long life education in islam

14
LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM By Umdatul Mufiidah A. Pengertian Pendidikan Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.. Islam mengajarkan menuntut ilmu itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada batasan waktu dalam mencarinya, muslim yang tua, muda, pria atau wanita, kaya dan miskin wajib atasnya untuk menuntut ilmu, karena ''Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim.'' (HR Thabrani).

Upload: umdatul-mufiidah

Post on 02-Jul-2015

335 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

By Umdatul Mufiidah

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi

tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta

keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi

hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat

hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah,

berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan

penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan

memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa

ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik

dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para

guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para

peserta didik..

Islam mengajarkan menuntut ilmu itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada

batasan waktu dalam mencarinya, muslim yang tua, muda, pria atau wanita, kaya dan

miskin wajib atasnya untuk menuntut ilmu, karena ''Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi

setiap Muslim.'' (HR Thabrani).

Dan bahkan wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah merupakan uswah

pertama dalam menuntut ilmu, wahyu pertama yang beliau terima adalah perintah untuk

menjadi orang berilmu melalui membaca (iqro’) , hal ini benar-benar menunjukan bahwa

Islam mengajak dan memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu, yang salah

sau jalannya adalah dengan terus belajar, sabda Rasulullah: "Barangsiapa melalui suatu

jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan

menuju surga."

B. Keutamaan Menuntut Ilmu

Page 2: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

Sungguh Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat

Islam untuk mempelajarinya. “ Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah”

begitulah sabda Rasulullah S.a.w, beliau juga sangat menghargai orang yang berilmu, dan

mengatakan bahwa orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris para Nabi” .

Di dalam menuntut ilmu Nabi SAW menyuruh ummat Islam menuntut ilmu secara

berkelanjutan hingga ajalnya, dengan kata lain, seorang muslim haruslah berusaha untuk

terus belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam

jangan hanya mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana,

Master, bahkan Doktor jika mampu. Dan jika ada yang tak mampu secara finansial, maka

menjadi kewajiban kaum muslimin yang berkecukupan untuk membantunya.

Apabila kita mengamati kondisi sekarang ini, ternyata tingkat pengetahuan

ummat Islam kalah telak dibandingkan dengan orang-orang kafir, hal ini boleh jadi

disebabkan karena umat Islam sekarang tidak mengamalkan ajaran Islam dengan

sungguh-sungguh, dan mengabaikan wasiat Rasulullah untuk terus menuntut ilmu.

Sementara, orang-orang kafir memiliki tingkat keilmuan yang lebih baik, karena justru

merekalah yang mengamalkan ajaran Islam, yakni kewajiban menuntut ilmu setinggi-

tingginya.

Dewasa ini akan sangat jarang kita menemukan ilmuwan muslim, sebaliknya,

tingkat buta huruf sangat tinggi di negara-negara Islam maupun di Negara-negara yang

mayoritas penduduknya Islam,Indonesia misalnya. Hal itu jelas menunjukkan bahwa

kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam

sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya.

Jika kita menengok sejarah silam pada awal perkembangan Islam, dimana ketika

itu ummat Islam bersedia melaksanakan ajaran untuk menuntut ilmu dengan sungguh-

sungguh, giat dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu, maka banyak terlahirkan

ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal, dimana hasil karyanya masih menjadi referensi

utama, baik oleh kaum muslim sendiri dan non muslim diseluruh belahan dunia.

Tercatat dalam sejarah, bahwa observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun

707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian

seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model

Page 3: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

Islam. Ketika itu juga lahir ilmuwan muslim, seperti Al-Khawarizmi yang

memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan

Romawi yang kaku, yang juga memperkenalkan ilmu Algorithma (yang diambil dari

namanya) dan juga Aljabar (Algebra).

Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka “irrational” serta menulis suatu

buku sistematik tentang Mu’adalah (equation). Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam

juga maju, Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang

23,27 derajad).

Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya “Al Qanun fit Thibbi”

diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (tahun 1187), yang sampai

zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes)

adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tetapi juga ahli fisika,

filosof, ahli teologi, dan ahli syair.

