lkti. phbs pasca bencana merapi
TRANSCRIPT
MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA
MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Yogyakarta
Disusun oleh :
1. Eko Agus Purnomo P07133110055
2. Astari Juwita Ningtyas P07133110045
3. Sri Karyati P07133110091
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2010
MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA
MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Yogyakarta
Disusun oleh :
1. Eko Agus Purnomo P07133110055
2. Astari Juwita Ningtyas P07133110045
3. Sri Karyati P07133110091
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2010
ABSTRAK
Eko. Astari. Sri. 2010, Mewujudkan Pola Keluarga Hidup sehat dengan
Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana
Merapi di Umbulharjo Yogyakarta . Karya Tulis Ilmiah,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Kata Kunci: Pola keluarga hidup sehat, cuci tangan, penyehatan makanan
dan minuman
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai awal
November tahun 2010, menyebabkan dampak yang sangat besar bagi
lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya maka perlu dilakukan
pencegahan sejak dini dari lingkup keluarga dengan penyehatan sandang,
pangan, dan papan sehingga terwujud pola keluarga yang sehat pasca
bencana Merapi.
Pada penelitian ini kami menggunakan sample, yaitu Warga Dusun
Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 orang
dari 45 kepala keluarga (KK).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
kuesioner, yaitu pengisian angket yang diberikan peneliti pada sempel.
Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang pola keluarga hidup sehat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Mewujudkan Pola Keluarga Hidup
Sehat Dengan Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana Merapi di
Umbulharjo Yogyakarta”. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti lomba
Karya Tulis Ilmiah di Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak yng terkait. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DR. Hj. Lucky Herawati, SKM, MSc. selaku Direktur Poltekkes
DepKes RI Yogyakarta.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya.
4. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala dari
Allah SWT. Amin
Yogyakarta, 26 Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………
D. Ruang Lingkup……………………………………………………………
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………………
F. Keaslian Penelitian…………………………………………………………
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. TEORI
1. Keluarga Hidup Sehat (KHS) ……………………………………
2. Cuci Tangan………………………………………………………
3. Penyehatan Makanan dan Minuman………………………………
B. KARANGKA TEORI
BAB III. METODE PENELITIAN
A. JUDUL PENELITIAN…………………………………………………
B. JENIS PENELITIAN………………………………………………………
C. WAKTU PENELITIAN……………………………………………………
D. PROSEDUR PENELITIAN……………………………………………
E. SAMPEL………………………………………………………………….
F. TEKNIK PENELITIAN……………………………………………………
G. ANGKET YANG DIUJIKAN……………………………………………
BAB IV. PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN………………………………………………………
B. PEMBAHASAN…………………………………………………………
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………
B. SARAN-SARAN…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meletusnya Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai
awal November tahun 2010 kemarin menimbulkan dampak yang sangat
besar terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Masyarakat
masih kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok yaitu kebutuhan
makanan dan minuman. Makanan dan minuman merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain
kebutuhan sandang dan papan. Selain itu keamanan makanan juga
merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan
melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
lainya.
Seperti yang terjadi di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian
pengungsi ataupun masyarakat yang telah kembali ke rumah memang
mendapatkan suplai kebutuhan makan dan minuman dari pemerintah
berupa air bersih, air minum dan makanan jadi. Namun makanan serta
minuman yang mereka dapat masih jauh dari standar dan persyaratan
kesehatan.
Terkadang jumlah sukarelawan yang berada di dapur umum dalam
penyediaan makanan tidak sebanding dengan kebutuhan tenaga yang
tersedia. Disamping itu, masalah waktu pendistribusian makanan yang
teramat lama sehingga makanan yang sampai ke tangan korban bencana
tidak sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku. Selain itu, bahan
makanan yang tidak diawasi secara cermat serta pembuatan makanan
dalam jumlah banyak sering kali menjadikan proses pengolahan makanan
tidak bisa sesuai dengan standarisasi dalam pengolahan bahan makanan
dan tingkat kebersihan, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada tubuh.
Agar masyarakat bisa terjaga kesehatannya maka upaya
penyehatan makanan dan minuman sangat diperlukan dalam penanganan
pasca bencana Merapi seperti saat ini dengan melakukan pemberdayaan
pola keluarga hidup sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut dapat
ditarik rumusan masalah yaitu:
1. Apakah warga masyarakat Dusun Tangkisan melakukan pola
keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi?
