lkti. phbs pasca bencana merapi

52
MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Yogyakarta Disusun oleh : 1. Eko Agus Purnomo P07133110055 2. Astari Juwita Ningtyas P07133110045 3. Sri Karyati P07133110091 JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Upload: justinal-algojo

Post on 06-Aug-2015

132 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA

MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA

Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah

Poltekkes Yogyakarta

Disusun oleh :

1. Eko Agus Purnomo P07133110055

2. Astari Juwita Ningtyas P07133110045

3. Sri Karyati P07133110091

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA

MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA

Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah

Poltekkes Yogyakarta

Disusun oleh :

1. Eko Agus Purnomo P07133110055

2. Astari Juwita Ningtyas P07133110045

3. Sri Karyati P07133110091

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2010

Page 3: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

ABSTRAK

Eko. Astari. Sri. 2010, Mewujudkan Pola Keluarga Hidup sehat dengan

Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana

Merapi di Umbulharjo Yogyakarta . Karya Tulis Ilmiah,

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Kata Kunci: Pola keluarga hidup sehat, cuci tangan, penyehatan makanan

dan minuman

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai awal

November tahun 2010, menyebabkan dampak yang sangat besar bagi

lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya

penyakit atau gangguan kesehatan lainnya maka perlu dilakukan

pencegahan sejak dini dari lingkup keluarga dengan penyehatan sandang,

pangan, dan papan sehingga terwujud pola keluarga yang sehat pasca

bencana Merapi.

Pada penelitian ini kami menggunakan sample, yaitu Warga Dusun

Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 orang

dari 45 kepala keluarga (KK).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

kuesioner, yaitu pengisian angket yang diberikan peneliti pada sempel.

Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang pola keluarga hidup sehat.

Page 4: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Mewujudkan Pola Keluarga Hidup

Sehat Dengan Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana Merapi di

Umbulharjo Yogyakarta”. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti lomba

Karya Tulis Ilmiah di Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak yng terkait. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR. Hj. Lucky Herawati, SKM, MSc. selaku Direktur Poltekkes

DepKes RI Yogyakarta.

2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaannya.

4. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala dari

Allah SWT. Amin

Yogyakarta, 26 Desember 2010

Penulis

Page 5: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………

ABSTRAK…………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………

D. Ruang Lingkup……………………………………………………………

E. Manfaat Penelitian…………………………………………………………

F. Keaslian Penelitian…………………………………………………………

BAB II. TINJAUAN TEORI

A. TEORI

1. Keluarga Hidup Sehat (KHS) ……………………………………

2. Cuci Tangan………………………………………………………

3. Penyehatan Makanan dan Minuman………………………………

B. KARANGKA TEORI

BAB III. METODE PENELITIAN

A. JUDUL PENELITIAN…………………………………………………

B. JENIS PENELITIAN………………………………………………………

C. WAKTU PENELITIAN……………………………………………………

D. PROSEDUR PENELITIAN……………………………………………

E. SAMPEL………………………………………………………………….

F. TEKNIK PENELITIAN……………………………………………………

G. ANGKET YANG DIUJIKAN……………………………………………

Page 6: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB IV. PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN………………………………………………………

B. PEMBAHASAN…………………………………………………………

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………

B. SARAN-SARAN…………………………………………………………

Page 7: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meletusnya Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai

awal November tahun 2010 kemarin menimbulkan dampak yang sangat

besar terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Masyarakat

masih kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok yaitu kebutuhan

makanan dan minuman. Makanan dan minuman merupakan salah satu

kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain

kebutuhan sandang dan papan. Selain itu keamanan makanan juga

merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan

melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan

lainya.

Seperti yang terjadi di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo

Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian

pengungsi ataupun masyarakat yang telah kembali ke rumah memang

mendapatkan suplai kebutuhan makan dan minuman dari pemerintah

berupa air bersih, air minum dan makanan jadi. Namun makanan serta

minuman yang mereka dapat masih jauh dari standar dan persyaratan

kesehatan.

Terkadang jumlah sukarelawan yang berada di dapur umum dalam

penyediaan makanan tidak sebanding dengan kebutuhan tenaga yang

tersedia. Disamping itu, masalah waktu pendistribusian makanan yang

teramat lama sehingga makanan yang sampai ke tangan korban bencana

tidak sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku. Selain itu, bahan

makanan yang tidak diawasi secara cermat serta pembuatan makanan

dalam jumlah banyak sering kali menjadikan proses pengolahan makanan

tidak bisa sesuai dengan standarisasi dalam pengolahan bahan makanan

dan tingkat kebersihan, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada tubuh.

