lktm daun dadap

29
TERAPI KOMPLEMENTER: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DAUN CANGKRING (ERYTHRINA FUSCA LOUR) SEBAGAI CAMPURAN AIR MANDI TERHADAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA CACAR AIR (VARICELLA SIMPLEX) KARYA TULIS DIAJUKAN DALAM LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT NASIONAL “EVALUASI SERTA SOLUSI INDONESIA SEHAT 2010” YANG DISELENGGARAKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS JENDRAL SOEDERMAN Disusun oleh : ARIF TRI SUBEKTI 22020110120056 CIPTANINGRUM MARISA P 22020110120011 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011 i

Upload: ciptaningrum-marisa-p

Post on 25-Oct-2015

332 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

efektivitas daun dadap dalam penyembuhan cacar air

TRANSCRIPT

Page 1: LKTM daun dadap

TERAPI KOMPLEMENTER: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DAUN

CANGKRING (ERYTHRINA FUSCA LOUR) SEBAGAI CAMPURAN AIR MANDI

TERHADAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA CACAR AIR

(VARICELLA SIMPLEX)

KARYA TULIS

DIAJUKAN DALAM LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT NASIONAL

“EVALUASI SERTA SOLUSI INDONESIA SEHAT 2010” YANG

DISELENGGARAKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS

JENDRAL SOEDERMAN

Disusun oleh :

ARIF TRI SUBEKTI 22020110120056

CIPTANINGRUM MARISA P 22020110120011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2011

i

Page 2: LKTM daun dadap

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis Ilmiah : TERAPI KOMPLEMENTER: EFEKTIVITAS

PENGGUNAAN DAUN CANGKRING (ERYTHRINA

FUSCA LOUR) SEBAGAI CAMPURAN AIR MANDI

TERHADAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA

PENDERITA CACAR AIR (VARICELLA SIMPLEX)

2. Bidang Ilmu : Kesehatan

3. Anggota Karya Tulis Ilmiah

Penulis I : Arif Tri Subekti

Penulis II : Ciptaningrum Marisa Prawarti

4. Dosen Pembimbing : Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes

Semarang, 4 Juni 2011

Penulis I Penulis II

Arif Tri Subekti Ciptaningrum Marisa P

NIM. 22020110120056 NIM. 22020110120011

Mengetahui,

Ka. Prodi Ilmu Keperawatan Dosen Pendamping

Meidiana Dwidiyanti, S.Kp.,M.Sc Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes

NIP. 196005151983632002 NIP. 19740505201012001

ii

Page 3: LKTM daun dadap

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik serta

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Terapi

Komplementer: efektivitas penggunaan Daun Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai

campuran air mandi terhadap pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air

(Varicella simplex)”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis

Ilmiah “Evaluasi dan solusi Visi Indonesia Sehat 2010” yang diselenggarakan oleh

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jendral Soederman Purwokerto.

Keberhasilan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dorongan

serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesarnya kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat yang berlimpah.

2. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Meidiana Dwidiyanti, S.Kp.,M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

4. Bapak Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes selaku dosen pendamping.

5. Staff dan dosen pengajar PSIK FK UNDIP yang memberikan bekal kepada

penyusun dalam menulis karya tulis.

Penulis menyadari, Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kepentingan penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Semarang, juni 2011

penulis

iii

Page 4: LKTM daun dadap

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

I. 1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

I. 2. Rumusan Masalah................................................................................................................... 6

I. 3. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................... 6

I.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................................. 6

I.3.2 Tujuan khusus ............................................................................................................. 6

I.3.3 Manfaat Penulisan....................................................................................................... 6

I.4. Metodelogi Penulisan............................................................................................................... 6

1.4.1 Sumber dan Jenis Data ................................................................................................ 6

I.4.2. Pengumpulan Data ...................................................................................................... 7

I.4.3 Analisis Data .............................................................................................................. 7

I.4.4 Penarikan Simpulan .................................................................................................... 7

I.5. Tinjauan Pustaka...................................................................................................................... 7

1.5.1 Cacar Air ..................................................................................................................... 7

1.5.2. Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.) ........................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 18

III.1.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 18

III.1.2 Saran.................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... vi

CURICULLUM VITAE .................................................................................................................. vii

iv

Page 5: LKTM daun dadap

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Halaman

1. Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 10

2. Biji Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 11

3. Daun Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 11

4. Bunga Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 12

v

Page 6: LKTM daun dadap

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Kesehatan pada hakekatnya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan

manusia, serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar dari setiap orang

yang hidup dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.

Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang

berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai

titipan Tuhan Yang Maha Esa, juga dikarenakan kondisi tubuhnya yang mudah sekali

terkena penyakit. Oleh karena itu, bayi dan anak merupakan prioritas pertama yang harus

dijaga kesehatannya. (Iriannie Wijaya, 2005).

Seperti yang telah diamanatkan dalam UUD 1945 hasil amandemen, dalam Pasal

28 H ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan. Di sini secara jelas diatur bahwa hidup secara sehat dan

memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara dan hal ini menjadi

kewajiban bagi negara untuk merealisasikannya. Sebagai implementasinya, pemerintah

telah merumuskan program pembangunan kesehatan sebagai bagian dari program

pembangunan nasional dimana didalamnya terdapat enam program pembangunan

kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1059/MENKES/SK/IX/2004, salah satu pembangunan kesehatan nasional untuk

mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional

berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai

kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,

bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan

dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

1

Page 7: LKTM daun dadap

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2002).

Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma

Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya

pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)

dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan

(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.

Di Indonesia Penyakit Cacar Air (Varicella simplex) atau Chicken pox merupakan

penyakit yang berbahaya, karena dapat menyerang siapa saja terutama mereka yang belum

mendapat imunisasi. Bagi Masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi Cacar Air

beresiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan).3

Pada umumnya penyakit Cacar Air ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8

tahun.1,3 Sebab, sekitar 90% dialami anak usia kurang dari sepuluh tahun. Sedangkan

Penyakit ini dialami remaja dan dewasa sekitar 5% saja, mulai usia 15 tahun ke atas.5

Namun tidak menutup kemungkinan apabila di alami oleh orang dewasa bisa menjadi hal

yang serius.6

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, selama Periode Januari

hingga November 2007 sedikitnya 691 warga terkena penyakit Cacar Air. Kepala Bidang

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkuangan Dinkes mengatakan

terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan

tahun 2006. Data Dinkes tahun 2006 mencatat, jumlah penderita penyakit Cacar Air

sebanyak 1.771 orang.7

Varicella Simplex atau Penyakit Cacar Air adalah infeksi akut primer oleh virus

Varisela Zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Secara klinis terdapat gejala konstitusi,

kelainan kulit polimorfi, terutama dibagian sentral tubuh. Masa penularannya lebih kurang

7 hari dari timbulnya gejala.1 Penularannya melalui kontak langsung dan tidak langsung.

Kontak langsung dapat terjadi melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit

penderita. Sedangkan kontak tidak langsung dapat terjadi apabila kita menghirup udara

yang mengandung virus varisela zoster.4 Transmisi penyakit ini secara aerogen.1

2

Page 8: LKTM daun dadap

Penyakit ini dapat menimbulkan Komplikasi apabila tidak segera ditangani.

Komplikasi pada anak-anak jarang terjadi akan tetapi pada orang dewasa lebih sering

terjadi. Komplikasi tersebut berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis,

hepatitis, kreatitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah.1 Sehingga benar-

benar memerlukan pengobatan yang optimal dalam penyembuhan Cacar Air.

Pemerintah telah memberikan upaya preventif terhadap Penyakit Cacar Air yaitu

dengan pemberian Vaksin Varicella. Vaksin Varicella diberikan saat usia 12 bulan-13

tahun dengan memberikan 1 dosis dan usia 13 tahun hingga dewasa dengan memberikan 2

dosis.7 Selain itu, terdapat Upaya kuratif (penyembuhan) yaitu pengobatan medis.

Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik.1 Obat-obat tersebut

antara lain : obat anti-virus atau imunostimulator (misal, Asiklovir, famsiklovir,

valasiklovir), antibiotik berupa salep dan oral, Sedativa, Bedak yang mengandung zat anti

gatal dan Larutan antiseptic.1,2,3,5 Penggunaan obat tersebut efektif untuk proses

penyembuhan. Namun, lambat naun akan berdampak negatif pada tubuh kita.

Bagaimanapun Obat adalah bahan kimia, dan bahan kimia apabila masuk ke dalam tubuh

baik sedikit maupun banyak akan menimbulkan efek samping.

Di masyarakat ada beberapa mitos tentang Cacar Air yang mempengaruhi proses

penyembuhan. Salah satunya penderita Cacar Air tidak boleh terkena angin, hal tersebut

bermaksud agar penderita tidak dapat dengan mudah menulari orang lain dengan perantara

angin.4 Namun, ada mitos yang salah kaprah sehingga membuat proses penyembuhan

terhambat. Telah kita ketahui mitos itu adalah penderita Cacar Air tidak diperbolehkan

mandi, mungkin apabila penderita mandi bintik-bintik berair yang ada di sekujur tubuh

penderita bisa pecah sebelum waktunya tanpa disengaja sehingga Cacarnya bisa menyebar

ke seluruh tubuh. Dan sebagian besar masyarakat Indonesia mempercayai mitos tersebut.

Mitos tidak boleh mandi bagi penderita Cacar Air, tidak dibenarkan oleh dr Sawitri

sebagai Ahli penyakit kulit dan kelamin RSU dr Soetomo Surabaya dan ahli penyakit kulit

kelamin lain Prof Indropo Agusni SpK. Justru Penderita penyakit kulit, termasuk Cacar Air

dianjurkan mandi. Sebab, pada kulit selalu terdapat bakteri. Jika tidak dibersihkan, bakteri

akan cepat berkembang yang kemungkinan akan masuk ke luka Cacar. Untuk mandi,

dianjurkan menggunakan air hangat yang sudah diberi antiseptik yang bertujuan untuk

membunuh kuman/bakteri. Cara mandi dan mengeringkan badan pun harus diperhatikan

3

Page 9: LKTM daun dadap

agar lenting tidak pecah. Disarankan untuk menggunakan handuk yang halus. Selain itu,

disarankan pula untuk mengenakan baju yang longgar.5 Walaupun banyak para ahli

mengatakan bahwa aktifitas mandi diperbolehkan bagi penderita Cacar Air, masyarakat

tetap enggan untuk melakukannya. Disini terlihat masih kurang sosialisasi tenaga

kesehatan dan pihak terkait untuk meyakinkan masyarakat.