2. Apa yang perlu dibenahi untuk penyehatan makanan dan
minuman?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Terlaksananya penyuluhan dalam rangka memberdayaan
masyarakat untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat
pasca bencana Merapi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pola hidup warga Dusun Tangkisan pasca
bencana Merapi.
b. Untuk mewujudnya keluarga sehat dengan penyehatan
makanan dan minuman pasca bencana Merapi.
c. Terlaksananya penilaian perubahan sikap dan pengetahuan
terhadap kesehatan makanan dan minuman.
d. Memberikan solusi kepada warga Dusun Tangkisan untuk
mewujudkan pola keluarga hidup sehat.
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan lingkungan
khususnya pada bidang penyehatan makanan dan minuman serta ilmu
pemberdayaan masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo,
Sleman, Yogyakarta karena berdasarkan data observasi, lokasi menjadi
wilayah bencana Merapi.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah penyehatan makanan dan minuman di Dusun
Tangkisan, Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan 18-24 Desember 2010.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah informasi yaitu khususnya dalam mewujudkan pola
keluarga sehat dengan penyehatan makanan dan minuman di Desa
Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.
2. Bagi Lingkup Keluarga di Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi keluarga
untuk melaksanakan penyehatan makanan dan minuman paska
bencana Merapi dengan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat.
3. Bagi Peneliti
Digunakan sebagai salah satu latihan dalam mengembangakan dan
menerapkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan
khususnya penyehatan makanan dan minuman.
F. Keaslian Penelitian
Peneliti telah melakukan studi referensi di perpustakaan dan mencari
informasi di internet tapi belum ada penelitian yang memiliki rumusan
masalah seperti yang kami angkat, sehingga layak untuk dikaji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Keluarga Hidup Sehat (KHS)
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang
hidup bersama dalam satu atap dan memiliki hubungan darah. Keluarga
juga sebagai media dalam menyalurkan dan mengembangkan usaha
kesehatan karena melalui keluarga pencakupan program kesehatan akan
lebih besar dengan metode pemicuan. Program kesehatan ini dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan pola keluarga hidup sehat secara
berkesinambungan paska bencana Merapi seperti saat ini, karena
pemerintah menaruh komitmen untuk dapat mengatasi masalah ini.
Keluarga hidup sehat adalah suatu kondisi ketika suatu keluarga tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan syarat
kesehatan, mempunyai perilaku mencuci dengan sabun dan melakukan
kegiatan penyehatan makanan dan minuman dalam keluarga secara
sederhana. Namun demikian masyarakat masih sulit melaksanakan pola
keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi seperti saat ini. Program
kesehatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa - mahasiswa dimana
mempunyai tugas untuk memberikan pemicuan/ penyuluhan kepada
keluarga yang terkena bencana Merapi agar keluarga tersebut dengan
kesadaranya sendiri timbul rasa untuk melaksanakan keluarga hidup
sehat (KHS) dengan penyehatan makanan dan minuman.
Perilaku ialah respon individu terhadap rangsangan, baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Jenis Perilaku yaitu :
a. Perilaku ideal (ideal behavior) yaitu tindakan yang bisa diamati
menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat
untuk mengurangi atau membentuk memecahkan masalah.
b. Perilaku yang sekarang (current behavior) yaitu perilaku yang di
laksanakan saat ini.
c. Perilaku yang di harapkan (feasible behavior) yaitu perilaku ini di
harapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran.
Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku
mereka adalah sebagai berikut :
a. Rangsangan fisik yaitu rangsangan yang bersumber dari
pengetahuan dan alasan- alasan yang dimiliki oleh yang
bersangkutan.
b. Rangsangan emosional yaitu rangsangan bersumber dari rasa takut,
cinta, atau dari harapan-harapan yang dimiliki oleh yang
bersangkutan.
c. Keterampilan yaitu rangsangan perorangan dan keluarga.
d. Struktur sosial yaitu rangsangan bersumber dari dampak faktor-
faktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan
sehari-hari seseorang.
e. Cost dibagi menjadi dua yaitu Cost Ekonomis (biaya, waktu, dan
lain-lain sumber daya) dan Cost Sosial (malu, bingung, dan lain-
lain).
f. Perilaku yang bersaing yaitu perilaku yang harus dilaksanakan pula
oleh yang bersangkutan pada waktu bersangkutan pada waktu
bersamaan.
Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. Jarang ada
orang yang langsung merubah perilakunya setelah mendengar penyuluhan
satu kali. Lima ahli karakteristik dalam perubahan perilaku individu, yaitu:
a. Pengetahuan
b. Disetujui
c. Niat
d. Praktek
e. Advokasi
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku karena perubahan perilaku adalah merupakan tujuan
dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-
program kesehatan lainnya.
2. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan
kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan
menggunakan air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu.
Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi
dan penyebaran resistensi anti mikroba. Menurut Widmer (2000), terdapat
dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu mencuci tangan (hand
washing) dan menggosok tangan dengan alkohol (hand rubbing).
Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan
atau alat pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat
dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari
kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme. Tiga cara
cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu :
a. Cuci tangan higienik atau rutin, mengurangi kotoran dan
flora yang ada di tangan dengan menggunakan sabun atau
deterjen.
b. Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan aseptik pada pasien
dengan menngunakan antiseptik.
c. Cuci tangan bedah (surgical handsrub), sebelum
melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik
dan sikat steril.
Higiene tangan merupakan cara yang efektif untuk memutus mata
rantai infeksi. Oleh karena itu perlu diketahui teknik yang sederhana
tentang cuci tangan.
Prosedur cuci tangan dengan sabun cair menurut
WHO,2005 :
a. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah dengan
air mengalir.
Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang telah
basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun diratakan dengan
kedua telapak tangan.
b. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan kanan
digosok diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, kedua
telapak tangan digosok dengan jari saling mengait, kedua
ibu jari di gosok dengan cara menggenggam dan memutar,
serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan cara
menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan
kiri digosok dengan mengunakan tangan kanan dan
sebaliknya. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan dalam
keadaan saling mengunci.
c. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15 detik.
d. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih.
e. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih sekali pakai
sampai benar-benar kering.
f. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang dilapisi
oleh tisu.
3. Penyehatan Makanan dan Minuman
A. Prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan
setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar
agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada
dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah
dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip sanitasi
makanan dan minuman adalah teori praktis mengenai pengetahuan,
sikap dan perilaku manusia mengenai kesehatan kebersihan dan
keamanan dalam memilih, meracik, mengolah dan menyajikan
makanan.
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi subjeknya seperti melindungi kebersihan tangan,
melindungi kebersihan alat-alat makan.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan lingkungan untuk mendukunng upaya
subyek, misalnya menyediakan tempat atau air bersih untuk
mendukung kebersihan tangan dan alat-alat makan.
Pengertian dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan
adalah pengendalian terhadap 4 faktor higiene sanitasi makanan,
yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan
makanan. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut dapat
menimbulkan ganguan kesehatan penyakit atau keracunan
makanan maka perlu dilakukan analisis mengenai rangkaian
kegiatan dari faktor-faktor tersebut. Enam faktor prinsip higiene
sanitasi makanan meliputi :
a. Pemilihan bahan makanan
Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan adalah
darimana sumber makanan itu berasal. Beberapa hal dalam
pemilihan sumber makanan yang baik :
1. Untuk pemilihan daging ternak, sebaiknya memilih di
Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
2. Sayuran yang baik adalah sayuran yang masih segar, tidak
busuk, tidak terdapat gigitan hewan maupun manusia, dan
bebas dari kotoran atau tanah.
3. Untuk buah-buahan keadaan fisiknya baik, warna sesuai
dengan bawaan atau tidak ada warna tambahan, tidak
berbau busuk, dan tidak ada cairan lain selain getah asli
dari buah sendiri.
b. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan makanan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan dengan mengendalikan pencemaran oleh
bakteri. Seperti penyimpanan sejuk dengan suhu 10-15°C untuk
jenis minuman, buah dan sayuran.
c. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses perubahan bentuk dari
bahan mentah menjadi makanan siap santap. Dalam pengolahan
makanan yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari
tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan makan dan minum,
wadah makanan, rak penyimpanan, dan sarana penyajiannya.
d. Penyimpanan makanan masak
Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak
dan sangat disukai oleh bakteri. Penyimpanan untuk makanan
masak sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam keadaan
tertutup, dengan suhu untuk makanan basah di bawah 10°C dan
harus dipanaskan kembali sebelum disajikan.
e. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan
dalam mencegah terjadiya pencemaran makanan. Makanan siap
santap lebih rawan terhadap pencemaran daripada makanan metah
sehingga perlakuan dalam pengangkutan harus ekstra hati-hati.
Bila makanan yang diangkut menggunakan wadah, usahakan agar
wadah itu bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain.
f. Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari
perjalanan makanan. Makanan siap santap dikatakan layak santap
bilamana makanan menurut lima indera manusia itu baik.
B. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
a. Lokasi
Lokasi harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang
diakibatkan oleh mikroorganisme, alam, manusia atau hewan.
