lktm hiv

88
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom (kumpulan gejala penyakit) yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sindrom ini ditandai dengan munculnya berbagai gejala penyakit yang disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan golongan retrovirus yang utamanya menginfeksi komponen vital sistem imun (kekebalan) tubuh manusia, seperti sel limfosit T CD4+, makrofag, dan sel dendritik. HIV menghancurkan sel T CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Disamping itu, infeksi HIV juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh penderitanya untuk memproduksi berbagai mediator kimia yang berperan dalam proses imunitas (sitokin), seperti Tumor Necrosing Factor Alpha (TNF-α), Interferon Gamma (IFN-γ), serta Interleukin (IL). Karena sel T CD4+ dan sitokin sangat penting dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia, maka saat sel CD4+ mengalami penurunan jumlah karena penghancuran oleh virus dan sitokin tidak mampu dihasilkan dalam jumlah yang cukup (adekuat), orang yang terinfeksi HIV sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme lainnya sehingga muncullah berbagai gejala penyakit yang dikenal dengan AIDS. 1

Upload: raka-black

Post on 24-Jun-2015

488 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: LKTM HIV

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom (kumpulan

gejala penyakit) yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Sindrom ini ditandai dengan munculnya berbagai gejala penyakit yang disebabkan

oleh penurunan sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan golongan retrovirus

yang utamanya menginfeksi komponen vital sistem imun (kekebalan) tubuh

manusia, seperti sel limfosit T CD4+, makrofag, dan sel dendritik. HIV

menghancurkan sel T CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung.

Disamping itu, infeksi HIV juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh

penderitanya untuk memproduksi berbagai mediator kimia yang berperan dalam

proses imunitas (sitokin), seperti Tumor Necrosing Factor Alpha (TNF-α),

Interferon Gamma (IFN-γ), serta Interleukin (IL). Karena sel T CD4+ dan sitokin

sangat penting dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia, maka saat sel CD4+

mengalami penurunan jumlah karena penghancuran oleh virus dan sitokin tidak

mampu dihasilkan dalam jumlah yang cukup (adekuat), orang yang terinfeksi HIV

sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme lainnya sehingga muncullah

berbagai gejala penyakit yang dikenal dengan AIDS.

Waktu yang diperlukan sejak pertama kali terjadi infeksi HIV hingga berkembang

menjadi AIDS berbeda-beda pada setiap individu, tergantung dari status

kekebalan tubuh penderitanya. Ada yang memerlukan waktu mingguan hingga 20

tahun. Tanpa adanya obat antiretroviral, usia harapan hidup penderita AIDS rata-

rata 9,2 bulan. Gejala AIDS sangatlah beragam, tergantung dari penyakit yang

mendasari timbulnya gejala tersebut, mulai dari gangguan kulit, pernafasan,

gastrointestinal, neurologi, keganasan (tumor/kanker), hingga infeksi

opportunistik (seperti kandidiasis, kriptosporodiasis, dan sebagainya). Terdapat 3

jalur transmisi/penularan virus HIV, yaitu: melalui rute kontak seksual, rute

pertukaran darah dan produk darah (seperti transfusi, penggunaan obat bius secara

injeksi), serta transmisi vertikal (dari ibu ke anak yang dikandungnya).

1

Page 2: LKTM HIV

AIDS telah menjadi permasalahan kesehatan global (pandemi) sejak kasus

pertama teridentifikasi pada tahun 1981 dan menjadi penyakit yang menyebar

paling cepat pada abad ke-20. Sejak pandemi AIDS pertama dimulai, diperkirakan

lebih dari 60 juta orang telah terinfeksi virus HIV. Saat ini AIDS merupakan

pembunuh utama di negara-negara Sub-Sahara Afrika serta menjadi pembunuh

keempat di seluruh dunia. Berdasarkan laporan WHO dan UNAIDS, hingga

Januari 2006 tercatat sekitar 40 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS

(ODHA), yang terdiri dari 37,2 juta orang dewasa dan 2,8 juta anak-anak, serta 25

juta orang telah meninggal dunia sejak penyakit ini pertama kali ditemukan,

sehingga AIDS dikatakan sebagai pandemi penyakit yang paling destruktif. Pada

tahun 2005, diperkirakan penderita AIDS bertambah sekitar 2,8-3,6 juta orang,

dimana sekitar 570.000 diantaranya adalah anak-anak (Anonim, 2006a). Wilayah

yang paling parah terkena dampak pandemi AIDS ini adalah wilayah Sub-Sahara

Afrika, dimana 3,1 juta orang dewasa dan anak-anak terinfeksi virus HIV selama

tahun 2004 dan 2,3 juta orang meninggal dalam kurun waktu satu tahun. Penderita

HIV/AIDS di Afrika hingga saat ini mencapai 25,4 juta orang. Hingga saat ini,

jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Asia sekitar 8,2 juta orang, dimana setiap

tahun terdapat 1,2 juta kasus baru infeksi HIV (Singh, 2005).

Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini diperkirakan berjumlah sekitar

90.000 hingga 130.000 orang. Statistik lainnya menyebutkan bahwa terdapat

sekitar 600.000 pengguna obat-obatan yang dilakukan dengan cara suntik di

seluruh Indonesia, dan sekitar setengahnya terinfeksi HIV (Rachmanto, 2005).

Kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2005 ditemukan sebanyak 3.513 kasus. Sebuah

angka yang mendekati sama untuk rentang waktu sepuluh tahun (1993-2003) yang

mencapai 4.121 kasus. DKI Jakarta tercatat pada urutan pertama untuk kasus

HIV/AIDS di Indonesia, diikuti oleh Papua, Bali, Riau, Jawa Timur, dan Jawa

Barat. Keenam daerah ini memasuki concentrated level epidemic AIDS (Anonim,

2006b). Gambaran jumlah penderita HIV/AIDS merupakan suatu fenomena

gunung es (ice berg phenomeneon), dimana data statistik yang ada hanya

menggambarkan jumlah penderita di permukaan saja, namun jumlah penderita

sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang mampu digambarkan oleh data tersebut.

2

Page 3: LKTM HIV

Hingga saat ini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan HIV/AIDS

secara tuntas, padahal jumlah penderita HIV/AIDS makin lama makin bertambah.

Obat-obatan antiretroviral saat ini telah tersedia di Indonesia, namun belum semua

penderita HIV/AIDS memiliki kemampuan untuk mengaksesnya karena berbagai

alasan. Obat anti-HIV juga menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan

baru bagi pengidap HIV/AIDS akibat efek samping obat, seperti lipodistrofi,

dislipidemia, resistensi insulin, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Efek samping ini meningkatkan kemungkinan lolosnya virus dan timbulnya

resistensi virus terhadap pengobatan (Anonim, 2006a). Disamping itu, tingginya

angka ko-infeksi HIV dengan virus Hepatitis C (lebih dari 60%) dan/atau

tuberkulosis (lebih dari 45%) menyebabkan pemberian pengobatan menjadi lebih

sulit (Djoerban, 2005).

Alam Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati pada dasarnya

menyimpan berbagai potensi untuk pengembangan bahan obat dalam upaya

memerangi berbagai macam penyakit, termasuk HIV/AIDS. Salah satu tumbuhan

Indonesia yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam penatalaksanaan HIV/AIDS

adalah benalu teh (Scurrula atropurpurea Danser). Hingga saat ini masyarakat

banyak mengenal dan memanfaatkan benalu teh sebagai obat penyakit kanker

yang terbukti dapat bermanfaat sebagai imunostimulator (penguat sistem

imun/kekebalan tubuh) karena mengandung berbagai macam komponen yang

berperan dalam melawan berbagai proses keganasan. Komponen aktif dalam

benalu teh yang berperan dalam proses imunostimulator tersebut adalah senyawa

lektin dan dibantu oleh beberapa senyawa lainnya, seperti senyawa asam lemak

tak jenuh, santin, tanin, dan sebagainya.

Mekanisme kerja lektin sebagai imunostimulator adalah dengan cara

meningkatkan jumlah produksi dan aktivitas sel limfosit T (CD3+, CD4+), serta

merangsang produksi dan aktivitas berbagai sitokin yang berperan dalam proses

imunitas, seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, dan IL-6. Mekanisme kerja lektin

dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T telah dapat dibuktikan melalui

penelitian yang dilakukan oleh Gorter, et al (1992) melalui pemberian ektrak

benalu secara in vitro dengan konsentrasi 10 mcg/ml. Dari penelitian tersebut

ditemukan adanya peningkatan sel CD4+ sebanyak 35% dan bertahan selama 4

3

Page 4: LKTM HIV

tahun. Temuan ini juga diperkuat oleh penelitian Lukyanova, et al (2001) yang

menemukan bahwa pemberian ekstrak benalu secara subkutan dapat

meningkatkan jumlah limfosit T (CD3+) secara signifikan. Disamping berperan

dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, Hajto, et al (1989), Lukyanova, et

al (2001), dan Gorter et al (1992) menemukan bahwa lektin dapat meningkatkan

sekresi dan aktivitas TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, IL-6 yang sangat penting dalam

mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai macam infeksi. Atas dasar

pemikiran tersebut di atas, maka muncul pemikiran penulis untuk memanfaatkan

benalu teh sebagai obat imunostimulator pada penderita HIV/AIDS, sebab dengan

pemberian benalu teh dalam bentuk ekstrak kepada penderita HIV/AIDS yang

mengalami penurunan jumlah dan aktivitas sel CD4+ serta sitokin, maka

diharapkan jumlah dan aktivitas sel limfosit T dan sitokin dapat meningkat,

sehingga dapat meningkatkan status imunitas penderita HIV/AIDS dalam

melawan berbagai macam infeksi.

Banyak penelitian juga membuktikan bahwa berbagai zat yang terkandung dalam

tumbuhan terbukti dapat berperan sebagai antiretroviral, yaitu mampu membunuh

dan menghambat replikasi (proliferasi) HIV. Zat-zat tersebut antara lain: berbagai

senyawa alkaloid, polisakarida, fenol, flavonoid, coumarin, tanin, triterpene, dan

puluhan zat lainnya beserta turunannya (Vlietinck, et al, 1998). Beberapa zat

tersebut ternyata terkandung di dalam benalu teh, seperti senyawa asam kafeat

(caffeic acid), asam katekinat (catechinic acid), lektin, tanin. Komponen aktif

seperti asam kafeat dan serta asam katekinat terbukti memiliki kemampuan dalam

menghambat adsorpsi virus. Lektin bekerja secara langsung untuk mencegah

proses fusi antara virus dan membran sel dengan cara mengikat glikan kaya-

manosa pada gp120 yang merupakan glikoprotein yang sangat penting pada

selubung HIV-1 selama infeksi. Disamping itu, lektin juga memiliki fungsi

menghambat enzim integrase dan menghambat proses translasi virus karena lektin

merupakan suatu ribosome inhibiting protein (RIP). Tanin dapat berfungsi sebagai

penghambat enzim reverse transkriptase yang merupakan salah satu enzim utama

dalam proses replikasi virus HIV. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka timbul

suatu pemikiran bahwa selain sebagai imunostimulator, ekstrak benalu teh juga

4

Page 5: LKTM HIV

dapat dimanfaatkan sebagai antiretroviral dalam penatalaksanaan HIV/AIDS

karena kandungan berbagai senyawa tersebut di atas.

Namun hingga saat ini masyarakat belum mengetahui potensi benalu teh tersebut,

sehingga masyarakat belum pernah mengkonsumsi tumbuhan ini sebagai anti-

HIV. Atau dengan kata lain, pemanfaatan benalu teh sebagai anti-HIV di dalam

masyarakat belum pernah dilakukan. Kajian ilmiah, tulisan, maupun penelitian

mengenai potensi benalu teh Indonesia khususnya dari spesies S. atropurpurea

dalam penatalaksanaan HIV/AIDS juga belum pernah dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diperlukan upaya untuk mengkaji

secara mendalam potensi benalu teh dalam penatalaksanaan HIV/AIDS serta

diperlukan pemikiran-pemikiran dalam upaya pengembangan ide pemanfaatan

benalu teh sebagai antiretroviral dan imunostimulator dalam penatalaksanaan

HIV/AIDS, salah satunya adalah dalam bentuk karya ilmiah. Karya ilmiah ini

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan membuka cakrawala

masyarakat luas mengenai potensi keanekaragaman hayati Indonesia dalam upaya

memerangi salah satu masalah kesehatan global, yaitu pandemi HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai

obat antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS?

2. Bagaimanakah farmakokinetik ekstrak benalu teh dalam tubuh manusia?

3. Bagaimanakah mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai

antiretroviral pada penatalaksanaan HIV/AIDS?

4. Bagaimanakah mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai

imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai

obat antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS.

5

Page 6: LKTM HIV

2. Mengetahui farmakokinetik ekstrak benalu teh dalam tubuh manusia.

3. Mengetahui mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai

antiretroviral pada penatalaksanaan HIV/AIDS.

4. Mengetahui mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai

imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat:

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas mengenai

manfaat ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral dan imunostimulator dalam

membantu pengobatan dan memperpanjang usia harapan hidup penderita

HIV/AIDS. Hal ini mengingat hingga saat ini belum ditemukan obat yang

mampu menyembuhkan HIV/AIDS, diperlukan biaya yang cukup tinggi

dalam penatalaksanaan HIV/AIDS serta belum semua penderita HIV/AIDS

memiliki akses untuk memperoleh obat antiretroviral dan imunostimulator.

