pemilihan lokasi yang optimal dengan hybrid … · pemilihan lokasi untuk sebuah . kegiatan usaha....

41
PEMILIHAN LOKASI YANG OPTIMAL DENGAN HYBRID ANALYSIS Syamsul Huda 9107205310 MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Upload: dangque

Post on 08-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMILIHAN LOKASI YANG OPTIMAL DENGAN HYBRID ANALYSIS

Syamsul Huda 9107205310

MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA2011

KESIMPULANBAB 5

PENDAHULUAN

BAB 1KAJIAN PUSTAKADAN DASAR TEORI BAB 2

METODE PENELITIAN

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4

PUSTAKALAMPIRAN

Latar Belakang

1. Pemilihan lokasi untuk sebuah kegiatan usahamerupakan bagian dari aktivitas manajemen yang strategis

3. Keputusan pemilihan lokasi dipengaruhi oleh multi kreteria dan multi faktor, sehingga diperlukan suatu metoda hybrid dalam pengambilan keputusannya

2. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan usaha atau produksi sebaiknya dipilih, sehingga secara komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu

BAB 1

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendefinisikan parameter inputan / kriteria yang tepat dalam pemilihan lokasi untuk kegiatan suatu usaha serta menampilkan alternatif rekomendasi lokasi.

2. Bagaimana merancang sistem penilaian dalam pemilihan lokasi dengan menggunakan fuzzy pada analytical hierarchy process secara bersama

3. Bagaimana mengembangkan model pemilihan lokasi untuk kegiatan usaha sehingga lokasi yang dipilih secara ekonomi menguntungkan

BAB 1

Tujuan Penelitian

1. Melakukan pengembangan model pemilihan lokasi berdasarkan metode tertentu dan diharapkan metode ini dapat membantu para pembuat keputusan agar lebih efesien dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pemilihan lokasi untuk kegiatan sebuah usaha sehingga diperoleh lokasi yang secara ekonomi menguntungkan investasi.

2. Untuk memperkaya metode pengambilan keputusan dan diharapkan dengan penerapan konsep fuzzy dan analytical hierarchy process secara bersama diperoleh hasil yang lebih akurat.

3. Mencegah terjadinya berbagai masalah terkait dengan pemilihan lokasi sehingga kegagalan investasi yang disebabkan karena permasalah lokasi dapat dihindari

BAB 1

Manfaat Penelitian

1. Konsep pemilihan lokasi diharapkan dapat memberikan manfaat dan kemudahan kepada para investor dan manajer dalam membuat keputusan terkait dengan kebijakan pemilihan lokasi untuk kegiatan suatu usaha.

2. Membantu mengetahui potensi, daya tarik dan kelemahan suatu lokasi untuk kegiatan usaha sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu usaha

3. Implementasikan aplikasi model pemilihan lokasi dapat bermanfaat dalam setiap pengambilan keputusan untuk pemilihan lokasi.

BAB 1

Batasan Masalah

1. Konsep pemilihan lokasi sebuah kegiatan usaha ini dibatasi pada penempatan lokasi baru dengan 4 [empat] kriteria utama yaitu biaya perolehan lahan, biaya transportasi, biaya energi dan biaya bahan baku

2. Pemilihan suatu lokasi untuk dibangun suatu fasilitas baru, dari 5 (lima) lokasi alternatif yang ada untuk ditetapkan 1 (satu) lokasi yang menguntungkan bagi perusahaan

BAB 1

Kajian Pustaka dan Dasar Teori

Analisis teori lokasi pada dasarnya dikembangkan untuk melihat potensi dan daya tarik yang dimiliki lokasi tertentu

Ilmu tentang alokasi geografis dari sumber daya seperti bahan baku lokal [local input], permintaan lokal [local demand], bahan baku yang dapat dipindahkan [transferred input], dan permintaan luar [outside demand].