Sebenarnya, tidak cukup hanya menggunakan pengobatan medis untuk proses

penyembuhan Cacar Air. Pengobatan Tradisionalpun sudah terbukti mengobati Cacar Air.

Dalam hal ini, terapi Herbal dapat digunakan sebagai pengganti antiseptic untuk campuran

air mandi. Jadi pengobatan bukan hanya pengobatan medis saja. Pengobatan tradisional

yang dapat menjadi alternatif pengobatan medis maupun sebagai pendamping pengobatan

medis disebut Terapi Komplementer.8

Terapi Komplementer ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui

pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan

ilmu pengetahuan biomedik.9

Blackwelder (1998) menggabungkan cara terapi Medis dengan Alternatif menjadi

Complementary and Alternative Medicine(CAM). Keberadaan Terapi Komplementer

didukung oleh Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007, salah satu terapinya adalah

: Terapi farmakologi dan biologi (Jamu, Herbal, Gurah).9

Diberbagai penelitian tentang Tanaman, Pohon Cangkring (Erythrina fusca lour)

atau biasa dikenal Pohon Dadap Cangkring telah lama digunakan sebagai obat tradisional.

Daunnya digunakan untuk mengobati gabag, cacar air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang

lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).10

Erythrina fusca lour berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar

dengan cabang jarang, dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al, 1994). Banyak

tumbuh di dekat muara sungai. Daun E. fusca lour mempunyai kandungan Tiap 100 gram

daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein; 0,8 g lemak; 11,7 g

karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg phosphor; 1,8 mg Fe; 2300

mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17 mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg

asam askorbat (Duke, 1983).10

4

Page 10: LKTM daun dadap

Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol, sedangkan

akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol daun dan kulit batang

Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et al., 2003). Ekstrak

kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik,

dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004).

Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung

alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).

Dari Hasil penelitian tersebut, zat-zat yang terkandung di Daun Cangkring

mengandung antiseptic yang dapat mendukung proses penyembuhan penyakit Cacar Air.

Bahkan sudah diakui secara Pengobatan Tradisional digunakan untuk mengobati penyakit

Cacar Air. Sehingga komplikasi Cacar Air dapat terhindarkan.

Namun, Masyarakat Indonesia masih belum mengetahui tentang hal tersebut,

sehingga mereka hanya menggunakan pengobatan medis untuk menyembuhkan Cacar Air.

Pemerintah juga belum optimal dalam menggunakan tanaman herbal untuk upaya kuratif.

Hal ini belum sesuai dengan tujuan program upaya pelayanan kesehatan yaitu

menggunakan cara pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat, baik secara

tersendiri maupun terpadu dalam jaringan pelayanan kesehatan paripurna.

Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk membahas terapi

komplementer yang dapat diterapkan dalam pengobatan pacar air yaitu efektivitas

penggunaan Daun Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap

pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex). Karena Penulis

mempunyai pengalaman pribadi saat mengalami Cacar Air. Penulis, menggunakan Daun

Cangkring sebagai Campuran air mandi, dan hasilnya proses penyembuhan lebih cepat

serta tidak menyebar. Selama menderita Cacar Air Penulis tidak ketergantungan

menggunakan obat-obatn

Dari pembahasan ini, diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk menggunakan

pengobatan Tradisional. Dan tenaga Kesehatan mampu mengkombinasikan pengobatan

medis dengan pengobatan Tradisional. Dengan demikian, sasaran dari Pembangunan

Kesehatan dan Gizi Mayarakat tentang meningkatnya kemandirian masyarakat untuk

memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan dapat tercapai (indikator Indonesia Sehat

2010)

5

Page 11: LKTM daun dadap

I. 2. Rumusan Masalah

1. Apakah Penggunaan daun Cangkring sebagai campuran air mandi, bermanfaat

untuk mencegah komplikasi pada Cacar Air?I. 3. Tujuan dan Manfaat

I.3. Tujuan dan Manfaat

I.3.1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan manfaat penggunaan daun Cangkring terhadap

pencegahan komplikasi Cacar Air .

I.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui kandungan daun Cangkring.

b. Mengetahui efektivitas kandungan daun Cangkring terhadap proses

penyembuhan Cacar Air.

c. Mengetahui cara penggunaan daun Cangkring sebagai campuran air

mandi.

I.3.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat memberikan informasi tentang pemanfaatan Daun

Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap

pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex).

2. Bagi tenaga kesehatan mengajak untuk menggunakan Daun Cangkring

sebagai terapi komplementer dalam proses penyembuhan Cacar Air

3. Bagi Peneliti mengajak untuk mengembangkan penelitian lebih luas lagi

tentang manfaat pohon Cangkring. Sehingga ada inovasi baru dalam

Pengobatan Tradisional.

I.4. Metodelogi Penulisan

1.4.1 Sumber dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai

referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas.

Validitas dan relevansi referensi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan.

Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif.

6

Page 12: LKTM daun dadap

I.4.2. Pengumpulan Data

Penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang didasarkan

atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji validitasnya,

berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian

atau analisis pembahasan.

