sistem penunjang keputusan pemilihan lokasi...

17
1 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI MENGGUNAKAN AHN dan METODE DELPHI Dessy Tri Anggraeni ABSTRAKSI Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama Analitycal hierarchy proses (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompok- kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Metode Delphi adalah proses yang sistematis dan dapat diulang dalam mendapatkan kriteria dari para ahli dimana terdapat kerahasian identitas antara sesama panel ahli. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner secara tertulis. Setelah itu kuesioner dikumpulkan, dan jawaban-jawaban tadi akan digabung untuk membuat pertanyaan baru dalam putaran berikutnya. Proses ini diulang sampai tercapai kriteria. Memilih Lokasi untuk pabrik adalah suatu tujuan yang bersifat umum,dan tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan pertama. Alternatif lokasi pada penulisan ini menghasilkan Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok merupakan ukuran pencapaian tujuan utama. Kata Kunci: Sistem Keputusan, Lokasi Usaha, Analytical hierarchy Process Pendahuluan Memilih lokasi tempat usaha tampaknya gampang-gampang susah. Usaha dapat berjalan dengan aman dan lancar serta dapat berkembang, memang perlu memilih lokasi tempat usaha yang tepat, strategis, dan menunjang produktivitas adalah pekerjaan yang sulit. Pemilihan lokasi untuk setiap jenis usaha sangat berbeda, misalnya saja perbandingan pemilihan lokasi untuk sebuah pabrik yang membutuhkan lokasi yang benar-benar diperlukan pertimbangan baik dari kaca mata pemilik pabrik maupun dari lingkungannya.

Upload: others

Post on 17-Feb-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN

    LOKASI MENGGUNAKAN AHN dan METODE

    DELPHI

    Dessy Tri Anggraeni

    ABSTRAKSI

    Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu

    alternatif. Peralatan utama Analitycal hierarchy proses (AHP) adalah sebuah

    hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu

    masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompok-

    kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu

    bentuk hirarki. Metode Delphi adalah proses yang sistematis dan dapat diulang

    dalam mendapatkan kriteria dari para ahli dimana terdapat kerahasian identitas

    antara sesama panel ahli. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner secara tertulis.

    Setelah itu kuesioner dikumpulkan, dan jawaban-jawaban tadi akan digabung

    untuk membuat pertanyaan baru dalam putaran berikutnya. Proses ini diulang

    sampai tercapai kriteria.

    Memilih Lokasi untuk pabrik adalah suatu tujuan yang bersifat umum,dan

    tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub tujuan yang lebih

    terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan pertama.

    Alternatif lokasi pada penulisan ini menghasilkan Bogor, Tangerang, Bekasi, dan

    Depok merupakan ukuran pencapaian tujuan utama.

    Kata Kunci: Sistem Keputusan, Lokasi Usaha, Analytical hierarchy Process

    Pendahuluan

    Memilih lokasi tempat usaha tampaknya gampang-gampang susah. Usaha

    dapat berjalan dengan aman dan lancar serta dapat berkembang, memang perlu

    memilih lokasi tempat usaha yang tepat, strategis, dan menunjang produktivitas

    adalah pekerjaan yang sulit. Pemilihan lokasi untuk setiap jenis usaha sangat

    berbeda, misalnya saja perbandingan pemilihan lokasi untuk sebuah pabrik yang

    membutuhkan lokasi yang benar-benar diperlukan pertimbangan baik dari kaca

    mata pemilik pabrik maupun dari lingkungannya.

  • 2

    Dalam pemilihan lokasi diperlukan pengambilan keputusan, karena

    pemilihan lokasi memiliki banyak variabel dan kriteria yang harus diperhatikan.

    Penulisan ini memberikan informasi dalam sistem penunjang keputusan

    menentukan lokasi usaha. Mencari tempat usaha dengan menerapkan fungsi

    analisis AHP sebagai teori keputusan dengan menggunakan hitungan matriks.

    Ruang lingkup penulisan adalah badan usaha berupa pabrik dengan lokasi Jakarta,

    Bogor, Tangerang dan Bekasi.

    Pengertian Keputusan

    Menurut Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi

    dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

    mengenai ‘apa yang harus dilakukan‘ dan seterusnya mengenai unsur-unsur

    perencanaan. Terutama keputusan itu dibuat untuk menghadapi masalah-masalah

    atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau

    penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dapat

    juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses

    pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat

    digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan itu diambil

    dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya

    terlebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan

    pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif yang disajikan.

