makalah pemilihan lokasi budidaya

17
Makalah PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SITE SELECTION) Oleh ; AKMAL (Perekayasa Muda) E-Mail : [email protected] Disampaikan pada Apresiasi Peningkatan Mutu Rumput Laut Hasil Budidaya tanggal 25-27 Maret 2008 di Hotel Bumi Asih Makassar Sulawesi Selatan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR 2008

Upload: akmal-alimuddin

Post on 11-Jun-2015

2.859 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

Makalah

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SITE SELECTION)

Oleh ;

AKMAL (Perekayasa Muda)

E-Mail : [email protected]

Disampaikan pada Apresiasi Peningkatan Mutu Rumput Laut Hasil Budidaya tanggal 25-27 Maret 2008 di Hotel Bumi Asih Makassar

Sulawesi Selatan

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR

2008

Page 2: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

1

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT

(SITE SELECTION) 1)

Akmal 2) E-Mail : [email protected]

Balai Budidaya Air Payau

Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Takalar 92254 Sulawesi Selatan

Abstrak Budidaya rumput laut di masa datang harus mampu menyikapi perubahan mutu lingkungan sebagai media budidaya. Untuk mampu mendorong masyarakat pembudidaya rumput laut dalam meningkatkan daya saing hasil budidaya rumput laut yang hemat lahan, hemat air, berkelanjutan dan ramah lingkungan diperlukan adanya site selection dalam budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan saja faktor internal tetapi juga faktor luar yang secara fisik tidak dalam lingkungan budidaya namun juga memberi kontribusi terhadap keberhasilan kegiatan budidaya. Upaya peningkatan produktivitas budidaya rumput laut harus didukung persyaratan lokasi yang mutlak menjadi pertimbangan utama sebelum menetapkan kesesuaian lahan/areal untuk suatu usaha budidaya. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan usaha budidaya pertimbangan yang matang sebelum menetapkan lokasi yang akan dipilih mutlak diperlukan demi kesinambungan usaha budidaya. Budidaya rumput laut memberikan harapan dalam peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.

Kata Kunci : Site Selection, Permasalahan, dan Rumput Laut

1) Makalah disampaikan pada “Apresiasi Peningkatan Mutu Rumput Laut Hasil Budidaya”

pada tanggal 25-27 Maret 2008 di Hotel Bumi Asih, Makassar, Sulawesi Selatan. 2) Perekayasa Muda BBAP Takalar.

Page 3: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

2

I. PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program

revitalisasi perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan

produksi meningkat menjadi 1,9 juta ton (Eucheuma spp. 1,5 juta ton)

dengan sasaran pengembangan areal budidaya Eucheuma spp. seluas

1.500.000 ha serta penyerapan tenaga kerja sekitar 255.000 orang (Anonim,

2005).

Untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut, sangat terbatas

apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut

terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode

lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang

selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi

lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.

Pemanfaatan lahan umum seperti perairan pesisir dan laut, juga sangat

berpotensi tidak menentu. Terlepas dari kebijakan lokal untuk menentukan

pemanfaatan lahan ataupun kebijakan yang berubah-ubah sesuai dengan

kebijakan pemerintah yang baru, aspek lain tetap harus dipertimbangkan.

Olehnya itu, persyaratan lokasi mutlak menjadi pertimbangan utama

sebelum menetapkan sesuai areal untuk suatu usaha budidaya.

Beberapa kegiatan budidaya baik skala kecil maupun besar, tidak

berhasil akibat pemilihan lokasi yang tidak tepat. Apalagi pada wilayah yang

penataan ruangnya belum ada sering menyebabkan komplik pemanfaatan

lahan terutama aktifitas-aktifitas yang sangat saling berpengaruh tetapi

kegiatannya yang berdampingan.

Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut.

Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat.

Page 4: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

3

Pada tahap ini, diperlukan pertimbangan mengenai ekologi, teknis,

kesehatan, sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, perlu juga

dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian,

pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan

sumberdaya alam, serta kegiatan alam lainnya.

Budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan

saja faktor internal tetapi juga faktor luar yang secara fisik tidak dalam

lingkungan budidaya namun juga memberi kontribusi terhadap

keberhasilan kegiatan budidaya. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan

usaha budidaya pertimbangan yang matang sebelum menetapkan lokasi

yang akan dipilih mutlak diperlukan demi kesinambungan usaha budidaya.

II. PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam teknologi pengembangan

budidaya rumput laut antara lain :

1. Tata ruang untuk peruntukan lokasi, pemanfaatan lokasi yang

tersedia sering terjadi benturan kepentingan.

