lp nyeri 2

24
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI DISUSUN OLEH : RUKAMAH 13040126

Upload: indah-sari

Post on 21-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP NYERI 2

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI

DISUSUN OLEH :

RUKAMAH

13040126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES AN NUR PURWODADI

2013/2014

Page 2: LP NYERI 2

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar

1. Definisi nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat

individual. Dikatakan bersifat individu karena respon individu terhadap

sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.

Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien.

(Asmadi, 2008)

Sedangkan menurut (Hidayat, 2006), nyeri adalah pengalaman

sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang aktual dan potensial, disamping itu nyeri adalah apapun

yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya,

yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial.

2. Fisiologi Nyeri

Menurut Perry & Potter (2006), ada tiga jenis sel saraf dalam

proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori,

serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron

motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang

menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan

otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang

merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang

berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.

Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan

zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin,

leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan

mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak

Kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat

memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus

sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem

Page 3: LP NYERI 2

neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir

pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan

ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada

sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari

reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat

interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan,

menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan

atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini

disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan

semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras

asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini

berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup

gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem assenden menutup gerbang

untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Mubarak, 2007).

3. Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)

Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana

nocireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal

berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,

namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Asmadi,

2008).

Teori gate control mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur

atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.

Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan

nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut

kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A

dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi

impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat

Page 4: LP NYERI 2

mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang

melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan

berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.

Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat

menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan

menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari

serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut

dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri

dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang

memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen,

seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal

dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan

pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Perry &

Potter, 2006).

4. Klasifikasi Nyeri

Menurut Hidayat (2008), nyeri diklasifikasikan berdasarkan durasinya

yaitu:

a. Berdasarkan Lokasi / Letak

1) Cutaneus / superfisial

yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya

terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh : Terkena ujung pisau

atau gunting, jarum suntik.

2) Deep somatic / nyeri dalam

yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon

dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus.

Contoh : Sensasi pukul, sensasi terbakar misalnya ulkus lambung.

3) Nyeri Alih

merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak

organ tidak memiliki reseptor, biasanya nyeri terasa di bagian

Page 5: LP NYERI 2

tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan

berbagai karakteristik. Contoh : Infark miokard yang menyebabkan

nyeri alih ke rahang, lengan kiri, dan bahu kiri, batu empedu yang

dapat mengalihkan nyeri ke selangkangan.

4) Radiasi

Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang

lain. Biasanya nyeri terasa seakan menyebatr ke bagian tubuh

bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi

intermitten atau konstan.Contoh : Nyeri punggung bagian bawah

akibat diskus intravetebral yang ruptur disertai nyeri yang

meradiasi sepanjag tungkai dari iritasi saraf skiatik

b. Berdasarkan penyebabnya

1) Fisik : Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur).

2) Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,

bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh:

orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya),

Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut.

c. Berdasarkan lama/durasinya

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan kumpulan pengalaman yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi

serta berkaitan dengan respon autonomi psikologi dan perilaku.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah situasi atau keadaan pengalaman

nyeri yag menetap atau kontinyu selama beberapa bulan atau tahu

setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit atau injuri.

karakteristiknya adalah nyeri dalam skala berat, dan intensitas

nyeri sukar diturunkan.

Page 6: LP NYERI 2

Perbedaan nyeri akut dan kronis

Nyeri akut Waktu : kurang dari 6 bulan Daerah nyeri terlokalisasi Nyeri terasa tajam seperti ditusuk-tusuk,

disayat, dicubit dll Respons sistem saraf simpatis : takikardi,

peningkatan respirasi, peningkatan TD, pucat, lembap, berkeringat dan dilatasi pupil

Penampilan klien tidak tampak cemas, gelisah, dan terjadi ketegangan otot

Nyeri kronik Waktu : lebih dari 6 bulan Daerah nyeri menyebar Nyeri terasa tumpul seperti ngilu,

linu, dll Respon sistem saraf parasimpatis :

penurunan TD, bradikardi, kulit kering, panas dan pupil konstriksi

Penampilan klien tampak depresi dan menarik diri

5. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Menurut Perry & Potter (2006), faktor yang mempengaruhi respon nyeri

adalah :

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana

anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak belum bisa

mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri

pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah

patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung

memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri

adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau

mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

b. Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam

merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh: tidak

pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, sedangkan wanita boleh

mengeluh nyeri dalam situasi yang sama).

Page 7: LP NYERI 2

c. Kultur

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan

memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan

lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien

berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang

mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang

lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji

nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam

menghilangkan nyeri pasien.

d. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan

meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua

keadaaan. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat

mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi

nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri

adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas.

e. Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap

pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa

pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau

tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan positif pasien

tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau

intervensi lainnya.

f. Pengalaman masa lalu

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri

yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa

menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih

sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda

sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah.

g. Pola koping

Page 8: LP NYERI 2

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi

nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan

seseorang mengatasi nyeri.

h. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan

perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang

yang di cintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

6. Penilaian dan Pengukuran Nyeri

Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien

menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul,

berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat didekati dengan

menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC

bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri.

Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan

nyeri klien (Asmadi, 2008) :

a. Face Pain Rating Scale

b. Skala intensitas nyeri deskritif

c. Skala identitas nyeri numerik

Page 9: LP NYERI 2

d. Skala analog visual

e. Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

7. Managemen Nyeri

a. Managemen Farmakologi

Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang

digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-

obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling sering

Page 10: LP NYERI 2

diberikan oleh perawat dengan kolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga

kelompok obat nyeri yaitu (Tarwoto & Wartonah, 2006):

1) Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)

Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang

terutama asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik,

analgetik dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan

Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering

digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS

menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera melalui

inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat. .