Di Eropa juga mengenal Ibnu Rusydi (Averroes) yang ahli dalam filsafat. Dan masih

banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan.

Tapi sekarang semua itu hanya tinggal kenangan.Ummat Islam sekarang tidak lagi

menghargai ilmu pengetahuan, malas untuk belajar, perintah Allah dan motivasi Rasul

untuk terus mencari ilmu, hanya sekedar retorika belaka, sehingga tidak mengherankan

jika umat Islam kini menjadi bangsa yang terbelakang dan selalu tersingkirkan dalam

persaingan global.

Kondisi yang demikian ini tidak boleh terus terjadi, ummat Islam kini harus

bangkit.Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya milik kita harus diambil kembali, yakni

dengan cara terus belajar, belajar sepanjang hayat, dari lahir hingga liang lahat.

Dalam pandangan Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain

(wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan

ummat Islam yang mempelajarinya). Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana

yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan

sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu.

Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang

mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti

pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari

Page 4: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang harus

menguasainya.

Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan

ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.

Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa

pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa

selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai

kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya

ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,

“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan

cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang

bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena

kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”

C. Kedudukan Ilmu Dalam Islam

Islam memberikan perhatian dan penghargaan yang besar terhadap masalah ilmu,

orang-orang yang menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan para ahlinya (orang-orang yang

berilmu laiknya ulama). Dalam konsepsi Islam orang berilmu itu berbeda dengan orang

yang tidak berilmu,Dikatakan dalam Alquran bahwa orang yang berilmu itu lebih baik

dan lebih terhormat daripada orang yang tidak memiliki ilmu (bodoh), bagi orang yang

berilmu (ahli ilmu/ulama) maka Allah ta’ala akan mengangkat derajatnya pada

kedudukan yang tinggi dan terhormat, firman-Nya : “Niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” .

Dalam sebuah hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim juga disebutkan bahwasanya.

Page 5: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

Baginda Nabi SAW mengatakan bahwa kita (umat Islam) tidak boleh ber-iri hati

terkecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap seseorang yang dikaruniai Allah harta

kekayaan tapi dia memanfaatkannya untuk urusan kebenaran (kebaikan) dan seseorang

yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah lalu dia memanfaatkannya (untuk

kebenaran) serta mengajarkannya kepada orang lain. Yang demikian ini sungguh-

sungguh menunjukan pada kita akan betapa tinggi dan luhurnya kedudukan ilmu, orang-

orang yang menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan orang-orang yang berilmu (ulama).

Ilmu adalah hal terpenting dan paling berharga bagi kehidupan manusia, dan tidak ada

yang lebih penting dan berharga daripada-Nya, sebab ilmu selain sebagai syarat mutlak

bagi kita untuk dapat mencapai kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akhirat, ilmu juga dapat meluruskan hati dan memberikan petunjuk pada jalan yang lurus.

Sehubungan dengan anjuran untuk terus menuntut ilmu ini terdapat beberapa

hadist yang cukup populer di kalangan umat Islam, yang juga menjadi landasan teologis

konsep “long life education”.

1.

Artinya: “Tuntutlah Ilmu Dari Buaian Sampai Liang Lihat”.

2.

Artinya: “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina."

3. “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah

orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat

kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan

ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh

kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”

D. Pendidikan Islam Berkelanjutan

Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah

(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah

(mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah

menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan

Page 6: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh,

pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya

dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang

tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.

Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah

(pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu

membutuhkan tahapan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di

segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan

kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali

Imran (3) : 103).

Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al

Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk

masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Illah saja.

Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan

beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:

1. Istiqomah

Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata

tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28

2. Disiplin dalam tanggung jawab

Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya

salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita

sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan

tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering

membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.

Page 7: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan

Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat

tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman.

Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.

E. Dari Penulis

Kita harus mengakui kalau selama ini tanpa sadar kita sudah melakukan

kesalahan dalam proses pendidikan. Betapa sering kita meniatkan proses belajar hanya

untuk keuntungan duniawi saja. Betapa sering kita punya motivasi dalam belajar yang

keliru dan kadang untuk mengejar prestige (strata sosial) semata. Dan betapa sering kita

belajar dengan tujuan yang tidak jelas juntrungannya. Lalu, hendak dibawa ke manakah

diri dan hidup kita?