2. Bibit, belum tersedianya bibit rumput laut untuk menjamin mutu

produk rumput laut hasil budidaya, sehingga diperlukan unit

penyedia bibit yang dapat menyediakan bibit yang sesuai dengan

persyaratan teknik produksi.

3. Modal usaha. Pelaku usaha dibidang rumput laut masih sulit

mendapatkan modal pinjaman karena adanya anggapan bahwa

usaha agrobinis beresiko tinggi. Hal ini belum tersedia dana khusus

dari bank berupa skim kredit.

4. Kendala harga masih ditangan pembeli (buyer market), sehingga

jaminan kualitas masih dalam bentuk bahan baku.

Page 5: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

4

5. Belum dikembangkan processing yang baik, sehingga belum adanya

standar kualitas (SNI) yang merupakan jaminan produk, dengan

adanya SNI produk maka petani dapat menentukan kualitas

produknya dan merupakan dasar menentukan harga jual.

6. Pola pikir dan mental petani, pengepul dan pengusaha. Mutu yang

dihasilkan masih sangat rendah hal ini disebabkan penanganan

pasca panen yang tidak baik dari petani, begitu juga dengan

pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan sementara yaitu

dengan cara memperdagangkan rumput laut walau dengan mutu

yang tidak baik.

7. Sumber Daya Manusia merupakan ujung tombak kegiatan

pembudidayaan sehingga diperlukan ketrampilan, mental dan

karakter dalam menentukan keberhasilan bagi usaha pengembangan

rumput laut, baik dibidang budidayanya, perdagangnnya maupun

dibidang industri pengolahannya.

8. Teknologi budidaya jenis K. alvarezii sudah dapat diterapkan, namun

untuk pengembangan budidaya secara nasional perlu pengkajian

lebih lanjut.

III. ASPEK-ASPEK PEMILIHAN LOKASI

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya rumput

laut meliputi aspek umum dan aspek teknis. Yang tercakup dalam aspek

umum mengenai pemilihan lokasi, pengadaan bibit, dan pemilihan bibit,

pemeliharaan dan pemanenan, hama dan penyakit, serta penanganan lepas

panen. Sedangkan aspek teknis meliputi cara atau metode budidaya, seperti

metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.

Sesuai dengan judul makalah ini, maka ini hanya akan mencakup

aspek umum pemilihan lokasi secara teknis dan non teknis. Dalam makalah

ini akan dibahas mengenai pemilihan lokasi budidaya rumput laut (site

Page 6: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

5

selection) dengan melihat budidaya rumput laut di perairan pantai dan

diperairan yang relatif dalam maupun perairan dangkal. Lahan budidaya

Eucheuma sp yang cocok terutama sangat ditentukan oleh faktor ekologis

faktor resiko, faktor higienis, dan faktor sosial-ekonomi, yaitu :

3.1. Faktor Ekologis

Dalam memenuhi persyaratan pertumbuhan Eucheuma spp,

dibutuhkan kondisi ekobiologi perairan yang memadai. Selanjutnya

dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi bagi

budidaya, dan akan diuraikan beberapa kondisi ekologi yang dibutuhkan

untuk jenis rumput laut Eucheuma tersebut. Parameter ekologis yang perlu

diperhatikan antara lain: kondisi dasar perairan, kedalaman, arus, kadar

garam, kecerahan, ketersediaan bibit dan organisme pengganggu. yaitu

meliputi :

a) Dasar Perairan

Dasar perairan yang paling cocok bagi pertumbuhan Eucheuma spp

adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan-potongan

karang yang mati dan bercampur dengan pasir karang, ditumbuhi oleh

komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-algae, maka daerah ini

cocok untuk pertumbuhannya dan menunjukkan adanya gerakan air

yang baik. Dasar perairan seperti ini biasanya juga terkait dengan tingkat

kecerahan perairan. Perairan dengan dasar karang ataupun karang mati

memiliki kejernihan air yang relatif baik. Hal ini cukup penting bagi

berlangsungnya fotosintesis bagi rumput laut ataupun tanaman lainnya.

