lo.docx

6
2.1.1 Komposisi Resin Akrilik Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik: A. Heat Cured acrylic a. Bubuk (powder) mengandung : 1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama 2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5% 3. Reduces Translucency : Titanium dioxide 4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut : 1% 5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil b. Cairan (liquid) mengandung : 1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap. 2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan. 3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik. B. Self Cured Acrylic Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator, seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya Komposisi dari resin akrilik yaitu : A. Powder • Polimer poly ( methyl methacrylate). Baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl methacrilate daslam air maupun partikel ayng tidak teratur bentuknya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer. • Initiator peroksida ; berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida.

Upload: kirana

Post on 11-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bfb

TRANSCRIPT

2.1.1 Komposisi Resin Akrilik Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik:A. Heat Cured acrylica. Bubuk (powder) mengandung :1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%3. Reduces Translucency : Titanium dioxide4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan denganjaringan mulut : 1% 5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

b. Cairan (liquid) mengandung :1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudahmenguap.2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalangpolimerisasi selama penyimpanan.3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaatmembantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantaimenjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasanresin akrilik.B. Self Cured AcrylicKomposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator, seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnyaKomposisi dari resin akrilik yaitu :A. Powder Polimer poly ( methyl methacrylate). Baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl methacrilate daslam air maupun partikel ayng tidak teratur bentuknya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer. Initiator peroksida ; berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida. Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer1. Titanium atau Zinc Oksida2. Opaficer3. Dibutil Ptalat4. Plasticizers5. Nilon, akrilik6. Serat SintetikB. Cairan Monomer methyl methacrylate Stabilizer ; sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polymerisasi selama penyimpanan. AktivatorDimetil-P-Toluidine Zat activator ini umumnya golongan amina organic, dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier. Inhibitor Hidroquinon Cross linking agent: Etilene Glikol Dimetakrilat. Agen cross-linked dapat berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer. Apabila etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan ke dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu struktur disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.

Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut : Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin. Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %. Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih ringan. Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian. Pada pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama. (E. combe 1992: 270)