2. Memperkaya khasanah medis Indonesia dalam penatalaksanaan HIV/AIDS

melalui pemanfaatan ekstrak tanaman obat Indonesia yaitu benalu teh sebagai

antiretroviral dan imunostimulator dalam membantu pengobatan dan

memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS.

3. Memperkenalkan potensi tanaman obat asli Indonesia kepada dunia

internasional serta mengoptimalkan pemanfaatannya dalam memerangi

penyakit-penyakit mematikan di dunia, khususnya HIV/AIDS.

4. Mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya pembangunan di bidang

kesehatan menuju peningkatan daya saing bangsa melalui pemanfaatan

keanekaragaman hayati Indonesia pada terapi pengobatan.

6

Page 7: LKTM HIV

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Scurrula Atropurpurea

2.1.1 Gambaran Umum

Benalu teh dari spesies Scurrula atropurpurea Danser merupakan tanaman

parasit pada pohon teh (Thea sinensis L) (Winarno, 2001). Benalu yang

termasuk famili Loranthaceae ini merupakan tanaman perdu atau setengah

perdu (Anonim, 2005b). Benalu teh merupakan jenis tumbuhan yang tidak

memerlukan media tanah untuk hidup. Ia hidup sebagai parasit, menempel

pada dahan-dahan pohon kayu yang lain dan mengisap mineral yang larut di

dalamnya, sehingga pohon kayu yang ditempelinya dapat mati. Bunga

benalu berkelamin tunggal, biji buahnya mengandung getah. Daun benalu

teh bersifat tunggal dan kerap kali berhadapan, kadang-kadang berseling

(Anonim, 2005f). Perkembangbiakan benalu teh sangat sederhana, yaitu biji

benalu yang mengandung getah dimakan binatang atau burung, kemudian

biji benalu tersebut melekat di dahan-dahan kayu bersama dengan kotoran

burung yang memakannya dan tumbuh di dahan itu.

2.1.2 Berbagai Penelitian tentang Benalu khususnya Scurrula atropurpurea

Penelitian tentang benalu teh spesies Scurrula atropurpurea telah cukup

banyak dilakukan. Benalu Loranthaceae dan Viscaceae mengandung banyak

flavanoid, seperti khalkon, flavanon, c-glycoflavonol, dan flavan-3-ols.

Flavanoid dikenal sebagai antiradang, antioksidan, analgetik, antivirus, anti-

HIV, mencegah keracunan hati, mencegah kelebihan lemak, merangsang

kekebalan tubuh, sebagai vasodilator, mencegah penggumpalan darah, dan

antikanker. Keberadaan flavanoid tersebut juga didukung oleh adanya zat-

zat lain pada benalu, seperti prolin, hidroprolin, myo-inositol, dan

khiroinositol. Loranthaceae mengandung tanin sebagai hasil kerja sama

asam galat dengan katekin, yang menyebabkan padatnya kadar tanin pada

daun dan tangkai batang. Tanin dipergunakan sebagai obat diare, penawar

racun, antivirus, antikanker, dan anti-HIV (Samiran, 2006).

7

Page 8: LKTM HIV

Gambar 1. Benalu Teh (Anonim, 2005b)

Benalu teh (Scurrula atropurpurea) mengandung 6 senyawa asam lemak tak

jenuh [octadeca-8,10,12-triynoic acid (Evans, 2005), hexadec-8-ynoic acid,

hexadec-10-ynoic acid (Samiran, 2006), hexadeca-8,10-diynoic acid (Sai-

chit, 2000), hexadeca-6,8,10-triynoic acid (Anonim, 2005e), dan hexadeca-

8,10,12-triynoic acid (Burman dan Indica, 1999)], 2 senyawa santin (Burm,

1999; Gorter, et al, 1992), 2 senyawa flavonol glikosida (Winarno, 2001;

Hargono, 1998), 1 senyawa lignan glikosida (Stoss dan Gorter, 1998), satu

senyawa monoterpene glukosida (Anonim, 2005e) dan 4 senyawa flavonol

[(+)-catechin (Anonim, 2005e), (-)-epicatechin (Anonim, 2005e), (-)-

epicatechin-3-O-gallate (Ohashi et al, 2003) dan (-)-epigallocatechin-3-O-

gallate] (Winarno, 2001; Ohashi, et al, 2003).

Menurut Stoss dan Gorter (1998), komponen dari benalu secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Asam: oleat, palmitat, anisat, kafeat, parakumarat, quineat dan vanuliat.

2. Amina: asetilkolin, kolin, histamin dan tiramin.

3. Flavonoids: quercetin, quercitrin, 4-O-acetylquercitrin.

4. Lektin: lektin I, II, and III (polipeptida berat molekul tinggi).

5. Terpenoid: beta-amirin, asam resin, betasitosterol, stigmasterol, sterol A.

6. Viskotoksin: viskotoksin A2, A3, and B (polipeptida berat molekul

rendah)

8

Page 9: LKTM HIV

7. Lainnya: musilage, manitol, inositol, fruktosa, glukosa, polisakarida,

syringin, tanin.

2.2 Struktur dan Siklus Hidup HIV

2.2.1 Struktur HIV

HIV adalah virus RNA berselubung. Struktur seperti pasak muncul dari

selubung dimana RNA virus disandi. Setiap pasak mengandung tiga atau

empat glikoprotein-41 (gp41), ditutupi oleh tiga atau empat glikoprotein

gp120. Di dalam selubung, nukleokapsid virus yang berbentuk peluru

tersusun dari protein dan dikelilingi dua rantai tunggal RNA. Tiga enzim

dari siklus hidup HIV adalah: reverse transkriptase, integrase dan protease

yang juga berada di dalam nuklekapsid (Coffin, 2004).

Gambar 2. Struktur HIV (Coffin, 2004)

Beberapa sel lain yang juga mempunyai reseptor CD4+ adalah sel

folikular dendritik, sel retina, sel leher rahim, sel langerhans, sel astroglia

dan sel endotel saluran cerna (Parwati, 1996). Masuknya HIV ke dalam sel

membutuhkan ikatan dengan satu atau lebih molekul gp120 pada virus

dengan molekul CD4+ dari permukaan sel host dan koreseptor CCR5

(reseptor kemokain), berperan sebagai koreseptor dini pada infeksi, dan

CXCR4 berperan kemudian dari suatu infeksi.

9

Page 10: LKTM HIV

2.2.2 Siklus Hidup HIV

Siklus hidup HIV dapat dijelaskan melalui tahap-tahap sebagai berikut

(gambar 3) :

1. Binding/Pengikatan dan Fusion. Infeksi HIV dimulai dengan interaksi

dari gp120 HIV dengan molekul CD4+ di permukaan sel target

(Anonim, 2006e; Cunningham et al, 1997). Setelah proses binding,

pusat perubahan material di dalam kompleks gp 120/gp 41 diinduksi

oleh interaksi dari gp 120 dengan koreseptor CCR5 atau CXCR4.

Perubahan ini membuat gp 41 bisa memulai fusi dengan membran.

2. Adsorpsi. Saat virus berfusi dengan sel, terjadi internalisasi inti virus

dengan RNA.

3. Uncoating. Virus kehilangan selubungnya secara parsial sehingga

RNA virus dapat keluar dari virus menuju sitoplasma sel, selanjutnya

terjadi konversi RNA virus menjadi DNA rantai ganda akibat aktivasi

enzim reverse transkriptase. 

4. Transkripsi balik. Reverse transkriptase mensintesis DNA rantai ganda

yang merupakan salinan RNA virus rantai tunggal menghasilkan

provirus (DNA yang baru terbentuk).

5. Integrasi. DNA virus bermigrasi dan memasuki nukleus sel host

(proses yang diperantarai oleh protein HIV vpr dan MA), dan

berintegrasi dengan DNA sel dengan bantuan enzim integrase.

6. Transkripsi. Di dalam nukleus, enzim RNA polimerase II

mentranskripsi DNA menjadi mRNA yang digunakan untuk: a)

sintesis poliprotein gag dan gag pol, b) sintesis materi genetik dari

virion yang baru terbentuk, c) pembentukan gp 120 dan gp 41, d)

membentuk protein regulasi: vif, vpr dan vpu.

7. Translasi dan Pembentukan Selubung. mRNA virus meninggalkan

nukleus. Translasi dari mRNA virus menghasilkan sintesis tiga

poliprotein: a) ENV gp 160 – mengandung gp 120 dan gp 41, b) GAG

10

Page 11: LKTM HIV

Gambar 3. Siklus Hidup HIV (Mims, et al, 1993 dalam Anonim,

2006e)

p55–mengandung MA (matrix), CA (capsid), dan NC (nucleocapsid

protein), c) GAG-POL  p 160 - mengandung MA (matrix), CA

(capsid), PR  (proteinase), RT (reverse transkriptase), dan INT

(integrase).

8. Assembly/Penggabungan. Poliprotein gag dan gag-pol berhubungan

dengan permukaan dalam dari membran plasma dan berinteraksi

dengan gp 41 di dalam membran plasma.

11

Page 12: LKTM HIV

9. Ekstrusi. Saat virus muncul keluar sel, ia membutuhkan selubung lipid,

membawa protein gp 120 dan gp 41. Virus keluar menuju ruang

ekstraselular dalam keadaan immatur.

10. Maturasi. Proses ini penting untuk membentuk virus yang infeksius.

Dengan lengkapnya penggabungan dan maturasi, virus bisa

menginfeksi sel baru.

2.3 Patogenesis HIV/AIDS

Limfosit T dan limfosit B bersama-sama menjaga tubuh. Sel B akan berkembang

menjadi sel plasma, memproduksi antibodi untuk membunuh mikroorganisme. Sel

B berperan dalam imunitas humoral. Limfosit T bertanggung jawab untuk

imunitas yang diperantarai sel (cell mediated immunity), yang sangat penting

melawan virus. Limfosit T terdiri dari sel T helper (CD4+) dan sel T sitotoksik

(CD8+). Populasi sel CD4+ adalah pusat pertahanan tubuh, yang diserang dan

dihancurkan oleh HIV secara progresif (Coffin, 2004).

2.3.1 Masuknya Virus

Sel bebas atau sel terkait HIV memasuki tubuh selama aktivitas risiko

tinggi melalui rute darah, semen atau sekresi vagina dari seorang yang

terinfeksi. HIV segera menuju sel yang menampakkan reseptor

komplementer (CD4+, CCR5 dan CXCR-4/fusin) dapat berupa sel CD4+,

makrofag atau sel langerhans. Replikasi dimulai segera setelah virus

masuk ke dalam sel dan diseminasi terjadi melalui sirkulasi dan limfoid.

2.3.2 Infeksi HIV Primer

Respon imun mulai aktif terhadap antigen virus dan replikasi intensif dari

virus terjadi pada limfosit T yang teraktivasi. Fenomena ini terjadi 2-3

minggu pertama setelah infeksi (tahap diseminasi virus). Selanjutnya

adalah tahap regulasi viremia. Kedua tahap tersebut diperantarai oleh sel

limfosit T sitotoksik spesifik (CTL) dan antibodi spesifik HIV melalui

netralisasi dan pengikatan komplemen. Periode dari masuknya HIV di

dalam host dan munculnya level yang terdeteksi dari antibodi spesifik HIV

disebut “window period”, penderita sangat infeksius tetapi seronegatif.

12

Page 13: LKTM HIV

2.3.3 Periode Laten Klinis

Ditandai hilangnya gejala penyakit virus akut, penurunan viremia, hitung

sel CD4+ hampir normal, antibodi pengikat komplemen serta netralisasi

terlihat sangat rendah di darah perifer (kopi RNA virus, viral load, sel

mononuklear pengekspresi virus). Rata-rata terjadi selama 8-10 tahun.

Kerusakan progresif dari respon imun humoral dan selular diperantarai sel

HIV spesifik dan tidak spesifik yang menghubungkan onset dari AIDS.

Hitung sel CD4+ berkisar antara 200 sampai 500 sel/µl di darah perifer.

2.3.4 AIDS

Tahap akhir infeksi HIV ditandai dengan peningkatan parameter

virologikal (viral load, antigen p24, dan sebagainya) di darah perifer dan

limfonodus. Jaringan limfoid dihancurkan secara total dan digantikan oleh

jaringan ikat fibrus. Virus terjebak oleh jaringan limfoid. Terdapat supresi

imun dan infeksi oportunistik yang menegaskan fatalnya tahap ini. Hitung

CD4+ biasanya kurang dari 200 sel/µl dan turun secara progresif.

2.3.5 Patogenesis Defisiensi Imun Infeksi HIV

Melalui deplesi dan disfungsi sel T CD4+, infeksi HIV mengganggu

kemampuan sistem imun untuk mengaktivasi makrofag, sekresi IL-2 dan

sitokin untuk diferensiasi hemopoetik, limfoid, menginduksi sel T, sel B

sitotoksik dan supresor. HIV mengganggu aktivitas utama makrofag

seperti fagositosis dan penghancuran antigen asing, presentasi antigen

kepada limfosit dan sekresi sitokin (Ledderman, 2004).

