lokakarya hukum kontrak - anggota perkindo dki jakarta
DESCRIPTION
seminarTRANSCRIPT
PROPOSAL LOKAKARYA HUKUM KONTRAK DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN
PEKERJAAN PEMERINTAH
2013
DEWAN PENGURUS DAERAH (DPD) PERSATUAN KONSULTAN INDONESIA DKI JAKARTA
LATAR BELAKANG
Bahwa dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, pemerintah senantiasa dituntut
untuk memajukan kesejahteraan umum. Untuk mengemban kewajiban ini, pemerintah
mempunyai kewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk baik
berupa barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, pemerintah juga
memerlukan barang dan jasa itu dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan1.
Untuk memperoleh barang/jasa, pemerintah melakukannya melalui pengadaan
barang/jasa. Sehingga, pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan pengadaan barang/jasa dipahami sebagai kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Selanjutnya, setelah selesainya proses
pengadaan barang/jasa, penyedia barang/jasa yang dinyatakan sebagai pemenang
melakukan ikatan perjanjian tertulis dengan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK)/Pengguna Barang/Jasa sebagai dasar ketentuan pelaksanaan pekerjaan, hal inilah
yang dikenal dengan kontrak.
Berbicara kontrak pekerjaan pemerintah yang sumber anggarannya APBN/APBD,
padanya terkandung : (i) proses pengadaan barang/jasa, sehingga menuntut para
penyedia barang/jasa memahami PERPRES Nomor : 54 tahun 2010 berserta perubahan-
1 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian_Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah,
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2009, hlm.1.
PROPOSAL LOKAKARYA
HUKUM KONTRAK DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN
PEKERJAAN PEMERINTAH
perubahannya, (ii) pengelolaan keuangan negara, (iii) asas berkontrak; (iv) hukum
administrasi negara, (v) hukum perdata, (v) hukum pidana, dan (vi) pertanggungjawaban
pekerjaan.
Dalam implementasi kontrak di lapangan, masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan, diantaranya adalah :
1) Umumnya masih rendah pemahaman terhadap PERPRES Nomor: 54 tahun 2010
beserta perubahan-perubahannya, baik oleh penyedia barang/jasa, PPK,
Bendaharawan, Pokja ULP, dan Auditor. Hal ini mengejawantah dalam bentuk
berikut : (i) lelang bersifat diskriminatif yang mensyaratkan Sertifikasi Badan Usaha
(SBU) dari asosiasi tertentu, (ii) tata tahapan waktu pelelangan berakhir di hari
libur, (iii) PPK banyak salah menentukan jenis kontrak, karena kurang memahami
jenis kontrak dan karakteristik pekerjaan, selain itu juga karena resiko kesalahan
menjadi tanggung jawab pribadi; (iv) Auditor, PPK, dan Bendaharawan umumnya
masih meminta laporan keuangan masing-masing item pelaksanaan pekerjaan
tanpa melihat jenis kontrak yang digunakan, (v) persyaratan pelelangan yang
bertentangan dengan ketentuan perundangan lainnya, misalnya pokja ULP
mensyaratkan penyedia barang/jasa harus memiliki SIUP, padahal bidang pekerjaan
yang dilelang syarat ijin usahanya bukan SIUP, hal demikian mendorong tindakan-
tindakan pemalsuan dokumen oleh penyedia barang/jasa;
2) Belum jelasnya batasan mengenai pemahaman uang negara pada kontrak
pekerjaan pemerintah yang sumber anggarannya APBN/APBD. Sementara,
penyedia barang/jasa sesuai kontrak daftar kuantitas dan harga/rencana anggaran
biaya telah membelanjakan untuk barang/jasa. Apakah tidak semestinya yang
diperiksa adalah barang/jasa yang dibeli?