Dasar perairan yang berlumpur kurang sesuai sebagai lokasi

pemeliharaan rumput laut. Dasar perairan yang didominasi oleh lumpur

dapat mengakibatkan kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi

dapat mengakibatkan bukan hanya penetrasi cahaya yang rendah namun

dampak langsungnya juga dapat berupa penempelan lumpur pada

Page 7: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

6

permukaan rumput laut yang dipelihara. Artinya, terjadinya pengadukan

lumpur selain berpengaruh pada penutupan permukaan rumput laut,

juga mengurangi penetrasi cahaya dan kedua faktor ini sangat

mempengaruhi efektivitas pemanfaatan cahaya oleh tanaman. Pada

kondisi seperti itu, rumput laut tidak dapat bertumbuh dan dapat

mengakibatkan kematian jika hal ini berlangsung lama.

Dasar perairan yang hanya terdiri dari pasir menunjukkan pergerakan

air yang sedikit, dan lumpur menunjukkan pergerakan air yang lebih

rendah lagi. Dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras selalu

atau sering menerima pergerakan air yang kuat terutama pukulan ombak

yang besar. Bila terdapat suatu perairan yang terdiri dari potongan-

potongan karang mati dan pasir berarti pergerakan airnya cukup tidak

rendah dan tidak terlalu kuat. Keadaan dasar perairan yang dasarnya

atau tumbuh-tumbuhan yang terdapat di situ banyak ditempeli endapan

(silt), mempunyai pergerakan air yang kurang. Hendaknya perairan yang

demikian tidak dipilih dalam penentuan area budidaya. Bila budidaya

dilakukan juga, seperti halnya tanaman yang tumbuh alami akan

ditutupi oleh endapan-endapan air. Tertutupnya permukaan thallus

tanaman menyebabkan kurangnya sinar matahari yang diterima yang

diperlukan untuk proses fotosintesa. Selain itu karena sedikitnya

pergerakan air, maka jumlah makanan yang dapat diserap juga sedikit.

Sehingga dengan demikian pertumbuhan tanaman di tempat yang

demikian itu menjadi rendah.

b) Kedalaman Air

Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budidaya yang

akan dipilih, secara alami Eucheuma spp didapati hidup dan tumbuh

dengan baik pada kedalaman air sekitar 30 – 60 cm pada waktu surut

terendah. Untuk metode lepas dasar, rakit apung dan rawai (long line)

dapat dilakukan pada perairan yang kedalamannya 2 – 15 meter. Kondisi

Page 8: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

7

ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan

mengoptimalkan perolehan sinar matahari.

c) Arus

Arus mempunyai peranan penting dalam penyebaran unsur hara di

laut. Arus ini sangat berperan dalam perolehan makanan bagi alga laut

karena arus dapat membawa nutrien yang dibutuhkannya. Rumput laut

merupakan organisme yang memperoleh makanan (nutrients) melalui

aliran air yang melewatinya. Gerakan air yang cukup akan membawa

nutrients dan sekaligus mencuci kotoran yang menempel pada thallus,

membantu suplai oksigen, dan dapat mengatasi kenaikan temperatur air

laut yang tajam. Kecepatan arus yang dianggap cukup untuk budidaya

rumput laut berkisar antara 20 - 40 cm/ detik dan suhu yang baik untuk

pertumbuhan rumput laut berkisar 20 – 28 ºC. Indikator suatu loaksi

yang memiliki arus yang baik adanya tumbuhan karang lunak dan

padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah. Arus

merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan oleh

tiupan angin, perbedaan densitas air laut dan pasang surut yang

bergelombang panjang dari laut terbuka.

Menurut Sulistijo (1994), salah satu syarat untuk menentukan lokasi

Eucheuma sp adalah adanya arus dengan kecepatan 0,33 - 0,66 m/detik.

Di tempat yang pergerakan airnya kuat, angka pertumubuhan tanaman

akan tinggi, akan tetepi bila pergerakan air (ombak atau arus) itu terlalu

kuat, tanaman akan rusak patah-patah dan bahkan bangunan budidaya

bisa rusak. Jika dasar perairan yang hanya terdiri dari pasir mempunyai

pergerakan air yang kurang. Di tempat seperti ini pananaman diatas

dasar memberikan hasil yang kurang baik. Akan tetapi bila Eucheuma

ditanam dekat permukaan air, mungkin pergerakan airnya cukup karena

pengaruh ombak, maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik.

Page 9: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

8

d) Salinitas

Di alam, Eucheuma spp tumbuh pada salinitas air laut yaitu berkisar

28 – 35 ppt. Penurunan salinitas akibat masuknya air tawar akan

menyebabkan pertumbuhan Eucheuma spp menjadi tidak normal. Untuk

memperoleh perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari

lokasi yang berdekatan dengan muara sungai. Soegiarto et al. (1978)

menyatakan kisaran salinitas yang baik untuk Eucheuma sp adalah 32 -

35 ppt. Dalam hubungannya, Eucheuma spp merupakan rumput laut

yang relatif tidak tahan terhadap kisaran kadar garam yang luas.