    Lokasi Pabrik

    Menentukan lokasi sebuah pabrik memiliki banyak variabel yang harus

    dipertimbangkan baik kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan pendirian pabrik

    adalah mendapatkan keuntungan ekonomis, sesuai dengan teori perusahaan

    industri, maka variabel pertama yang harus dipertimbangkan adalah variabel

    ekonomi. Jika secara ekonomi menguntungkan, maka analisa perlu diteruskan

    dengan variabel lain yang mungkin mengubah keputusan suatu lokasi menjadi

    lokasi lain.

  • 3

    Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu

    alternatif. Peralatan utama analytical hierarchy process (AHP) adalah sebuah

    hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu

    masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompok-

    kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu

    bentuk hirarki.

    Suatu tujuan yang sifatnya umum dapat dijabarkan dalam beberapa sub

    tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam

    tujuan pertama penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh

    tujuan yang bersifat operasional. Pada hirarki terendah ini dilakukan proses

    evaluasi atas altematif yang merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama, dan

    pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria diukur.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses

    penjabaran hirarki tujuan, yaitu:

    1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan, harus diperhatikan apakah

    setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tertentu.

    2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian

    yang terlampau banyak, baik dalam arah horisontal maupun vertikal.

    3. Sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan yang

    lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, “Apakah suatu tindakan/ hasil

    yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses

    evaluasi”.

    Penjabaran tujuan dalam hirarki yang lebih rendah pada dasarnya

    tujuannya ditujukan agar memperoleh kriteria yang dapat diukur. Walaupun

    sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu.

    Mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih

    tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan

    pada hirarki yang bbih tinggi dalam proses analisis, semakin objektif penilaian

    kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pengambilan

  • 4

    keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Bila demikian

    keadaannya salah satu cara untuk ukuran pencapaiannya adalah dengan

    menggunakan skala subjektif.

    Model AHP Pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis,

    yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan

    kolektif dari proses pengambilan keputusan. Kelebihan AHP dibandingkan

    dengan yang lain adalah:

    1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

    sampai subkriteria yang paling dalam.

    2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

    berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambilan keputusan.

    3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisa sensitivitas

    pengambilan keputusan.

    Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah

    yang multi-objek dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi

    dari setiap elemen dalam hirarki. Model ini merupakan suatu pengambilan

    keputusan komprehensif. Pada dasarnya langkah dalam metode AHP meliputi:

    1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

    2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

    dengan subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkat kriteria

    yang paling bawah.

    3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

    kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan

    atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan

    judgment dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat suatu elemen

    dibandingkan elemen yang lainnya.

    4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment.

    5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

    maka pengambilan data diulang.

    6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

    7. Menghitung vector eigen dari tiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai

  • 5

    vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis

    judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki

    terendah sampai pencapaian tujuan.

    8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih dari 10 persen maka penilaian

    data judgment harus diperbaiki.

    Skala Perbandingan

    Untuk dapat menghasilkan matriks yang terdiri dari penilaian terhadap

    tingkat kepentingan atau bobot relatif maka diperlukan skala untuk memberikan

    penilaian proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan

    keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu saat

    (1980) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai

    perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen lain.

    Tabel 1. Skala Perbandingan

    Bobot Keterangan Penjelasan

    1 Kedua elemen sama

    penting

    Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama

    besar terhadap tujuan

    3 Elemen yang satu lebih

    sedikit dan lebih penting

    dari pada elemen yang lain

    Pengalaman dan penilaian sedikit lebih

    menyokong satu elemen dibandingkan elemen

    lainnya

    5 Elemen yang satu lebih

    penting daripada elemen

    lainnya

    Pengalaman dan penilaian sangat menyokong

    satu elemen dibandingkan elemen lainnya

    7 Satu elemen jelas lebih

    mutlak penting daripada

    elemen lainnya

    Satu elemen yang kuat disokong dan dominan

    terlihat dalam praktek

    9 Satu elemen mutlak penting

    daripada elemen lainnya

    Bukti yang mendukung elemen yang satu

    terhadap elemen lain memiliki tingkat

    penegasan tertinggi yang mungkin

    menguatkan

    2,4,6,8 Nila-nilai antara dua nilai

    pertimbangan yang

    berdekatan

    Konsistensi

    Dalam metode AHP ada dua macam konsistensi consistency index (CI)

    dan Consistency Ratio(CR).