Kriteria dari pencemaran sangat tergantung kepada arah
pencemaran yang mungkin terjadi seperti arah angin dan aliran air.
b. Konstruksi
Kontruksi untuk TPM sendiri harus kuat, aman, dan
terpelihara sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan dan
pencemaran. Konstruksi juga harus selalu bersih secara fisik dan
bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan secara
tidak beraturan.
c. Lantai
Lantai sebagai TPM harus bersih, kering, tidak mudah
rusak, tidak lembab, tidak ada retakan, tidak licin, dan tahan
terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Antara lantai dan
dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati)
dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan.
d. Ventilasi
Keadaan ruangan harus lembab dengan suhu antara 280C-
320C. Ventilasi dapat dibuat secara alamiah dengan membuat
lubang penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa
lubang tetap atau lubang incidental seperti jendela yang bisa
dibuka dan ditutup.
e. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat
cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air
kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun, dan
pengering.
f. Air bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh
kegiatan pengelolaan makanan. Air bersih secara fisik adalah
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman
penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu sebelum
digunakan.
C. Tempat sampah
Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap
air, dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai
kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk.
D. Sepuluh prinsip pokok WHO untuk Keamanan Makanan
a. Pilih makanan yang sudah diproses
b. Memasak makanan dengan sempurna
c. Santap makanan segera
d. Simpanlah makanan masak dengan benar
e. Panasi kembali makanan dengan benar
f. Cegah kontak makanan dengan bahan mentah
g. Cuci tangan sesering mungkin
h. Jaga kebersihan permukaan dapur secermat mungkin
i. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan binatang lain
j. Pergunakan air bersih
E. Pencegahan pencemaran makanan
Upaya pencegahan pencemaran makanan adalah suatu upaya untuk
memproduksi makanan yang sehat dan bersih agar layak dikonsumsi.
a) Tahap pemilihan
Pilih bahan makanan yang masih segar, utuh, tidak retak atau
pecah, terutama makanan yang cepat busuk. Bahan makanan
seperti sayuran yang tidak terdapat bolong-bolong patut dicurigai
telah tercemar pestisida.
b) Tahap penyimpanan
Bahan makanan yang cepat busuk disimpan di tempat yang khusus,
usahakan terdapat sirkulasi udara, untuk bahan lainnya disimpan
pada tempat yang tidak dapat terjangkau tikus, serangga, dan
binatang pengganggu lainnya.
c) Tahap pengolahan makanan
Hal-hal yang diperhatikan dalam tahapan ini adalah :
1. Pencucian bahan bahan dan alat-alat sebelum digunakan ke
tahap selanjutnya
2. Subjek yang melakukan pengolahan makanan harus bersih
dan tidak sednag sakit.
3. Masaklah bahan makanan pada suhu tertentu sesuai dengan
jenis bahan makanan.
4. Gunakan secukupnya bahan tambahan pada makanan
5. Gunakan peralatan yang tidak mudah berkarat, dan tidak
terbuat dari bahan yang dapat bereaksi dengan asam.
d) Tahap pengangkutan
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ini khusus, tidak
digunakan untuk mengangkut barang lain selain makanan.
e) Tahap penyajian
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, alat makan
bersih, dan terdapat sirkulasi udara. Pencucian dan tindakan
pembersih bakteri pada peralatan makan dan masak.
Diagram dibawah ini menujukkan pentingnya pengunaan alat-alat makan
dari perusahaan penyediaan makanan di dalam penyebaran penyakit. Infeksi usus
dan alat pernafasan mungkin disebarkan oleh alat makan yang kurang bersih.
Keterangan gambar : cara-cara penyebaran penyakit pernafasan dan penyakit perut pada
penyediaan makanan. Panah bolak-balik menunjukkan
kemungkinan perjalanan bahan yang menular dalam masing-
masing arah.
Dari diagram tersebut terlihat pentingnya air pencuci. Dia bisa menjadi
perantara penularan penyakit dan berbahaya bagi pekerja-pekerja yang sering
udara
makanan
Tamu/pengelola
makanan yang
terifeksi
Orang sehatludah tangan
Alat-alat
Air pencuci alat-alatBuangan dari
usus
D
esinfeksi
memasukkan tangannya ke dalam air tersebut, kecuali jika air tersebut cukup
panas atau mengandung zat-zat anti bakteri. Semua pencucian dilakukan dengan
tangan, harus dikerjakan dengan 3 tahap pencucian, yaitu :
1. Pembilasan atau pencucian sisa-sisa makanan untuk menjaga supaya air
bilasan pencucian tetap bersih.
2. Pencucian dengan air yang panasnya 110-120oC dengan sabun atau
detergen.