Disfungsi imun dalam infeksi HIV meliputi: perubahan ekspresi sitokin,

penurunan fungsi sel NK dan CTL, penurunan respon proliferasi dan

humoral terhadap antigen, penurunan ekspresi MHC-II, penurunan

kemotaksis kemokin, deplesi sel CD4+, gangguan reaksi DTH,

limfopenia, aktifasi poliklonal sel B, gangguan reaksi hipersensitivitas tipe

lambat, penurunan produksi IFN-γ, IL-2 dan TNF-α serta hilangnya

sitoktoksisitas yang diperantarai sel.

13

Page 14: LKTM HIV

2.3.6 Mekanisme Deplesi dan Disfungsi Sel CD4+

Sel CD4+ adalah target utama dari HIV dan penghancuran progresif dari

sel ini adalah karakterstik dari semua tingkatan penyakit HIV. HIV bisa

membunuh satu demi satu atau setelah terbentuknya sel giant dan

sinsitium. Pembunuhan satu sel terjadi karena akumulasi dari DNA virus

yang tak terintegrasi dan inhibisi sintesa protein selular. Pembentukan

sinsitium dinduksi oleh strain virulen dari HIV dalam mekanisme yang

bertahap. Sel CD4+ mengekpresikan antigen virus di permukaan menarik

sel CD4+ yang tak terinfeksi dan penggabungan membran ini membentuk

sinsitia. Satu sel terinfeksi HIV bisa merusak ratusan sel yang tak

terinfeksi dengan pembentukan sinsitium. Glikoprotein 120 dan adhesi

molekul intraselular lainnya menyebabkan adhesi selular dan kerusakan

lebih lanjut (Anonim, 2006c).

Tabel 1. Mekanisme Disfungsi dan Deplesi Sel T CD4+

Mekanisme Langsung Mekanisme Tidak Langsung

1. Akumulasi DNA virus tak terintegrasi

2. Intervensi proses RNA selular3. Autofusi gp120-CD4+

interselular4. Hilangnya integritas membran

plasma akibat penonjolan virus5. Eliminasi sel terinfeksi virus

oleh respon imun spesifik virus

1. Penyandian intraselular yang banyak

2. Pembentukan sinsitium3. Autoimunitas4. Apoptosis5. Inhibisi limfopoesis

2.4 Penatalaksanaan HIV

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan

edukasi. Pengobatan pada pengidap HIV/AIDS ditujukan terhadap (Parwati,

1996): 1) Virus HIV, 2) Infeksi oportunistik, 3) Kanker sekunder, 4) Status

kekebalan tubuh, 5) Simtomatis dan suportif.

2.4.1 Pengobatan HIV yang ditujukan terhadap HIV

14

Page 15: LKTM HIV

Kompleksitas dari siklus hidup HIV membantu virus ini menyerang dan

menginvasi sel-sel sistem imun. Berdasarkan tahapan-tahapan yang ada

pada siklus hidup HIV, maka obat-obat antivirus HIV dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Binding inhibitor, menghambat pengikatan virus ke CD4+ melalui

pembentukan antibodi yang berikatan dengan selubung virus, sehingga

bisa menetralisir kemampuan gp120 untuk berikatan dengan CD4+.

2. Fusion inhibitor. Menghambat proses fusi.

3. Protease inhibitor. Menghambat pembelahan enzim protease menjadi

bentuk fungsionalnya.

4. Maturation inhibitor. Mencegah protein gag terpotong, sehingga walau

virus tetap bisa dilepas ke ekstraselular namun ia tidak berbahaya.

5. Adsorption inhibitor. Menghambat ikatan virus terhadap reseptor sel.

Gambar 4. Penghambatan dalam proses replikasi HIV. Gambar di atas menunjukkan (1) masuknya virus ke sel, (2-3) konversi RNA virus ke DNA dengan enzim reverse transkriptase dan integrasi DNA virus ke sel, (4) protein virus membelah dengan bantuan protease untuk mengabungkan partkel virus baru, (5) partikel virus baru keluar dari permukaan sel host. Juga memperlihatkan tahap penghambatan replikasi virus oleh enzim-enzim inhibitor.

DNARNA

Inhibitor Reverse Transkriptase

Protein & RNA virus baru

Inhibitor Protease

Nukleus

Inhibitor Fusi dan Binding

Inhibitor Maturasi

121

31

41

51

Virus baru

15

Inhibitor Enzim Integrase

Page 16: LKTM HIV

6. Uncoating inhibitor. Menghambat RNA virus dan enzim reverse

transkriptase keluar dari selubung.

7. Reverse transkriptase inhibitor. Menghambat perubahan RNA menjadi

materi DNA. Ada tiga golongan reverse transcriptase inhibitor, yakni

nukleosida, non-nukleosida analog, dan nukleotida analog.

8. Integration inhibitor, menghambat integrasi DNA virus dengan DNA

host.

2.4.2 Pengobatan HIV berdasarkan Imunologi

Tujuan terapi imun pada infeksi HIV adalah untuk meningkatkan respon

imun terhadap HIV sehingga replikasi virus bisa ditekan dan progresifitas

penyakit bisa dihambat, mencegah infeksi oportunistik dan keganasan,

menekan respon imun yang bisa memfasilitasi replikasi virus.

Adapun beberapa pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan imunitas spesifik terhadap HIV dengan vaksin

terapeutik, terapi plasma hiperimun, imunoglobulin dan terapi selular.

2. Perangsangan imun secara umum

a. Terapi Sitokin, meningkatkan produksi sitokin (TNF-α, IL-6) yang

mengaktifasi imun, neuropatologi dan kelainan metabolik;

penurunan produksi IL-2 dan IL-12 yang mengganggu proliferasi

dan aktifasi limfosit T serta penurunan produksi IFN-γ

mengganggu pembunuhan makrofag terhadap mikroorganisme.

b. Imunomodulator, hormon timus (meningkatkan diferensiasi dari

timosit dan fungsi sel T), ekstrak leukosit terdialisis (bisa

mentransfer kemampuan respon imun diperantarai sel dari individu

yang imun ke nonimun), Isoprinosine (meningkatkan aktivitas sel

NK dan menurunkan kecepatan penurunan sel T CD4+).

c. Terapi immunoglobulin, bertujuan untuk menghambat infeksi

opurtunistik.

16

Page 17: LKTM HIV

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang

didasarkan atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji

validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta

mendukung uraian/analisis pembahasan. Data yang dipergunakan dalam penulisan

karya ilmiah ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur,

baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Sifat tulisan adalah deskriptif,

menggambarkan pemanfaatan ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral dan

imunostimulator dalam penatalaksanaan HIV/AIDS

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penyusuna karya tulis ini adalah sebagai berikut. Benalu

teh mengandung berbagai senyawa aktif seperti lektin, asam-asam lemak dan

tanin. Lektin merupakan komponen aktif yang utama dalam mekanisme

imunostimulator maupun antiretroviral. Sistem kekebalan tubuh manusia

diperankan oleh imunitas spesifik dan nonspesifik. Berbagai jenis sel yang

berperan dalam sistem imun manusia, antara lain sel limfosit T, sel limfosit B,

makrofag, sel Natural Killer (NK), sel dendritik. Aktivitas dan proliferasi sel-sel

tersebut dipengaruhi oleh sitokin yang utamanya dihasilkan oleh limfosit T.

Sekresi sitokin dirangsang oleh lektin dan menimbulkan reaksi rantai dalam

meningkatkan imunitas (imunostimulator). Lektin juga mengaktifkan sistem

komplemen melalui jalur klasik, sebagai analog enzim C1q dan serin esterase.

HIV terdiri dari selubung yang disusun oleh glikoprotein dan glikolipid,

nukleokapsid, dan genom RNA. Selubung virus disusun gp120 dan gp41. gp120

tersusun atas 24 jenis ikatan N-glikan, 11 diantaranya berupa gugusan kaya

manosa. Lektin secara spesifik mengikat gugusan manosa pada gp120 sehingga

menghalangi proses adsorpsi dan fusi, meningkatkan antigenitas virus. Lektin juga

memiliki efek sebagai integrase inhibitor dan menghambat translasi, serta tanin

berperan sebagai reverse transkriptase inhibitor.

17

Page 18: LKTM HIV

Benalu Teh

Lektin

Tanin

Asam Lemak

Immunostimulator

Antiretroviral

Merangsang sekresi sitokinMeningkatkan proliferasi sel limfosit TMeningkatkan apoptosis limfosit T terinfeksiAktifasi komplemen

Berikatan dengan N glikan gp 120

Integrase inhibitor

Mengahambat translasi

Reverse transcriptase inhibitorMenghambat adsorpsi virus

Menghambat adsorpsi virus

Komponen Aktif

HIVEnvelope gp 120Enzim-enzim

A I D S

Terhambat oleh ekstrak benalu teh

Terhambat oleh ekstrak benalu teh

Menghambat aktivitas virus

18

Gambar 5. Kerangka Konsep Benalu Teh sebagai Antiretroviral dan Immunostimulator pada Penatalaksanaan HIV/AIDS

Sistem imunPenurunan limfosit TPenurunan sekresi sitokin

merangsang sistem imun

Page 19: LKTM HIV

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Benalu Teh

Benalu teh merupakan salah satu jenis tanaman alami yang mengandung banyak

komponen aktif untuk pengobatan HIV/AIDS, antara lain: asam katekinat, asam

kafeat, tanin, dan lektin. Dalam pengolahannya perlu diperhatikan cara

mempertahankan kandungan bahan alami tersebut. Metode pengolahan teh hijau

dapat diadopsi untuk tujuan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa prinsip

pengolahan teh hijau dapat mempertahankan kadar zat aktif daun teh. Pengolahan

teh hijau sangat sederhana dan tidak melalui tahap fermentasi yang dapat

menurunkan jumlah bahan aktif yang terkandung dalam teh. Pengolahan benalu

teh dibagi menjadi enam tahapan, yaitu:

4.1.1 Tahap Pengumpulan Daun Benalu Teh

Daun benalu teh dipetik dan dikumpulkan dalam sebuah wadah.

4.1.2 Tahap Pengeringan Pertama

Bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam daun benalu teh, sehingga

diperoleh berat kering dan bahan alami yang lebih pekat dengan kadar air

yang rendah. Dapat dipergunakan dua cara, yaitu dengan menjemur daun

benalu di bawah sinar matahari atau diuapkan dengan pemanas.

4.1.3 Tahap Penggilingan

Penggilingan bertujuan memperkecil ukuran daun sehingga bahan alami

yang dikandung dapat lebih mudah diekstraksi pada tahap perebusan.

4.1.4 Tahap Pengeringan Kedua

Pengeringan ini bertujuan untuk mendapatkan daun yang bebas kadar air.

4.1.5 Tahap Pengemasan

Daun giling kering selanjutnya dikemas dalam takaran praktis.

4.1.6 Tahap Perebusan

Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan (ekstraksi) bahan-bahan alami

yang terkandung dalam daun benalu teh.

19

Page 20: LKTM HIV

Pada proses pengolahan ini juga tetap dihindarkan proses fermentasi karena akan

terjadi perusakan bahan-bahan alami yang terkandung dalam daun benalu teh.

Secara ringkas rangkaian pengolahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6. Tahap Pengolahan Benalu Teh

4.2 Farmakokinetik Bahan Alami Benalu Teh Dalam Tubuh Manusia

Lektin adalah senyawa glikoprotein dengan berat molekul 60.000-100.000.

Lektin dapat berinteraksi secara spesifik dengan karbohidrat, berikatan dengan

berbagai gula bebas ataupun residu polisakarida, glikoprotein, dan glikolipid, baik

yang bebas ataupun terikat pada permukaan sel/virus (Murray, 1996).

Farmakokinetik lektin mencakup absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

Lektin benalu teh dapat diberikan melalui jalur oral, selanjutnya akan mengalami

proses absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai ke tempat kerja dan

menimbulkan efek.

4.2.1 Absorbsi dan Bioavailabilitas

Lektin benalu teh diberikan per oral karena alasan kemudahan, keamanan

dan faktor biaya. Absorbsi lektin terjadi dalam saluran cerna dengan

mekanisme difusi pasif oleh karena lektin sebagian besar merupakan

golongan non-ionik dan mengandung komponen yang larut lemak.

4.2.2 Distribusi

Pengumpulan

Pengeringan I

Penggilingan

Pengeringan II

Pengemasan

Perebusan

Dijemur dibawah sinar

matahari atau diuapkan dengan pemanas

Mesin Giling Sederhana

Dijemur dibawah sinar

matahari atau diuapkan dengan pemanas

Kemasan Kecil

Ditambah air dan rebus

Mengeluarkan kandungan air,

mendapatkan daun kering

Mengecilkan, mengeluarkan sisa air,

daun giling kering

Mengeluarkan air, daun giling siap kemas

Mempermudah perebusan dan ekstrasi

bahan aktif.

Untuk ekstraksi bahan aktif

Proses Hasil

20

Page 21: LKTM HIV

Lektin akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.

Lektin memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk larut dalam lemak,

sehingga dapat dengan mudah melintasi membran sel serta memasuki sel

untuk mencapai target kerja.

4.2.3 Biotransformasi

Pada proses ini lektin benalu teh dimetabolisme supaya menjadi lebih

polar sehingga lebih mudah untuk diekskresi melalui ginjal. Reaksi kimia

tersebut meliputi reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis, sehingga bahan-

bahan semakin polar, selanjutnya terjadi konjugasi dengan substrat

endogen. Hasil konjugasi tersebut bersifat lebih polar dan jauh lebih

mudah terionisasi sehingga lebih mudah diekskresi.