I.4.3 Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan

menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisa data yang dipilih adalah

analisis deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif,

menggambarkan tentang terapi komplementer sebagai solusi untuk mengatasi

masalah kesehatan. Dalam pembahasan ini adalah efektivitas penggunaan Daun

Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap

pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex)

I.4.4 Penarikan Simpulan

Setelah proses analisis data, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun

dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, landasan teori yang

relevan serta pembahasan. Selanjutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum

kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan

I.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1 Cacar Air

Pengertian

Cacar Air atau Varicella simplex adalah infeksi akut primer oleh virus

varicella-zoster yang menyerang kullit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala

konstitusi, kelainan kulit polimorfi, terutama berlokasi di central tubuh.1

Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster.

Cacar Air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang

menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun

menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.11

7

Page 13: LKTM daun dadap

Etiologi

Virus Varicella-zoster. Infeksi primer ini menyebabkan penyakit Varisela,

sedangkan reaktivitas menyebabkan Herpes Zoster.1 Virus ini mempunyai amplop,

berbentuk ikosahedral dan memiliki DNA berantai ganda yang mengkode lebih dari

70 protein.7

Penyebaran

Penyebaran virus ini melaui kontak langsung dan tidak langsung. Kontak

langsung dapat terjadi melalui, melalui percikan ludah penderita, benda-benda yang

terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit, cairan pernafasan dan kontak

langsung dengan kulit penderita. Sedangkan kontak tidak langsung dapat terjadi

apabila kita menghirup udara yang mengandung virus varisela zoster.4

Transmisi penyakit ini secara aerogen. Tersebar kosmopolit, menyerang

terutama pada anak-anak.1

Manifestasi Klinis

Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari. Terdapat gejala prodromal berupa

demam tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, disusul timbulnya erupsi

kulit berupa papul eritmatosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi

vesikel dengan bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan

berubah menjadi pustul kemudian krusta. sementara proses ini berlangsung timbul

vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi.

Mula-mula timbul di badan, menyebar secara sentrifugal ke wajah dan

ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas

atas. Pada infeksi sekunder kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini

biasanya di sertai rasa gatal.

Komplikasi jarang pada anak-anak dan lebih sering pada dewasa, berupa

ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, kreatitis,

konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).

Infeksi pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan

kongenital pada neonatus.

Penatalaksanaan

Varicellla simplex ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan

tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut

8

Page 14: LKTM daun dadap

mengalami panurunan daya tahan tubuh. Selain menjadi Cacar Air, Virus itu bisa

menjadi herpes Zoster.3,11. Pengobatan bersifat simtomasik dengan antipiretik dan

analgesik.

Upaya pencegahan dilakukan pemberian Vaksin Varicella diberikan saat

usia 12 bulan-13 tahun dengan memberikan 1 dosis dan usia 13 tahun hingga

dewasa dengan memberikan 2 dosis.7

Upaya Pengobatan yang dilakukan antara lain :

1. Penggunaan obat penurun demam asetaminofen.7

2. Penggunaan obat anti-virus misalnya asiklovir, famsiklovir, valasiklovir.1,2,3,7

3. Penggunaan obat antihistamin, bedak talk yang mengandung menthol untuk

mengurangi rasa gatal, sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit

sehingga kulit tidak banyak teriritasi.1

4. Penggunaan salep yang mengandung asiklovir 5%.1,3

5. Larutan antiseptic dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.3,11

6. Mengkonsumsi vitamin c, e untuk mengembalikan kembali kelembapan kulit.3

7. Mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi

obat.3

1.5.2. Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.)

Klasifikasi

1. Kingdonm : Plantae

2. Divisi : Spermatophyta

3. Anak divisi : Angiospermae

4. Kelas : Dicotyledonae

5. Bangsa : Rosales

6. Suku : Papilionaceae

7. Marga : Erythrina

8. Jenis : Erythrina fusca Lour.

(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965).10

9

Page 15: LKTM daun dadap

Gambar 5.1. Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)

Sumber: http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kae_erythrina%20_fusca_l.pdf

Nama Daerah

Galada ayer (Sumatera) Cangkring (Jawa), Rope (Sasak), Kane (Makasar),

Rase (Bugis), Ngareer (Samarinda), Cangkering, Dadap Cangkring, Dadap

rangrang, Dadap cucuk, Dadap duri (Heyne, 1987 and Mardisiswojo and

Rajakmangunsudarso, 1985).12

Morfologi Tumbuhan

Cangkring merupakan tanaman pepohonan yang berdaun rontok, tinggi 10-

20 m, berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar dengan

cabang yang jarang, dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al., 1994). E.

fusca Lour. mempunyai lebih banyak duri daripada Erythrina lithosperma (Heyne,

1987).

Batangnya tegak berkayu, bulat, percabangan simpodial, berduri tajam dan

berwarna putih kecoklatan. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk bulat telur

dengan ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 4-10 cm,

tangkai panjang 10-15 cm. Tulang daun menyirip, berwarna hijau mengkilap,

cabang samping anak daun berukuran lebih kecil daripada daun yang di ujung

tengah (Hutapea, 1994).

