2.isi lp injeksi im

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006). Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk obat yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian parenteral yang paling umum adalah intra vena, intra muscular, subcutan, intracutan dan intra spinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain (Perry Potter, 2006). Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada 1

Upload: alif-rusdi

Post on 22-Dec-2015

473 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

nursing

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala

atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi

macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan

sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah

pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006).

Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang biasa diberikan dengan

berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk obat

yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membrane

mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian parenteral yang paling umum

adalah intra vena, intra muscular, subcutan, intracutan dan intra spinal. Pada

umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang

lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak dapat diajak

bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara

pemberian yang lain (Perry Potter, 2006).

Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat

yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk

mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek

terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak

hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi

menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan (Perry Potter, 2006).

Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat

dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau

respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan

berdasarkan pengetahuan (Perry Potter, 2006).

1

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan tindakan injeksi Intra muscular (IM)

secara benar dan tepat sesuai dengan langkah - langkah.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengkaji data pasien

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa

3. Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah -

langkah

4. Mahasiswa dapat meng-evaluasi tindakan yang akan dilakukan

5. Mahasiswa dapat memberikan KIE kepada pasien

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi pemberian Obat secara Parenteral

Istilah Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti

disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan

obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa.

Karena rute ni di sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu

kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi dari

sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian

yaitu intra muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra spinal, dan intra

dermal (Ganiswara, 2005).

Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil,

sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang

biasa diberikan secara intra vena.

2.1.1 Macam - macam Injeksi  Parenteral

a) Injeksi IM (Intra muskular)

Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian

obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot.

b) Injeksi SC  (Subcutan)

Menyuntikkan obat di bawah kulit.

c) Injeksi IC  (Intracutan)

Memberikan obat ke dalam jaringan kulit (epidermis).

d) Injeksi  IV (Intra Vena)

Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh darah (ke

dalam vena).

e) Injeksi Intra arteri

Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk

“membanjir”suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang

sangat cepat di-inaktifkan atau terikat pada jaringan.

3

f) Injeksi Intra lumbal

    Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang),

intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural,

intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah

beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung

ke tempat yang diinginkan.  

2.1.2 Keuntungan Obat Secara Parenteral

Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan

pemberian per oral.

Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar

atau muntah – muntah.

Sangat berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009).

2.1.3 Kerugian Pemberian Secara Darurat

Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih

teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang

sudah terlatih.

Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek

fisiologisnya.

Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa

penyakit seperti infeksi jamur, bakteri, sehingga interaksinya tidak

bisa dikendalikan.

Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan

beberapa masalah dalam sterilisasi partikulasi, pirogenitasi,

sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati, 2009).

2.2 Prosedur Pemberian Obat

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau

binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap

berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh (Musrifatul Uliyah, 2008).

4

2.2.1 Standar Obat

Terdiri dari 2 aspek, yaitu :

a) Kemurnian, yaitu suatu keadaan dimiliki obat karena unsure

keasliannya tidak ada pencampuran, dan standar potensi yang baik.

b) Bioavailabilitas, berupa keseimbangan obat, keamanan dan

efektivitas standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar

menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri. (Musrifatul

Uliyah, 2008).

2.2.2 Efek Obat

Terdiri dari 2 efek, yaitu :

1. Efek terapeutik

Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diberikan

sesuai kandungan obatnya.

Terdiri dari :

a. Efek paliatif : mengurangi gejala.

b. Efek kuratif : efek pengobatan.

c. Efek suportif : menaikkan fungsi atau respons tubuh.

d. Efek substitutive : berefek sebagai pengganti.

e. Efek kemoterapi : mematikan/menghambat.

f. Efek restorative : memulihkan fungsi tubuh yang sehat.

2. Efek samping

Yaitu dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal dan

bahkan bisa membahayakan, seperti adanya alergi, toksisitas

(keracunan), penyakit tetragenik, kegagalan dalam

pengobatan, dll.

2.2.3 Prinsip Pemberian Obat

1. Tepat Informasi

Perawat haruslah mengetahui semua hal mengenai status

pasien dan obat yang akan diberikan.

5

2. Tepat Obat

Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis

harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni

ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat

diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ke tempat

penyimpanan.

3. Tepat Kadaluarsa

Sebelum mengambil obat petugas medis harus

memperhatikan tanggal kadaluarsa obat sebanyak tiga kali, masih

layakkah untuk dipakai ? atau tidak.

4. Tepat Dosis

            Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka

penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat

standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur,

spuit, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian,

penghitungan dosis benar untuk diberikan kepada pasien.

5. Tepat Pasien

            Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien

yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi

kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register, alamat,

dan program pengobatan pada pasien.

6. Tepat Jalur Pemberian (Rute)

Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek

sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya

adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label yang

ada sebelum memberikannya ke pasien.

6

7. Tepat Waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu

yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang

dapat menimbulkan efek terapi dari obat.  

8. Tepat Dokumentasi

Mencatat semua proses langkah-langkah pemberian obat

(Musrifatul Uliyah, 2008).