Eucheuma spp memerlukan kadar garam yang agak tinggi disekitar 30

permill atau lebih. Hendaknya tidak dipilih lokasi yang dekat dengan

muara sungai. Dua hal yang merugikan dari muara sungai ini yaitu

suplai air tawar yang dapat merusak tanaman dan endapan atau lumpur

yang dapat menutupi permukaan thallus tanaman.

e) Suhu

Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan

yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Secara

prinsip suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein mengalami

denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel yang bersifat

labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah, protein dan

lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibat

terbentuknya kristal di dalam sel. Terkait dengan itu, maka suhu sangat

mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan kehidupan rumput laut,

seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi,

fotosintesis dan respirasi.

Sulistijo (1994) menyatakan kisaran suhu perairan yang baik untuk

rumput laut Eucheuma adalah 27 – 30 oC. Temperatur air laut

dipengaruhi oleh arus, pasang dan kedalaman. Adanya arus terus

menerus, apalagi bila massa airnya berasal dari parairan dalam maka

Page 10: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

9

temperatur cukup baik, mungkin 25–27°C atau lebih rendah lagi. Dan

yang penting dari temperatur ini fluktuasinya yang rendah. Pada waktu

pasang surut, tidak terjadi aliran air, kedalaman hanya bebarapa cm

pada siang hari yang cerah, maka temperatur air cukup tinggi dapat

mencapai sampai 35°C. Hal ini dapat merugikan tanaman apalagi bila

berlangsung lama sampai 3 atau 4 jam.

f) Kecerahan

Dalam budidaya rumput laut tingkat kecerahan yang tinggi sangat

dibutuhkan, sehingga cahaya dapat masuk kedalam air. Intensitas sinar

yang diterima secara sempurna oleh thallus merupakan faktor utama

dalam proses fotosintesa. Kondisi air yang jernih dengan tingkat

transparansi sekitar 1,5 meter cukup baik bagi pertumbuhan rumput

laut.

g) Pencemaran

Pencemaran perairan oleh rumah tangga, industri, maupun limbah

kapal laut harus dihindari. Semua bahan pencemaran dapat

menghambat pertumbuhan rumput laut. Perairan yang mengalami

pencemaran karang terutama merupakan alur pelayaran tidak

dianjurkan untuk dipilih sebgai lokasi pananaman.

h) Ketersediaan Bibit.

Bibit rumput laut yang berkualitas sebaiknya tersedia di sekitar lokasi

yang dipilih, baik yang bersumber dari alam maupun dari budidaya.

Apabila di lokasi tersebut tidak tersedia bibit maka sebaiknya

didatangkan dari daerah terdekat dengan memperhatikan kaidah-kaidah

penanganan bibit dan pengangkutan yang baik. Pada lokasi dimana

Eucheuma cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti

Gracilaria dan Sargassum.

Page 11: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

10

i) Areal budidaya

Suatu perairan yang merupakan terusan dan terletak di antara dua

pulau atau gugusan pulau-pulau karang biasanya mempunyai arus kuat

dan baik sekali untuk area budidaya. Di perairan yang menghadap lautan

bebas, bila terdapat barrier reef juga bagus sekali dipilih karena tanaman

akan mendapat pergerakan air baik sekali dari ombak samudera yang

sudah pecah di karang sebelum mencapai tanaman. Di suatu perairan

karang yang luas sekali dapat terjadi alur-alur atau kanal yang waktu

surut rendah merupakan anak sungai. Di bagian ini arusnya lebih dari di

bagian lainnya sehingga bagus juga untuk area budidaya.

Di alam, tumbuhnya biasa persis pada garis surut terendah atau tidak

lebih dalam dari 1,0 meter di bawah garis surut terendah. Kadang-

kadang masih terdapat juga ditempat-tempat yang kekeringan sampai

satu jam pada waktu surut. Untuk menentukan areal budidaya dalam

hubungannya dengan kedalaman, perlu diperhatikan bahwa pada waktu

pasang surut terendah area tersebut tidak kekeringan (exposed). Apabila

areal demikian sukar diperoleh, bisa juga dipilih areal yang kekeringan

hanya sekitar satu atau dua jam. Kedalaman maksimum akan

ditentukan berdasarkan pada metoda penanaman apa yang akan

digunakan. Bila digunakan metoda lepas dasar maka maksimum

kedalaman pada surut terendah 30 cm. Dengan sedemikian semua pegga

pekerjaan penanaman pemeliharaan dan panen dapat dikerjakan dengan

mudah. Maksimum kedalaman ini kira-kira satu meter. Bila akan

digunakan metoda terapung maka kedalamannya dapat lebih dalam,

karena pemeliharaan dan panen dapat dilakukan di atas perahu.