3. Pembilasan kembali yang disertai proses pembersihan bakteri
Menurut pengamatan yang kami lakukan, didapatkan bahwa penyediaan
air bersih yang disediakan oleh pemerintah sangat terbatas dan tidak memenuhi
syarat air bersih secara fisik. Maka warga memilih untuk memanfaatkan air hujan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak untuk dikonsumsi adalah
dengan pemberian Kapur tohor Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium
hidroksida merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf . Kapur tohor
(quick lime) dihasilkan daribatu gamping yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan
pada suhu 6000 C – 9000 C. Kapur tohor ini apabila disiram dengan air
secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked quicklime)
dengan mengeluarkan panas (Sukandarrumidi, 1999 : 44).
Kapur tohor merupakan anhidrida basa, dan apabila bereaksi dengan air
akan terjadi kapur padam atau kalsium hidroksida. Larutan kapur tohor
mengeluarkan banyak panas, bersifat basa agak keras, dan mudah menarik gas
asam arang dari udara, sehingga air mudah menjadi keruh. Larutan kapur tohor
juga merupakan pengikat asam – asam nabati (Setyowati , 2000 : 24).
Selanjutnya cara untuk mengolah air bersih agar tidak terjadi endapan
adalah dengan melakukan filtrasi. Berikut langkah-langkah umum proses
pengolahan air pada tingkat rumah tangga.
Penyaringan
Penyimpanan dan pendiaman
Filtrasi
1. Penyaringan
Menuangkan air melewati sepotong kain yang bersih akan
menghilangkan sejumlah endapan lumpur dan tanah. Kain yang digunakan
harus bersih karena bila kotor akan menambah pencemaran. Kain dapat dicuci
dengan sabun dan air bersih.
2. Penyimpanan dan pendiaman
Saat air disimpan dengan aman selama sehari, lebih dari 50% bakteri
akan mati. Selain itu, selama penyimpanan endapan tanah dan beberapa
patogen akan berada di dasar wadah. Wadah yang digunakan untuk
penyimpanan harus tertutup untuk mencegah kontaminasi ulang, namun harus
memiliki leher yang cukup lebar untuk memudahkan pembersihan secara
berkala.
3. Filtrasi
Filtrasi adalah mengalirkan air yang tercemar melalui media berpori
(contohnya pasir). Proses tersebut mempergunakan prinsip pembersihan alami
dari tanah. Contoh metode yaitu mengunakan filtrasi pasir sederhana. Filter
seperti ini dapat dibuat dari drum berukuran 200 liter. Sebuah lapisan filter
yang terbuat dari pasir kasar (sedalam kurang lebih 0.3 m) atau biji-bijian
yang berdiameter antara 3-4 mm, dan ditahan oleh kerikil yang ditutupi oleh
baki logam yang berlubang-lubang. Kecepatan filtrasi efektif dari filter ini
dapat mencapai 230 liter per jam.
4. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan proses yang menjamin air minum bebas dari
organisme berbahaya maupun patogen. Terdapat berbagai cara disinfeksi
di tingkat rumah tangga:
a. Desinfeksi dengan merebus
Air setidaknya harus direbus hingga mendidih selama 5 menit tapi
sebaiknya sampai 20 menit. Kualitas air yang lebih baik dapat diperoleh
dengan menyimpan air yang telah direbus dengan cara seperti yang
dijelaskan pada bagian ‘Penyimpanan dan pendiaman.
b. Desinfeksi dengan klorin
Klorin merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan untuk
mendisinfeksi air minum karena mudah digunakan, efektivitasnya dapat
diukur, mudah didapat dan relative murah. Terdapat beberapa sumber
klorin untuk penggunaan rumah tangga; dalam bentuk cairan, bubuk
dan tablet. Klorin biasanya tersedia di rumah tangga sebagai cairan
pemutih (sodium hypochlorite), biasanya dengan konsentrasi klorin 1%.
Cairan pemutih dijual dalam botol atau sachets. Klorin harus
ditambahkan dalam jumlah cukup untuk menghancurkan semua kuman
namun tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi rasa air.
c. Desinfeksi dengan cahaya matahari
Sinar ultra violet dari matahari dapat dipergunakan untuk
menonaktifkan dan menghancurkan patogen yang terdapat dalam air.
Isi wadah plastik transparan dengan air dan jemur dengan sinar
matahari secara menyeluruh selama kurang lebih 5 jam (atau dua hari
penuh bila langit berawan). Desinfeksi timbul sebagai kombinasi dari
radiasi dan pemanasan. Jika temperatur air mencapai setidaknya 50oC,
waktu penjemuran cukup 1 jam.