2) Analgesia opioid

Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan

dalam penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan

berat. Obat-obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri

pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan salah

satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.

3) Adjuvan / Koanalgetik

Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek

komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula

dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat ini adalah

Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin).

b. Managemen Non-Farmakologi

Terapi non-farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni

dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan

berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri

saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah (Tarwoto

& Wartonah, 2004):

1) Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada

sesuatu selain nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi

visual, misalnya membaca atau menonton televisi, Distraksi

Page 11: LP NYERI 2

auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya

menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain

puzzle.

2) Hypnosis-diri

Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri

melalui pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan

sugesti dari dankesan tentang perasaan yang rileks dan damai.

Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian

ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan

respons tertentu bagi mereka

3) Stimulas Kutaneus

Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang

dilakukan untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat,

kompres panas atau dingin dan stimulasi saraf elektrik transkutan

(TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya

menurunkan persepsi nyeri.

4) Massase

Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan

gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase

adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks

lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas

bagian tubuh yang nyeri.

5) Terapi Hangat dan Dingin

Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi

reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor). Terapi dingin dapat

menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor

nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan.

Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat

mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.

Page 12: LP NYERI 2

6) Relaksasi pernafasan

Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien

bagaimana cara melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) No registrasi :

2) Nama :

3) Umur :

4) Jenis kelamin :

5) Alamat :

6) Agama :

7) Status perkawinan:

8) Pendidikan :

9) Tanggal waktu datang................ orang yang

dihubungi..................telepon

Diterima dari ................... Rumah Sakit ..............datang

sendiri.............lain-lain

b. Riwayat keperawatan

1) Keluhan utama

2) Riwayat kesehatan Sekarang

3) Riwayat Kesehatan masa Lalu

4) Riwayat kesehatan keluarga

5) Riwayat kesehatan lingkungan

6) Riwayat psikologi

Page 13: LP NYERI 2

7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

c. Riwayat nyeri

1) Lokasi nyeri :

2) Intensitas nyeri : skala nyeri....... (1-10)

3) Kualitas nyeri : ( )dipukul-pukul ( ) ditusuk-tusuk ( ) lainnya.

4) Pola nyeri :

waktu awitan ......

durasi .......

apakah nyeri berulang ? ( )ya ( ) tidak

kapan nyeri terakhir kali muncul?..............

5) Faktor presipitasi : ( )aktifitas fisik berat ( ) faktor lingkungan

( )stressor fisik ( )emosional

6) Gejala : ( )mual ( )muntah ( )pusing ( )diare

( )lainnya............

7) Pengaruh pada aktifitas sehari-hari:

Tidur :

Nafsu makan :

Konsentrasi :

Pekerjaan :

Hubungan interpersonal:

Aktifitas dirumah:

8) Sumber koping :

9) Respon afektif:

d. Observasi respon perilaku dan fisiologis

Respon non verbal yang bisa dijadikan indikator nyeri salah satu yang

paling utama adalah ekspresi wajah :

( ) menutup mata rapat-rapat ( ) membuka mata lebar-lebar ( )

menggigit bibir bawah ( ) erangan ( ) menangis ( ) berteriak ( )

imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri ( ) menendang-

nendang ( ) membalik-balikkan tubuh di atas kasur

e. Pengkajian fisik

Page 14: LP NYERI 2

1) Keadaan umum :

2) Tingkat kesadaran :

3) Pertumbuhan fisik : TB : cm, BB : kg

4) TTV : TD : mmHg N : X/menit

T : ºC RR : X/menit

2. Diagnosa

a. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik atau trauma akibat operasi

b. Nyeri kronis berhubungan dengan control nyeri yang tidak adekuat

c. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi

1) Dx. : Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik atau trauma akibat

operasi

Tujuan: nyeri berkurang

Intervensi:

a. Kaji faktor penyebab nyeri

Rasional: dengan mengetahui penyebab nyeri perawt dapat

melakukan intervensinya( selanjutnya)

b. Observasi vital sign

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan pasien

c. Kaji karakteristik nyeri ( letak, lama, sifat, waktu)

Rasional: membantu dalam pemberian pengobatan

d. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri

e. Menciptakan suasana yang tenang dan nyaman

Rasional: suasana yang tenang akan menurunkan perioderi

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

2) Dx.: Nyeri kronis berhubungan dengan control nyeri yang tidak adekuat

Tujuan: rasa nyeri berkurang

Intervesi:

a. Management alam perasaan

Page 15: LP NYERI 2

Rasional: memberikan keamanan, pemulihan dan pemeliharaan pada

pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi

maupun peningkatan alam perasaan

b. Management nyeri

Rasional: menurunkan nyeri ketingkat yang lebih nyaman

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic

Rasional: untuk menghilangkan atau meredakan nyeri

3) Dx.: cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan: kecemasan menurun atau pasien tenang

Intervensi:

a. Tenangkan klien

Rasional: kecemasan menurun atau pasien tenang

b. Membantu teknik relaksasi

Rasional: menurunkan kecemasan

c. Kolaborasi dari dokter

Rasional: berikan obat untuk menurunkan cemas.

(Judith M Walkinson: 2011).

Page 16: LP NYERI 2

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Iqbal, & Cahyatin. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC.

Perry & Potter. (2006). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Prosedur Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Prosedur Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.