lokasi 3
DESCRIPTION
dokumenTRANSCRIPT
Lokasi 3 (K. Muncar Seboro), BASALT-RIJANG-GAMPING MERAH (0357289 E – 9168661 S)
Dalam pengamatan yang dilakukan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari
masjid seboro dan melewati sungai muncar yang dekat dengan pemukiman penduduk.
Di sungai ini terdapat bongkahan batu besar yang berasal dari hulu sungai yang
terbawa arus sungai yang begitu kuat. Serta di pingir sungai terdapat bekas-bekas
gerusan air yang bisa dilihat dari akar-akar tumbuhan bamboo yang tergerus oleh aliran
sungai. Setelah melewati sawah yang kering menuju ke sungai muncar yang terdapat
singkapan batuan basalt-gamping merah dan batuan basalt yang membentuk bantal
(pillow lava). Pada dinding kali Muncar terlihat batuan sedimen berwarna merah
memanjang sekitar 100 m. laksana kelir/layar pertunjukkan wayang dengan batuan
beku pada bagian atasnya laksana kenong dan gongnya. Masyarakat sekitar
menamakansingkapan batuan ini dengan nama watu kelir. Batuan sedimen merupakan
selang seling antara rijang dan lempung merah gampingan, dengan perlapisan tegak.
Rijang dan lempung merah ini nampak retak-retak dengan larutan kalsit berwarna putih
yang mengisinya.
Rijang berwarna merah karena mengandung unsur besi, serta kandungan fosil
Radiolaria berumur Kapur Atas (Wakita,1991).
Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana ciri umumnya
berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di Karangsambung lapisannya vertical,
hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk
gamping merah materi penyusunnya sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat
CaCO3. Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi
warna gamping berwarna merah terang dan rijang merah gelap. Dari segi tekstur
gamping lebih kasar dan berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk membedakan
batuan gamping merah dengan rijang dilakukan pengujian dengan larutan asam (HCl
aq). Dengan reaksi-reaksi sebagai berikut:
Gamping Merah
CaCO3 + HCl → CaCl2 + CO2 +H2O Artinya, gamping akan bereaksi dengan asam.
Hal ini disebabkan karena komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat
basa.
Rijang
SiO2 + HCl → tidak bereaksi. artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam Jadi, salah
satu cara untuk membedakan antara batuan gamping merah dan rijang adalah denga
cara menetesi batuan tersebut dengan HCl.
Proses pembentukannya adalah pada kedalaman laut sekiar 2,5 km terdapat suatu zona
yaitu zona CCD (Carbonate Conpensation Depth) dimana akumulasi material-material
calcareous tidak dapat terbentuk. Hal ini dikarenakan salah satu sifat air adalah air
dingin akan mengikat lebih banyak CO2 dibandingkan air hangat. Di laut, terdapat satu
batas yang jelas di mana kandungan CO2 di bawah lebih tinggi. Di bawah batas
tersebut, kandungan CO2 sangat tinggi akibatnya organisme yang mengandung
karbonat akan larut di CCD sehingga tidak akan mengendap karena tidak pernah
sampai ke dasar laut. Di atas carbonate compensation depth, sekitar 2000 meter,
terdapat suatu daerah yang disebut lysocline. Di sini, sebagian karbonat sudah mulai
melarut sebagian. Berberapa perlapisan rijang belum tentu berasal dari bahan organik.
Bisa saja berasal dari presipitasi silika yang berasal dari dapur magma yang sama pada
basaltik bawah laut (lava bantal) yang mengalami presipitasi bersamaan dengan
perlapisan rijang. Kemudian terjadi pembentukan mid oceanic ridge yang
menyebabkan lelehan lava keluar dari celah-celah yang dibentuk oleh punggung
samudera. Akibat kenaikan suhu ini air laut disekitarnya akan merasa panas dan
menyebabkan zona CCD ini menghilang dan akibatnya lapisan atas terisi oleh
endapan dari cangkang hewan laut yang memiliki kandungan karbonat yang sekarang
dinamakan gamping merah . Lelehan lava yang keluar ini yang mulanya bersifat panas
dan kontak dengan air laut yang bersifat dingin yang kemudian akibat penurunan suhu
yang relative cepat terjadi pembentukan batuan lelehan lava tersebut menyerupai
stuktur bantal . Berdasarkan penentuan umur secara radioaktif dengan metode K/Ar
ternyata berumur 81 ± 4 juta tahun ( Emy Suparka).Lambat laun saat terjadi gaya
tektonik yang sangat kuat dan intensif dan kemudian terjadi pengangkatan di atas muka
laut pada kala Eosen 55 juta tahun lalu. Hasil pengangkatan ini mengubah letak dari
batuan basalt yang lebih tinggi dari pada batuan rijang-gamping.
Lokasi 8. G. Parang, Batuan Diabas (0353264 E – 9166234 S)
G. Parang, merupakan tubuh batuan beku intrusive yang menerobos
batu lempung formasi Karangsambung. Berdasarkan data analisa isotop
radioaktif batuan intrusive ini berumur 26-39 juta tahun lalu
( Soeriaatmaja,1987). Gunung Parang merupakan hasil intrusi magmatis
yang diduga merupakan kelanjutan dari jalur magmatis selatan Pulau
Jawa dan Sumatera
Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang
terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng
samudera yang kemungkinan terjadi pada kala Miosen. Tumbukan
tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi
magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan
bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih
tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami
fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang
selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan
dengan menerobos Formasi Karangsambung.
Pada tebing utara terlihat kenampakan kekar kolom (columnar joint)
yang memberikan informasi arah aliran magma dan posisi bidang
pendinginnya. Kekar kolom ini terjadi karena gaya kontraksi pada saat
pendinginan magma sehingga membentuk retakan-retakan tegak lurus
terhadap bidang pendingin. Batuan beku berwarna abu-abu, tekstur
diabasik yang ditandai oleh pertumbuhan bersana antara mikneral
piroksin(berwarna hitam) dengan plagioklas (berwarna putih).
Sedangkan pada tebing selatan di K. Jebuk, terlihat nyata kontak antara
diabas yang sejajar lapisan lempung formasi Karangsambung. Pada
zone kontak warna lempung nampak lebih kelam dan kompak, juga
dijumpai hornfels disekitarnya. Selaian itu struktur gores garis vertikal
banyak dijumpai yang menandakan adanya patahan naik melewati
lokasi ini
Depan Kampus LIPI, BATUGAMPING NUMULITES
Singkapan dipinggir jalan, disebelah utara kampus lapangan.
Terlihat sebuah batugamping berwarna coklat kekuningan,
mengandung fosil foraminifera besar berbentuk seperti uang logam
berupa numulites, alveolina, flos culina, pellatispira, assilina dan
quinqueloculina yang berumur Eosen (55 juta tahun lalu). Selain
terdapat di lokasi ini batugamping numulites juga terdapat di beberapa
tempat dalam formasi Karangsambung-Totogan berupa bongkah-
bongkah berukuran beberapa meter hingga ratusan meter. Bongkah
batugamping ini merup akan olistolit hasil suatu pelongsoran besar di
dasar laut dari tepian m enuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang
ada menunjukkan
Pan duan Ekskurs i Karangsamb ung
bah wa pada kala Eos en kawa san sekitar Karangsambung merupaka n laut dan
gkal dima na pada t epi-tepi cekungan diendapkan batugamp ing Num ulites.