B. Karangka Teori
PASCA BENCANA
Faktor – faktor :
1. Kondisi bangunan & Peralatan
2. Penyediaan Air bersih
3. Kondisi makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman Tercegahnya
penyakit
1. Kondisi bangunan & peralatan rumah tangga rusak
2. Penyediaan air bersih terbatas
3. Kondisi makanan & minuman tidak
sesuai dengan syarat kesehatan
1. Filtrasi2. Kapur
Tohor
1. Tempat pengolahan makan (TPM)
2. Penyehatan makanan3. Pencegahan pencemaran
makanan4. Makanan yang baik dan
sehat5. Cuci tangan yang benar
Kesehatan Keluarga Menurun
Keluarga sehat
Terbatasnya pasokan air
bersih & matinya sumber
air
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Judul Penelitian
Mewujudkan Pola Keluarga Hidup Sehat dengan
Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana
Merapi di Umbulharjo Yogyakarta.
B. Jenis Penelitian
Study kepustakaan dan observasi.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-24 Desember 2010.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap penyiapan pertanyaan.
2. Tahap penentuan sampel.
3. Tahap pelaksaan penelitian.
4. Tahap penyelesaian.
E. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah:
Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman,
yang berjumlah 45 orang dari 45 kepala keluarga (KK).
Alasan memilih sampel tersebut, karena:
1. Lokasi yang terkena dampak Merapi cukup parah.
2. Banyaknya warga yang sudah pulang ke rumah masing-
masing dari pengungsian.
3. Lokasi yang kekurangan sumber air bersih.
F. Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yaitu pengisian
angket yang diberikan peneliti untuk sampel.
G. Angket yang Diujikan
MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA
MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA
Lingkari jawaban dari pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat
Anda!
A. PENGETAHUAN
1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?
a. Dengan sabun
b. Dengan air bersih dan digosok beraturan
2. Apa kriteria makanan sehat menurut anda?
a. Empat sehat lima sempurna
b. Makanan yang bersih
3. Apa yang anda lakukan untuk menjaga kesehatan keluarga
anda pasca bencana?
a. Membersihkan tempat tinggal
b. Makan-makanan yang bergizi
B. SIKAP
1. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun?
a. Ya
b. Tidak
2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci sayuran pasca
bencana?
a. Air bantuan pemerintah.
b. Air hujan.
3. Bagaimana kriteria air siap dikosumsi pada proses perebusan?a. Panas
b. Timbul gelembung
C. PRAKTIK
1. Berapa kali anda mandi dalam sehari pasca bencana?
a. 1 kali
b. 2 kali
2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci peralatan masak
pasca Merapi?
a. Air bantuan pemerintah
b. Air hujan
3. Apakah anda mencuci tangan ketika akan makan dengan
sendok?
a. Ya
b. Tidak
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A. Pengetahuan
1. Cara mencuci tangan yang baik
a. 71,13% menyatakan menggunakan sabun.
b. 28,87% menyatakan dengan cara air bersih dan
digosok beraturan.
2. Kriteria makanan sehat
a. 100% menyatakan terpenuhinya empat sehat lima
sempurna.
3. Cara untuk menjaga kesehatan keluarga pasca bencana
a. 68,9% menyatakan dengan membersihkan tempat
tinggal.
b. 31,1% menyatakan dengan makan makanan yang
bergizi.
B. Sikap
1. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
a. 88,8% menyatakan tidak mencuci tangan dengan
sabun.
b. 11,1% menyatakan mencuci tangan dengan sabun.
2. Mencuci sayuran pasca bencana
a. 100% menyatakan mencuci sayuran dengan air bersih
bantuan pemerintah.
3. Kriteria air yang mendidih
a. 100% menyatakan jika air sudah ada gelembungnya.
C. Perilaku
1. Berapa kali mandi pasca bencana
a. 75,56% menyatakan 1 kali mandi dalam sehari.
b. 24,44% menyatakan 2 kali mandi dalam sehari
2. Mencuci peralatan masak pasca bencana
a. 66,67% menyatakan dengan air hujan.
b. 33,33% menyatakan dengan air bersih bantuan
pemerintah.
3. Kebiasaan mencuci tangan ketika akan makan
a. 100% menyatakan mencuci tangan jika makan
dengan tangan langsung ( tanpa sendok).
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Warga Dusun Tangkisan belum melaksanakan pola hidup sehat
pasca bencana Merapi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan
warga yang menyimpang dari perilaku hidup sehat, yaitu:
a. Cara mencuci tangan yang salah. Warga tidak tahu
bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar,
71,1% warga menyatakan bahwa mereka mencuci
tangan dengan sabun, namun mereka tidak mengetahui
bagaimana langkah mencuci tangan yang benar. Cara
mencuci tangan yang benar dengan sabun cair menurut
WHO,2005 :
1. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah
dengan air mengalir.
2. Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang
telah basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun
diratakan dengan kedua telapak tangan.
3. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan
kanan digosok diatas punggung tangan kiri dan
sebaliknya, kedua telapak tangan digosok dengan
jari saling mengait, kedua ibu jari di gosok dengan
cara menggenggam dan memutar, serta bagian
pergelangan tangan kiri digosok dengan cara
menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan
tangan kiri digosok dengan mengunakan tangan
kanan dan sebaliknya. Jari – jari sisi dalam dari
kedua tangan dalam keadaan saling mengunci.
4. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15
detik.
5. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih.
6. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih (sekali
pakai) sampai benar-benar kering.
7. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang
dilapisi oleh tisu.
Jadi mencuci tangan yang benar itu tidak hanya
sekedar menggunakan sabun saja, tetapi kita juga
harus tahu bagaimana langkah penggosokan dan
pembilasannya. Sehingga tujuan dari mencuci
tangan, yaitu untuk menghilangkan kotoran dari
kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme, dapat terwujud.
b. 100% warga menyatakan tidak pernah mencuci tangan
dengan sabun. Padahal sabun dalam proses mencuci
tangan sangat penting karena sabun dapat
menghilangkan lapisan berminyak yang mengikat
bakteri pada permukaan.
c. 75,56% warga menyatakan mereka mandi satu kali
dalam sehari pasca bencana merapi. Mereka melakukan
hal itu karena kurangnya bantuan air bersih dari
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
pemerintah hanya menyediakan 5 tower air untuk
memenuhi kebutuhan air 45 kepala keluarga (KK).
Persediaan air bersih yang minim inilah yang
mengharuskan mereka mandi satu kali dalam sehari.
d. 100% warga menyatakan mencuci tangan jika mereka
akan melakukan makan yang langsung dengan tangan
(tanpa sendok). Kesadaran mencuci tangan warga masih
sangat rendah, padahal mencuci tangan secara higienik
atau rutin, akan mengurangi kotoran dan flora yang ada
di tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen.
Selain itu mencuci tangan adalah cara yang efektif
untuk mematahkan mata rantai infeksi.
2. Warga Dusun Tangkisan perlu mengadakan perbaikan dalam
penyehatan makanan dan minuman. Cara perbaikan penyehatan
makanan dan minuman pasca Merapi ini dapat dimulai dengan
merubah kebiasaan buruk warga dalam pengolahan makanan dan
minuman, yaitu dengan cara:
a. Merubah pemahaman warga tentang kriteria
makanan sehat, karena 100% warga menyatakan bahwa
makanan yang sehat adalah makanan yang memenuhi
empat sehat lima sempurna, padahal makanan sehat tidak
hanya ditinjau dari kandungan gizinya saja, melainkan
dari segi kebersihan saat mengolah dan menyajikan juga
perlu diperhatikan.
Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya
adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah
dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip
sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku manusia
mengenai kesehatan, kebersihan dan keamanan dalam
memilih, meracik, mengolah dan menyajikan makanan.
b. Merubah kebiasaan warga dalam mencuci sayuran
atau bahan makanan dan peralatan masak dengan air
hujan, karena air hujan tidak baik untuk kesehatan karena
bersifat asam sehingga dapat menyebabkan peralatan
makan menjadi korosif dan dapat mengkontaminasi bahan
makanan yang akan dimasak.
Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak
untuk dikonsumsi adalah dengan pemberian Kapur tohor
Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida
merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf .
Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gamping
yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan pada suhu 6000C –
9000C. Kapur tohor ini jika disiram dengan air secukupnya
akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked
quicklime) (Sukandarrumidi, 1999 : 44).
c. Merubah kebiasaan warga mengenai kriteria air yang
mendidih sehingga layak dikonsumsi. 100% warga
menyatakan bahwa air yang sudah mendidih dan layak
dikonsumsi adalah ketika proses perebusan terdapat
gelembung.
Prosedur yang benar ketika perebusan adalah
menunggu air terdapat gelembung, kemudian tunggu
selama 15 menit setelah terdapat gelembung pada air,
baru api dapat dimatikan dan air dapat dikonsumsi.