Seringkali ketika saya bertanya kepada teman-teman,’untuk apa kamu

kuliah?’.Jawaban yang paling banyak saya dapati adalah bahwa mereka ingin nantinya

‘mudah’ dalam mendapatkan pekerjaan atau agar mendapat kedudukan nantinya di

masyarakat.Ini dan itu.

Suatu ketika saya ‘dimarahi’ dan ‘diceramahi’ oleh teman dekat saya.

“Universitas utama bukan kampus, tapi hidup kita. Jalani apa yang sekarang ada. Tapi

ingat bukan karena cita-cita, ambisi, dunia.Perbuatan dunia apabila diniati karena Allah

akan bernilai akhirat.Tapi sebaliknya,kegiatan akhirat jika dilakukan karena niat dunia

akan berganjar dunia” begitu katanya.Saya terus-terang dibuatnya melongo.Saya yang

sejak kecil ‘akrab’ dengan dunia ‘pendidikan’,bangku sekolah’,tak lebih bijak dari pada

teman saya ini yang ia sendiri bilang (dan banyak orang sudah mengatakan hal serupa) ia

adalah ‘anak jalanan’.Masa remajanya dihabiskannya ‘bergoyang reggae dan segala tetek

bengeknya’.Masya Allah.

Saya kemudian teringat syair dari Rabi’ah Al-Adawiyah yang berbunyi sebagai

berikut:

\

Page 8: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

Aku mengabdi kepada Tuhan

Bukan karena takut neraka

Bukan pula karena mengharap masuk surga

Tetapi aku mengabdi,

Karena cintaku padaNya

Ya Allah, jika aku menyembahMu

Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya

Dan jika aku menyembahMu

Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya

Tetapi, jika aku menyembahMu

Demi Engkau semata,

Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu

Yang abadi padaku

Niat, motivasi, dan tujuan yang salah sudah pasti akan menghasilkan suatu

kesalahan. Begitu pun bila sebaliknya. Hati-hatilah terhadap ketiga hal ini. Karena Nabi

Saw. mengingatkan: “Segala sesuatu tergantung dari niat. Dan tiap-tiap orang akan

mendapatkan sesuatu dari apa yang diniatkan…” (HR Bukhari dan Muslim)

Idealnya sebagai muslim dalam mengenyam pendidikan selalu bermuara pada

ridho Allah semata. Niat, motivasi, dan tujuan belajar hanya untukNya. Di sinilah konsep

Islam mengenai iman-ilmu-amal harus kita aplikasikan secara nyata. Seorang bijak

pernah berkata, jangan belajar untuk mencapai sukses tapi belajarlah untuk membesarkan

jiwa. Ya, sekolah adalah tempat untuk kita dapat menemukan jati diri kemanusiaan agar

memiliki jiwa besar dengan keyakinan penuh kepada Allah Rabbul ‘Izzati dengan proses

pembelajaran yang bermakna. Lalu kedewasaan pun akan menghampiri kita.

Sekarang saatnya menata diri, hati, dan hari dengan rencana dan aktivitas

bermanfaat dan terarah. Nikmati perjalanan pencarian makna hidup kita dengan Islam

sebagai guide-nya. Jangan lewatkan setiap momen hidup kita untuk terus dicari plus

ditemukan hikmahnya. Dan songsong keberhasilanmu dalam naungan rahmat, berkah,

Page 9: LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM

dan ridhoNya selalu.Dengan begitu bukan tidak mungkin akan lahir ilmuwan muslim

yang ‘mendadak’ hilang saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://myblog-h2ry.blogspot.com/2009/08/long-life-education.html diakses

pukul 12.00 Kamis,23 Desember 2010

http://titianilahi.wordpress.com/2009/11/02/syair-cinta-rabiah-al-adawiyah

diakses pukul 17.05 Selasa,28 Desember 2010

http://madtauhid.wordpress.com/2010/01/26/kumpulan-syair-cinta-rabiah-al-

adawiyah/ diakses pukul 17.07 Selasa,28 Desember 2010