Hubungannya atau pengaruhnya lokasi terhadap berbagai macam usaha atau kegiatan lain [activity]

Tata ruang [spatial order] kegiatan ekonomi dan hubungan lokasi dengan kegiatan usaha baik secara ekonomi maupun sosial

Teori Lokasi ilmu yang menyelidiki

BAB 2

Pandangan Ahli Tentang Teori Lokasi 1

Teori WeberPemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya [keuntungan yang maksimum], pada teori ini menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi lokasi

Teori Von ThunenPemilihan lokasi dengan pertimbangan bahwa perbedaan lokasi atas dasar perbedaan sewa lahan [sewa lahan akan mahal bila berada di pusat pasar dan semakin rendah apabila makin jauh dari pasar], selisih perbandingan antara harga jual dengan biaya produksi setiap jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan

August LoschTeori lokasi yang melihat persoalan dari sisi permintaan pasar, berbeda dengan weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran produksi.Lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat diraih, makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal

BAB 2

Pandangan Ahli Tentang Teori Lokasi 2

D.M. Smith Teori lokasi dengan prinsip memaksimumkan laba dengan menjelaskan bahwa selisih antara average revenue dikurangi average cost maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal

IsardLokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan situasi ketidakpastian antara faktor jarak, aksesbilitas dan keuntungan aglomerasi sebagai hal utama dalam keputusan pemilihan lokasi.

RichardsonMengemukakan bahwa aktivitas ekonomi cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan. Aglomerasi merupakan faktor penentu lokasi yang penting dan menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi akan menghasilkan konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.

BAB 2

Pengambilan Keputusan

Burch JohnSuatu pilihan yang mengarah kepada tujuan yang diinginkan atau aktifitas pemilihan tindakan dari sekumpulan alternatif untuk memecahkan suatu masalah

.Churchman Aktifitas berupa pemilihan tindakan dari sekumpulan alternatif yang telah dirumuskan sebelumnya untuk memecahkan suatu masalah atau suatu konflik dalam manajemen

Simon Herbert Keputusan terprogram [programmed] adalah keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang telah diketahui sebelumnya, didasarkan pada teknik tertentu, sudah dibuat standart, bersifat rutin dan terjadwal.Keputusan yang tidak terprogram [unprogrammed] adalah keputusan yang berkaitan dengan persoalan baru, terkait dengan persoalan yang rumit, banyak parameter yang tidak diketahui sebelumnya.

BAB 2

Proses Pengambilan Keputusan

Tahap Penelusuran

TahapPemilihan

Tahap Perancangan

Tahap Implementasi

Pendefinisian masalahIdentifikasi informasiMerumuskan persoalanMenentukan ketepatan keputusan

Analisa dan merumuskan alternatif pemecahan masalahMerancang model pemecahan

masalahMenyusun alternatif pemecahan

masalahMemerlukan wawasan dan

pengetahuna yang komprehensif

Memulih alternatif solusi Memerlukan pengalaman dan

intuisi jika solusi yang diharapkan tidak terukur

Pelaksanaan dari keputusan yang telah diambilPenyusunan serangkaian

tindakan yang terencana

BAB 2

Analytical Hierarchy Process

Merupakan suatu metoda yang digunakan untuk membuat ranking alternatif keputusandan kemudian memilih satu yang terbaik dari sejumlah alternatif keputusan yang ada [pengambilan keputusan multi faktor dan multi kreteria].

Prinsip dari analytical hierarchy process adalah decomposition dari suatu masalah yang rumit / tidak terstruktur ke dalam suatu bentuk hirarki / struktur multilevelsehingga permasalahan tampak lebih terstruktur dan sistematis dengan menempatkan tujuan obyektif pada level teratas hirarki, kemudian ditempatkan sekumpulan kriteria pada level kedua, selanjutnya ditempatkan sekumpulan alternatif pada level dasar .

Prinsip analytical hierarchy process dalam menyelesaikan permasalahan antara lain :1. Membuat hierarki2. Penilaian kriteria dan alternatif3. Menentukan prioritas4. Konsistensi logis

BAB 2

Penilaian pada metode analytical hierarchy process adalah bersifat subyektif sehingga pilihan dan pemilihan dari pengambil keputusan mempunyai pengaruh yang besarterhadap keberhasilan pada metode ini. Metoda analytical hierarchy process tidak mempertimbangkan peta ketidakpastian.