Pada proses perebusan air akan terdapat endapan
karena alat yang digunakan warga untuk memasak tidak
bersih, mereka menggunakan air hujan sebagai sarana
mencuci alat memasak. Sehingga air yang disediakan
pemerintah perlu dilakukan filtrasi untuk menghilangkan
endapan. Pembuatan filtrasi sederhana dapat dilakukan
dengan cara membuat penyaring sederhana yang tersusun
dari kerikil, arang, pasir, dan ijuk. Setelah dilakukan
filtrasi diamkan selama 10 menit untuk memperoleh hasil
yang sempurna.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Kabupaten
Sleman, belum melakukan pola keluarga hidup sehat pasca
bencana Merapi. Kurangnya pengetahuan warga akan
kesehatan makanan dan minuman menyebabkan mereka
kurang memperhatikan hal-hal yang sederhana seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
2. Minimnya bantuan air bersih dari pemerintah dan matinya
sumber mata air menyebabkan warga mandi satu kali dalam
sehari dan membersihkan alat-alat makan dengan air hujan
sehingga kondisi kesehatan warga rentan terhadap penyakit.
3. Kurangnya pengetahuan warga tentang penyehatan
makanan dan minuman secara benar mengakibatkan
makanan terkontaminasi mikroorganisme penyebab
penyakit yang bisa menyerang tubuh.
B. Saran-saran
1. Menanamkan kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar
hendaknya dilakukan sejak dini oleh orang tua terhadap
anak-anaknya, karena cuci tangan adalah hal sederhana
untuk menghilangakan kotoran dan meminimalisasi kuman
yang ada dengan menggunakan air.
2. Untuk mengatasi keterbatasan air bersih yang diberikan
pemerintah, warga dapat memanfaatkan air hujan yang
ditampung dengan menambahkan kapur tohor, sehingga
kandungan asam yang terkandung air hujan dapat
berkurang.
3. Untuk mengatasi air bersih bantuan pemerintah yang terdapat
endapan, dapat diatasi dengan membuat alat filtrasi sederhana
untuk tingkat rumah tangga, yang terbuat dari susunan kerikil,
arang, pasir dan ijuk.
4. Memberikan pemahaman kepada warga tentang pentingnya
makanan yang sehat dan cara pengolahan yang benar. Karena
makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap
saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar
bermanfaat bagi tubuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan makanan adalah:
a. Pemilihan bahan makanan
Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan
adalah darimana sumber makanan itu berasal.
b. Penyimpanan bahan makanan
Sebaiknya makanan disimpan pada suhu 10-15°C
agar tidak terjadi kerusakan.
c. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses
perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
makanan siap santap. Dalam pengolahan makanan
yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari
tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan
makan dan minum, wadah makanan, rak
penyimpanan, dan sarana penyajiannya.
d. Penyimpanan makanan masak
Penyimpanan untuk makanan masak
sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam
keadaan tertutup, dengan suhu untuk makanan
basah di bawah 10°C dan harus dipanaskan kembali
sebelum disajikan.
e. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan
sangat berperan dalam mencegah terjadiya
pencemaran makanan. Bila makanan yang diangkut
menggunakan wadah, usahakan agar wadah itu
bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain.
f. Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian
akhir dari perjalanan makanan. Makanan siap santap
dikatakan layak santap bilamana makanan menurut
lima indera manusia itu baik.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, R.H.G.1998.Jasaboga Untuk Umum.Jakarta:Depkes
Departemen Kesehatan RI.2004.Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi
Makanan & Minuman.Jakarta:Depkes
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.1998.Opini Pembangunan
Keluarga Sejahtera.Jakarta
Merapi_Heddy_Shri_Ahnisa_Putra.pdf
Setiono, kusdwiratri, Johan S. Mashjur, Anna Alisyabana.1998.Manusia,
Kesehatan & Lingkungan. Bandung:PT. Alumni
Sukarni, maryati.1994.Kesehatan Keluarga & Lingkungan.Yogyakarta:Kanisius
www.wikipedia.com
Lampiran I
BIODATA PENELITI
1. Nama : Eko Agus Purnomo
Kelas : Non Reguler
NIM : P07133110055
Tingkat : I
Jurusan : Kesehatan Lingkungan
2. Nama : Astari Juwita Ningtyas
Kelas : Non Reguler
NIM : P07133110045
Tingkat : I
Jurusan : Kesehatan Lingkungan
3. Nama : Sri Karyati
Kelas : Non Reguler
NIM : P07133110091
Tingkat : I
Jurusan : Kesehatan Lingkungan
Lampiran III
Saat pengisian kuisioner dengan metode wawancara kepada penduduk
setempat.
Tempat penampungan air bersih yang disediakan pemerintah
Tempat penampungan air hujan pasca bencana Merapi
Rumah warga Dusun Tangkisan Pasca Bencana Merapi