2.1.2 Efek Samping Resin Akrilik dan Mengapa Terjadi Monomer SisaBeberapa pasien yang menggunakan resin akrilik basis mengalami reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoil acid, sedangkan yang tidak alergi dapat mengalami iritasi karena terdapat jumlah monomer sisa yang tinggi pada basis resin akrilik. (Mc Cabe JF, 2008)Monomer sisa merupakan sejumlah monomer yang tidak dapat menjadi polimer pada basis resin akrilik dan dapat menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. (Mc Cabe JF, 2008)Beberapa efek monomer sisa:1. Pada Rongga mulutReaksi terbakar dan eritma di bawah basis gigi tiruan sering diistilahkan dengan denture sore mouth. Penyebabnya bermacam-macam diantaranya trauma, kebersihan mulut yang jelek, infeksi bakteri serta reaksi alergi. Kebanyakan denture sore mouth disebabkan oleh trauma dari adaptasi basis gigi tiruan yang tidak baik. (Mc Cabe JF, 2008)Sejak diperkenalkannya polimetil metakrilat atau yang sering disebut resin akrilik di bidang kedokteran gigi, telah ada dilaporkan tentang reaksi terhadap bahan pembuat basis gigi tiruan. Reaksi digambarkan sebagai alergi dan iritasi kimia lokal yang gambaran reaksi oralnya terlihat gejala-gejala seperti panasnya mulut dan lidah, eritema dan erosi mukosa rongga mulut. Gejala tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa faktor penyebab oleh karena itu penting untuk memperhatikan semua kemungkinan yang ada termasuk trauma dari pemakaian gigi tiruan, iritasi kimia akibat resin akrilik, alergi hipersensitifitas terhadap resin akrilik atau penyakit sistemik yang tidak berhubungan dengan resin akrilik.Fisher melakukan pengujian terhadap sejumlah pasien yang memakai bahan basis gigi tiruan akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik swapolimerisasi. Dari hasil uji disimpulkan bahwa monomer metil metakrilat menyebabkan alergi terhadap kulit dan mukosa mulut tetapi bila resin akrilik berpolimerisasi dengan sempurna, maka tidak ada sensitizer atau reaksi alergi. (Mc Cabe JF, 2008)Banyak penelitian menduga bahwa monomer sisa yang tertinggal akbat polimerisasi yang tidak sempurna dari bahan resin akrilik adalah alergen pada kontak alergi. Alergi terhadap bahan resin akrilik merupakan suatu kemungkinan tetapi tidak umum atau jarang terjadi. Meskipun jarang, reaksi alergi lebih sering disebabkan oleh resin akrilik swapolimerisasi dan ini disebabkan resin akrilik swapolimerisasi mengandung monomer sisa lebih dari 5%. (Mc Cabe JF, 2008)2. Pada dokter gigi dan teknikerMonomer sisa metil metakrilat dari resin akrilik merupakan iritan primer yang mendatangkan respon inflamsi secara cepat dengan aksi langsung pada jaringan bila berkontak dengan iritan secara langsung. Akibat tertinggalnya monomer metil metakrilat di dalam resin akrilik, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa monomer sisa metil metakrilat dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas atau alergi, juga iritasi lokal bila tidak mengalami reaksi polimerisasi secara sempurna. Sedangkan bila metil metakrilat berpolimerisasi secara sempurna maka tidak akan menyebabkan reaksi hipersensitifitas. (Mc Cabe JF, 2008)Pada basis resin akrilik umumnya reaksi bersifat lambat dan biasanya dikenal dengan kontak alergi atau stomatitis venetata. (Mc Cabe JF, 2008)3. PenanggulanganPerbandingan monomer dan polimer yang tepat merupakan ahal yang penting untuk dipertimbangkan, perbandingan polimer dan monomer biasanya 3 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila perbandingan terlalu tinggi, tidak semua bubk sanggup dibasahi oleh cairan dan akibatnya akrilik yang telah mengalami proses kuring akan bergranul. Kegagalan dalam menentukan perbandingan monomer dan polimer seperti terlalau banyaknya monomer dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan akibat kelebihan cairannya, sehingga pada gigi tiruan yang telah selesai di proses akan banyak mengandung monomer sisa. (Mc Cabe JF, 2008)Penanggulangan kontak alergi alergi tergantung pada berat ringannya kasus yang terjadi, dimana kasus yang ringan cukup dengan menghilangkan alerginya dengna mencegah kontak bahan terhadap kulit atau mukosa mulut misalnya dengan pembuatan gigi tiruan sementara dengan metode tidak langsung. Bagi kasus yang berat, untuk membantu penyembuhan pasien diobati dengan aplikasi kortikosteroid topikal. (Mc Cabe JF, 2008)Pemaparan terhadap bahan hampir setiap hari bagi dokter gigi dan tekniker oleh karena ventilasi laboratorium yang tidak baik. Oleh sebab itu penggunaan masker sewaktu memanipulasi bahan basis. Kontak langsung bahan monomer dengan pekerja laboratorium gigi dapat menyebabkan sakit kepala yang sedang sampai parah dan dapat dihilangkan dengan meminum aspirin sedangkan penggunaan sarung tangan latex untuk manipulasi sehingga menghindarkan kontak langsung dengan bahan resin akrilik. (Mc Cabe JF, 2008)Proses kuring merupakan hal yang penting dalam pembuatan basis gigi tiruan sebab bila suhu dan lamanya pemanasan tidak terkontrol dengan benar maka bahan resin akrilik tidak akan mengalami proses kuring yang baik dan kemungkinan basis gigi tiruan akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Bila proses kuring dilakukan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang terlalu singkat, akan menghasilkan monomer sisa yang besar pada basis gigi tiruan. Pengaturan suhu dan waktu dalam proses kuring juga harus diperhatikan dimana bila suhu yang terlalu rendah dan waktu yang terlalu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. (Mc Cabe JF, 2008)

6. AplikasiMonomer MMA dipakai sebagai bahan dasar utama pembuatan piranti lepasan ortodonsi (untuk meratakan gigi) dan penggunaan monomer MMA sampai saat ini sangat mutlak diperlukan (Combe : 1992 dan Anusavice, 1996).MMA di klinik dapat memberikan respons imun yang menyimpang atau reaksi alergi atau hipersensitivitas. Gambaran klinik berupa gambaran inflamasi mukosa, kemudian akan menjadi suatu luka (ulkus) sedikit lebih cekung dari mukosa sekitarnya bahkan pada keadaan yang parah akan timbul tepi disekitar ulkus.Dan permasalahan diatas maka diajukan suatu konsep solusi sebagai landasan pemecahannya bahwa terjadi respon imun akibat rangsangan/stimulasi monomer MMA yang terus menerus, sehingga dengan ditemukannya antibodi poliklonal spesifik terhadap MMA akan dapat digunakan sebagai bahan diagnostik.(anusavice:1996)Resin akrilik dapat digunakan sebagai bahan individual tray, bahan repair, relining, dan rebasing, menyesuaikan kondisi mukosa yang secara fisiologis berubah, bahan plat ortodonsi (removeable), bahan penambah post dam pada full denture, pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu) tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas, dan sebagai bahan restorasi.Prostodonsia Orthodonsia Konservasi Gigi Relining (penambahan bahan protesa untuk meningkatkan kecekatan) Rebasing (penggantian landasan gigi tiruan seluruhnya) Restorasi gigi tiruan Sendok cetak yang individual Gigi tiruan dan mahkota sementara Reparasi gigi tiruan Prothesa sementara untuk kasus bibir sumbing Untuk pembuatan bahan plat orthodonsi Untuk alat orthodonsi Bahan tanam sementara (inlay dan onlay) Untuk vinir sementara