Obyektif

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5

Kreteria 1 Kreteria 2 Kreteria 3 Kreteria 4

BAB 2

Analytical Hierarchy Process

Langkah utama dalam metode AHP yaitu :

1. Dengan memiliki sejumlah kriteriai = 1,…, m, tentukan bobot relatif, wi terhadap obyektif utama

2. Untuk setiap kriteria i, dibandingkan dengan alternative j=1,…n dan ditentukan bobot relatif wij terhadap kriteria i

3. Tentukan bobot akhir Wj terhadap keseluruhan kriteria dengan menggunakan Wj=w1jw1+w2jw2+…+wmjwm.

Prioritas global / ranking dari alternatif

Fuzzy Analytical Hierarchy Process [FAHP]

FAHP merupakan suatu pengembangan metoda analitis dari AHP dalam menangani data yang tidak tepat dan pembuat keputusan sering mengalami kegagalan dalam membuat prediksi yang bersifat kuantitatif dan lebih efesien ketika membuat prediksi yang bersifat kualititif

Ketidakjelasan dan kekaburan akan mengakibatkan ketidaktepatandalam membuat peniaian dan menentukan rangkig dari alternatif, hal tersebut mengakibatkan ketidaktepatan dalam membuat rangking dan pada akhirnya mengakibatkan ketidaktepatan pengambilan keputusan

BAB 2

Dalam sistem yang kompleks, pengalaman dan penilaian manusia lebih baik direpresentasikan / digambarkan secara linguistik dan samar, penyajian secara linguistik tersebut dapat dikembangkan menjadi data kuantitatif

Logika Fuzzy

Logika fuzzy berhubungan dengan kekaburan dan ketidakpastian, metodologi “berhitung dengan variabel kata – kata [linguistic variable]” sebagai pengantiberhitung dengan bilangan. Kata yang digunakan memang tidak sepresisi bilangan, namun jauh lebih dekat dengan intuisi manusia

BAB 2

Pada himpunan crisp, nilai keanggotaannya hanya ada 2 kemungkinan yaitu 0 dan 1Pada himpunan fuzzy nilai keanggotaannya terletak pada rentang 0 dan 1, apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy µA[x] = 0, berarti x tidak menjadi anggota himpunan A, demikian pula apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy µA[x] = 1 maka berarti x menjadi anggota penuh pada himpunan A.

Logika Fuzzy

BAB 2

Fuzzy Linguistic

Variabel linguistik sering digunakan untuk menyatakan suatu ekspresi dan fakta.

BAB 2

Variabel matematika biasanya menggunakan nilai numerik, akan tetapi dalam aplikasi logika fuzzy menggunakan variabel linguistik non numerik

Konsep variabel linguistik merupakan variabel yang nilainya adalah berupa kata atau kalimat dalam bahasa, misalnya umur adalah variabel linguistik bukan numerik seperti muda, tidak muda, sangat muda, tua, tidak terlalu tua atau terlalu muda dan seterusnya

Linguistic Value

BAB 2

Konsep nilai linguistik sangat bermanfaat dalam menangani masalah yang sangat rumit atau tidak jelas secara kuantitatif.

Fungsi keanggotaan dari nilai linguistik misalnya S = (VG, G,M, B, VB), dimana VB (sangat buruk), B (buruk), M (medium),G (baik), VG (sangat baik)

Metode Penelitian

Tahapan metode penelitian 1. Analisa dan identifikasi masalah Menentukan sejumlah kriteria Mencari bobot penting satu kriteria dengan kriteria yang lain Menentukan faktor dalam pemilihan lokasi

2. Usulan Metodolodi Dalam penelitian ini diusulkan suatu metode hybrid dalam melakukan

pemilihan lokasi yaitu dengan menggunakan analytical hierarchy process dan fuzzy analytical hierarchy process secara bersama

Menggunakan konsep fuzzy linguistic untuk menentukan ukuran penilaian

Menggunakan AHP untuk menentukan rangking pengambilankeputusan

3. Model Untuk Pemilihan Lokasi Menggunakan model diagramatik / analog Model analog banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan

kuantitatif antara sifat dan kelas - kelas yang berbeda

BAB 3

Analisa dan identifikasi

Analytical hierarchy process dan fuzzy analytical hierarchy process dapat digunakan secara bersama - sama [hybrid] untuk mengatasi persoalan dalam pemilihan lokasi.

