Stroma (penyangga)

3.      Kapsul/Musculer

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang

berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan)

di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di

sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel

sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan

yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat

mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain

sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak

memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada

terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini

manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.

D.  Patofisiologi

Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami

hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam

mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini

dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan

uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk

Page 3: lp 2

dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan

perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi,

terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-

buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau

Lower Urinary Tract Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).

Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus

destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak

banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata.

Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas

miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi

tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir

seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan

meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai

timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak

berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, ke

adaan ini disebut sebagai Prostat

Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa

nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine

secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli

tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau

dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot

detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine.Retensi urine yang kronis dapat

mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)

E.  Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai

Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

1.        Gejala Obstruktif yaitu :

a.         Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan

mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli

memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna

mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.

b.         Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan

karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan

intra vesika sampai berakhirnya miksi.

c.         Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

d.        Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor

memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

Page 4: lp 2

e.         Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2.        Gejala Iritasi yaitu :

a.         Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

b.         Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi

pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.

c.         Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan

klinisnya :

1.         Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm,

sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.

2.         Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah

berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih

menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 –

40 gram.

3.         Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba,

sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.

4.         Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit

keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

F.   Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan

pada pasien dengan BPH adalah :

1.      Laboratorium

a.       Sedimen Urin

Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran

kemih.

b.      Kultur Urin

Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan

sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.

2.      Pencitraan

a.       Foto polos abdomen

Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan

kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang

merupakan tanda dari retensi urin.

b.      IVP (Intra Vena Pielografi)

Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter

atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada

buli-buli.

c.       Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)

Page 5: lp 2

Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur

sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.

d.      Systocopy

Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra

parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.

G. Pengkajian

1.      Pre op

a.       Sirkulasi : peningkatan tekanan darah

b.      Eliminasi : Distensi VU, nokturia, disuria,hematuri, konstipasi, penurunan

aliran /kekuatan/dorongan aliran urin (menetes)

c.       Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan

d.      Nyeri/kenyamanan : Nyeri supra pubis, nyeri punggung bawah

e.       Keamanan (demam)

f.       Seksualitas : Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi, pembesaran dan nyeri

tekan prostat

g.      Penyuluhan dan pembelajaran

Riwayat keluarga : kanker, HT, penyakit ginjal, penggunaan anti

hipertensi,antibiotik, alergi obat.

2.      Post op

a.       Haluaran urin : karakter dan jumlahnya

b.      Hemoragia : drainase merah terang dan bekuan dari kateter

c.       Syok

d.      Spasme kandung kemih

e.       Distensi kandung kemih ; nyeri supra pubis, peningkatan TD, takikardi,

diaforesis, gelisah.

f.       Dilusi hipernatremia : peningkatan TD, sakit kepala, disorientasi, edema

paru

g.      Dilusi hiponatremia : kelemahan otot, ketakutan, mual, muntah

h.      Hiperapnue

i.        Hipotensi

j.        Ekstravasasi urin dalam rongga abdomen

Abdomen tegang, kaku, peningkatan suhu tubuh, gagal ginjal

k.      Kateter

H.  Diagnosa Keperawatan

1.      Pre Op:

a.       Gangguan pola eliminasi urine b/d pembesaran prostat

b.      Resti infeksi b/d kateterisasi

Page 6: lp 2

c.       Nyeri b/d retensi urin akut

d.      Kurang pengetahuan b/d kurang informasi terhadap proses penyakit

2.      Post Op

a.       Nyeri b/d insisi bedah, spasme kandung kemih, retensi urin

b.      Perubahan pola eliminasi b/d reseksi pembedahan dan irigasi kandung

kemih

c.       Resti infeksi b/d kateterisasi dan insisi pembedahan

d.      Resti kekurangan cairan b/d kehilangan darah berlebih

I.     Intervensi

1.      Pre op

a.       Gangguan pola eliminasi urine b/d pembesaran prostat

KH : berkemih dengan jumlah yang adekuat tanpa adanya distensi kandung

kemih.

Intervensi :

1)      Kaji balance cairan

2)      Tentukan pola berkemih tiap hari

3)      Anjurkan klien untuk berkemih setiap 2-4 jam

4)      Anjurkan pasien diet dengan ketat

5)      Kolaborasi pemeriksaan laboratorium

b.      Resti infeksi b/d kateterisasi\

KH : suhu dalam batas normal, urin jernih warna kuning, bau khas

Intervensi :

1)   Kaji TTV tiap 4 jam

2)   Gunakan teknik steril dalam kateterisasi

3)   Pantau VU terhadap distensi

4)   Kolaborasi pemberian antibiotik

d.        Nyeri b/d retensi uris akut

KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks

Intervensi :

1)      Kaji nyeri klien

2)      Ajarkan teknik relaksasi

3)      Berikan posisi yang nyaman

4)      Kolaborasi pemberian analgesik

e.         Kurang pengetahuan b/d kurang informasi terhadap proses penyakit

KH : menyatakan pemahaman penyakit, melakukan perubahan pola hidup

Intervensi :

1)      Kaji ulang proses penyakit pengalaman pasien

2)      Dorong klien untuk menyatakan perasaannya

Page 7: lp 2

3)      Berikan informsi bahwa kondisi ini tidak ditularkan secara seksual

3.    Post op

a.         Nyeri b/d insisi bedah, spasme kandung kemih, retensi urin

KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks

Intervensi :

1)      Ajarkan teknik relaksasi

2)      Berikan posisi yang nyaman

3)      Kaji tanda nonverbal ( gelisah kening berkerut)

4)      Bantu pasien dengan posisi yang nyaman

b.         Perubahan pola eliminasi b/d reseksi pembedahan dan irigasi kandung

kemih

KH : kateter tetap paten pada tempatnya dan bekuan diirigasi keluar dari

kandung kemih dan tidak menyumbat aliran adarah melalui kateter

Intervensi :

1)      Kaji uretra/kateter suprapubis terhadap kepatenan

2)      Catat jumlah irigasi dan haluaran urin (30 ml/jam)

3)      Kaji kandung kemih terhadap retensi urin

c.         Resti infeksi b/d kateterisasi dan insisi pembedahan

KH : suhu dalam batas normal, insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi

Intervensi :

1)      Kaji TTV tiap 4 jam

2)      Gunakan teknik steril dalam intervensi

3)      Perhatikan kateter urin,laporkan bila keruh dan berbau busuk

4)      Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan bengkak, adanya kebocoran

urin tiap 4 jam

d.        Resti kekurangan cairan b/d kehilangan darah berlebih

KH : TTV normal, urin jernih, turgor kulit baik

Intervensi :

1)      Pantau dan laporkan tanda dan gejala (dingin, takikardi,hipotensi)

2)      Pantau balutan pada abdomen tiap 2 jam terhadap pendarahan

3)      Laporkan perdarahan yang hebat dan hematuri nyata pada dokter

4)      Pantau Hb dan Ht jika diinstruksikan