4.2.4 Ekskresi

Sisa-sisa lektin dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi

dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi ataupun dalam bentuk asli.

Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting.

Gambar 7. Farmakokinetik Bahan Aktif Benalu Teh

4.3 Efek Farmakodinamik Benalu Teh sebagai Antiretroviral

4.3.1 Aktivitas Lektin Pada Benalu Teh dalam Pemusnahan HIV

Sirkulasi Sistemik

Obat bebasDalam bentuk terikat

Dalam bentuk metabolit

Reseptor terikat bebas

Depot jaringan terikat bebas

Absorbsi

Ekskresi

Biotransformasi

21

Page 22: LKTM HIV

Permukaan HIV terdiri dari glikoprotein terutama pada selubung virus.

Glikoprotein tersebut memediasi adsorpsi dan penetrasi virus ke dalam sel

limfosit. Infeksi HIV pada sel limfosit memerlukan ikatan antara

glikoprotein (gp) 120 HIV dengan reseptor spesifik CD4+ pada permukaan

sel limfosit (Berger et al, 1999 dalam Malik et al, 2003). Ikatan tersebut

mencetuskan perubahan pada selubung gp 120 yang mengakibatkan fusi

antar-membran dan masuknya HIV ke dalam sel limfosit. HIV memiliki dua

jenis glikoprotein selubung yaitu gp 120 dan gp 41. Glikoprotein tersebut

berperan dalam proses pengenalan komponen asing melalui gugusan amino

terminal yang selanjutnya berhubungan dengan retikulum endoplasma (RE).

Selubung glikoprotein gp 120 dan gp 41 berbentuk trimer kompleks yang

memediasi masuknya virus ke dalam limfosit. Fraksi tersebut tersusun dari

ikatan glikosilasi yang kuat dan lengkungan yang melindungi reseptor

antibodi spesifik. Hampir 50% dari berat molekul gp 120 terdiri dari

karbohidrat, semuanya membentuk ikatan N-glikan dan tidak ditemukan

adanya O-glikan. Terdapat sekitar 24 N-glikan yang menyusun gp 120, 13 di

antaranya merupakan kompleks oligosakarida dan 11 lainnya merupakan

gugusan tinggi manosa. Penelitian struktural menunjukkan bahwa adanya

permukaan netralisasi dan non netralisasi pada gp 120. Lengkungan yang

dibentuk oleh N-glikan pada gp 120 dapat melindungi permukaan netralisasi

virus yaitu gp 41 (Ji, et al, 2004).

Glikoprotein gp 41 terdiri atas 172 residu ektodomain. Gugusan amino

terminal diperlukan dalam pembentukan oligomer serta stabilitas gp 41.

Trimer kompleks antara gp 120 dan gp 41 dibentuk oleh ikatan kovalen

antara gugus ektodomain gp 41 dengan gugusan amino dan karboksil gp

120. Gp 41 dilindungi oleh gp 120 di bagian luarnya. Adanya ikatan N-

glikan pada struktur gp 120 dapat melindungi gp 41 (glikoprotein

transmembran) dari serangan antibodi monoklonal, akibatnya netralisasi

virus tidak akan mungkin terjadi. Ikatan N-glikan yang melindungi gp 41

sesungguhnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu gugusan

tinggi manosa, ikatan hibrida, serta ikatan kompleks manosa-hibrida. Ketiga

tipe ikatan tersebut dapat dijumpai pada gp 120. Dari analisa struktur

22

Page 23: LKTM HIV

glikoprotein gp 120 didapatkan 33% adalah berupa ikatan tinggi manosa,

4% sebagai ikatan hibrida, 63% berbentuk ikatan kompleks. Sedangkan

gugusan terminal pada gp 120 dipergunakan oleh HIV untuk melawan

sistem imun dengan menurunkan sifat antigenitasnya ( Ji, et al, 2004).

Lektin spesifik manosa merupakan salah satu bahan alami yang ditemukan

pada benalu teh dalam jumlah yang cukup besar. Jenis lektin tersebut

merupakan lektin yang tergantung kalsium dan memiliki gugus pengenal

karbohidrat (CRDs) yang menjadi dasar interaksi selektif dari lektin spesifik

manosa. Lektin ini terdiri dari dua komponen yaitu kolektin terlarut dan

reseptor manosa pada permukaan sel makrofag. Kolektin memiliki struktur

oligomer yang terdiri dari dua sampai enam gugusan, setiap gugus

mengandung polipeptida homotrimer. Serum lektin spesifik manosa bekerja

pada mekanisme pertahanan tubuh melalui ikatan spesifik pada repetitif

manosa atau N-glikan asetilglukosamin pada permukaan gp 120 HIV. Ikatan

ini dapat merangsang terjadinya opsonisasi dan penghancuran virus melalui

aktivasi jalur klasik komplemen. Hal ini dimungkinkan karena ikatan yang

terjadi antara lektin dengan N-glikan akan membuka lengkungan pada gp

120 serta melepaskan ikatan kovalen antara gp 120 dengan gp 41.

Pembukaan ini menghilangkan proteksi terhadap glikoprotein transmembran

HIV, sehingga dapat dikenali oleh sistem imun tubuh, yang merangsang

proses netralisasi untuk menghancurkan virus. Ikatan antara gp 120 HIV

dengan lektin spesifik manosa juga akan menurunkan kemampuan HIV

untuk menginfeksi sel limfosit. Proses perlekatan antara gp 120 dengan

reseptor CD4 dapat dihalangi karena perubahan konformasi setelah ikatan

lektin dengan komponen N-glikan gp 120. Proses ini sekaligus menghambat

proses adsorpsi dan fusi antara virus dengan limfosit T. Lektin spesifik

manosa juga dihubungkan dengan protease analog yang dapat berperan

dalam aktivasi komplemen melalui jalur klasik pada tahap C2 dan C4.

Seluruh rangkaian tersebut terjadi melalui interaksi lektin benalu teh dengan

gp 120 melalui ikatan tinggi manosa pada gugusan N-glikan.

1. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Menghambat Adsorpsi

HIV/AIDS

23

Page 24: LKTM HIV

Lektin pada benalu teh memiliki kemampuan spesifik dalam mengikat

manosa pada gugusan N-glikan gp 120. Terbentuknya ikatan tersebut

mengakibatkan instabilitas pada struktur glikoprotein gp 120 selubung

HIV, sehingga HIV akan kehilangan afinitasnya terhadap reseptor CD4.

Selanjutnya akan terjadi rangkaian peristiwa seperti proteolisis, fungsi

pengaturan sifat fisikokimia menghilang, terjadi kegagalan penyisipan

ke dalam membran sel, migrasi sel dan sekresi menurun, serta

perlengketan virus dengan sel limfosit tidak akan terjadi, karena struktur

glikoprotein gp120 telah mengalami perubahan konformasi oleh karena

ikatan antara lektin dan N-glikan manosa. Adanya ikatan pada N-glikan

akan menghilangkan bagian pelindung epitope virus. Selanjutnya

epitope akan dikenali oleh antibodi sehingga proses aglutinasi dan

netralisasi virus akan memungkinkan untuk terjadi.

2. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Netralisasi Virus

Lektin benalu teh dapat dipergunakan untuk memurnikan glikoprotein

dan melacak fungsinya. Lektin merupakan pengikat gula yang spesifik,

yang menginduksi proses aglutinasi sel atau presipitasi glikokonjugat.

Lektin benalu teh dapat berikatan secara kovalen dengan komponen N-

glikan dari gp 120 HIV. Gugusan N-glikan pada gp 120 membentuk

lengkungan khas untuk melindungi gp 41 dalam menghalangi proses

pengenalan antibodi dan netralisasi. Gp 120 juga mengadakan ikatan

kuat dengan gp 41 melalui gugusan tinggi manosa. Lektin benalu teh

bekerja pada kedua lintasan tersebut. Pada fase awal, ikatan antara lektin

benalu teh dengan gp 120 akan mengurangi kemampuan adsorpsi HIV

dengan limfosit T. Pada tahap berikutnya, ikatan antara lektin benalu teh

dengan gp 120 akan meningkatkan antigenitas dari HIV sehingga mudah

dikenali oleh antibodi spesifik. Ikatan antara lektin benalu teh dengan N-

glikan manosa pada gp 120 akan membuka lengkungan-lengkungan

pelindung gp 41 sehingga gp 41 (epitope) dapat dikenali oleh sistem

imun. Berikutnya lektin benalu teh juga akan mengganggu ikatan

kovalen gugusan manosa pada gp 120 dan gp 41. Ikatan secara kovalen

antara lektin benalu dengan gugusan manosa tersebut akan membuka

24

Page 25: LKTM HIV

sekitar 33% ikatan antara gp 120 dengan gp 41. Pembukaan ikatan

kovalen tersebut ditambah penghancuran lengkungan N-glikan, akan

menghilangkan proteksi epitop virus. Gp 41 akan mudah dikenali oleh

sistem imun. Proses ini akan berlanjut dengan peningkatan opsonisasi

dan netralisasi virus. Akibat peningkatan netralisasi dan penghancuran

virus maka populasi virus juga dapat ditekan, sehingga sistem imun tidak

mudah mengalami depresi. Proses ini secara tidak langsung juga

meningkatkan aktivitas dari seluruh rangkaian sistem imun tubuh.

3. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Aktivasi Komplemen

Komplemen adalah salah satu komponen dari imunitas humoral.

Komplemen terdiri atas komponen serum dan permukaan sel yang

berinteraksi satu sama lain dengan sistem imun untuk menghancurkan

antigen yang masuk ke dalam tubuh. Aktivasi komplemen akan

menghasilkan berbagai jenis enzim proteolitik dan produk lain yang

akan berikatan dengan bagian antigen. Ada dua jalur dalam aktivasi

sistem komplemen, yaitu jalur alternatif dan jalur klasik. Pada jalur

alternatif, aktivasi terjadi melalui ikatan antara komponen C3b dengan

berbagai permukaan aktivasi lainnya seperti dinding sel, sedang pada

jalur klasik diinisiasi oleh ikatan C1 dengan kompleks antigen-antibodi

(Abbas dan Lichtman, 2003).

Lektin benalu teh dapat mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur

klasik karena tidak melibatkan komponen antibodi. Lektin benalu teh

akan berikatan dengan komponen manosa pada gp 120 HIV. Ikatan ini

memiliki struktur yang serupa dengan enzim C1q yang akan

mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur klasik baik melalui

aktivasi enzim C1r-C1s ataupun dihubungkan dengan serin esterase yang

merangsang pemecahan C4 menjadi C4b dan C4a ( Abbas dan

Lichtman, 2003). Selanjutnya C4b akan berikatan dengan C2. Melalui

aktivitas C3 konvertase, maka akan dihasilkan kompleks C4b2a, yang

akan mengkativasi C3 menjadi C3b dan C3a. Komponen C3b akan

mengaktifkan C5 konvertase yang memecah C5 menjadi C5b dan C5a.

Sedang komponen C6 sampai C9 tidak memerlukan enzim dalam

25

Page 26: LKTM HIV

pemecahannya. C5b akan membentuk kompleks dengan C6 dan C7

menghasilkan C5bC6,7 kompleks yang bersifat hidrofobik. Selanjutnya

kompleks tersebut akan memasuki lapisan lemak dari selubung HIV

sehingga akan meningkatkan kepekaan virus terhadap molekul C8

membentuk kompleks C5bC6,7,8 yang memiliki keterbatasan dalam

melisiskan sel. Kompleks tersebut kemudian akan mengaktifkan C9. C9

memiliki struktur yang sama dengan perforin (granula sitolitik yang

dihasilkan oleh limfosit T dan sel NK). Akibatnya akan terjadi

kebocoran membran yang mengakibatkan kematian virus.

4.3.2 Mekanisme Ekstrak Benalu Teh dalam Penghambatan Replikasi Virus

Penghambatan replikasi virus HIV oleh ekstrak benalu teh dapat dibagi

menjadi 2 mekanisme, yaitu mekanisme langsung dan mekanisme tidak

langsung.

1. Mekanisme langsung. Zat-zat aktif dalam benalu teh dapat menghambat

beberapa tahapan dalam proses replikasi virus. Komponen aktif benalu

teh seperti asam kafeat dan serta asam katekinat memiliki kemampuan

dalam menghambat adsorpsi virus. Lektin merupakan senyawa yang

memiliki afinitas yang tinggi terhadap a-(1-3)-D-mannose oligomer.

Lektin bekerja secara langsung untuk mencegah proses fusi antara virus

dan membran sel dengan cara mengikat glikan kaya-manosa pada gp120

yang merupakan glikoprotein yang sangat penting pada selubung HIV-1

selama infeksi. Lektin memiliki kemampuan spesifik dalam mengikat

manosa pada gugusan N-glikan. Terbentuknya ikatan tersebut

mengakibatkan instabilitas pada struktur glikoprotein selubung HIV,

sehingga HIV akan kehilangan afinitasnya terhadap reseptor CD4+.

Disamping itu, lektin juga memiliki fungsi menghambat enzim integrase

dan menghambat proses translasi virus karena lektin merupakan suatu

ribosome inhibiting protein (RIP). Kandungan tanin benalu teh berfungsi

sebagai penghambat enzim reverse transkriptase yang merupakan salah

satu enzim utama dalam proses replikasi virus HIV. Dengan

dihambatnya beberapa tahapan dalam replikasi HIV, diharapkan jumlah

26

Page 27: LKTM HIV

virus dalam tubuh penderita dapat berkurang dan dapat menekan

progresivitas HIV/AIDS.