3) Kesalahan dalam menggunakan jenis kontrak, penyedia jasa ikut menanggung
permasalahan bahkan kerugian. Padahal, penentuan jenis kontrak domain PPK
sesuai ketentuan PERPRES Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahan-
perubahannya Pasal 11 ayat (1) dan ditentukan sebelum proses pelelangan;
4) Belum jelasnya batasan hukum administrasi negara, hukum perdata, dan hukum
pidana dalam kontrak pekerjaan pemerintah yang sumber anggaranya APBN/APBD;
5) Kesetaraan dalam berkontrak umumnya masih jauh dari harapan. Desain kontrak
umumnya bersifat given, perlunya kejelasanan batasan mana yang boleh
substansinya diubah oleh penyedia jasa. Dalam pelaksanaannya, kontrak juga relatif
masih belum bisa melindungi hak-hak penyedia jasa. Penyedia jasa umumnya masih
banyak dalam posisi inferior, ketika terjadi keterlambatan pekerjaan penyedia
cenderung langsung kena sanksi, akan tetapi ketika terjadi keterlambatan
pembayaran oleh PPK, atau berubahnya substansi pekerjaan oleh tim teknis,
penyedia jasa tidak mendapatkan kompensasi dan ganti rugi yang nyata. Banyak
permasalahan yang muncul dalam berkontrak diselesaikan dengan “permakluman
dari penyedia barang/jasa atau persuasif”, sehingga berkembanglah pemikiran di
pengguna barang/jasa, “penyedia barang/jasa yang luwes, yang nurut, dan mudah
diajak bekerjasama”;
6) Relatif masih banyak dijumpai kontraknya jenis lumpsum, tapi terjadi addendum
kontrak. Padahal ketentuan PERPRES Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahan-
perubahannya tidak membolehkan. Addendum juga terkadang tidak bisa
dihindarkan karena permintaan lingkup pekerjaan yang bertambah oleh pimpinan
K/L/D/I. Pada sisi yang lain, relatif banyak PPK yang ketakutan menggunakan jenis
kontrak harga satuan, karena takut adanya klaim dari penyedia barang/jasa,
sementara sumber pendanaan tidak mencukupi. Pertanyaannya, apakah klaim
penyedia barang/jasa oleh karena implikasi dari kontrak jenis harga satuan bisa
dianggarkan tahun berikutnya bila sumber pendanaannya tidak mencukupi?
7) Pemeriksaan oleh auditor pada pasca kontrak/pekerjaan, umumnya mengharuskan
penyedia barang/jasa menyerahkan bukti pengeluaran masing-masing item
pelaksanaan pekerjaan, tanpa melihat jenis kontrak yang digunakan. Semestinya,
tidak semua jenis kontrak diharuskan menyerahkan bukti pengeluaran masing-
masing item pelaksanan pekerjaan, contohnya adalah kontrak lumpsum. Kontrak
lumpsum sesuai ketentuan berorientasi output base, untuk ini semestinya dalam
pemeriksaan yang diperiksa adalah outputnya. Cara pemeriksanaan yang demikian
telah menjadi hal yang menakutkan, bahkan melahirkan pola pikir yang salah bagi
penyedia barang/jasa, bendaharawan, dan PPK. Mereka rela melakukan pemalsuan
bukti-bukti pengeluaran, agar tercapai pertanggungjawaban 100% untuk
pelaksanaan untuk menghindari temuan auditor. Padahal, logika sehat tidak
mungkin pertanggungjawaban adalah 100% untuk pelaksanaan. Karena penyedia
barang/jasa hanya membelanjakan dana sebesar setelah dikurangi potongan PPN
10% dan PPh badan yang dipotong negara (KPPN) dan keuntungan perusahaan 10
– 15%;
8) Perlunya standarisasi struktur rencana anggaran biaya (RAB)/Daftar kuantitas dan
harga untuk masing-masing jenis kontrak. Sebagai contoh, untuk kontrak harga
satuan perlu ketegasan, keuntungan penyedia barang/jasa atau manajemen fee
dipisah tersendiri; dll.
Berbagai permasalah tersebut harus dipahami dan dicari solusinya bersama oleh para
pemangku kepentingan. Karena, apabila dibiarkan akan mengganggu terwujudnya iklim
usaha yang kondusif dan good governance, sehingga akan menimbulkan kerugian baik
oleh penyedia barang/jasa, pemerintah maupun aparatnya secara personal. Bahkan,
secara tidak sadar dapat terjerumus pada tindakan pindana. Kesemuanya itu, pada
akhirnya akan merusak mental bangsa. Untuk inilah, kami Persatuan Konsultan
Indonesia (PERKINDO) DKI Jakarta memandang penting untuk melakukan kegiatan
Lokakarya Hukum Kontrak dan Desain Pertanggungjawaban Pekerjaan Pemerintah yang
Sumber Anggarannya APBN/APBD.
PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan hukum kontrak dan desain pertanggungjawaban pekerjaan pemerintah
yang sumber anggarannya APBN/APBD dan bersifat kontraktual secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Persoalaan kesetaraan/keadilan antara penyedia barang/jasa dan pengguna jasa
dalam berkontrak, terkait:
(i) Apakah pekerjaan yang diperoleh penyedia barang/jasa melalui system
lelang/e-procurement bisa dikategorikan pengelola keuangan Negara;
(ii) Batasan penggolongan Hukum Administrasi Negara, Perdata dan Pidana dalam
hukum kontrak pekerjaan pemerintah bersumber dana APBN/APBD;
(iii) Hukum kontrak pekerjaan pemerintah telah memiliki standar baku
sebagaimana tertuang dalam standar dokumen pengadaan. Untuk ini,
penyedia barang/jasa relatif tidak memiliki hak untuk melakukan negosiasi hak
dan kewajiban dalam kontrak;
(iv) Apakah dimungkinkan perubahan jenis kontrak dilakukan ketika para pihak
akan menandatangani kontrak. Sementara, jenis kontrak telah ditentukan oleh
Pengguna Jasa/PPK ketika sebelum pelelangan dilaksanakan PERPRES No. 70
Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1).
(v) Relatif masih banyak dijumpai kontraknya jenis lumpsum, tapi terjadi
addendum kontrak. Padahal ketentuan PERPRES Nomor 54 Tahun 2010
beserta perubahan-perubahannya tidak membolehkan. Pada sisi yang lain,
relatif banyak PPK yang ketakutan mengunakan jenis kontrak harga satuan,
karena takut adanya klaim dari penyedia barang/jasa, sementara sumber
pendanaan tidak mencukupi.
(vi) Dalam pelaksanaannya, kontrak juga relatif masih belum bisa melindungi hak-
hak penyedia jasa. Penyedia jasa umumnya masih bayak dalam posisi inferior,
ketika terjadi keterlambatan pekerjaan penyedia cenderung langsung kena
sanksi, akan tetapi ketika terjadi keterlambatan pembayaran oleh PPK, atau
berubahnya substansi pekerjaan oleh tim teknis, penyedia jasa tidak
mendapatkan kompensasi dan ganti rugi yang nyata, dll.
2. Persoalan pertanggungjawaban pekerjaan pemerintah yang sumber anggarannya
APBN/APBD mengejawantah dalam bentuk, bagaimana implementasi hukum dan
pertanggungjawaban keuangan negara dalam pengadaan barang/Jasa di K/L/D/I
dalam perspektif hukum kontrak yang dilaksanakan oleh pengguna dan penyedia
barang/jasa? Sehingga dapat memberikan perlindungan hukum dan keseragaman
bagi penyedia dan pengguna barang/jasa didalam pertanggungjawabannya menurut
jenis kontrak sesuai PERPRES Nomor 54/2010 dan perubahannya serta yang tertuang
dalam dokumen pengadaan barang/jasa. Persoalan lain tentang
pertanggungjawabahan pekerjaan mengejawantah dalam bentuk :
(i) Tidak ada standarisasi dalam pemeriksaan dari lembaga pemeriksa terthadap
penyedia barang/jasa.
(ii) Tumpang tindihnya aturan serta pengaturan antar lembaga pemeriksa.
PERPRES yang mengatur pelelangan dengan peraturan perundangan di
bawahnya misalnya Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Umum
(SBU).
(iii) Pemeriksaan oleh auditor pada pasca kontrak/pekerjaan, umumnya
mengharuskan penyedia barang/jasa menyerahkan bukti pengeluaran masing-
masing item pelaksanan pekerjaan, tanpa melihat jenis kontrak yang
digunakan. Semestinya, tidak semua jenis kontrak diharuskan menyerahkan
bukti pengeluaran masing-masing item pelaksanan pekerjaan, contohnya
adalah kontrak lumpsum. Kontrak lumpsum sesuai ketentuan berorientasi
output base, untuk ini semestinya dalam pemeriksaan yang diperiksa adalah
outputnya. Cara pemeriksanaan yang demikian menimbulkan pengaruh yang
tidak baik bagi penyedia barang/jasa, bendaharawan, dan PPK. Bahkan
menimbulkan permasalahan baru dalam bentuk pemalsuan dokumen
pertanggungjawaban.
(iv) Perlunya standarisasi struktur rencana anggaran biaya (RAB)/Daftar kuantitas
dan harga untuk masing-masing jenis kontrak. Sebagai contoh, untuk kontrak
harga satuan perlu ketegasan, keuntungan penyedia barang/jasa atau
manajemen fee dipisah tersendiri; dll.