  • 6

    Tabel 2. Tabel Index Random

    Ukuran Matriks Index Random (Inkonsistensi)

    1,2 0.00

    3 0.58

    4 0.90

    5 1.12

    6 1.24

    7 1.32

    8 1.41

    9 1.45

    10 1.49

    11 1.48

    12 1.51

    13 1.56

    14 1.57

    15 1.59

    Metode Delphi

    Metode Delphi adalah proses yang sistematis dan dapat diulang dalam

    mendapatkan konsensus dari para ahli tentang masa depan. Metode ini pertama

    kali dikembangkan oleh Rand Corporation pada akhir tahun 1940. Dalam metode

    ini telah direkomendasikan sebagai proses komunikasi kelompok terstruktur

    karena kuesioner yang berulang akan diberikan dan akan mengurangi dominasi

    individual dan dapat dikembangkan konsensus tentang sesuatu. Pada tehnik ini

    dimaksudkan untuk menghindari hubungan langsung yang kurang enak, karena

    menonjolnya ide yang lebih bagus dari salah seorang dibandingkan dengan ide

    yang lain. Keburukannya antara lain : hanya karena untuk menghindarkan rasa

    tidak enak saja, maka tidak diberikan kesempatan berkomunikasi secara langsung.

    Ada baiknya bila ada pendapat yang lebih baik itu dianggap sebagai penambahan

    pengetahuan.

    Menurut Benson, terdapat unsur dalam metode Delphi yaitu :

    1. Kerahasian identitas antara sesama panel ahli.

    2. Umpan balik terkontrol.

    3. Respon group secara statik.

    Maka metode ini berbeda dan brainstorming di mana terdapat interaksi

  • 7

    antara pendapat individu dan tidak adanya kerahasiaan identitas yang dapat

    mempengaruhi jawaban. Kelompok ahli dipilih secara selektif, mewakili para ahli

    yang memahami masalah yang akan dicari konsensusnya, akan diminta untuk

    mengisi kuesioner secara tertulis. Setelah itu kuesioner dikumpulkan, dan jawaban

    akan digabung untuk membuat pertanyaan baru dalam putaran berikutnya. Proses

    ini diulang sampai tercapai konsensus. Bagian yang paling penting adalah

    merancang kuesioner. Kuesioner harus mudah dimengerti oleh panelis.

    Gambar 1. Metode Penelitian

    Pengumpulan Dan Pengolahan Data

    Pengumpulan Data

    Data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari primer dan data

    sekunder. Data primer yang digunakan merupakan hasil penyebaran kuesioner dua

    tahap pada tahap pertama penelitian ditunjukkan kepada 4 responden terpilih dan

  • 8

    untuk tahap kedua kepada 10 orang terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh

    dari berbagai sumber seperti studi kepustakaan, internet dan data yang diberikan

    dan disarankan oleh dosen pembimbing sebagai data penunjang dalam penulisan.

    Identifikasi Sampel

    Penetapan jumlah sampel merupakan hal yang perlu diperhatikan, yaitu

    dengan melihat derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi.

    Semakin seragam populasi maka makin kecil sampel yang dibutuhkan. Metode

    pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel non probabilita

    dengan metode Judgement Sample, untuk kuisioner tahap pertama dan metode

    Quota Sample.

    Perencanaan sampel Non-probabilistik (Nonprobability Sample) tidak

    mengukur sejauh mana karakteristik sampel mendekati parameter populasi

    induknya, sehingga pada kenyataan populasi induk tidak dapat digeneralisasi pada

    populasi tempat sampel tersebut diambil.

    Panel Delphi

    Panel Ahli diatur agar dapat mewakili golongan akademisi, pedagang dan

    konsultan di daerah seputar JaBoTaBek. Orang yang mempunyai pengetahuan

    dalam dunia bisnis dipilih untuk berpartisipasi dalam putaran pertama studi

    Delphi. Kuesioner diberikan ke panelis. Metode Delphi dilakukan dengan

    kerahasiaan panelis yang sangat terjaga.

    Prosedur Tahap Pertama

    Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan konsensus terhadap factor

    yang dapat mempengaruhi keputusan memilih lokasi dan mengklasifikasikan ke

    dalam kelompok jenis bisnis, alternatif, kriteria lokasi. Issu studi ini adalah :

    1. Identifikasi motivasi dari perusahaan yang ingin mengembangkan usaha.

    2. Menentukan langkah dalam proses pemilihan lokasi.

    3. Mengidentifikasi faktor tersulit dalam membuat keputusan lokasi dan

    merekomendasikan cara mengatasinya.