Tabel 2. Mekanisme penghambatan virus HIV secara langsung oleh beberapa komponen zat aktif yang terkandung dalam benalu teh.

No Aktivitas Komponen

1 Menghambat adsorpsi virus asam kafeat, asam katekinat, tanin

2 Menghambat fusi antara sel T dan virus

Lektin

3 Menghambat transkripsi balik (reverse transcription)

Tanin

4 Menghambat integrase (integrase inhibitor)

lektin (RIP)

5 Menghambat translasi lektin (RIP)

2. Mekanisme Tidak Langsung. Lektin benalu merangsang kematian sel

abnormal, termasuk sel yang terinfeksi virus HIV melalui apoptosis. Fas

ligand, sebuah molekul yang dihasilkan oleh limfosit, berikatan dengan

Fas reseptor yang ditemukan pada plasma membran sel yang lain. Ikatan

silang antara Fas ligand dan Fas reseptor merupakan mekanisme yang

digunakan oleh limfosit untuk membunuh sel lain melalui lintasan

apoptosis pada sel yang mengekspresikan Fas reseptor. Kemampuan

lektin benalu untuk merangsang apoptosis pada sel abnormal dapat

dibuktikan melalui hasil penelitian pada pasien leukemia, dimana lektin

benalu mampu meningkatkan produksi Fas ligand dan menurunkan

konsentrasi Fas reseptor pada sel darah putih yang normal, termasuk sel

T CD4+, sel T CD8+, dan sel B yang diisolasi pada pasien leukemia,

sedangkan ekspresi Fas ligand pada sel yang abnormal tetap tinggi.

Sehingga sel-sel yang abnomal akan mengalami apoptosis yang lebih

banyak dibandingkan sel darah putih yang normal. Demikian juga pada

penderita HIV/AIDS, lektin akan bekerja menginduksi apoptosis sel

yang mengandung HIV, sehingga sel yang mengalami apoptosis akan

27

Page 28: LKTM HIV

mati demikian juga virus yang sedang bereplikasi di dalamnya.

Mekanisme ini dapat membunuh virus secara tidak langsung, sehingga

membantu kesembuhan penderita HIV/AIDS. Mekanisme ini juga

membantu mengurangi kecepatan deplesi sel T CD4+, sebab akan

apoptosis akan dapat menekan proses pembentukan sinsitium sehingga

sel yang normal akan terlindung dari kerusakan.

4.4 Benalu Teh sebagai Imunostimulator

Kematian penderita HIV/AIDS tidak disebabkan secara langsung oleh virus HIV

itu sendiri, namun oleh berbagai macam infeksi penyakit akibat penurunan fungsi

sistem kekebalan tubuh. Upaya peningkatan sistem kekebalan tubuh

(imunostimulator) penderita HIV memiliki arti yang sangat penting dalam

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta memperpanjang usia harapan

hidup penderitanya.

Aktivitas imonostimulator benalu teh terutama disebabkan oleh kandungan lektin

benalu (mistletoe lectin I (ML-I), ML-II, ML-III). Aktivitas imunostimulator

benalu teh ini telah diketahui sejak lama, sehingga benalu teh banyak digunakan

oleh masyarakat dalam pengobatan berbagai penyakit, seperti kanker. Pada

penderita HIV/AIDS terjadi penurunan aktivitas sistem kekebalan tubuh, sehingga

dengan aktivitas imunostimulator dari benalu teh, sistem kekebalan tubuh dari

penderita dapat ditingkatkan dan dapat membantu penatalaksanaan HIV/AIDS.

Dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh penderita HIV/AIDS, lektin akan

merangsang proliferasi dan aktivitas sel T, terutama dalam meningkatkan sekresi

interleukin seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, dan IL-6. Interleukin ini akan

meningkatkan aktivitas sistem imun nonspesifik (innate immunity) dan spesifik

(adaptive immunity), seperti merangsang proliferasi dan aktivasi makrofag, sel

NK, sel limfosit T dan B, dan sebagainya. Peningkatan aktivitas berbagai macam

sel ini selain akan melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi dan keganasan,

juga akan meningkatkan sekresi sitokin baru, yang akan menjadi reaksi berantai

untuk perangsangan aktivitas dan proliferasi sel berikutnya. Proses ini merupakan

jalur untuk menghasilkan sitokin yang baru (chain reaction).

28

Page 29: LKTM HIV

Aktivitas imonostimulator benalu teh secara terperinci dapat dijelaskan sebagai

berikut.

4.4.1 Meningkatkan jumlah dan aktivitas limfosit T

Lektin merupakan salah bentuk aktivator poliklonal sel T yang dapat

berikatan dengan kompleks reseptor sel T (T cell receptor/TCR) dan

mengaktivasi sel T tersebut. Aktivator poliklonal juga dapat mengaktivasi

sel T dengan antigen nonspesifik dan dapat mengaktivasi kelompok sel T

naif, walaupun frekuensi sel yang spesifik untuk antigen tertentu sangat

kecil atau respon imunitasnya tidak dapat terdeteksi.

Lektin merupakan suatu polimer protein yang dapat berikatan dengan

residu pada glikoprotein permukaan sel T dan menstimulasi aktivitas sel T

tersebut. Respon awal yang terjadi setelah proses aktivasi sel T oleh lektin

adalah sekresi sitokin yang memediasi respon dan fungsi sel-sel imunitas.

Sitokin utama yang dihasilkan oleh sel T pada awal proses aktivasi adalah

IL-2 yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan untuk proliferasi sel T,

terutama sel CD4+ yang dapat berproliferasi hingga 100-1000 kali dan sel

CD 8+ hingga 10 kali lipat. Selanjutnya sel T akan menghasilkan sitokin

(seperti TNF-α, IF-γ IL-1, IL-2, IL-6) yang dapat mengaktivasi makrofag,

limfosit B (yang akan meningkatkan respon imun humoral berupa

produksi imunoglobulin), dan sel CD 8+. Aktivitas masing-masing sitokin

yang dihasilkan akan dijelaskan pada poin 4.4.2.

29

Page 30: LKTM HIV

Gambar 8. Mekanisme Kerja Lektin Benalu dalam Meningkatkan Imunitas Spesifik (Abbas dan Lichtman, 2003)

Mekanisme kerja lektin benalu dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas

sel T telah dapat dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Gorter,

et al (1992) melalui pemberian ektrak benalu secara in vitro dengan

konsentrasi 10 mcg/ml. Dari penelitian tersebut ditemukan adanya

peningkatan sel CD4+ sebanyak 35% dan bertahan selama 4 tahun.

Temuan ini juga diperkuat oleh penelitian Lukyanova, et al (2001) yang

menemukan bahwa pemberian ekstrak benalu secara subkutan dapat

meningkatkan jumlah limfosit T (CD3+) secara signifikan.

4.4.2 Meningkatkan Sekresi Sitokin

Lektin benalu mampu meningkatkan sekresi berbagai sitokin diantaranya:

TNF-α, IFN-γ IL-1, IL-2, dan IL-6. Aktivitas lektin dalam meningkatkan

sekresi sitokin tersebut terutama melalui mekanisme aktivasi sel T seperti

yang telah dijelaskan pada poin 4.4.1 di atas. Aktivitas lektin dalam

meningkatkan sekresi sitokin didukung oleh beberapa hasil penelitian,

antara lain:

1. Goebell, et al (2002) menemukan bahwa lektin benalu dapat

meningkatkan sekresi TNF-α, IL-1, IL-2, IL-6 (Anonim, 2005a).

30

Page 31: LKTM HIV

2. Lukyanova, et al (2001) menemukan bahwa pemberian ekstrak

benalu dapat meningkatkan produksi IFN- γ , TNF dan IL-1.

3. Gorter, et al (1996) menemukan bahwa lektin benalu dapat

meningkatkan produksi IL-2.

4. Yoon, et al (1995) menemukan bahwa lektin benalu dapat

meningkatkan produksi TNF- α.

5. Hajto, et al (1989) menemukan bahwa lektin benalu dapat

meningkatkan produksi, ekstrak benalu yang mengandung lektin

ternyata dapat meningkatkan IFN- γ dan TNF-α.

Peningkatan sekresi sitokin ini dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh

penderita HIV/AIDS karena sitokin merupakan komponen penting dalam

memediasi respon dan fungsi sistem kekebalan tubuh, baik kekebalan

nonspesfik maupun yang spesifik. Berikut ini dijelaskan fungsi beberapa

sitokin dalam sistem imun yang dapat dirangsang produksinya melalui

pemberian ekstrak benalu teh.

1. Tumor Necrosing Factor Alpha (TNF-α). Fungsi fisiologis utama

TNF-α adalah untuk merangsang rekrutmen neutrofil dan monosit

pada tempat infeksi, mengaktivasi sel-sel tersebut untuk

menghancurkan benda asing terutama mikroba, dan sangat penting

dalam merangsang proses inflamasi. Apabila jumlah TNF-α tidak

mencukupi, maka tubuh tidak akan mampu melawan infeksi.

Mekanisme kerja TNF dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. TNF-α menyebabkan sel endotel pembuluh darah mengekspresikan

molekul adhesi (selektin dan integrin) untuk leukosit, terutama

untuk monosit dan limfosit.

b. TNF-α merangsang sel endotel dan makrofag untuk mensekresikan

sitokin untuk meningkatkan afinitas integrin kepada ligandnya,

merangsang kemotaksis dan rekrutmen, serta TNF-α merangsang

sel mononuklear untuk menghasilkan IL-1.

c. TNF-α merangsang aktivitas mikrobisidal neutrofil dan makrofag,

merangsang apoptosis beberapa jenis sel yang mekanisme kerjanya

belum diketahui.

31

Page 32: LKTM HIV

2. Interleukin 1 (IL-1). Fungsi utama IL-1 hampir sama dengan TNF-α

sebagai mediator inflamasi untuk melawan infeksi. IL-1 menyebabkan

sel endotel pembuluh darah mengekspresikan molekul adhesi (selektin

dan integrin) untuk leukosit, terutama untuk monosit dan limfosit.

3. IL-2. IL-2 merupakan faktor pertumbuhan untuk limfosit T yang

terstimulasi oleh antigen, berfungsi untuk pengenalan antigen dan

penggandaan sel T setelah pengenalan antigen.

Mekanisme kerja IL-2 secara terperinci adalah sebagai berikut:

a. IL-2 merangsang proliferasi sel T yang spesifik terhadap

antigen.

b. IL-2 berperan dalam proliferasi dan diferensiasi sel imun yang

lain. IL-2 merangsang pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas

sitolitik sel NK, merangsang proliferasi sel B dan sintesis antibodi.

c. IL-2 berperan dalam mengakhiri respon imun dengan

merangsang fungsi dan perkembangan sel-T regulator,

meningkatkan apoptosis pada sel T yang telah teraktifasi melalui

mekanisme jalur Fas.

Gambar 9. Mekanisme Kerja IL-2 dalam Respon Imunitas (Abbas dan Lichtman, 2003).

4. Interleukin 6 (IL-6). IL-6 berfungsi untuk mengaktivasi sel B dan

merangsang sel hepar untuk menghasilkan protein fase akut.

32

Page 33: LKTM HIV

5. Interferon Gamma (IFN-γ). Fungsi IF- γ antara lain:.

a. IFN-γ merupakan sitokin utama yang mengaktifkan makrofag

sebagai mikrobisidal dengan merangsang makrofag untuk

menghasilkan radikal bebas dan nitrogen oksida (NO).

b. IFN-γ merangsang ekspresi MHC (Major Histocomptability)

kelas I dan kelas II serta kostimulator pada APC (Antigen

Presenting Cell), meningkatkan fase pengenalan (recognition)

respon imun dengan meningkatkan ekspresi ligand yang dikenali

oleh sel T. IFN-γ juga merupakan aktivator sel endotel pembuluh

darah, merangsang adhesi limfiosit dan ekstravasasi ke tempat

infeksi.

c. IFN-γ memacu diferensiasi sel T CD4+ naif menjadi sel T

Helper.

d. IFN-γ memacu sel B untuk menghasilkan antibodi,

mengaktifkan opsonisasi dan merangsang fagositosis oleh

makrofag.

e. IFN-γ mengaktifkan neutrofil, memacu aktivitas sitolitik sel

NK.

Gambar 10. Mekanisme Kerja IFN- γ dalam Respon Imunitas (Abbas dan Lichtman, 2003)

33

Page 34: LKTM HIV

Secara keseluruhan, lektin dapat meningkatkan aktivitas sistem imun dengan

merangsang proliferasi sel imunitas dan produksi sitokin. Dengan meningkatnya

status imun penderita HIV, maka akan meminimalkan infeksi mikroba dan akan

menghindarkan penderita HIV/AIDS dari berbagai keganasan. Dengan demikian,

maka lektin benalu teh akan dapat bermanfaat dalam menekan mortalitas,

morbiditas, serta memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut.

1. Cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai obat

antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS

sebaiknya menggunakan metode pengolahan teh sehingga komponen-

komponen aktifnya dapat dipertahankan. Proses pengolahan benalu teh ini

meliputi proses: tahap pengumpulan daun teh, tahap pengeringan pertama,

tahap penggilingan, tahap pengeringan kedua, tahap pengemasan, dan tahap

perebusan.