TUJUAN
Tujuan dari Lokakarya hukum kontrak dan desain pertanggungjawaban pekerjaan
pemerintah yang sumber anggarannya APBN/APBD yang bersifat kontraktual adalah :
1. Ditemukan pengetahuan mengenai position penyedia barang/jasa dalam
pengelolaan keuangan Negara berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
2. Terinventarisasi batas penggolongan Hukum Administrasi Negara, Perdata dan
Pidana dalam hukum kontrak pekerjaan pemerintah bersumber dana APBN/APBD.
3. Terumuskannya Desain kontrak yang menjamin asas-asas berkontrak.
4. Tersusunnya bentuk standarisasi dan persamaan persepsi pertanggungjawaban
anggaran dalam pelaksanaan pekerjaan barang/jasa pemerintah APBN/APBD, sesuai
dan tidak bertentangan dengan perundangan-undangan.
5. Terbentuknya suatu lembaga yang independen yang menjembatani kepentingan
keduabelah pihak antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa, jika
terjadi perbedaan persepsi terhadap isi kontrak dan desain laporan
pertanggungjawaban atas pekerjaan tersebut.
6. Menemukan langkah-langkah perbaikan yang strategis dan komprehensif terkait
sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia.
TEMA DAN SUBTEMA
Tema kegiatan lokakarya ini adalah Hukum Kontrak dan Desain Pertanggungjawaban
Pekerjaan Pemerintah yang Sumber Anggaranya APBN/APBD. Dari tema besar ini
diturunkan menjadi subtema berikut :
1. Evaluasi dan Implementasi Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2010 beserta
perubahannya : Dalam Perspektif Hukum Kontrak.
2. Desain Pertanggungjawaban Pekerjaan Pemerintah yang Sumber Anggarannya
APBN/APBD Berdasarkan Jenis Kontrak dan Sesuai Kaidah Hukum yang Berlaku.
LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan meliputi hal-hal berikut :
1. Melakukan kegiatan persiapan lokakarya yang meliputi:
- Penentuan venue lokakarya
- Pemantapan materi lokakarya oleh panitia dan para narasumber
- Identifikasi pihak-pihak peserta dan pendukung pelaksanaan kegiatan lokakarya
- Pendaftaran calon peserta.
- Penggandaan materi dan lokakarya kits.
2. Melakukan pelaksanaan lokakarya yang meliputi:
- Mobilisasi peserta dan pendukung pelaksanaan lokakarya
- Penyelenggaraan Evaluasi dan Implementasi Peraturan Presiden Nomor : 54
tahun 2010 beserta perubahannya : Dalam Perspektif Hukum Kontrak.
- Penyelenggaraan Bentuk Pertanggungjawaban pelaksanaan Pekerjaan
Pemerintah yang bersumber dari APBN/APBD.
- Mencari solusi-solusi strategis bagi munculnya perbedaan persepsi terhadap
PERPRES Nomor 54/2010 beserta perubahannya dan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan Pekerjaan Pemerintah yang bersumber dari
APBN/APBD.
3. Melakukan pasca pelaksanaan lokakarya yang meliputi:
- Merumuskan hasil lokakarya dalam bentuk proceeding.
- Melakukan sosialisasi atas hasil-hasil Lokakarya kepada para pemangku
kepentingan pelaksanaan pekerjaan Pemerintah yang bersumber dari
APBN/APBD untuk dapat dibagikan keseluruh instansi pemerintah pusat dan
daerah.
SASARAN
Sasaran kegiatan lokakarya ini adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya Pemahaman yang menyeluruh terhadap Peraturan Presiden Nomor 54
tahun 2010 dan perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
termasuk didalamnya hukum kontrak dan bentuk pertanggungjawaban anggaran
pelaksanaan pekerjaan pemerintah yang bersumber APBN/APBD bagi penyedia
barang/jasa, PPK, bendaharawan, dan auditor.
2. Tumbuh dan berkembangnya usaha penyedia barang/jasa yang dilandasi oleh
pemahaman yang benar terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan
perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sehingga akan memberi
rasa aman dalam melaksanakan kegiatan Pekerjaan dari Pemerintah.
3. Adanya kepastian Hukum bagi semua pihak yang melaksanakan pekerjaan
pemerintah yang sumber dananya APBN/APBD, termasuk didalamnya ada kepastian
tentang bentuk pertanggungjawaban anggaran pelaksanaan pekerjaan Pemerintah
yang didapat melalui pelelangan/e-procurement oleh penyedia barang/jasa.