  • 9

    4. Mengidentifikasi faktor tersulit dalam membuat keputusan memilih lokasi

    dan merekomendasikan cara mengatasinya.

    5. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih lokasi

    dengan meminta para ahli menentukan hal yang penting diperhatikan.

    6. Mengidentifikasi faktor yang harus dipertimbangkan dalam keputusan lokasi,

    misalnya Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang dan sebagainya.

    Kuesioner Tahap Pertama

    Studi Delphi diperlukan untuk menyelidiki kriteria dan altematif yang

    mempengaruhi keputusan memilih lokasi yang nilai kemungkinannya diambil dari

    data kuesioner tahap I. Sifat dari metode ini sangat memakan waktu dan

    membutuhkan beberapa kali pegulangan kuesioner untuk mendapatkan konsensus.

    Tetapi metode ini berguna dalam mencapai konsensus mengenai

    perencanaan strategis. Studi akhir masih jauh dari komplit, respon pertama

    digabungkan dan dianalisa untuk kemudian dikirim ke responden yang sama

    untuk mendapatkan komentar. Indikasi awal adalah alternatif dan kriteria lokasi

    yang dipertimbangkan daalm proses pengambilan keputusan tidak sama

    pentingnya, beberapa alternatif dan kriteria dapat diabaikan.

    Alternatif Lokasi Pabrik

    Alternatif :

    Depok

    Tangerang

    Bekasi

    Bogor

    Mendapatkan sumber daya teknologi

    kedekatan dengan pasar, yang

    mengakibatkan pelayanan konsumen yang

    lebih cepat dan lebih baik

    Pengolahan Data Kuesioner Tahap I

    Pada tahap ini pegolahan data menggunakan kuesioner penelitian tahap I,

    di mana pengolahan ini mengolah data yang didapat dari pendapat para pakar

    untuk alternatif dan kriterianya dengan mengambil 4 untuk alternatif dan 3 terbaik

    untuk kriteria terbaik dari usulan.

  • 10

    Untuk kriteria terlihat pada gambar 2 berikut.

    Gambar 2. Kriteria Pemilihan

    Untuk alternative dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

    Gambar 3. Alternatif Pemilihan

    Kuesioner Tahap II

    Alternatif dan kriteria dalam memilih lokasi usaha yang diperoleh dari

    hasil penyebaran kuesioner pendahuluan dan kuesioner penelitian bagian I di

    survey lebih lanjut, untuk kepentingan pembobotan terhadap alternatif dan kriteria

    tersebut melalui penyebaran kuesioner penelitian II. Pada kuesioner ini, responden

    diminta untuk memberikan persepsi terhadap tingkat kepentingan alternatif dan

    kriteria dalam memilih lokasi usaha.

    Kuesioner penelitian II ini disusun dalam bentuk tertutup dengan jawaban

    manggunakan perbandingan berpasangan kepentingan alternatif dari kriteria.

  • 11

    Tabel x. Nilai Pembobotan

    Nilai Bobot Tingkat Kepentingan

    1 Sama

    3 Sedang

    5 Kuat

    7 Sangat Kuat

    9 Ekstrim

    Kuesioner penelitian bagian II, disebarkan kepada 10 responden.

    Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian bagian II terhadap responden

    tersebut, diperoleh bobot kriteria dan alternatif dalam memilih lokasi usaha untuk

    pendirian pabrik. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner penelitian bagian II

    setelah dilakukan penyebaran terhadap 10 responden dan telah dilakukan uji

    validitas dan reabilitas.

    Pengolahan Data Kuesioner II

    Pengolahan data merupakan tahap yang bertujuan untuk mendapatkan

    hasil guna kepentingan analisa dengan menggunakan metode Analisis Hirarki

    Proses atau AHP. Dalam hal ini digunakan perbandingan berpasangan yang

    nilainya terdiri dari sama dengan, sedang, cukup kuat, sangat kuat sekali. Kelima

    penilaian tersebut diberikan bobot.

    Pengolahan pembobotan dengan perbandingan berpasangan dari kuesioner

    yang disebarkan melakukan pengisian kuesioner penelitian tahap II serta penilaian

    harapan terhadap kinerja pabrik dengan menggunakan bantuan program SPS versi

    11.0 (Uji Descriptive Statistica-Frequencies).