2. Aspek farmakokinetik ektrak benalu teh dalam tubuh manusia meliputi:

absorbsi, yaitu ekstrak benalu teh diberikan per oral dan diserap dalam saluran

cerna melalui difusi dan transport aktif; distribusi ekstrak benalu teh melalui

aliran darah ke seluruh tubuh; biotransformasi dan ekskresi melalui ginjal.

3. Mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral

pada penatalaksanaan HIV/AIDS terutama diperankan oleh komponen lektin

yang dapat memusnahkan virus melalui mekanisme penghambatan adsorpsi,

netralisasi virus, dan penghambatan komplemen. Disamping itu ekstrak benalu

teh juga dapat menghambat beberapa tahap replikasi virus, yaitu dengan

menghambat proses adsorpsi, fusi, transkripsi balik, integrasi, dan translasi.

4. Mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai

imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS diperankan oleh kandungan

34

Page 35: LKTM HIV

lektin yang akan merangsang proliferasi dan aktivitas sel T, terutama dalam

meningkatkan sekresi interleukin seperti TNF-α, IFN-γ IL-1, IL-2, dan IL-6.

Interleukin ini akan meningkatkan aktivitas sistem imun nonspesifik dan

spesifik, seperti merangsang proliferasi dan aktivasi makrofag, sel NK, sel

limfosit T dan B, dan sebagainya. Peningkatan aktivitas berbagai macam sel

ini selain akan melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi dan keganasan,

juga akan meningkatkan sekresi sitokin baru, karena sel-sel yang proliferasi

dan aktivitasnya dirangsang oleh sitokin juga berfungsi untuk menghasilkan

sitokin.

5.2 Saran

Dari hasil analisis dan sintesis dalam pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diberikan beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindaklanjuti, yaitu:

1. Mengingat topik yang diangkat dalam karya ilmiah ini merupakan gagasan

baru yang belum pernah diteliti maupun ditulis sebelumnya, maka diperlukan

pengkajian dan penelitian yang lebih mendalam mengenai pemanfaatan

ekstrak benalu teh dalam penatalaksanaan HIV/AIDS. Hal ini sangat penting

terutama untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik ekstrak

benalu teh terhadap penderita HIV/AIDS sehingga dapat diketahui dosis, lama

pemberian, kontraindikasi, interaksi ekstrak benalu teh dengan obat atau

substansi tertentu, efek samping, serta hal-hal penting lainnya yang

berhubungan dengan pemanfaatan ekstrak benalu teh tersebut di atas.

2. Perlu dilakukan pengkajian terhadap metode pengolahan benalu teh sehingga

dapat berperan maksimal sebagai obat antiretroviral dan imunostimulator

dalam penatalaksanaan HIV/AIDS.

3. Perlu dilakukan pengkajian dan penelitian mengenai potensi ekstrak benalu

pada penyakit lain, terutama penyakit-penyakit yang memerlukan

imunostimulator dalam penatalaksnaannya. Hal ini mengingat begitu banyak

penyakit yang patogenesisnya berhubungan dengan lemahnya sistem

kekebalan tubuh.

4. Seluruh komponen masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan dan

mengembangkan keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya,

35

Page 36: LKTM HIV

khususnya pemanfaatan dalam bidang kedokteran modern yang saat ini masih

didominasi oleh teknik kedokteran barat. Pemanfaatan keanekaragaman hayati

Indonesia ini memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung

pembangunan berkelanjutan, khususnya pembangunan di bidang kesehatan

menuju peningkatan daya saing bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K. dan Lichtman, A. H. 2003, “Cellular and Molecular Immunology”,

Elsevier Scince. USA.

Anonim. 2004, “Plant Lectin”, http://www.ansci.cornell.edu/plant/lectins/html

(Akses 19 Maret 2006).

Anonim. 2005a, “Anti HIV Therapy”, http://www.aidsmap.com, (Akses: 23 Maret

2006).

Anonim. 2005b, “Benalu Teh untuk Kanker”, (Republika On Line),

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=231277&kat_id=150

(Akses: 13 Maret 2006).

Anonim. 2005c, “Obat Tradisional”, http://www.idionline.org/_05_infodk_

obattrad2.htm (Akses: 13 Maret 2006).

Anonim. 2005d, “Pathogenesis of AIDS”, (The NIAID Divisions of AIDS),

http://www.niaid.nih.gov/aidstherapeutics/ research/hivpathogenesis.htm

(Akses: 16 Maret 2006).

Anonim. 2005e, “Tanaman Obat Indonesia”, (Iptek Net),

http://www.iptek.net.id/ind/ pd_tanobat/view.php?id=140 (Akses: 13 Maret

2006).

Anonim. 2005f, “Viscaceae”, (Flora of Thailand), http://www.forest.go.th

/Botany/Flora/species%20list/volume7_4/Viscaceae.htm (Akses: 13 Maret

2006).

Anonim. 2006a, “AIDS”, http://www.diseasesdatabase.com/ddb.htm (Akses: 23

Maret 2006).

Anonim. 2006b, “Gawat, Kasus HIV/AIDS Meningkat”,

http://www.jawapos.com/ index.php?act=detail_radar&id=116329&c=85

(Akses: 23 Maret 2006).

36

Page 37: LKTM HIV

Anonim. 2006c, “Human Immunodeficiency Viruses”, http://virology-

online.com/viruses/HIV.htm (Akses: 23 Maret 2006).

Anonim. 2006d, “Immunopathology”, http://www.nacoonline.org/publication/

7.pdf (Akses: 17 Maret 2006).

Anonim. 2006e, “The Life Cycle Of HIV”, (Toronto General Hospital, university

Health Network), http://www.tthhivclinic.com/lifecycle.htm (Akses: 21

Maret 2006).

Bianchi, A. 1997, “Piante Medicinali e AIDS”,

http://www.thinkfree.it/poiesis/hiv/fito/visc2.html (Akses: 17 Maret 2006).

Burm, F. 1999, “Viscum Articulatum”, (eFlora: Chinese Plants Names),

http://efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=3&taxon_id= 200006584 (Akses:

13 Maret 2006).

Burman, N. L. dan Indica, F. 1999, “Viscum Articulatum”, (eFlora: Ploras of

China), http://efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=2&taxon_id=

200006584 (Akses: 13 Maret 2006).

Coffin, J. 2004, “HIV and AIDS”, (Annerberg CPB Rediscovering Biology),

http://www.learner.org/channel/courses/biology/textbook/hiv/hiv_2.html

(Akses: 17 Maret 2006).

Collier, L.H. dan Oxford, J. 2002, “Human Virology, Second Edition”. Oxford

University Press Inc. New York.

Djoerban, Z. 2005, “Problematika Penanggulangan HIV/AIDS di Lapangan”,

(Kesrepro). http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/des/2005/pms01.htm

(Akses: 24 Maret 2006).

Evans, J. 2005, “Mistletoe: Good for More than Free Kisses”, (American

Botanical Council), HerbalGram: The Journal of the American Botanical

Council:2005;68:50-59. http://www.herbalgram.org/youngliving/

herbalgram/articleview.asp?a=2901 (Akses: 13 Maret 2006).

Gorter, R. et al. 1992, “Anti-HIV And Immunomodulating Activities of Viscum

Album (Mistletoe)”, (International AIDS Society),

http://www.aegis.com/conferences/iac/1992/PuB7214. html (Akses: 13

Maret 2006).

37

Page 38: LKTM HIV

Hajto, T., Hostanska, K., Frei, K., Rordorff, C., Gabius, H. J. 1990, “Increased

secretion of Tumor Necrosis Factor a, Interleukin 1, and Interleukin 6 by

human mononuclear cells exposed to ß-galactoside-specific lectin from

clinically applied mistletoe extract”. Cancer Research, 1990;50:3322-3326.

http://www.thinkfree.it/poiesis/hiv/fito/visc2.html (Akses: 17 Maret 2006).

Hargono, D. 1998, “Penelitian Aktivitas Biologik Infusum Benalu Teh (Scurulla

Atropurpurea) (Bl) Danser Terhadap Aktivitas Sistem Imun Pada Mencit”,

(Badan Litbang Kesehatan), Warta Litbang Kesehatan, 1998;2(3).

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?top=/Member/[email protected]

pkes.go.id/ (Akses: 13 Maret 2006).

Ji, X., Ying, H., Hart, M., Gupta, K., Saifudin, M., Spear, G. 2004, “Manosa-

Binding-Lectin Binds and Opsonizes HIV and Prevents DC-SIGN Mediated

Trans Infection”, http://www.aegis.com/confecence/croi/2004/430.html.

(Akses: 19 Maret 2001).

Katz, M. 2003, “What Are Opportunistic Infections?”.

http://www.thebody.com/pinf/jan04/ois.html (Akses: 23 Maret 2006).

Katzung B.G. 2001, “Farmakologi Dasar dan Klinik” Bagian Farmakologi

Universitas Airlangga, Salemba Medika. Jakarta

Lederman, M. 2004, “Immunopathogenesis Of HIV Infection”, (HIV InSite),

http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=kb-02-01-04 (Akses: 17 Maret 2006).

Lukyanova, M., Chernyshov, P., Omelchenko, I., Slukvin, I., Pochinok, V.,

Atipkin, G., Voichenko, V., Heusser, P., Schneiderman, G. 1991, “Mistletoe

Effective for Chernobyl Children”, http://www.healthy.net/scr/ Article.asp?

Id=2163 (Akses: 17 Maret 2006).

Malik, S., Arias, M., Diflumeri, C., Garcia, L.F., Schurr, E. 2003, ”Absence of

Association between Mannosa Binding Lectin Gene Polymorphisms and

HIV-1 Infection in a Colombian Population”

http://www.nebi.nlm.nih.gov/entres/query.fegi?cmd=Retrieve&db=PubMed

&list_uids=12715245&dopt (Akses: 19 Maret 2006).

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. 1996, “Biokimia

Harper Edisi 24”. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

38

Page 39: LKTM HIV

Ohashi, K. et al. 2003, “Indonesian Medicinal Plants. Xxv. Cancer Cell Invasion

Inhibitory Effects Of Chemical Constituents In The Parasitic Plant

Scurrula Atropurpurea (Loranthaceae)”, (Pharmaceutical Society of

Japan), Chemical & pharmaceutical Bulletin Vol. 51 (2003), No. 3: 343,

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?

cmd=Retrieve&db=PubMed&list_uids=12612428&dopt=Abstract (Akses:

13 maret 2006).

Parwati, T. 1996, “HIV/AIDS”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta.

Rachmanto, T. 2005, “AIDS Berpotensi Jadi Epidemi di Indonesia”, (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia). http://www.depkes.go.id/index.php?option =

news&task=viewarticle&sid=1430 (Akses: 24 Maret 2006).

Sai-chit, N. 2000, “New Records And Clarification Of Some Names Of Vascular

Plants In Hong Kong” (PORCUPINE), http://www.hku.edu/ecology/

porcupine/por23/23-flora.htm (Akses: 13 Maret 2006).

Samiran. 2006, “Benalu Tak Selalu Bikin Malu”, (Kompas Cyber Media),

http://www.kompas.com/ kesehatan/news/0603/03/102324.htm (Akses: 13

Maret 2006).

Singh, I.P., Bharate, S.B., Bhutani, K.K. 2005, “Anti-HIV Natural Product”,

Current Science [serial online], 2005 (Juli);89(2):269-283,

http://www.iisc.ernet.in/currsci/jul252005/269.pdf (Akses: 23 Maret 2006).

Steewart, G. J. 1997, “Managing HIV”. Australian Medical Publishing Company.

Ltd. Australia.

Stoss, M. dan Gorter, R. W. 1998, “No Evidence Of Ifn-Gamma Increase In The

Serum Of Hiv-Positive And Healthy Subjects After Subcutaneous Injection

Of A Non-Fermented Viscum Album L. Extract”, (PubMed),

1998;16(4):157-64. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=

Retrieve&db=PubMed&list_uids=10366786&dopt=Abstract1 (Akses: 13

Maret 2006).

Vlietinck, A.J., De Bruyne, T., Apers, S., Pieters, L.A. 1998, “Plant-Derived

Leading Compounds for Chemotherapy of Human Immunodeficiency Virus

(HIV) Infection”, (Planta Med), 1998;64(2):97-109.

39

Page 40: LKTM HIV

http://www.medicinacomplementar.com.br/tema2612051.asp (Akses: 16

Maret 2006).

Winarno, H. 2001, “Senyawa Anti Kanker Dari Benalu Teh”, (Uni Sosial

Demokrat), http://unisosdem.org/articledetail.php?

aid=3063&coid=2&caid=42&gid=1 . ( Akses: 13 Maret 2006).