Walaupun demikian, pemeliharaan panen dari atas perahu lebih sulit

dari pada bila dikerjakan sambil berdiri di dasar perairan.

Page 12: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

11

3.2. Faktor Resiko

Faktor resiko merupakan salah satu faktor non-teknis yang perlu

mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi budidaya, yang meliputi:

a) Keterlindungan; Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya

dan rumput laut, maka diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh

angin dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya di

perairan teluk atau perairan yang terlindung atau terhalang oleh pulau.

Selain itu, daerah yang dianggap cukup terlindung adalah perairan semi

tertutup seperti teluk sehingga perairan yang ada didalamnya relatif

aman dari terjangan ombak dan badai yang cukup keras. Wilayah

perairan yang cukup sering mendapat terpaan ombak dan gelombang

setiap tahun kurang sesuai untuk dipilih sebagai areal budidaya. Pada

kondisi perairan seperti ini akibat yang dapat ditimbulkan dapat berupa

kerugian material atau usaha yang kurang menguntungkan, bahkan

pada kondisi yang lebih parah dapat mengakibatkan kehilangan seluruh

fasilitas budidaya.

b) Keamanan Lokasi; Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja

dapat terjadi pada lokasi tertentu, sehingga upaya pengamanan baik

secara perorangan maupun secara kelompok harus dilakukan. Upaya

pendekatan dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi

perlu dilakukan.

c) Konflik Kepentingan; Pemilihan lokasi sebaiknya tidak

menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan

perikanan (penangkapan ikan, pemasangan bubu, bagang, pengumpul

ikan hias, KJA) dan kegiatan non perikanan (parawisata, perhubungan

laut, industri, taman nasional laut,) dapat berpengaruh negatif terhadap

aktivitas usaha rumput laut.

Page 13: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

12

d) Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan; Untuk menguatkan

keberlanjutan usaha budidaya rumput laut, maka pemilihan lokasi harus

tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah serta harus mengikuti

tata ruang yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

3.3. Faktor Higienis

Lokasi budidaya sebaiknya terhindar dari cemaran yang berasal dari

limbah rumah tangga maupun industri. Selain itu cemaran sampah dan

kotoran lumpur yang umumnya terjadi pada daerah aliran muara sungai

sebaiknya dihindari. Hal ini disebabkan karena rumput laut umumnya

dapat menyerap polutan (bahan pencemar) seperti logam berat, sehingga jika

terakumulasi dalam jaringan tanaman akan berdampak pada konsumen.

3.4. Faktor Sosial-Ekonomi

Aspek sosial-ekonomi yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan

lokasi antara lain keterjangkauan lokasi, tenaga kerja, sarana dan

prasarana, serta kondisi sosial masyarakat.

Pemilik usaha budidaya rumput laut biasanya memilih lokasi yang

berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan

penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi

diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah

dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit dan hasil panen.

a) Keterjangkauan Lokasi; Lokasi budidaya yang dipilih yang mudah

dijangkau. Umumnya lokasi budidaya relatif berdekatan dengan

pemukiman penduduk agar lebih mudah melakukan pemeliharaan.

b) Tenaga Kerja; Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal di

sekitar lokasi budidaya. Menggunakan tenaga lokal dilakukan sebagai

upaya untuk menghemat biaya produksi dan sekaligus membuka

peluang atau kesempatan kerja.

Page 14: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

13

c) Sarana dan Prasarana; Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan

sarana dan prasarana perhubungan yang memadai untuk memudahkan

dalam pengangkutan bahan, bibit, hasil panen dan pemasarannya.

d) Kondisi Sosial Masyarakat; Kondisi sosial masyarakat yang kondusif

memungkinkan perkembangnya usaha budidaya rumput laut.

IV. PENUTUP

Budidaya rumput laut memberikan harapan dalam peningkatan

pendapatan masyarakat pesisir. Oleh karena itu, upaya peningkatan

produktivitas budidaya rumput laut harus didukung persyaratan lokasi yang

mutlak menjadi pertimbangan utama sebelum menetapkan kesesuaian

lahan/areal untuk suatu usaha budidaya.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan budidaya

rumput laut perlu dikaji lebih mendalam dalam mencari solusi yang tepat.

