lp chf spt (2)
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN GAGAL JANTUNG (CHF) PADA GERIATRI
DI BANGSAL D1 RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tahap ProfesiStase Keperawatan Medikal Bedah
OLEHSRI SUPARTI
03/167861/EIK/00311
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2006
GAGAL JANTUNG
CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
A. PENGERTIAN
Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif (CHF) adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar
tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah
pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung.
Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal
jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya: demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia
dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen.
B. ETIOLOGI
Di negara – negara berkembang , penyebab tersering adalah :
1. Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal yg
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero sclerosis koroner, hipertensi
arterial dan degeneratif atau inflamasi.
2. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya
miokardium (kardiomiopati iskemik) karena terganggunya aliran darah keotot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan as. Laktat. Infark miokard biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Penyebab paling sering adalah kardiomiopati
alkoholik, miokarditis viral (termasuk infeksi HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa
penyebab pasti (kardiomiopati idiopatik).
3. Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatka beban kerja
jantung mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi
miokard) dianggap sebagai kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung,
karena alas an yg tidak jelas hipertropi otot jantung dapat berfungsi secara normal,
akhirnya terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif b/d gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (mis; tamponade pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis
katup AV), atau pengosongan jantung abnormal (mis; insuf katup AV). Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi Maligna)
dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertropi miokardial.
6. Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia
dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis (respiratorik / metabolic) dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung
akan terjadi dengan sendirinya secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan
efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
C. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung
dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir
diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika
kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel . Cardiac output pada saat istirahat
masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama /kronik
akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul
edema paru atau edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini
akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi
itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu , takikardi dan peningkatan
kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan
penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi
ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler
perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas
simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin –
angiotensin - aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler
perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan
cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi
cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan
tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik
dan vasodilator.
Gagal jantung pada masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor :
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan b/d perubahan panjang regangan serabut jantung
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Secara ringkas dapat dilihat pada bagan berikut:
Peningkatan regangan miokard
↓ Hipertropi miocard pe O2 miokard u/ kompensasi
↓ Penurunan kontraksi jantung ktdk seimbangansuplai & kebut.
O2 moikard
↓ pe kebut. O2 penurunan kardiak output : injuri, iskemik, infark pe aktivitas simpatik pe renin angiotensin PK: Aritmia pe aldosteron pe ADHPe↑an proload dan afterload
Efek kedepan : oliguri, kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
Vasoknstriksi retensi cairan dan Na Efek kebelakang:pembuluh darah odem paru Dispnu, pe RR Gg. Pertkran odem ekstremitas gas pe JVP Kelebihan V. Cairan
D. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
Kelas I : bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Kelas II : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas
sehari-hari
Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas IV ; bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
2. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat gagal
jantung
3. Peningkatan desakan vena pulmonal dapat menyebabkan cairan mengalir dari
kapiler paru kealveoli, akibatnya terjadi edema paru, ditandai oleh batuk dan sesak
nafas,
4. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum
dan penambahan berat badan.
5. Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan,
intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.
6. Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal
menyebabkan sekresi aldosteron, retensi Na dan cairan, serta peningkatan volume
Gagal jantung ada dua yaitu gagal jantug kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan
dan ventrikel kiri dapat mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
1. GAGAL JANTUNG KIRI :
Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi peningkatan
tekanan sirkulasi paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan paru. Tandanya :
(dispnu, batuk, mudah lelah, tachikardi, bunyi jantung S3, cemas, gelisah).
Dispnu karena enimbunan cairan dalam alveoli, ini bias terjadi saat istirahat /
aktivitas.
Ortopnu : kesulitan bernafas saat berbaring, biasanya yg terjadi malam hari
(paroximal nocturnal dispnu / PND)
Batuk : kering / produktif, yang sering adalah batuk basah disertai bercak darah
Mudah lelah : akibat curah jantung < menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga meningkatnya
energi yg digunakan.
Gelisah dan cemas : akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas.
2. GAGAL JANTUNG KANAN
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan adekuat
sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting edema),
penambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan cairan dalam
rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.
Edema ; mulai dari kaki dan tumit, bertahap keatas tungkai dan paha akhirnya
kegenalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Pitting edema : edem dg penekanan ujung jari
Hepatomegali : nyeri tekan pada kanan atasabdomen karena pembesaran vena
dihepar.
Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan
pada diafragma dan distress pernafasan.
Anoreksia dan mual : terjadi karena desakan vena dan stasis vena dalam rongga
abdomen
Nokturia : ingin kencing malam hari terjadi karena ferfusi renal didukung oleh posisi
penderita saat berbaring. Diuresis terbaik pada malam hari karena curah jantung akan
membaik dg istirahat.
Lemah : karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan
produk sampah katabolisme yg tidak adekuat dari jaringan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal jantung
output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung lainnya
2. Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
3. Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan
azotemia prerenal
4. Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
5. Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi tirotoksikosis
atau mieksedema tersembunyi
6. Pemeriksaan EKG
7. Radiografi dada
8. Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan
analisis gerakan dinding regional
9. Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas yang
terkena.