Konsep kerangka keputusan yang diusulkan dalam proposal ini adalah membuat perbandingan yang berpasangan [pairwise comparisons],kemudian pembuat keputusan melakukan modifikasi dengan konsep fuzzy linguistic

Isu penting yang diusulkan pada metode hybrid dalam proposal ini adalah mencoba untuk “ Bagaimana membuat kerangka keputusan yang dapat membantu pembuat keputusan untuk membuat suatu keputusan yang pantas dan rasional ?

budaya kerjakondisi alamfasilitas umumtransportasirekreasi

BAB 3

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini membahas “ Bagaimana sebuah perusahaan yang sedang dihadapkan masalah pemilihan lokasi, terdapat 5 [lima] lokasi alternatif yang ada, untuk ditetapkan satu lokasi yang menguntungkan bagi perusahaan ”.

BAB 4

Penelitian ini menetapkan 4 [empat] kriteria yang harus dipertimbangkan yaitu : Biaya perolehan tanah Biaya transportasi Biaya energi Biaya bahan baku

Penetapan 4 kriteria didasarkan karena kriteria tersebut merupakan faktor utama dan sangat penting dalam kerangka pengambilan keputusan pemilihan lokasi.

Faktor penting lain dapat dikembangkan dan ditambahkan dalam kerangka pengambilan keputusan untuk pemilihan lokasi yang lebih luas dan komplek.

Tahapan Penelitian

BAB 4

Pembahasan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain

1. Mendefinisikan dan menentukan kriteria yang dapat mempengaruhi diperolehnya suatu lokasi yang optimal, kemudian membuat alternatif solusi yang ditawarkan, dengan menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

2. Menentukan prioritas elemen Menentukan priorotas elemen adalah membuat perbandingan pasangan yaitu

dengan membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang ditetapkan.

Matrik perbandingan berpasangan menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lain.

Tahapan Penelitian

BAB 4

3. SintesisPertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disentesisuntuk memperoleh keseluruhan prioritas, melalui :

Menjumlahkan nilai dari setiap kolom dalam matrik Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matrik. Menjumlahkan nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen

untuk mendapatkan nilai rata – rata.4. Mengukur konsistensi

Setiap pembuatan keputusan penting untuk diketahui seberapa baik tingkat konsistensinya, karena tidak diinginkan jika keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Mengukur konsistensi dapat dilakukan melalui :

Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.

Jumlahkan setiap barisHasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang

bersangkutanJumlahkan hasil bagi tersebut diatas dengan banyaknya elemen yang ada,

hasilnya disebut λ maks

Tahapan Penelitian

BAB 4

5. Menentukan konsistensi index dengan rumus CI = [λ maks – n] / n, dimana n adalah banyaknya elemen.

6. Menentukan rasio konsistensi dengan rumus CR = CI/RC dimana CR adalah consistency ratio, CI adalah consistency index dan IR adalah indeks random consistency.

7. Mengukur konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgment harus diperbaiki, akan tetapi jika rasio konsistency [CI/IR] kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