40

Page 41: LKTM HIV

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : I Nyoman Sutarsa

Tempat, Tgl Lahir : 12 April 1983

Alamat : Jln. Kebo Iwa Br. Batuparas No:21 Denpasar

Mobile Phone : 08123645214

Status Pendidikan : Mahasiswa Kedokteran Semester 10

Hobi : Baca Novel, Menulis, Menyanyi

Jabatan Organisasi Kemahasiswaan

1. Vice Local Officer Medical Student Exchange Programme LEC Medical

Faculty of Udayana University 2003-2004

2. Pengurus Harian Wilayah Anggota Bidang Ilmiah Ikatan

Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 4

2004/2005

3. Ketua Divisi Local Exchange Commitee (LEC) Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2004/2005

4. Anggota Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2004/2005

5. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

6. Anggota Divisi Hubungan Antar Institusi Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2005/2006

Pertemuan Ilmiah

1. Diskusi Remaja “Pembauran Bangsa” Tingkat Propinsi Bali (1998)

2. Pembinaan LPIR se-Bali (1999)

3. Bina Kreativitas Siswa Berprestasi Tingkat Nasional ( Jakarta, 1999 )

4. Pembekalan AYSF Conference Tk. Asia Pasifik (Jakarta, 2000)

5. Summit Science Coference Tk. Dunia (Singapore, 2000)

41

Page 42: LKTM HIV

6. Latihan Kepemimpinan & Manajemen Mahasiswa ISMKI Tk Nasional

(Jember, 2002)

7. Asian Medical Students Conference Tk Asia , AMSA, (Jakarta-

Yogyakarta, 2003)

8. Penanggulangan Masalah Rokok POKJA ISMKI Tk Nasional ( Malang,

2004 )

9. Eco Camp Bayer Young Environmental Envoys 2005 Tk Nasional

( Jakarta, Juli,2005)

10. Eco Minds Youth Forum Tingkat Asia Pasifik 2005

11. Dan lain-lain

Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dihasilkan

1. Pembauran Bangsa Dalam Rangka Memperkokoh Integrasi Nasional.

(1998)

2. Peranan Uang Dalam Perubahan Gaya Hidup Remaja. (1998)

3. Proses Pembuatan Nata De Soya Sebagai Salah Satu Aplikasi Ilmu Kimia

Dalam Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. (1999)

4. Mekanisme Terjadinya Kilat Sebagai Indikator Daerah Kaya Bauksit.

(1999)

5. Pemanfaatan Lili Gundi Sebagai Alternatif Obat Nyamuk. (1999)

6. Pengembangan Wawasan Kultural Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas

Hidup Manusia.(2000)

7. Co-Combustion With Fossil Fuel and Biomass.(2000)

8. Prospek Kerajinan Tanah Liat Kecamatan Benoh –Ubung Kaja

Menghadapi Pasar Bebas.(2001)

9. Pemanfaatan Sekam Sebagai Alternatif Energi Dalam Pembakaran Batu

Bata.(2001)

10. Bahaya Dibalik Eksploitasi Batu Apung Dusun Taro Kaja Kecamatan

Tegal Lalang Kabupaten Gianyar. (2001)

11. Dimensi Sosiologis Dan Kedudukan Mahasiswa Dalam Bidang Politik.

(2002)

12. Arus Normatif Melalui Pendekatan Pedagogis. (2002)

42

Page 43: LKTM HIV

13. Pengaruh H2SO4 Terhadap Kecepatan Tumbuh Tunas Pada Umbi Bwang

Merah.

14. Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Tak Terolah Bagi Pencemaran

Lingkungan Air.(2001)

15. Prospek Agrowisata Pasca Tragedi 12 Oktober 2002 Bagi Pengembangan

Pariwisata Bali.(2002)

16. Fotovoltaik Sebagai Sumber Energi Masa Depan.(2001)

17. Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Medis Praktis Kedokteran

Klinik Sebagai Strategi Penanganan Cepat Demam Berdarah Dengue di

Instalasi Rawat Darurat. (2003)

18. Audioterapi Musik Klasik dan Mekanisme Kerjanya dalam Menimbulkan

Efek Penyembuhan Penyakit. (2003)

19. Pemutaran Musik Klasik Sebagai Bentuk Pelayanan Prima Perpustakaan

Demi Peningkatan Intensitas dan Kualitas Membaca Pengunjung. (2003)

20. Meningkatkan Kualitas Diri dengan Mempertinggi Minat Baca Terhadap

Karya Tulis Ilmiah (2003)

21. Optimalisasi Perpustakaan Dalam Memecahkan Permasalahan Bangsa

(2003)

22. Pemberdayaan Otonomi Daerah dan UU NO 25 Tahun 1999 Bagi

Pengembangan Pariwisata Bali yang Berkelanjutan ( 2004)

23. Penanggulangan Ketergantungan Rokok Melalui Kombinasi Pendekatan

Bio Psikologis.(2004)

24. Analisis Perilaku dan Problematika Seksualitas Remaja Di Tengah

Pergeseran Nilai Sosial Budaya (2004)

25. Peran dan Fungsi Lembaga Pers Dalam Pelaksanaan Demokrasi Indonesia

Dengan Penekanan Pada Aspek Penghormatan HAM Warga Sipil di Era

Pemilu 2004

26. Khasiat Teh Dalam Mencegah Komplikasi Penyakit Jantung Koroner Pada

Pasien Diabetes Militus (2004)

27. Strategi Pencegahan Gagal Perkembangan Ego Pada Anak-Anak Korban

Pedofilia Melalui Pendekatan Pedagogis Keluarga ( 2005 )

43

Page 44: LKTM HIV

28. Analisa Pergeseran Fungsi dan Esensi Seni Film/Sinetron Indonesia

(2005)

29. The Use of Human Feces as an Alternatif of Biomass (2005)

30. Karakteristik dan Potensi Pengembangan Bahasa Isyarat Tuli Bisu

Bengkala (2005)

31. Strategi Kebijakan Moneter Bank Indonesia Menuju Zona Kestabilan

Harga Bagi Pengembangan UMKM yang Berkelanjutan (2005)

32. Strategi Pengelolaan Sampah yang Efektif dan Berdaya Guna Melalui

Pendekatan Komunitas ( Community Based Approach ) (2005)

33. dan lain-lain

Penelitian Ilmiah Selama di FK

1. Pola Perkawinan Masyarakat Tuli Bisu Bengkala Kecamatan

Kubutambahan Kabupaten Singaraja ( 2004 )

2. Karakteristik dan Potensi Pengembangan Bahasa Isyarat Bengkala (2005)

Penghargaan Ilmiah

1. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah “ Pembauran Bangsa “ Tingkat

Propinsi Bali Tahun 1998.

2. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah “Olimpiade Soaial Budaya” se-Bali-

Nusa Tenggara Tahun 1998

3. Juara III Lomba Penulisan Essay “Olimpiade Sosial Budaya”se-Bali-Nusa

Tenggara Tahun 1998

4. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Kimia Dan Wawasan Lingkungan

Tingkat Jawa-Bali-Nusa Tenggara Tahun 1999

5. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Fisika dalam Olimpiade Fisika se-

Bali-Nusa Tenggara Tahun 1999

6. Pemakalah Terbaik I dalam Bina Kreativitas Siswa Berprestasi Nasional

se-Indonesia Tahun 1999

7. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) Tk. Nasional Tahun 1999

8. Nominasi 10 Peserta Terbaik dalam National Science Fair Tahun 2000

44

Page 45: LKTM HIV

9. Best Recommendation dalam APEC YOUTH SCIENCE FESTIVAL II

Tingkat International Tahun 2000

10. Presenter Pria Duta Indonesia dalam Cross Culture Evening Tk Asia

Pasifik Tahun 2000

11. Juara I Lomba Karya Tulis Budaya se-Propinsi Bali Tahun 2000

12. Juara II Lomba Essay Olimpiade Sosial Budaya IV se-Bali Tahun 2000

13. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam Gelar Ilmiah Kimia III se-

Bali-Nusa Tenggara Barat Tahun 2000

14. SUKEN INTERNATIONAL RECOMMENDATION IN MATH

PASSING GRADE II-JAPAN COMPANY Tahun 2001

15. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Ekonomi Kerakyatan se-Bali Tahun

2001

16. Peserta Terbaik Dalam Latihan Kepemimpinan dan Manajemen

Mahasiswa ISMKI Tk. Nasional Tahun 2002

17. Delegasi Indonesia dalam The 24th ASIAN MEDICAL STUDENTS

CONFERENCE ( AMSC ) Tk. Asia Tahun 2003

18. Juara Harapan II Lomba Penulisan Essay Minat Baca Badan Perpustakaan

Daerah Propinsi Bali Tingkat Masyarakat Umum Tahun 2003

19. Juara I Lomba Orasi Ilmiah Pariwisata Bali Pasca Tragedi Bom Bali 12

Oktober 2002 Tingkat Mahasiswa Se-Bali STIE TRIATMA MULYA

Tahun 2003

20. Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tk. Universitas Udayana Tahun

2003

21. Juara Harapan Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang Teknologi Wilayah

C Tahun 2003

22. Juara I Lomba Karya Tulis Pariwisata Recovery Pariwisata Bali Tahun

2003

23. Juara III Lomba Penulisan Essay Penanggulangan Bahaya Rokok ISMKI

Tk Nasional di FK Universitas Brawijaya Malang Tahun 2004

24. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Gerakan Anti Aborsi dan Seks Bebas

yang diselenggarakan oleh LSM GARIS Tahun 2004

45

Page 46: LKTM HIV

25. Juara II Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tk UNUD Bidang IPA Tahun

2004

26. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Pendidikan Tahun

2005

27. Juara III Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2005

28. Juara Eco Mind 2005 dalam Bayer Young Environmental Envoys 2005

sekaligus terpilih sebagai Duta Indonesia dalam International Eco Mind

2005 di Manila (2005)

29. Delegasi Indonesia dalam Eco Minds Youth Competition Tingkat Asia

Pasifik di Manila, Oktber 2005

30. Indonesian Delegates for Young Global Citizent Project British Council

Tingkat Internasional di Davao City, Januari 2006

Penghargan Lainnya

1. Juara Harapan I Lomba Baca Puisi HUT Warung Budaya Katagori Umum

(1999)

2. Juara III Lomba Baca Puisi Peringatan Bulan Bahasa Katagori Dewasa

(1999)

3. Juara I Lomba Baca Puisi HUT RI ke 54 Satya Yowana (1999)

4. Juara I Lomba Cipta-Baca Puisi HUT LAPMI Universitas Udayana (1999)

5. Juara I Lomba Cipta-Baca Puisi Pekan Seni Mahasiswa STSI Denpasar

(2000)

6. Juara Harapan I Lomba Baca Puisi Dies Natalis Universitas Udayana

(2001)

7. Juara Hararan II Baca Puisi Se-Bali Sanggar Purbacaraka Faksas UNUD

(2002)

8. Antologi Puisi “ Oh Tuhan Mengapa Langit Begitu Kosong” Balai Bahasa

2004

9. Juara II Lomba Keroncong Putra Pekan Seni Remaja Ke 17 (2000)

10. Juara II Lomba Pop Bali Timezone Kuta Squre (2002)

11. Juara III Lomba Pop Bali Rimo Cabang Bali (2002)

46

Page 47: LKTM HIV

12. Juara III Lomba Pop Bali Garuda Wisnu Kencana Katagori Dewasa (2002)

13. Juara Harapan I Lomba Pop Bali Tabanan Expo (2002)

14. Juara Harapan II Lomba Pop Bali Kuta Centre (2002)

15. Duta Denpasar Dalam Pesta Kesenian Bali Bidang Pop Bali

16. 16. Juara II Lomba Pop Bali Remaja Se Bali Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana Tahun 2003

17. Juara II Lomba Bintang Radio dan Televisi Bali TV Katagori Remaja

Putra (2003)

18. Juara III Bintang Radio RRI Cabang Madya Kota Denpasar Katagori

Remaja Putra (2003)

19. Juara III Bintang Radio RRI Cabang Singaraja Katagori Remaja Putra

Tahun 2003

20. Juara III Pop Bali Dalam Balinese Rythem Festival oleh Sekolah Tinggi

Pariwisata Bali (2003)

21. Juara Harapan I dalam Pop Singer Competition Harian Umum

Nusatenggara Katagori Remaja Putra Propinsi Bali Tahun 2003

22. Juara I Lomba Pop Bali HIMASEF Fakultas Pertanian Universitas

Udayana Tahun 2003

23. Juara Harapan II Lompa Pop Singer Ciptaan Wedhasmara Pemerintah

Kota Denpasar katagori Dewasa Putra Tahun 2004

24. Penyanyi Terbaik I dalam Festival Pop Bali Radio Genta Bali Tingkat

Propinsi Bali Tahun 2004

25. Juara III Lomba Bintang Radio dan Televisi Katagori Dewasa Pria kota

Denpasar ( 2004 )

26. Juara III Pemilihan Bintang Pop Bali PT. HAM Baliku Mekar ( 2004 )

27. Juara III Festival Pop Indonesia Se- Bali Kuta Expo ( 2004 )

28. Juara Harapan I Lomba Tembang Kenangan Katagori Dewasa Putra 2004

se-Bali

29. Finalis Citra Prestasi Bidang Baca Berita Dewasa dalam 3 Bahasa yang

diselenggarakan oleh Bali TV ( 2004 )

30. Juara I Festival Pop Keroncong Katagori Remaja Melody Kenangan

Restorant & Café Tahun 2005

47

Page 48: LKTM HIV

31. Juara II Lomba Festival Pop Indonesia dalam Pemilihan Bintang Hardys

Sanur Katagori Dewasa (2005)

32. Juara I Festival Pop Bali Pemilihan Bintang Pro 2 RRI Denpasar (2005)

48

Page 49: LKTM HIV

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : I Made Siswadi Semadi

Tempat, Tgl Lahir : Denpasar, 6 Desember 1983

Alamat : Jalan Nangka Gang Satawana No. 3 A Denpasar, Bali 80239

Telp. (0361) 412930

Email : [email protected]

Mobile Phone : 081338664898

Status Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud Semester VIII

Jabatan Organisasi Kemahasiswaan

1. Anggota Badan Pekerja Lembaga Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana tahun 2003/2004

2. Ketua Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Unud

2003/2005

Pertemuan Ilmiah & Seminar

1. Ceramah Pembinaan Pembauran Bangsa bagi Generasi Muda dan

Pramuka Kota Denpasar Tahun 2000

2. Seminar Air Bersih dan Pengelolaan Air Limbah Universitas

Mahasaraswati Denpasar Tahun 2000

3. Jaringan Pemantau Air Sungai PPLH Bali Tahun 2001

4. Dharma Pangasraman Mahasiswa Hindu Dharma IX yang

Diselenggarakan Forum Persatuan Mahasiswa Hindu Dharma (FPMHD)

Universitas Udayana Tahun 2002

5. Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Proyek Due-like Batch III Univ.