PEMBICARA
Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas, permasalahan hukum kontrak pekerjaan
pemerintah yang sumber anggarannya APBN/APBD dan desain
pertanggungjawabannya bersifat kompleks, dan melibatkan para pemangku
kepentingan. Untuk ini, pembicara yang diundang untuk mencapai tujuan lokakarya
yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Keynote Speacker
Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra, SH, M.Sc (*)
2. Subtema “Evaluasi dan Implementasi Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2010
beserta perubahannya : Dalam Perspektif Hukum Kontrak”, pembicara sebagai
berikut :
a. Dr. Dian Puji N. Simatupang, SH, MH (Ahli Hukum Keuangan Negara)
b. Dr. Bambang Widjojanto, SH, MH/ Dr. Busro Muqoddas, SH, M.Hum (Wakil Ketua
KPK) (*)
c. Setya Budi Arijanta, SH, MH (Direktur Pengembangan Strategi dan Kebijakan
Pengadaan Umum LKPP)
d. Ir. Dargono Danoeprawiro, Dilp.HE (Anggota Dewan Kehormatan PERKINDO)
3. Subtema “Desain Pertanggungjawaban Pekerjaan Pemerintah yang Sumber
Anggarannya APBN/APBD Berdasarkan Jenis Kontrak dan Sesuai Kaidah Hukum yang
Berlaku”, pembicara sebagai berikut :
a. Prof. Achmad Zen Umar Purba, S.H., LLM (Praktisi Hukum) (*)
b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
c. Ir. Bambang Goeritno Soekamto, M.Sc, MPA (Ketua Forum Bersama APIP/Irjen
Kementerian Pekerjaan Umum) (*)
d. T. Achdiat, MBA (Direktur PT. Cipta Multi Kreasi/Ketua Umum DPP PERKINDO)
e. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
PESERTA
Bahwa berbicara hukum kontrak pekerjaan pemerintah yang sumber anggarannya
APBN/APBD dan desain pertanggungjawabannya bersifat kompleks dan melibatkan
para pemangku kepentingan. Untuk ini, target peserta lokakarya ini adalah 120 (seratus
dua puluh) orang yang terdiri dari :
1. Anggota PERKINDO, baik DKI Jakarta maupun nasional
2. Para penyedia jasa konsultansi di Indonesia
3. Para penyedia jasa Konstruksi di Indonesia
4. Para penyedia jasa lainnya (IT, Perfilman, MICE, dll).
5. Para Auditor di lingkungan K/L/D/I.
6. Para PPK di lingkungan K/L/D/I.
7. Para Bendaharawan di lingkungan K/L/D/I.
8. Para panitia pengadaan barang/jasa pemerintah dilingkungan K/L/D/I
WAKTU DAN TEMPAT
Lokakarya ini rencana akan dilaksananakan pada :
Hari, Tanggal : Kamis, 28 November 2013
Tempat : Hotel Bidakara, Jakarta Selatan
Waktu : 08.00 -17.00 WIB
PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dan disampaikan, melihat pentingnya substansi tersebut
bagi pengembangan dunia usaha, pemerintahan, dan kehidupan berbangsa serta
bernegara, kami berharap kepada para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi
aktif pada kegiatan lokakarya ini.
Jakarta, Oktober 2013
PANITIA PELAKSANA LOKAKARYA HUKUM KONTRAK DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN PEKERJAAN PEMERINTAH
SUSUNAN KEPANITIAAN HUKUM KONTRAK DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN
PEKERJAAN PEMERINTAH
Penanggung Jawab : Ir. Ahmad Masyuri, M.Si
Panitia Pelaksana :
Ketua : Alekdjuma, SH.
Wakil Ketua : Fajaruddin Lubis, SE. MP.
Sekretaris : Mahmud Aslan, SH.
Bendahara : Jerry R. PH. Jacobs, SE.
Tim Publikasi : 1. Syamsul Qamar, ST.
2. Mahdi Wijaya, ST.
3. Zulhaedar, ST.
Tim Pencari Dana : 1. Ir. Iwan Sulistyo Yasin.