Bunga majemuk, berwarna jingga muda, terletak di ujung batang, tangkai

silindris, panjang 2-3 cm, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, berwarna

hijau pucat; benang sari panjang kurang lebih 3 cm, berwarna merah, kepala sari

10

Page 16: LKTM daun dadap

berbentuk ginjal, berwarna kuning ; tangkai putik silindris, panjang 3 cm, berwarna

putih, kepala putik lonjong, berwarna kuning; mahkota berbentuk kupu-kupu,

berwarna merah. Bunga berbentuk polong, berwarna coklat. Akar tunggang,

berwarna putih kecoklatan (Hutapea, 1994).

Gambar 5.2. Biji Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Dadap

Gambar 5.3 Daun Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)

Sumber : http://flickr.com/photos/naonik/page3

11

Page 17: LKTM daun dadap

Gambar 5.4 Bunga Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)

Sumber : http://wikipedia.org/wikipedia/commons/c/cf/erythrina_fusca.jpg

Habitat dan Penyebaran

Erythrina fusca Lour. tumbuh di hutan, tepi sungai dan tempat lain sampai

setinggi 700 m dari permukaan laut (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso,

1985). Juga hidup di daerah rawa-rawa dan di tepi aliran sungai (Backer and

Bakhuizen van den Brink, 1965). Tumbuhan ini tersebar hampir di seluruh Asia

Tenggara. Di Jawa ditemukan tumbuh di bawah 700 m di atas permukaan laut

(Heyne,1987).

Penyebaran tumbuhan ini diperkirakan dari daerah tropis kering ke arah

lembab melalui daerah subtropik kering ke daerah berhutan basah. Jenis ini

diperkirakan masih dapat hidup pada daerah berhujan sampai 10-40 dm pada suhu

20-280C dan pada pH 6-8. Jenis ini mampu bertahan pada kondisi yang bervariasi,

seperti di dataran rendah, tepi pantai, rawa, tanah yang rendah, sungai, tepi danau,

dan lain-lain (Croat, 1978).

Di Amerika, E. fusca tersebar dari Guatemala sampai ke Amazon Bason.

Sedangkan di Panama, spesies ini hanya dikenal sebagai tumbuhan yang berasal

dari tropik hutan basah, selalu tumbuh berawal dari daerah rawa (Croat, 1978).

12

Page 18: LKTM daun dadap

Kandungan Kimia

Tiap 100 gram daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein;

0,8 g lemak; 11,7 g karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg

phosphor; 1,8 mg Fe; 2300 mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17

mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg asam askorbat (Duke, 1983).

Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol,

sedangkan akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol

daun dan kulit batang Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid

(Meiyanto et al., 2003). Ekstrak kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung

golongan senyawa flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung

flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004). Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi

ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung alkaloid, saponin dan

terpenoid (Rahmawati, 2004).

Manfaat Tumbuhan

Tumbuhan E. fusca telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Daunnya

digunakan untuk mengobati gabag, Cacar Air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang

lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985). Kayu setelah diremas-

remas dapat diminum sebagai obat kencing darah atau kencing nanah (Heyne,

1987). Rebusan akar dan atau kulit batang dapat digunakan sebagai obat beri-beri

(Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).

Penelitian yang telah dilakukan

Kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan cangkring yang

pertama kali diisolasi adalah alkaloid, termasuk erythroidine yang telah lama

digunakan sebagai suatu relaksan otot dalam pembedahan dan dalam pengobatan

schizophrenia (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).

Penelitian terhadap ekstrak etanol daun E. fuscamenunjukkan aktivitas

sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX) 2 pada sel Raji. Hambatan pada COX

akan menekan konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin (PGE2) sehingga

meningkatkan ketersediaan ceramide, induktor apoptosis yang poten. Selain itu,

13

Page 19: LKTM daun dadap

penghambatan ekspresi COX 2 akan menekan produksi PGE2 yang menurunkan

ekspresi onkogen antiapoptosis Bcl-2 (Werdhinindah, 2005).

Ekstrak metanol daun E. fusca memiliki kemampuan untuk menghambat

enzim topoisomerase II secara in vitro (Sismindari et al., 2001). Pada saat proses

perpanjangan replikasi dimana suatu saat helikase akan tidak mampu membuka

heliks DNA karena pada ujung-ujung dari fragmen yang dibuka akan terjadi lilitan

yang sangat ketat. Oleh karena itu, enzim topoisomerase DNA berfungsi untuk

menghindari berhentinya proses replikasi dengan jalan memotong DNA yang

berlilitan ketat kemudian memutar balik dan menyambungkannya kembali.

Penghambatan enzim topoisomerase II akan menghentikan proses replikasi DNA

sehingga dapat menghambat proliferasi sel (Sismindari, 2002).

Hasil penelitian lain membuktikan aktivitas penghambatan angiogenesis

ekstrak etanol daun cangkring pada membran korio alantois embrio ayam (CAM)

terinduksi bFGF (Nurbayani, 2003).

Angiogenesis memberikan suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan baru.