Udayana Tahun 2002

6. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana tahun 2002

7. Lokakarya Pelatihan Proses Belajar Mengajar Proyek Due-like Batch III

Univ. Udayana Tahun 2003

49

Page 50: LKTM HIV

8. Musyawarah Kerja Nasional Asian Medical School Association Indonesia

(AMSA Ina) di Universitas Diponegoro Tahun 2003

9. Seminar Regional “Recovery Terhadap Pariwisata Bali” yang

Diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi

Pariwisata Universitas Udayana tahun 2003

10. Bunga Rampai Penanggulangan Masalah Merokok Ikatan Senat

Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Tahun 2004

11. Seminar Sehari “Gangguan Neurovaskular” yang Diselenggarakan oleh

Ikatam Alumni Universitas Udayana (Ikayana) Tahun 2004

12. Seminar Internasional “Youth At Work” yang Diselenggarakan oleh Univ.

Udayana dan Kedutaan Besar Republik Afrika Selatan Tahun 2004

13. Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Mahasiswa Tingkat

Universitas Udayana Tahun 2004

14. Seminar Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Indonesia

(ISMKI) Universitas Syah Kuala, Aceh Tahun 2004

15. Temu Ilmiah Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI) di Universitas Syah Kuala, Aceh Tahun 2004

16. Workshop Nasional “Start Your Own Medical Research, Now!” yang

Diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia tahun 2005

17. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana tahun 2005

18. Dan Lain-Lain

Karya-Karya Ilmiah (Tahun 2003 – 2005)

1. Pengaruh Perubahan Kualitas Udara terhadap Kondisi Kesehatan

Masyarakat Kota Denpasar

2. Peran Strategis Perpustakaan dalam Upaya Menumbuhkembangkan Minat

Baca demi Terwujudnya Bangsa yang Cerdas dan Berkualitas di Era

Teknologi InformasiPenerapan Kebijakan Daerah Bebas Rokok secara

50

Page 51: LKTM HIV

Komprehensif dan Berkesinambungan dalam Upaya Menekan dampak

Negatif Kebiasaan Merokok Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat

3. Upaya Rehabilitasi Penderita Gangguan Stres Pascatrauma Tragedi

Pengeboman Bali Sebagai Bagian dari Proses Pemulihan Citra Pariwisata

Indonesia

4. Aborsi Dalam Perspektif Medis, Bioetik, dan Etika Kedokteran

5. Pemberdayaan Hak dan Peran Perempuan dalam Kancah Politik Nasional

atas Dasar Kesetaraan dan Keadilan (Tinjauan terhadap Kebijakan Kuota

Minimal bagi Perempuan di Lembaga Legislatif dalam UU no.12/2003)

6. Pengembangan Minat Menulis dan Membaca Siswa dalam Pelajaran

Bahasa Bali melalui Pendekatan Komunikatif sebagai Upaya Pelestarian

Nilai Luhur Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Ajeg Bali

7. Pemanfaatan Terapi Musik Klasik sebagai Media terapi Nonfarmakologis

pada Penatalaksanaan Hipertensi

8. Transplantasi Sel Stem (Stem Cell) sebagai Bentuk Terapi Mutakhir pada

Penatalaksanaan Leukemia

9. Pemanfaatan Enzim Papain pada Penatalaksanaan dan Pencegahan Sirosis

Hepatis serta Peran Faktor Hepatotropik dalam Induksi Regenerasi Sel

Hati Pascafibrolitik

10. Paradigma Ekologi dalam Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Kajian

Mengenai Permasalahan Lingkungan Hidup Indonesia dan Pendekatan

Strategis dalam Upaya Pemecahannya

11. Peran Perbankan serta Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menuju

Pembangunan Bali yang Berkelanjutan

Penghargaan Ilmiah (1996 – 2005) Juara I Kelompok Remaja Lomba Minat Baca Tingkat Provinsi Bali Perpustakaan Daerah Bali Tahun 1998.

1. Juara I LKTI Lingkungan Hidup Tingkat SMU se-Bali Universitas

Warmadewa Tahun 2000

2. Juara II LKTI Pertanian Tingkat SMU se-Bali PSTP Universitas Udayana

Tahun 2000

3. Juara III Lomba Penulisan Essay Lingkungan Hidup se-Jawa Bali

KIRMAW SMUN 6 Yogyakarta Tahun 2000

51

Page 52: LKTM HIV

4. Juara Harapan I LKTI Hukum II Tingkat Nasional Universitas Widya

Gama Malang Tahun 2000

5. Juara I LKTI Fisika Tingkat SMU se-Bali NTB FMIPA Universitas

Udayana Tahun 2001

6. Juara Harapan I LKTI Populer Mengenal Teknik Kimia se-Jawa Bali FT

UGM

7. Juara I LKTI Kimia VI se-Jawa Timur, Bali, NTB FMIPA Universitas

Udayana Tahun 2001

8. Juara I LKTI Kimia se-Bali HMPS Pendidikan Kimia IKIP Negeri

Singaraja Tahun 2001

9. Juara III LKTI Pertanian Tingkat SMU se-Bali PSTP Unud tahun 2001

10. Juara II LKTI Fisika se-Bali NTB FMIPA Unud Tahun 2002

11. Juara I LKTI Kimia Tk. SMU se-Jatim, Bali, NTB FMIPA Unud Th. 2002

12. Juara I LKTI Kimia se-Bali HMPS Pendidikan Kimia IKIP Negeri

Singaraja Tahun 2002

13. Penulis Favorit Lomba Opini Toleransi Lingkungan PPLH Bali Tahun

2002

14. Juara II LKTI Kelistrikan KISS-1 Denpasar Tahun 2002

15. Juara Harapan LKTI Lingkungan Hidup Tingkat Nasional Departemen

Pendidikan Nasional Tahun 2003

16. Juara Harapan I Lomba Penulisan Esai Tingkat Provinsi Bali Bapusda

Tahun 2003

17. Juara II Lomba Karya Tulis Pariwisata yang Diselenggarakan oleh Badan

Eksekutif Mahasiswa Program Studi Pariwisata Universitas Udayana

Tahun 2003

18. Juara I Lomba Penulisan Essay Penanggulangan Masalah Merokok

“Merokok Namun Tidak Merugikan” Tingkat Nasional yang

Diselenggarakan oleh FK Unibraw. Malang Tahun 2004

19. Juara II LKTI dengan Tema “Aborsi, Seks Bebas dan Permasalahannya”

yang Diselenggarakan oleh Gerakan Anti Aborsi dan Seks Bebas (Garis)

Tahun 200421. Juara I LKTI Hukum Komite Mahasiswa Fakultas Hukum

52

Page 53: LKTM HIV

Universitas Udayana Tahun 2004Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa

Bidang IPA Tingkat Universitas Udayana Tahun 2004

20. Juara II Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Wilayah C Tahun

2004

21. Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Nasional

Tahun 2004

22. Juara I Lomba Makalah Bebas Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran

Indonesia Tahun 2004

23. Finalis Lomba Karya Tulis dan Poster Tingkat Nasional PIK SMFK UI

Tahun 2005

24. Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Universitas

Udayana Tahun 2005

25. Juara II Lomba Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional

Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2005Juara III Lomba Karya Tulis

Mahasiswa Bidang IPA Tk. Wilayah C Tahun 2005

53

Page 54: LKTM HIV

Penghargaan Bidang Akademis, Seni, dan Lainnya (1996 –

2005) Peserta Jambore Nasional Pramuka

Tahun 1996 di Bumi Perkemahan

Wiladatika Cibubur Jakarta

1. Juara II Pacentokan Nyurat Aksara Bali Fak. Sastra Univ. Udayana Tahun

1999

2. Juara III Lomba Membaca Aksara Bali PSR Kodya Denpasar Tahun 1999

3. Juara I Lomba Kimia Tingkat SMU se-Kodya Denpasar Tahun 1999

4. Juara Terbaik Lomba Mata Pelajaran Tingkat SMU se-Kodya Denpasar

Tahun 1999

5. Juara III Lomba Debat V se-Bali KISS-1 Denpasar tahun 2000

6. 3rd Winner of High School Debating Camp 2000 University of Indonesia

Jakarta

7. Rank 5th of High School Debating Camp 2001 University of Indonesia

Jakarta

8. Juara I Lomba Debat Ekonomi Tingkat SMU se-Bali Tahun 2001 Fak.

Ekonomi Univ. Udayana

9. Juara II Siswa Teladan Putra Tingkat Provinsi Bali Tahun 2001

10. 1st Winner of Java-Bali High School English Debate Competition 2002

Petra Christian University Surabaya

11. Penerima Penghargaan “Hewlett-Packard Indonesian Youth Leadership

Award 2004”

54

Page 55: LKTM HIV

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wayan Citra Wulan Sucipta Putri

Tempat, Tgl Lahir : Denpasar, 18 Januari 1984

Alamat : Jalan Gemitir 40 Denpasar Bali

Telpon Rumah : 461247

Mobile Phone : 081805570772

Status Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud Semester 8

Hobi : Membaca, Menulis, Mendengarkan Musik

Jabatan Organisasi Kemahasiswaan

1. Vice Local Officer Medical Student Exchange Programme LEC Medical

Faculty of Udayana University 2003-2004

2. Pengurus Harian Wilayah Anggota Bidang Ilmiah Ikatan

Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 4

2004/2005

3. Ketua Divisi Local Exchange Commitee (LEC) Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2004/2005

4. Anggota Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2004/2005

5. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

6. Anggota Divisi Hubungan Antar Institusi Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2005/2006

Partisipasi dalam Pertemuan Ilmiah

1. Peserta Pelatihan Dasar Kelompok Ilmiah Hippocrates (KIH) 2002

2. Seminar Sehari dengan Tema Demam Berdarah yang diselenggarakan oleh

Kelompok Ilmiah Hippocrates FK Univ. Udayana Tahun 2003

3. Peserta Seminar Regional Evaluasi terhadap Recovery Pariwisata Bali

2003 BEM PS Pariwisata Unud

55

Page 56: LKTM HIV

4. Peserta Seminar Globalisation: Challenge and Opportunities for Todays

Youth Embassy of The Republic of South Africa Jakarta and Udayana

University

5. Seminar Penulisan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh Kelompok

Ilmiah Hippocrates FK Univ. Udayana Tahun 2004

6. Peserta Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) XVII tahun 2004

7. Peserta Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa 2004 Unud

8. Peserta Rapat Kerja Nasional Asian Medical Student Association for

Indonesia (AMSA-INA) 2004

Karya Ilmiah (2003-2005)

1. Demensia

2. Strategi Recovery Pariwisata Bali melalui Pelayanan Kesehatan dan

Kebersihan terhadap Wisatawan

3. Peran Komponen Mahasiswa dalam Penerapan Kurikulum dengan Strategi

Pembelajaran Student Centred di Perguruan Tinggi dalam Upaya

Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter di Indonesia

4. Nilai-nilai Etos Kerja Masyarakat Korea dalam Kemajuan Pembangunan

Perekonomian Bangsanya

5. Perbandingan Karakteristik Sistem Pendidikan Indonesia dengan Sistem

Pendidikan Beberapa Negara Berkembang di Asia

6. Kajian Portofolio dalam Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Pada

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

7. Pemberdayaan Panti Werdha sebagai Unit Perawatan Kesehatan dan

Pelayanan Sosial pada Lanjut Usia

8. Analisis Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia dengan Pendekatan

Holistik Berbasis Pola dan Waktu

Penghargaan yang Pernah Diraih

1. Certificate of Merit for a Painting in The International Children’s

Competition 1998

2. Juara I Olimpiade Fisika KISS~1 Denpasar Se-Bali 1999

56

Page 57: LKTM HIV

3. Juara II Hippocrates On Line HUT BKFK ke 42 FK Unud 2002

4. Juara III Lomba Karya Tulis Pariwisata BEM PS Pariwisara Unud 2003

5. Juara I LKTM Pendidikan Universitas Udayana 2004

6. Juara II LKTM Pendidikan Wilayah C 2004

7. Finalis LKTM Pendidikan tingkat Nasional Dirjen Dikti 2004

8. Juara I LKTM Pendidikan Universitas Udayana 2005

9. Juara II LKTM Pendidikan Wilayah C 2005

10. Finalis Lomba Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa Dirjen Dikti 2005

11. Mahasiswa Berprestasi Universitas Udayana tahun 2005

57