Diperlukan bimbingan dan pembinaan dari instansi terkait kepada

pembudidaya rumput laut melalui peningkatkan pengetahuan tentang aspek

biologi, kimia dan fisik persyaratan lokasi yang dapat dijadikan sebagai

lokasi pembudidayaan rumput laut serta teknik budidaya dan

operasionalnya mulai dari perencanaan, proses produksi, panen dan

penanganan hasil panen serta pemasaran.

Selain itu perlu ditetapkan kelayakan pengembangan kawasan yakni

penentuan pengembangan sentra produksi budidaya rumput laut dimana

pengembangan budidaya rumput laut perlu dilakukan dengan sistem

kemitraan.

Page 15: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

14

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, Jana T., Zatnika, A., Heri Purwoto, dan Istini, S., 2006, Rumput Laut Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Informasi Dunia Pertanian, Cetakan I, Jakarta.

Anggadiredja. J.T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto dan Sri Istini., Rumput Laut, seri Agribisnis,2006.

Anonimous., 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Dalam Rangka Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Direktorat Pembudidayaan, Jakarta.

Anonimous., 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Mubarak,H., S. Ilyas, W.Ismail, I.S. Wahyuni, S.T. Hartati, E. Pratiwi, Z. Jangkaru, dan R. Arifuddin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHP/KAN/PT/13/1990. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 94 hal.

Puslitbangkan. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

Sulistyowati. H., 2003. Struktur Komunitas Seaweed (Rumput Laut) Di Pantai Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember. Jurnal Ilmu Dasar vol. 4 No.1 hal. 58 – 61.

Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Lau. (BL/85/WP-11). Laboratorium Marikultur, Lembaga Oceanologi Nasional LIPL. Jakarta.

Soegiarto, A. Sulistijo dan W.S. Atmadja., 1977. Pertumbuhan alga laut Eucheuma spinosum pada berbagai kedalaman di goba Pulau Pari. Oseanologi di Indonesia 8 : 1–12.

Soekarno, DR., 2001. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan. Coremap LIPI, Info Urdi Vol. 11

Page 16: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

15

Lampiran Tabel 1. Persyaratan Lokasi Budidaya Laut *)

No. Parameter Satuan Diperbolehkan Diinginkan A. Oseanografi 1. Kedalaman m 5 – 40 7 – 15 2. A r u s m/detik 0,15 – 0,50 0,25 – 0,35 3. Substrat dasar - Pasir Karang 4. Keterlindungan - Terlindung Sangat terlindung B. Kualitas Air 1. Suhu ºC Alami Alami 2. Salinitas Mg/ l ±10 % Alami 3. pH - 6 – 9 6,5 – 8,5 4. TSS Mg/ l 80 < 25 *) Sumber : Kep.Men 02/Men 02/MenKLH/I/1988 tentang Kualitas Air Laut untuk

Budidaya Laut

Page 17: Makalah Pemilihan Lokasi Budidaya

16

Lampiran Tabel 2. Persyaratan Teknis Penilaian Kecocokan Lokasi Budidaya Rumput Laut Dengan Metode Lepas Dasar.

No. Parameter Kriteria Nlai 1 Keterlindungan Terlindung

Agak terlindung Terbuka

10 6 2

2 Gerakan air (arus) 20-30 cm/det 30-40 cm/det < 20 dan > 40 cm/det

15 9 3

3 Dasar perairan Pasir dan pecahan karang Pasir berlumpur lumpur

10 6 0

4 Kedalaman 30-60 cm 0-30 cm 60-100 cm < 0 dan > 100 cm

10 8 6 2

5 Kejernihan 5 m atau lebih 3-5 m < 3 m

8 5 2

6 Salinitas 32-34%o 28-32%o < 28%o

15 10 5

7 Pencemar Tidak ada Sedang Tinggi

10 5 0

8 Hewan herbivor Tidak ada Ikan, bulu babi penyu

7 4 1

9 Keterjangkauan Mudah Sedang Sukar

8 5 2

10 Tenaga kerja lokal Banyak Sedang Kurang

7 4 1

Sumber : (Mubarak et al., 1990). Keterangan : Jumlah nilai 80 – 100 = sangat baik

70 – 79 = baik 60 – 69 = dapat diterima bila parameter yang buruk dapat

diperbaiki < 60 = tidak dapat diterima