2. Ir. Panca Cahya S. Handaya, M.Si.
3. Ir. Margana.
4. Ira Indriani, S.Sos.
5. Septi Fusiana.
Waktu Kegiatan Pelaksana /
Penanggung Jawab
08.00 - 09.00
Pendaftaran Peserta
OC
09.00 – 09.30
09.30 - 10.30
10.30 – 10.35
Opening Ceremony
1. Lagu Indonesia Raya
2. Lagu Hymne Perkindo
3. Laporan Ketua Panitia Pelaksana Lokakarya
4. Sambutan dan Arahan :
- Ketua DPD PERKINDO DKI Jakarta
- Ketua Umum DPP PERKINDO (Sekaligus Membuka Lokakarya)
Keynote Speaker : Prof. Dr. H. Yusril Ihza Mahendra, SH. M.Sc
( Menteri Sekretaris Negara Periode 2004 - 2007)*
Doa : Jabir Hasan, SH, M.Si
OC + MC
10.35 -10.45 Rehat Kopi (KONFRENSI PERS) OC
10.45 -13.00
SESI PERTAMA
Tema : Evaluasi dan Implementasi Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 beserta perubahannya : Dalam
Perspektif Hukum Kontrak.
Pembicara :
1. Dr. Bambang Widjojanto, SH, MH/Dr. Busro Muqoddas, SH, M.Hum (Wakil Ketua KPK)*
2. Dr. Setya Budi Arijanta, SH, MH
Direktur Pengembangan Strategi dan Kebijakan
Pengadaan Umum LKPP
3. Dr. Dian Puji N. Simatupang, SH, MH
Ahli Hukum Keuangan Negara UI
4. Ir. Dargono Danoeprawiro, Dilp HE
Anggota Dewan Kehormatan PERKINDO
Moderator oleh
Ir. S. Catur Wibowo
(Ketua DPD Perkindo
DKI Jakarta)
13.00 – 14.00 Makan Siang OC
AGENDA ACARA LOKAKARYA HUKUM KONTRAK
DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN PEKERJAAN PEMERINTAH
(*) masih dalam konfirmasi
Waktu Kegiatan Pelaksana /
Penanggung Jawab
14.00 – 16.30 SESI KEDUA
Tema : Desain Pertanggungjawaban Pekerjaan Pemerintah
yang Sumber Anggarannya APBN/APBD Berdasarkan
Jenis Kontrak dan Sesuai Kaidah Hukum yang
Berlaku.
Pembicara :
1. Prof. Dr. A. Zen Umar Purba, SH, LLM (Praktisi Hukum)*
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
3. Ir. Bambang Goeritno Soekamto, M.Sc, MPA (Ketua Forum Bersama APIP/Irjen Kementerian Pekerjaan
Umum)*
4. T. Achdiat, MBA (Direktur PT. Cipta Multi Kreasi/Ketua Umum DPP PERKINDO)
5. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Moderator oleh
Ir. Aries Wimaruta,
MM
(Ketua Dewan
Pertimbangan DPD
Perkindo DKI
Jakarta)
16.30 – 16.40 Coffee Break OC
16.40 – 17.00
Closing Ceremony
Oleh : Sekretaris Dewan Pengurus Daerah PERKINDO
DKI Jakarta, sekaligus menutup acara Lokakarya
Doa Penutup : Oleh Jabir Hasan, SH, M.Si
Panitia Pelaksana
FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA LOKAKARYA HUKUM KONTRAK DAN DESAIN PERTANGGUNGJAWABAN
PEKERJAAN PEMERINTAH DEWAN PENGURUS DAERAH PERKINDO DKI JAKARTA
Nama Peserta : ……………………………………………………...............................
Jabatan : ……………………………………………………...............................
Instansi : ……………………………………………………...............................
Alamat : ……………………………………………………...............................
Telp/Hp : ……………………………………………………...............................
Biaya : Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)
Mohon didaftarkan pada kegiatan lokakarya tersebut diatas.
Hormat kami,
Yang Mendaftar
………………………………….
Nama Jelas/cap
PERSYARATAN : Biaya Investasi Pendaftaran Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah) (Biaya tidak termasuk penginapan dan akomodasi) Biaya Pendaftaran dilakukanan dengan cara :
o Tunai di Tempat o Transfer Melalui : Bank Mandiri Cabang Jakarta Tebet, No. Rek : 124 000 4670775 An. Persatuan Konsultan Indonesia
Bukti Pendaftaran difax kembali ke : 021- 7994932 & Via Email [email protected]
Konfirmasi/Pengembalian Formulir peserta paling lambat tanggal 14 November 2013
FASILITAS PESERTA : 1 Buah Sertifikat Tas dan Makalah Buku Prosiding (akan dibagikan 1 bulan kemudian) 1x makan Siang, 2x cofee break
KONFIRMASI PENDAFTARAN : Tlp : 021 - 79186045 FAX. 021-7994932 Hp : 085773325679 (Dewi) Hp : 085714048773 (Rina Hidayani) SMS : 021 68997791 Email : [email protected] [email protected] [email protected]