Apabila terjadi penghambatan angiogenesis, maka sel kanker akan mengalami

kematian akibat kurangnya nutrisi bagi kelangsungan hidupnya. Kandungan

flavonoidnya juga memungkinkan efek antikanker dengan bereaksi langsung

dengan metabolit karsinogenik dan mendetoksifikasinya (Cassady et al., 1990).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh CCRC, ekstrak

petroleum eter daun cangkring mempunyai efek antiproliferatif terhadap sel HeLa

dengan IC50 sebesar 62,11 μg/ml (Setyowati, 2004), ekstrak metanol daun

cangkring mempunyai harga IC50 sebesar 73,88 μg/ml (Dhiani, 2004) dan

Puspitasari (2004) melaporkan harga IC50 ekstrak kloroform daun cangkring

terhadap sel HeLa adalah 16,11 μg/ml, sedangkan fraksi nomor 30 mempunyai

harga IC50 sebesar 5,00 μg/ml.

14

Page 20: LKTM daun dadap

BAB II

PEMBAHASAN

Demi Twerwujudnya Visi Indonesia Sehat 2010, Tujuan dari Pembangunan

Kesehatan dan Gizi Mayarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi Masyarakat

yang optimal. Pemerintah sudah melakukan upaya kesehatan dalam mengatasi berbagai

masalah kesehatan. Salah satunya tentang penanganan Penyakit Cacar Air (Varicella

Simplex)

Pemerintah mewajibkan setiap anak untuk mendapatkan imunisasi dasar terhadap

tujuh macam penyakit yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis),

Polio, Campak (Measles, Morbili) dan Hepatitis B. Imunisasi lain yang tidak diwajibkan

oleh pemerintah tetapi tetap dianjurkan antara lain terhadap penyakit gondongan (mumps),

rubella, tifus, radang selaput otak (meningitis), HiB, Hepatitits A, cacar air (chicken pox,

varicella) dan rabies (Thoephilus, 2000).

Upaya preventif yang berupa Vaksinasi Varicella dirasa efektif bagi pencegahan

Virus Varicella saat usia dini. Kemudian, Upaya kuratif yang diberikan pemerintah pada

masyarakat yang mengalami Cacar Air adalah pengobatan medis. Dalam pelaksanaannya,

keduanya efektif untuk penyembuhan. Namun, selama proses penyembuhan sebagian besar

Penderita Cacar Air tidak melakukan aktivitas mandi seperti yang sudah kami jelaskan di

latar belakang. Mitos tersebut di Indonesia sangat kuat dalam kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu, perlu dilakukan sosialisasi yang gencar oleh pemerintah, khususnya tenaga

medis. Sosialisasi tersebut bertujuan untuk meluruskan fakta yang ada, memberikan

informasi yang benar dan lebih, dan mempermudah masyarakat untuk meningkatkan

kesehatan dirinya sendiri.

Sebagian orang mungkin akan bertanya, mengapa aktivitas mandi pada penderita

Cacar Air harus gencar dipromosikan? telah kita ketahui, Apabila tidak mandi, bakteri

akan cepat berkembang dan masuk ke Cacar sehingga dapat memperparah keadaan. Dan

untuk mandi itu sendiri dianjurkan menggunakan air hangat yang sudah diberi antiseptik

yang bertujuan untuk membunuh kuman/bakteri.5

Larutan antiseptic terbuat dari bahan kimia. Apabila kita menggunakannya untuk

mandi, secara tidak langsung bahan kimia tersebut menempel di tubuh kita. Dan bahan

15

Page 21: LKTM daun dadap

kimia tersebut akan bereaksi terhadap tubuh kita, dengan begitu maka akan ada reaksi-

reaksi yang ditimbulkan. Telah kita ketahui, tubuh kita harus mendapatkan perlakuan

untuk meminimalkan menerima bahan kimia dari luar tubuh. Karena bahan kimia lambat

naun dapat berdampak negatif, misal ketergantungan akan obat, virus/bakteri menjadi

resisten terhadap obat yang kita gunakan, kinerja organ kita terganggu karena efek

samping yang ditimbulkan obat.

Setelah kita mengetahui dampak yang bisa ditimbulkan obat, kita dapat

menyimpulkan bahwa dalam melakukan proses penyembuhan bukan hanya dengan

pengobatan medis saja, dan tidak hanya cukup dengan pengobatan medis. Kita perlu

pengobatan komplementer untuk mengoptimalkan proses penyembuhan dan menghindari

dampak-dampak negatif.

Namun, ada beberapa hambatan dalam menggunakan pengobatan komplementer,

diantaranya Masyarakat masa kini masih belum mempercayai kinerja pengobatan

tradisional. selain itu, masih kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pengobatan

tradisional, mulai dari bahannya, kegunaanya dan lain sebagainya. Pemerintah masih

belum optimal dalam menggencarkan penggunaan pengobatan tradisional. Dalam

pengobati seseorang, mereka (tenaga kesehatan) masih ketergantungan dengan adanya

obat.

Dalam penyembuhan Cacar Air, Larutan antiseptic dapat diganti dengan Daun

Cangkring. Kandungan yang ada di daun tersebut mengandung antiseptic untuk melawan

virus varicella. Sangat disayangkan, apabila masyarakat tidak menggunakan pengobatan

tradisional ini. Dari hasil penelitian, Tumbuhan E. fusca dapat digunakan sebagai obat

tradisional. Daunnya digunakan untuk mengobati gabag, Cacar Air, frambusia, gatal-gatal,

ASI kurang lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).

Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol, sedangkan

akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol daun dan kulit batang

Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et al., 2003). Ekstrak

kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik,

dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004).

16

Page 22: LKTM daun dadap

Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung

alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).