Hasil Penelitian

No Kreteria Penilaian

1. Perolehan lahan Tinggi Sedang Rendah

2. Transportasi Tinggi Sedang Rendah

3. Energi Tinggi Sedang Rendah

4. Bahan Baku Tinggi Sedang Rendah

Perolehan lahan Transportasi Energi Bahan Baku

Perolehan lahan 1 2 2 3

Transportasi 0.5 1 2 2

Energi 0.5 0.5 1 2

Bahan Baku 0.33 0.5 0.5 1

Jumlah 2.33 4 5.5 8

BAB 4

1. Menentukan kriteria dan ukuran penilaiannya

2. Menentukan prioritas kriteria2.1 Matrik perbandingan berpasangan

Hasil Penelitian

BAB 4

2.2. Menentukan matrik nilai kriteria

2.3 Membuat matrik penjumlahan setiap baris

Lahan Transportasi Energi Bahan Jumlah Prioritas

Lahan 0.43 0.50 0.36 0.38 1.67 0.42

Transportasi 0.21 0.25 0.36 0.25 1.08 0.27

Energi 0.21 0.13 0.18 0.25 0.77 0.19

Bahan 0.14 0.13 0.09 0.13 0.48 0.12

Lahan Transportasi Energi Bahan Jumlah

Lahan 0.42 0.83 0.83 1.25 3.33

Transportasi 0.13 0.27 0.54 0.54 1.48

Energi 0.10 0.10 0.19 0.39 0.77

Bahan 0.04 0.06 0.06 0.12 0.28

Hasil Penelitian

BAB 4

2.4 Menghitung rasio konisistensi

Dari perhitungan diperoleh data bahwa

Jumlah n λ CI CR Keterangan

6.86 4 1.72 -0.57 -0,63 -0.63 < 0.1 dapat diterima

Jumlah dalam Baris Prioritas CR

Perolehan lahan 3.33 0.42 3.75

Transportasi 1.48 0.27 1.75

Energi 0.77 0.19 0.96

Bahan Baku 0.28 0.12 0.40

Jumlah 6.86

Hasil Penelitian

BAB 4

3. Menentukan Prioritas Subkriteria3.1 Prioritas subkriteria dari kriteria biaya perolehan lahan

Perbandingan berpasangan

Tinggi Sedang Rendah

Tinggi 1 3 5

Sedang 0.33 1 3

Rendah 0.2 0.33 1

Jumlah 1.53 4.33 9

Matrik nilai kriteria

Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria

Tinggi 0.65 0.69 0.56 1.90 0.63 1.19

Sedang 0.22 0.23 0.33 0.78 0.26 0.48

Rendah 0.13 0.08 0.11 0.32 0.11 0.18

Hasil Penelitian

Jumlah n λ CI CR Keterangan

7.99 3 2.66 -0.11 -0.19 -0.19 < 0.1dapat diterima

BAB 4

Matrik penjumlahan setiap baris

Rasio konsistensi

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Tinggi 0.63 1.90 3.17 5.70

Sedang 0.09 0.26 0.78 1.13

Rendah 0.02 0.04 0.11 0.16

Jumlah Setiap Baris Prioritas CR

Tinggi 5.70 0.63 6.33

Sedang 1.13 0.26 1.39

Rendah 0.16 0.11 0.27

Jumlah 7.99

Dari perhitungan diperoleh data

Hasil Penelitian

BAB 4

3.2 Prioritas subkriteria dari kriteria biaya transportasiPerbandingan berpasangan

Matrik nilai kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Tinggi 1 2 6

Sedang 0.5 1 2

Rendah 0.17 0.5 1

Jumlah 1.67 3.5 9

Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria

Tinggi 0.60 0.57 0.67 1.84 0.61 1.28

Sedang 0.30 0.29 0.22 0.81 0.27 0.49

Rendah 0.10 0.14 0.11 0.35 0.12 0.22

Hasil Penelitian

Jumlah n λ CI CR Keterangan

7.65 3 2.55 -0.15 -0.26 -0.26 < 0.1dapat diterima

BAB 4

Matrik penjumlahan setiap baris

Rasio konsistensi

Dari perhitungan diperoleh data

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Tinggi 0.61 1.23 3.68 5.51

Sedang 0.13 0.27 0.54 0.94

Rendah 0.02 0.06 0.12 0.20

Jumlah Setiap Baris Prioritas CR

Tinggi 5.51 0.61 6.12

Sedang 0.94 0.27 1.21

Rendah 0.20 0.12 0.32

Jumlah 7.65

Hasil Penelitian

BAB 4

3.3 Prioritas subkriteria dari kriteria biaya energiPerbandingan berpasangan

Matrik nilai kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Tinggi 1 3 4

Sedang 0.33 1 3

Rendah 0.25 0.33 1

Jumlah 1.58 4.33 8

Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria

Tinggi 0.63 0.69 0.50 1.82 0.61 1.11

Sedang 0.21 0.23 0.38 0.82 0.27 0.48

Rendah 0.16 0.08 0.13 0.36 0.12 0.20

Hasil Penelitian

Jumlah n λ CI CR Keterangan

7.23 3 2.41 -0.20 -0.34 -0.34 < 0.1dapat diterima