    Pembahasan

    Pengumpulan data untuk menentukan lokasi untuk pabrik ini telah

    dilakukan dan menghasilkan suatu hirarki sederhana yang terdiri dari tiga level

    antara lain : goal atau tujuan, kriteria dan alternatif. Responden dan hirarki

    tersebut adalah hasil survey penelitian tahap I dan II.

  • 12

    Gambar 4. Hirarki Keputusan

    Setelah tujuan, kriteria dan alternatif sudah tersusun secara hirarki,

    langkah selanjutnya menentukan kepentingan relatif alternatif dan kriteria.

    Penentuan Nilai Bobot

    Dibuat analisa data yang diperoleh dari kuesioner untuk menentukan nilai

    bobot masing-masing kriteria dan alternatif yang sudah ditentukan.

    Nilai Bobot untuk Kriteria

    Dari survey data yang diambil dapat dijadikan penilaian untuk menentukan

    peringkat kriteria pasar, kemudian infrastruktur dan peraturan pemerintah daerah.

    Dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

    Pasar adalah 2x lebih penting dari pada infrasuktur

    Infrasuktur 3x lebih penting dari pada peraturan pemerintah daerah

    Pasar 4x lebih penting dari pada peraturan pemerintah daerah

    Matriks tersebut menjadi peringkat kriteria dari penilaian tersebut dibuat

    matriks berpasangan.

  • 13

    Infrastruktur Pasar Peraturan Daerah

    Infrastruktur 1 / 1 1 / 2 3 / 1

    Pasar 2 / 1 1 / 1 4 / 1

    Peraturan Daerah 1 / 3 1 / 4 1 / 1

    Sekarang pecahan di ubah menjadi desimal :

    1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000

    kemudian matriks tersebut dikuadratkan :

    1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000

    1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000

    Hingga menghasilkan :

    3.0000 1.7500 8.00005.3332 3.0000 14.00001.1666 0.6665 3.0000

    Langkah kedua menghitung kriteria yang terpenting yang pertama ( 4 angka di

    belakang koma ), jumlahkan barisnya :

    12.750022.33324.8331

    Totalkan jumlah barisnya yaitu 39,9161 dan buat nilai perbandingannya.

    12.7500

    39.9161= 0.3194

    22.3332

    39.9161= 0.5595

    4.8331

    39.9161= 0.1211

    Peringkat kriteria yang diperoleh adalah :

    0.3194 Kriteria kedua terpenting

    0,5595 Kriteria terpenting

    0,1211 Kriteria ketiga

    Kemudian kembali ke pohon hirarki.

  • 14

    Gambar 5. Bobot Kriteria

    Nilai Bobot Alternatif Kriteria Infrastruktur

    Dalam hal infrastruktur, perbandingan menentukan preferensi dari

    alternatif terhadap alternatif lain. Survey data yang diambil dengan menggunakan

    penilaian untuk menentukan peringkat alternatif dihasilkan adalah Tangerang

    lokasi yang paling baik, kemudian baru Bekasi, Depok dan Bogor. Penilaian

    sebagai berikut :

    Tangerang 6x lebih baik dari pada Bogor

    Bogor 4x lebih baik dari pada Depok

    Bekasi 4x lebih baik dari pada Bogor

    Tangerang 5x lebih baik dari pada Depok

    Dari matriks tersebut menjadi peringkat kriteria dari penilaian itu dibuat

    lagi matriks berpasangan.

    Bogor Bekasi Depok Tangerang

    Bogor 1 / 1 1 / 4 4 / 1 1 / 6

    Bekasi 4 / 1 1 / 1 4 / 1 1 / 4

    Depok 1 / 4 1 / 4 1 / 1 1 / 5

    Tangerang 6 / 1 4 / 1 5 / 1 1 / 1

  • 15

    Peringkat Alternatif menurut kriteria Infrastruktur adalah :

    Rangking Infrastruktur

    0,1064 Bogor

    0,2583 Bekasi

    0,0530 Depok

    0.5821 Tangerang

    Kriteria Pemasaran

    Kemudian perlakukan hal yang sama dengan kriteria lainnya. Dalam hal

    pasar, perbandingan menentukan preferensi dari suatu alternatif terhadap alternatif

    lain. Dari survey data yang diambil dengan menggunakan penilaian untuk

    menentukan peringkat alternatif dihasilkan adalah Tangerang lokasi yang paling

    bagus, kemudian baru bekasi, Bogor dan Depok.