Cara menggunakan Daun Cangkring sebagai campuran air mandi cukup mudah,

yaitu:

1. Mempersiapkan tempat untuk air mandi, beberapa helai daun Cangkring.

2. Membersihkan terlebih dahulu Daun Cangkring dengan air biasa

3. Mengisi tempat air mandi dengan air hangat bersamaan dengan memasukan

Daun Cangkring.

Apabila menginginkan Daun Cangkringnya digerus juga tidak masalah. Dengan

menggunakan bahan yang lebih alamiah, dapat memberikan efek yang baik dan tidak

menimbulkan efek samping.

Dalam Visi Indonesia Sehat 2010 dalam program upaya kesehatan, yang bertujuan

khusus untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan cara pengobatan tradisional

yang aman dan bermanfaat baik secara tersendiri ataupun terpadu dalam jaringan

pelayanan kesehatan paripurna.(indikator Indonesia Sehat 2010) Dari Kasus Penyakit

Cacar Air kami mendapatkan beberapa point evaluasi yang berkaitan dengan Visi

Indonesia Sehat 2010 tersebut.

1. Pemerintah belum optimal dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat

tentang terapi komplementer untuk Penyakit Cacar Air, dan kurangnya

informasi tentang penyakit Cacar Air itu sendiri, khususnya mengenai perlunya

mandi.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan Daun Cangkring

sebagai campuran air mandi bagi penderita Penyakit Cacar Air

3. Pemerintah masih belum optimal dalam menggencarkan penggunaan

pengobatan tradisional. Dalam pengobati seseorang, mereka (tenaga kesehatan)

masih ketergantungan dengan adanya obat.

4. Belum optimalnya kelanjutan tindakan dalam pemanfaatan Daun Cangkring

untuk Cacar Air

5. Belum adanya pembudidayaan Pohon Cangrkring, mengingat Pohon

Cangkring semakin langka..

17

Page 23: LKTM daun dadap

BAB III

PENUTUP

III.1.1 Kesimpulan

Daun Cangkring dapat menjadi terapi komplementer sebagai campuran air mandi

pada penderita Cacar air untuk mencegah komplikasi. Karena Daun Cangkring

mengandung saponin dan polifenol, sedangkan Ekstrak etanol daun mengandung

flavonoid, alkaloid dan terpenoid. Ekstrak kloroform daun Cangkring (E. Fusca)

mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30

mengandung flavonoid dan fenolik Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi. Ekstrak metanol daun

Cangkring (E. Fusca) mengandung alkaloid, saponin dan terpenoid. Zat-zat yang dimiliki

oleh daun Cangkring mengandung Antiseptic. Secara tidak langsung dapat meminimalkan

penggunaan obat, dimana obat yang dikonsumsi terus menerus dapat merugikan tubuh

manusia.

III.1.2 Saran

Setelah penulis menyimpulkan dari hasil pembahasan efektivitas Daun Cangkring

sebagai campuran air mandi untuk mencegah komplikasi terhadap penderita Cacar Air,

maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Mengingat mandi sangat dianjurkan dalam proses penyembuhan Penyakit Cacar

Air, Maka sebaiknya masyarakat untuk menggunakan terapi komplementer Daun

Cangkring sebagai campuran air mandi.

2. Diharapkan pada Masyarakat dan pemerintah untuk membudidayakan pohon

Cangkring, supaya dapat terjaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan secara

optimal.

3. Diharapkan pada tenaga medis untuk mengkombinasikan Terapi Komplementer

dengan Pengobatan/terapi medis sehingga proses penyembuhan bisa optimal.

Kemudian menyarankan kepada keluarga penderita untuk menggunakan terapi

Komplementer.

4. Diharapkan pada peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pemanfaatan

pohon Cangkring ini. Sehingga munculnya inovasi-inovasi baru dalam dunia

kesehatan supaya dapat tercapai Indonesia Sehat.

18

Page 24: LKTM daun dadap

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A., Suprohaita., Wardhani WI., Setiowulan W., editor. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid II. Jakarta: Falkutas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2000

2. Bartlett JG. 1999. Pedoman Terapi Infeksi. Jakarta : EGC

3. Cacar Air. http://Wikipedia.com diakses tanggal 31 Juni 2011.

4. Mengatasi cacar air dan bekas cacar dengan obat tradisional. 23 Maret 2010.

http://cerlangcemerlang.com/2010/03/23/mengatasi-cacar-air-dan-bekas-cacar-

dengan-obat-tradisional/ Di akses tanggal 1 Juni 2011.

5. Daya Tahan Tubuh Lemah, Cacar Air Menyerang. 9 April 2007

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/kesehatan/daya-tahan-tubuh-

lemah-cacar-air-menyerang-3.html diakses tanggal 1 juni 2011.