BAB 4

Matrik penjumlahan setiap baris

Rasio konsistensi

Dari perhitungan diperoleh data

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Tinggi 0.61 1.82 2.43 4.86

Sedang 0.09 0.27 0.82 1.18

Rendah 0.03 0.04 0.12 0.19

Jumlah Setiap Baris Prioritas CR

Tinggi 4.86 0.61 5.47

Sedang 1.18 0.27 1.45

Rendah 0.19 0.12 0.31

Jumlah 7.23

Hasil Penelitian

BAB 4

3.4 Prioritas subkriteria dari kriteria biaya bahan bakuPerbandingan berpasangan

Matrik nilai kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Tinggi 1 2 5

Sedang 0.5 1 4

Rendah 0.2 0.25 1

Jumlah 1.7 3.25 10

Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria

Tinggi 0.59 0.62 0.50 1.70 0.57 1.07

Sedang 0.29 0.31 0.40 1.00 0.33 0.63

Rendah 0.12 0.08 0.10 0.29 0.10 0.18

Hasil Penelitian

Jumlah n λ CI CR Keterangan

7.53 3 2.51 -0.16 -0.28 -0.28 < 0.1dapat diterima

BAB 4

Matrik penjumlahan setiap baris

Rasio konsistensi

Dari perhitungan diperoleh data

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Tinggi 0.57 1.14 2.84 4.54

Sedang 0.17 0.33 1.34 1.84

Rendah 0.02 0.02 0.10 0.14

Jumlah Setiap Baris Prioritas CR

Tinggi 4.54 0.57 5.11

Sedang 1.84 0.33 2.17

Rendah 0.14 0.10 0.24

Jumlah 7.52

Hasil Penelitian

Perolehan lahan Transportasi Energi Bahan Baku

0.42 0.27 0.19 0.12

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

1 1 1 1

Sedang Sedang Sedang Sedang

0,48 0,49 0,48 0,63

Rendah Rendah Rendah Rendah

0,18 0,22 0,2 0,18

BAB 4

4. Hasil perhitungan prioritas

Hasil Penelitian

BAB 4

5. Perhitungan akhir Diperoleh data lokasi dan penilaiannya

Alternatif Perolehan Lahan Transportasi Energi Bahan Baku

Lokasi 1 Tinggi Sedang Rendah Sedang

Lokasi 2 Sedang Rendah Rendah Tinggi

Lokasi 3 Sedang Rendah Rendah Tinggi

Lokasi 4 Rendah Sedang Tinggi Sedang

Lokasi 5 Rendah Sedang Sedang Tinggi

Perhitungan akhir dan menentukan rangking

Alternatif Perolehan Lahan Transportasi Energi Bahan Baku Jumlah Rangking

Lokasi 1 1 0.49 0.20 0.63 2.32 1

Lokasi 2 0.48 0.22 0.20 1 1.90 4

Lokasi 3 0.48 0.22 0.20 1 1.90 4

Lokasi 4 0.18 0.49 1.00 0.63 2.30 2

Lokasi 5 0.18 0.49 0.48 1 2.15 3

Kesimpulan

Data utama model analytical hierarchy process adalah persepsi manusiayang dianggap expert

BAB 4

Setiap perubahan pilihan pembuat keputusan seperti faktor sukjektif dapat mempengaruhi pertimbangan penempatan suatu lokasi.

Pembuat keputusan sering dihadapkan pada suatu permasalahan yang sulit dalam penentuan bobot setiap kriteria yang bersifat kuantitatif dan lebih efektif jika memberikan penilaian yang bersifat kualitatif

Pengambilan keputusan tidak sekedar persoalan hitam putih tapi melibatkan daerah abu - abu adalah tidak terstruktur sehingga dapat menimbulkan perdebatan

Daftar Pustaka

Efraim Turban, Jay E.Aronson, Ting Peng Liang, “Decision Suport Systems and Intelligent System” Pearson Education, 2005

Roger S Pressman, Ph. D, “Software Engineering” The McGraw Hill Companies, 1997

Mojtaba Tabari, Amin Kaboli, M.B. Aryanezhad, Kamran Shahanaghi, Ali Siadat “A new method for location selection : A hybrid analysis”

Tsung-Yu Choua,_, Chia-Lun Hsub, Mei-Chyi Chen ”A fuzzy multi-criteria decision model for international tourist hotels location selection”

Prof Sjafrizal, “Ekonomi Regional” Badouse Media, 2008 Dr. Eng Agus Naba, “Fuzzy Logic Menggunakan Matlab” Andi, 2009 Sri Kusumadewi, “Aplikasi Logika Fuzzy” Graha Ilmu, 2004 Mulyono S, “Teori Pengambilan Keputusan” Universitas Indonesia, 1996 Dadan Umar Daihani “ Komputerisasi Pengambilan Keputusan”Elex Media 2001

Terimah Kasih