2.3 Pemberian Obat Melalui Intra Muskular (Im)

2.3.1 Definisi

Pemberian obat melalui intra muskular merupakan pemberian obat

dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot.

2.3.2 Lokasi Penyuntikan

Tempat atau lokasi suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-

saraf atau pembuluh darah utama. Tempat-tempat yang lazim digunakan

antara lain di dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi

berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas).

Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk

suntikan intra muscular adalah superempat bagian atas luar otot gluteus

maximus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi sebaiknya

paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal, dan 2 ml di daerah

deltoid. Tujuannya adalah agar absorbsi obat dapat lebih cepat

(Formulasisteril.blogspot.com).

2.3.3 Teknik Pemberian obat secara IM

Rute intra muscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih

cepat dari pada rute SC/subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak

terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat

7

memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko

menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan

jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan

SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan mempengaruhi

pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o (Perry,

Potter, 2006)

2.3.4 Indikasi Penyuntikan

1. Pada pasien yang memerlukan penyuntikan IM

2. Atas perintah dokter

2.4 Langkah-Langkah Tindakan Injeksi Intra Muscular

1. Tahap Prainteraksi

a. Cek catatan perawat dan catatan medis klien

b. Persiapan Alat

Bak instrument kecil yang telah berisi alas.

Sarung tangan bersih yang bersih satu pasang.

Jarum pengambil obat.

Spuit 3 cc

Obat yang sudah ditentukan.

Kapas alkohol dalam tempatnya.

Bengkok.

Buku catatan injeksi.

Alat tulis.

Safety box (Jarum dan spuit).

Larutan klorin0,5 % dalam tempatnya.

Handuk kecil cuci tangan.

Sampah medis & non medis.

2. Tahap Orientasi

Memberi salam pada pasien.

Mengenalkan diri pada klien /keluarga.

Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan.

Memberi prosedur tindakan.

8

3. Tahap Kerja

Menyiapkan alat-alat dengan rapi, mendekatkan ke pasien, menutup

lingkungan untuk menjaga privasi pasien.

Menanyakan pada pasien apa pernah alergi obat atau pernah

mengalami gangguan pembekuan darah.

Membaca daftar obat pasien.

Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering.

Melarutkan obat bila obat masih dalam bentuk serbuk.

Mengisi spuit dengan obat sesuai dengan dosis.

Mengeluarkan udara dalam spuit dan langsung dibawa ke dekat

pasien.

Membaca kembali pemberian obat dan dicocokkan dengan nama

pasien atau langsung tanyakan namanya kepada pasien yang

bersangcutan.

Mengatur posisi pasien sesuai dengan kondisi.

Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien.

Menentukan tempat penyuntikan.

Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.

Coccygeus kemudian dibagi tiga kuadran dan diambil satu pertiga

dari SIAS.

Pada otot pangkal lengan (muskulus deltoideus).

Pada otot paha bagian luar, yaitu sebelah luar satu per tiga.

 Mendesinfeksi dengan kapas alcohol lembab pada daerah yang akan

disuntik dari dalam keluar.

Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu

jari.

Menusukkan jarum seluruhnya dengan posisi tegak lurus dengan

cepat.

Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan

pastikan tidak ada darah yang keluar.

Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan-lahan.

9

Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol

dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.

Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi

dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.

Merapikan pasien (anjurkan pasien untuk berbaring ± 3 menit) dan

lingkungan.

Spuit disepul dengan larutan klorin lalu spuit dipisahkan dengan jarum

dibuang di safety box.

Merapikan dan membuang sampah pada tempatnya.

Perawat mencuci tangan.

4. Tahap terminasi

Melakukan evaluasi tindakan

Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

Mengakhiri kegiatan

Membereskan alat

Mencuci tangan mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

5. Tahap dokumentasi

Mencatat hasil kegiatan dan reaksi klien.

Mencatat waktu pemberian obat.

Jenis obat yang diberikan.

Nama perawat yang melakukan tindakan.

10

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Biodata pasien

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Hari/Tanggal                    : Senin , 06 Desember 2012

Jam                                   : 16.00 WIB

Tempat                             : Laboratorium STIKES Pemkab Jombang

Pembimbing lapangan   : Ratna Puji Priyanti S.Kep, Ns.

Oleh                                 : Iffah Desi R.

5. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya

a. Persiapan alat

Spuit 3cc

Handscoon

Aquades

Kapas alkohol dalam tempatnya

Bengkok

Tempat sampah

Buku catatan dan alat tulis

R/ Memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan tindakan,

tanpa ada alat  yang lupa dibawa

b. Persiapan pasien

11

Nama : Ny. T

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

No.Reg : 110601067

Berat badan : 43 kg

Tinggi badan : 150 cm

Memberi salam pada pasien

R/ Menghormati pasien dan memberi kesan awal yang baik pada

pasien.

Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah

disediakan

c. Langkah-langkah tindakan

Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan

sabun dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.

R/ menghilangkan kuman sebagai tindakan antiseptic dan

mencegah terjadinya infeksi silang.