G. KOMPLIKASI
1. Kematian
2. Edema pulmoner akut
H. PENATALAKSANAAN
1. Koreksi sebab – sebab yang dapt diperbaiki , penyebab – penyebab utama yang
dapat diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi
miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output tinggi.
2. Diet dan aktivitas, pasien – pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium atau
5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
3. Terapi diuretic
4. Penggunaan penghambat sistem rennin – angiotensin – aldosteron
5. Terapi beta blocker
6. Terapi glikosida digitalis
7. Terapi vasodilator
8. Obat inotropik positif generasi baru
9. Penghambat kanal kalsium
10. Atikoagulan
11. Terapi antiaritmia
12. Revaskularisasi koroner
13. Transplantasi jantung
14. Kardoimioplasti
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Penurunan kardiak output b.d. perubahan kontraktilitas
2. Intoleransi aktifitas b.d. ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
3. Pola nafas tidak efektif b.d. kelemahan
4. Kelebihan volume cairan b.d. kelemahan mekanisme regulasi
5. Risiko infeksi b.d. prosedur invasive, penurunan imunitas tubuh
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit gagal jantung b.d.
kurangnya sumber informasi.
7. Deficit self care b.d kelemahan, penyakitnya
J. RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas
NOC:Setelah dilakukan askep 3x24 jam Klien menunjukkan respon pompa jantung efektif, Kriteria Hasil: - menunjukkan
V/S dbn (TD, nadi, ritme normal, nadi perifer kuat)
- melakukan aktivitas tanpa dipsnea dan nyeri
- edema ekstremitas berkurang
- perfusi perifer adekuat
Cardiac care: akut- Kaji v/s, bunyi,
fkekuensi, dan irama jantung.
- Kaji keadaan kulit (pucat, cianois)
- Pantau seri EKG 12 lead
- Catat urine output- Posiskan pasien
supinasi dg elevasi 30 derajat dan elevasi kaki
- Berikan oksigen.- Ciptakan lingkungan
yang kondusif untuk istirahat
Monitoring vital sign- Pantau TD, denyut
nadi dan respirasi
Monitoring neurologikal- Kaji perubahan pola
sensori- Catat adanya letargi
dan cemas
Manajemen lingkungan- Cptakan lingkungan
ruangan yang nyaman- Batasi pengunjung
Masih adanya irama gallop, krackels, takikardi mengindikasikan gagal jantung
Pengeluaran urine kurang dari 30 ml/jam menunjukkan ↓curah jantung
2 Intoleransi aktivitas B.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2
Setelah dilakukan askep 3x24 jam Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dgn KH: - Klien mampu
aktivitas minimal
- Kemampuan aktivitas meningkat
Terapi aktivitas :- Kaji kemampuan ps
melakukan aktivitas- Jelaskan pada ps manfaat
aktivitas bertahap- Evaluasi dan motivasi
keinginan ps u/ meningktkan aktivitas
- Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
Monitoring V/S- Pantau V/S ps sebelum,
Menentukan sejauh mana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Mengetahui peningkatan
secara bertahap- Tidak ada
keluhan sesak nafas dan lelah selama dan setelah aktivits minimal
v/s dbn selama dan setelah aktivitas
selama, dan setelah aktivitas selama 3-5 menit.
Energi manajemen- Rencanakan aktivitas saat ps
mempunyai energi cukup u/ melakukannya.
- Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
Manajemen nutrisi- Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-sumber energi
Emosional support- Berikan reinfortcemen
positip bila ps mengalami kemajuan
V/S terlalu mencolok / tidak
Aktivitas memerlukan energi yang cukup agar ps tidak lemah
3 Pola nafas tidak efektif b.d. kelemahan
NOC:Setelah dilakukan Akep 3x 24 jam, pola nafas pasien menjadi efektif.Criteria hasil:menunjukkan pola nafas yang efektif tanpa adanya sesak nafas, sesak nafas berkurang
Respiratory monitoring:- Monitor rata-rata irama,
kedalaman dan usaha untuk bernafas.
- Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot Bantu dan retraksi dinding dada.
- Monitor suara nafas- Monitor kelemahan otot
diafragma- Catat omset, karakteristik
dan durasi batuk- Catat hail foto rontgen
Mengetahui keefektifan pernafasan
Untuk mengetahui penggunaan otot bantu pernafasan
Mengetahui penyebab nafas tidak efektif
4 Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
NOC:Setelah dilakukan askep 3x24 jam pasien akan menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit denganKriteria hasil:- V/S dbn- Tidak
menunjukkan peningkatan JVP
- Tidak terjadi dyspnu, bunyi nafas bersih, RR; 16-20 X/mnt
- Balance cairan adekuat
Fluit manajemen:- Kaji lokasi edem dan luas
edem- Atur posisi elevasi 30-45
derajat- Kaji distensi leher (JVP)- Monitor balance cairanFluid monitoring- Ukur balance cairan / 24 jam
atau / shif jaga- Ukur V/S sesuai indikasi- Timbang BB jika
memungkinkan- Awasi ketat pemberian
cairan- Observasi turgor kulit
(kelembaban kulit, mukosa, adanya kehausan)
- Monitor serum albumin dan protein total
- Monitor warna, kualitas dan
- Bebas dari edema
BJ urine
5 Risiko infeksi
Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dibuktikan dengan status imune klien adekuat,mendeteksi risiko dan mengontrol risiko
Konrol infeksi :- Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain.- Pertahankan teknik isolasi.- Batasi pengunjung bila
perlu.- Intruksikan kepada keluarga
untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
- Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
- Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
- Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
- Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
- Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
- Tingkatkan intake nutrisi.- berikan antibiotik sesuai
program.