6. Cacar Air. http://www.infosihat.gov.my/penyakit/kanak-

kanak/CacarAirKanak_kanak.php diakses tanggal 1 juni 2011

7. Kurniawan M., Dessy N., Tatang M. 2008. Varicela Zoster pada Anak.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/jurnal/31092331.pdf diakses tanggal 1 juni 2011

8. Tim redaksi. 2006. Seluk-beluk Terapi Alternatif dan komplementer. Jakarta :

PT.Buana Ilmu Populer

9. Pengobatan Komplementer Tradisional – Alternatif. http://buk.depkes.go.id/

diakses tanggal 22 Mei 2011

10. Admin CCRC Farmasi UGM. 24 Februari 2009. Daun Cangkring(Erythrina

Fusca Lour) http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com diakses tanggal 31 Juni 2011

11. Penyakit Cacar Air/ Varicella simplex. 24 September 2010.

http://www.akperppni.ac.id/sistem-integumen-kulit/penyakit-cacar-air-

varicella-simplex. diakses tanggal 30 Juni 2011

12. Erythrina Fusca Lour (Dadap Cangkring).

http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kae_erythrina _fusca_l.pdf diakses tanggal 1

juni 2011.

vi

Page 25: LKTM daun dadap

13. Gambar Pohon Dadap Cangkring. http://id.wikipedia.org/wiki/Dadap diakses

tanggal 30 Juni 2011.

14. Gambar Daun Cangkring. http://flickr.com/photos/naonik/page3 diakses

tanggal 1 Juni 2011

15. Gambar Bunga Pohon Cangkring.

http://wikipedia.org/wikipedia/commons/c/cf/erythrina_fusca.jpg diakses

tanggal 1 Juni 2011

vii

Page 26: LKTM daun dadap

CURICULLUM VITAEPenulis 1

Nama lengkap : Arif Tri Subekti

Tempat& tanggal lahir : Tegal, 06 Februari 1990

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Belum menikah

Tinggi dan berat badan : 162 cm dan 55 kg

Agama : Islam

Alamat kost : Kost. Jl. Baskoro No. 86 RT 02/7 Tembalang, Semarang,

Jawa tengah.

Alamat rumah : Jl. Pintu Air No. 1 desa Bengle RT 16/02 Talang, Tegal

No HP : 085742141400

Hobi : Berenang, Menulis, Joging

Kepribadian : Bertanggungjawab, memiliki motivasi untuk maju dan

sanggup bekerja keras

Motto hidup : Be Yourself

Pendidikan Formal

2010-sekarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro, RIC’10 (Rintisan Class

International) Semester II

2006-2009 : SMA N 3 Tegal, Jurusan IPA

2003-2006 : SMP N 1 Talang

1997-2003 : SD N 1 Kaladawa

Karya Ilmiah yang pernah dibuat

1. Studi Deskriptif tentang pemanfaatan Jambu Biji sebagai Obat Pencegah Penyakit

DBD.

2. Studi Deskriptif tentang Proses Pembelajaran Bahasa Jawa pada Masyarakat

melalui Pendidikan Formal maupun Informal.

3. Keluarga Media Komunikasi Efektif dalam Mencetak Generasi Muda yang Sehat,

Bermoral, dan Berprestasi.

viii

Page 27: LKTM daun dadap

4. Studi Deskriptif tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul terhadap

Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa

5. Pemanfaatan Biji Kecipir (Psopocarpus Tetragonolobus) sebagai Bahan Baku

Pembuatan Susu Cair.

Prestasi

1. Juara I KIR Tk. Jawa Tengah Th. 2007

2. Juara II KIR Tk. Kota Tegal Th. 2007

3. Juara Harapan III Karya Tulis Tk. Jawa Tengah Th. 2008

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan jujur dan benar.

Semarang, 4 Juni 2011

Yang menyatakan,

Arif Tri Subekti

NIM. 22020110120056

ix

Page 28: LKTM daun dadap

Penulis II

Nama lengkap : Ciptaningrum Marisa Prawarti

Tempat& tanggal lahir : Sragen, 3 maret 1992

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Tinggi dan berat badan : 150 cm dan 47 kg

Agama : Islam

Alamat kost : Kost Aulia Gang Banyuputih 2 no. 16, Tembalang

Semarang, Jawa Tengah

Alamat rumah : Jalan Musi no 16 RT01/RW13 Cantel Wetan Sragen, Jawa

tengah

E-Mail : [email protected]

Hobi : Berorganisasi, Menyanyi, Membaca

Kepribadian : Selalu semangat, Bekerja yang optimal, Bertanggungjawab

dan Optimis

Motto hidup : If You Study More, You Can Get More.

Pendidikan Formal

2010-sekarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro, RIC ’10 (Rintisan Class

International) Semester II

2007-2010 : SMA N 1 Sragen

2004-2007 : SMP N 1 Sragen

1998-2004 : SD N 4 Sragen

1996-1998 : TK PERTIWI 01Sragen

Karya Tulis yang pernah dibuat

1. B-chaphone: Tempat Mungil nan Cantik di Kamar Mandi th. 2010

2. Kelas Prenatal untuk Mengurangi Tingkat Kematian pada Ibu Hamil di

Indonesia Th. 2011

Prestasi

1. Juara Lomba LT III Pramuka SMP se-Kab. Sragen

x

Page 29: LKTM daun dadap

2. Lomba festifal teater SMA se- Jawa tengah sebagai penyaji terbaik 2007

3. Lolos Pendanaan Dikti untuk PKM K tahun 2011 dengan judul usulan PKM “B-

chaphone: Tempat Mungil nan Cantik di Kamar Mandi”

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan jujur dan benar.

Semarang, 4 Juni 2011

Yang menyatakan,

Ciptaningrum Marisa P

NIM. 22020110120011

xi