Memperhatikan lingkungan pasien.

R/ menjaga privasi pasien.

Melakukan anamnese pada pasien.

   R/ memastikan biodata pasien.

Melakukan pengukuran tekanan darah pasien, digunakan sebagai

acuan untuk melakukan tindakan penyuntikan, catat hasilnya di list

pasien.

Membuka spuit dari kemasan.

Membuka tutup obat, mendesinfeksi dengan kapas alcohol.

R/ Agar tutup obat dalam keadaan bersih terhindar dari

mikroorganisme.

Mengisi spuit dengan obat.

R/ Memasukkan obat yang akan disuntikan sesui dengan dosis

pemberian

Mengeluarkan udara dalam spuit.

R/ Agar udara tidak masuk ke dalam jaringan tubuh dan mencegah

terjadinya emboli.

Menganjurkan pasien untuk berbaring pada tempat yang telah

disiapkan.

Mengatur posisi pasien dan membebaskan daerah yang akan

disuntikkan dari pakaian pasien.

R/ Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan.

12

Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan

menarik garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3

bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari SIAS.

R/ Untuk mendapatkan lokasi penyuntikan yang tepat.

Mendesinfeksi bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol.

R/ sebagai tindakan antiseptik untuk menghindari masukkannya

mikro organisme dalam tubuh.

Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk & ibu

jari.

   R/ mengurangi rasa sakit pada saat penyuntikan.

Memasukkan jarum seluruhnya ke posisi tegak lurus 900 dan cepat.

R/ agar penyuntikan tepat pada jaringan otot.

Memasukkan obat secara perlahan – lahan.

       R/ Agar pasien tidak sakit ketikan obat dimasukkan.

Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas

alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.

R/ untuk mengurangi rasa sakit pada daerah yang disuntik.

Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi

dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.

R/ agar pasien mengerti dan tahu bahwa tindakan telah selesai

dilakukan.

Merapikan baju pasien dan menata lingkungan.

R/ membantu pasien dan memberikan lingkungan yang nyaman.

Mengembalikan alat pada tempatnya.

R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan tindakan

selanjutnya.

Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit

dibuang ke sampah medis.

Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara

menggunakan 7 langkah dan dikeringkan dengan handuk kering

dan bersih.

13

R/ menghilangkan kuman setelah bersentuha dengan kulit pasien

sebagai tindakan aseptik.

Mencatat tindakan yang sudah dilakukan.

R/sebagai dokumentasi.

Memberi tahu jadwal kembali pasien.

7. Hasil tindakan

-  klien merasa lega dan puas

-  Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing

BAB IV

PEMBAHASAN

14

1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi

alas, Sedangkan di lapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan

alat antara teori dan praktek di lapangan ada kesenjangan,  ke-efisiensi waktu

dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab

terjadinya kesenjangan.

2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

Bidan tidak memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu

dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab

terjadinya kesenjangan tersebut.

3. Pada saat melakukan tindakan

a) Setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci

tangan, tetapi hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan

sudah ada pasien lain yang menunggu dan untuk keefisienan waktu.

Selain itu handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan bukan

handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali digunakan

untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan,

untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu

memperkenalkan diri pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan

dengan tujuan efisiensi waktu.

b) Menurut teori dalam pengambilan obat dilakukan dengan jarum

tersendiri yaitu jarum no.23 dan spuit 3 cc, digunakan untuk aspirasi

udara saat penyuntikan. Sedangkan di lapangan tidak memakai jarum

no.23 dan spuit 3 cc, dikarenakan spuit yang digunakan memakai

spuit disposibble.

c) Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan

larutan clorin sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak

dilakukan karena spuit langsung dibuang di safety box. Karena spuit

yang digunakan memakai spuit disposibble.

d) Menurut teori pada saat kita melakukan tindakan penyuntikan kita

mengaspirasi dulu sedangkan kalau praktek di lapangan tidak

mengasiprasi karena spuit yang dipakai sudah terisi penuh oleh obat.

15

BAB V

PENUTUP

16

5.1      Kesimpulan

a) Pasien yang di periksa adalah Tn M usia 19 tahun.

b) Dalam melakukan tindakan pengukuran tekanan darah tersebut ada

beberapa kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada

praktik di lapangan.

c) Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing,

pasien merasa lega dan puas.

5.2      Saran

a) Lahan Praktek

Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu

pelayanan dan konseling .

b) Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan,

lebih banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan

menerapkan tindakan sesuai dengan teori.

c) Institusi

Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan

dapat menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang

sering dijumpai dalam lahan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

17

Cheklist Laboratorium Keperawatan, Stikes Pemkab Jombang. 2007.

Potter, Perry. Ganiswara. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Famakologi,

FKUI.

Ratna Ambarwati, Eni. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.

Kawan Pustaka.

Uliyah, Musrifatul dkk. 2008. Ketrampilan  Dasar Praktik Klinik. Jakarta :

Salemba Medika.

Saifudin, Abdul Bani. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tjay, T.H. 2009. Faktor Patofisiologi .

Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara pemberian terhadap

absorbsi obat.

18