Proteksi terhadap infeksi- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.- Monitor hitung granulosit
dan WBC.- Monitor kerentanan terhadap
infeksi..- Pertahankan teknik aseptik
untuk setiap tindakan.- Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
- Ambil kultur jika perlu- Dorong masukan nutrisi dan
cairan yang adekuat.- Dorong istirahat yang cukup.- Monitor perubahan tingkat
energi.- Dorong peningkatan
mobilitas dan latihan.- Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai program.
Kondisi lingkungan memberikan pengaruh yang penting dalam terjadinya infeksi.Penularan infeksi dapat melalui pengunjung yang mempunyai penyekit menular.Tindakan antiseptik dapat mengurangi pemaparan klien dari sumber infeksi.Pengunaan alat pengaman dapat melindungi klien dan petugas dari tertularnya penyakit infeksi.Perawatan luka setiap hari dapat mengurangi terjadinya infeksi serta dapat untuk mengevaluasi kondisi luka.
Penemuan secara dini tanda-tanda infeksi dapat mempercepat penanganan yang diperlukan sehingga klien dapat segera terhindar dari resiko infeksi atau terjadinya infeksi dapat dibatasi.Pengguanan teknik aseptik dan isolasi klien dapat mengurangi pemaparan dan penyebaran infeksi.Kemerahan, panas dan produksi dari luka mengidikasikan terjadinya infeksi.Satus nutrisi yang adekuat, istirahat yang cukup serta mobilisasi dan latihan yang teratur dapat meningkatkan percepatan.Konsumsi antibiotik sesuai
- Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
- Laporkan kecurigaan infeksi.- Laporkan jika kultur positif.
program dapat mengurangi resiko resistensi kuman.
6 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya
Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam, pengetahuan klien meningkat.Knowledge : Illness CareKriteria :Diit : 5Proses penyakit 4Konservasi energi : 5Kontrol infeksi : 5Pengobatan : 5Aktivitas yang dianjurkan : 5Prosedur pengobatan : 5Regimen/aturan pengobatan : 5Sumber-sumber kesehatan : 5Manajemen penyakit : 5
Teaching : Dissease Process- Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang proses penyakit
- Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin
- Sediakan informasi tentang kondisi klien
- Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan klien
- Sediakan informasi tentang diagnosa klien
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
- Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
- Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
- Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
- Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
- Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
- Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
- Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
- kolaborasi dg tim yang lain.
Dengan pengetahuan yang cukup maka keluarga mampu mengambil peranan yang positif dalam program pembelajaran tentang proses penyakit dan perawatan serta program pengobatan.
7 Defisit Self care b.d
Setelah dilakukan asuhan
Bantuan perawatan diri - Monitor kemampuan pasien Bantuan perawatan diri
kelemahan, penyakitnya
keperawatan 3x24 jam kebutuhan ps sehari hari terpenuhi dengan criteria hasil : Pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari makan, moblisasi secara minimal, kebersihan, toileting dan berpakaian bertahap
Kebersihan diri pasien terpenuhi
terhadap perawatan diri- Monitor kebutuhan akan
personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan
- Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
- Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
- Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
- Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.
dapat membantu klien dalam beraktivitas dan melatih pasien untuk beraktivitas kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.2. Cetakan I,
EGC. Jakarta
Guyton, Athur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis, Volume II, Edisi VI, EGC, Jakarta
Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book. St.
Louis
Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St. Louis
Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002.
NANDA
NANDA International, 2001, Nursing Diagnosis Classification 2005 – 2006, USA
Waspadji. A, Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
PATHWAY
Disritmia malfungsi katup rupture miokard abnormalitas otot jantung
Kegagalan perfusi atrium/ventrikel kanan curah jantung Intoleransi aktivitas
Cepat lelah, kelemahan, letargi aliran balik kevena sistemik perfusi jaringan konsentrasi sulit, cpt lelah, Defisit self care kelemahan, letargi.
bendungan vena aliran darah keginjal hati vena Ilenaltasistemik tekanan vena jugularisTekanan Retensi Na & Air Bendunan vena porta& Splenomegali Bendungan vena hepatica
Odema, asites Odema Hepatomegali Gg. Retikulo endotella system
Tekanan pd abdomen
Kelebihan volume cairan
Anoreksia, mual, muntah Risiko infeksi
Pola nafas tidak efektif Ketidaksembangan nutrisi