    Tangerang 5x lebih baik dari Depok

    Bogor 2x lebih baik dari Depok

    Bekasi 4x lebih baik dari Bogor

    Tangerang 3x lebih baik dari Bogor

    Bogor Bekasi Depok Tangerang

    Bogor 1 / 1 1 / 4 2 / 1 1 / 3

    Bekasi 4 / 1 1 / 1 2 / 1 2 / 1

    Depok 1 / 2 1 / 2 1 / 1 1 / 5

    Tangerang 3 / 1 2 / 1 5 / 1 1 / 1

    Peringkat Altematif menurut kriteria Pemasaran adalah :

    Rangking Infrastruktur

    0,1278 Bogor

    0,3239 Bekasi

    0,1014 Depok

    0,4683 Tangerang

    Kriteria Peraturan Pemerintah

    Kemudian perlakukan hal yang sama dengan kriteria berikutnya. Dalam

    hal peraturan pemerintah, perbandingan menentukan preferensi dari suatulternatif

    terhadap altematif lain. Dari survey data yang diambil dengan menggunakan

    penilaian untuk menentukan peringkat alternatif dihasilkan adalah Tangerang

  • 16

    lokasi yang paling bagus, kemudian baru Bekasi, Bogor dan Depok.

    Tangerang 4x lebih baik dari Bekasi

    Bekasi 3x lebih baik dari Depok

    Depok 2x lebih baik dari Bogor

    Tangerang 6x lebih baik dari Bogor

    Bogor Bekasi Depok Tangerang

    Bogor 1 / 1 1 / 3 1 / 2 1 / 6

    Bekasi 3 / 1 1 / 1 3 / 1 1 / 4

    Depok 2 / 1 1 / 3 1 / 1 1 / 6

    Tangerang 6 / 1 4 / 1 6 / 1 1 / 1

    Peringkat Alternatif menurut kriteria Peraturan Pemerintah adalah :

    Rangking Infrastruktur

    0,0613 Bogor

    0,3134 Bekasi

    0,0868 Depok

    0,5368 Tangerang

    Kesimpulan

    Dapat disimpulkan dalam beberapa point antara lain : pengambilan keputusan

    adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan

    fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan

    pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

    Agar usaha dapat berjalan dengan aman dan lancar serta dapat berkembang,

    memang perlu memilih lokasi tempat usaha yang tepat dan strategis yang dalam

    pemilihannya memerlukan banyak pertimbangan faktor yang bergantung pada jenis

    usahanya. Memilih lokasi pabrik berarti ada 3 hal yang diperhatikan yaitu: tujuan, kriteria

    dan alternatif. Peralatan utama Analitycal hierarchy proses (AHP) adalah sebuah hirarki

    fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Metode Delphi adalah proses yang

    sistematis dan dapat diulang dalam mendapatkan konsensus dari para ahli dimana

    terdapat kerahasian identitas antara sesama panel ahli.

    Setelah dilakukan pengolahan dan analisis dengan menggunakan metode AHP

    dan hitungan matriks berpasangan yang memungkinkan untuk mencapai suatu keputusan

    yang hirarki untuk mengambil keputusan memilih pabrik, maka dapat diambil kesimpulan

  • 17

    Tangerang dapat dijadikan tempat usaha dengan resiko keuntungan tertinggi (0,5010).

    Saran

    Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan pada hakekat

    suatu masalah, yang terpenting yang harus diperhatikan adalah: Pengumpulan fakta-fakta,

    Penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, pengambilan yarg menurut

    perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

    Penulis juga menyarankan untuk penggunaan model AHP ini digunakan untuk

    keputusan yang sifatnya: Keputusan yang sifatnya kurang terstruktural dan umumnya

    dihadapi oleh manager ditingkat puncak.

    Daftar Pustaka

    Ali Ramadhani, M.T, DR. ir Kadarsah Suryadi. Sistem Pendukung Keputusan. PT

    Remaja Rosdakarya. 1998.

    Imam Soeharto, Manajemen Proyek, Erlangga 1995.

    Singgih Santoso, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Penerbit PT. Elex

    Media Komputindo, Jakarta, 2001.

    Thomas L.Saaty, Decision Marking For Leader 1999.