Agar masyarakat bisa terjaga kesehatannya maka upaya

penyehatan makanan dan minuman sangat diperlukan dalam penanganan

Page 8: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

pasca bencana Merapi seperti saat ini dengan melakukan pemberdayaan

pola keluarga hidup sehat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut dapat

ditarik rumusan masalah yaitu:

1. Apakah warga masyarakat Dusun Tangkisan melakukan pola

keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi?

2. Apa yang perlu dibenahi untuk penyehatan makanan dan

minuman?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Terlaksananya penyuluhan dalam rangka memberdayaan

masyarakat untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat

pasca bencana Merapi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola hidup warga Dusun Tangkisan pasca

bencana Merapi.

b. Untuk mewujudnya keluarga sehat dengan penyehatan

makanan dan minuman pasca bencana Merapi.

c. Terlaksananya penilaian perubahan sikap dan pengetahuan

terhadap kesehatan makanan dan minuman.

d. Memberikan solusi kepada warga Dusun Tangkisan untuk

mewujudkan pola keluarga hidup sehat.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan lingkungan

khususnya pada bidang penyehatan makanan dan minuman serta ilmu

pemberdayaan masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Page 9: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Lokasi penelitian dilakukan di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo,

Sleman, Yogyakarta karena berdasarkan data observasi, lokasi menjadi

wilayah bencana Merapi.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah penyehatan makanan dan minuman di Dusun

Tangkisan, Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan 18-24 Desember 2010.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi yaitu khususnya dalam mewujudkan pola

keluarga sehat dengan penyehatan makanan dan minuman di Desa

Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.

2. Bagi Lingkup Keluarga di Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi keluarga

untuk melaksanakan penyehatan makanan dan minuman paska

bencana Merapi dengan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Digunakan sebagai salah satu latihan dalam mengembangakan dan

menerapkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan

khususnya penyehatan makanan dan minuman.

F. Keaslian Penelitian

Peneliti telah melakukan studi referensi di perpustakaan dan mencari

informasi di internet tapi belum ada penelitian yang memiliki rumusan

masalah seperti yang kami angkat, sehingga layak untuk dikaji.

Page 10: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Keluarga Hidup Sehat (KHS)

Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang

hidup bersama dalam satu atap dan memiliki hubungan darah. Keluarga

juga sebagai media dalam menyalurkan dan mengembangkan usaha

kesehatan karena melalui keluarga pencakupan program kesehatan akan

lebih besar dengan metode pemicuan. Program kesehatan ini dilaksanakan

dalam rangka mewujudkan pola keluarga hidup sehat secara

berkesinambungan paska bencana Merapi seperti saat ini, karena

pemerintah menaruh komitmen untuk dapat mengatasi masalah ini.

Keluarga hidup sehat adalah suatu kondisi ketika suatu keluarga tidak

mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan syarat

kesehatan, mempunyai perilaku mencuci dengan sabun dan melakukan

kegiatan penyehatan makanan dan minuman dalam keluarga secara

sederhana. Namun demikian masyarakat masih sulit melaksanakan pola

keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi seperti saat ini. Program

kesehatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa - mahasiswa dimana

mempunyai tugas untuk memberikan pemicuan/ penyuluhan kepada

keluarga yang terkena bencana Merapi agar keluarga tersebut dengan

kesadaranya sendiri timbul rasa untuk melaksanakan keluarga hidup

sehat (KHS) dengan penyehatan makanan dan minuman.

Perilaku ialah respon individu terhadap rangsangan, baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Jenis Perilaku yaitu :

a. Perilaku ideal (ideal behavior) yaitu tindakan yang bisa diamati

menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat

untuk mengurangi atau membentuk memecahkan masalah.

b. Perilaku yang sekarang (current behavior) yaitu perilaku yang di

laksanakan saat ini.

c. Perilaku yang di harapkan (feasible behavior) yaitu perilaku ini di

harapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran.

Page 11: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku

mereka adalah sebagai berikut :

a. Rangsangan fisik yaitu rangsangan yang bersumber dari

pengetahuan dan alasan- alasan yang dimiliki oleh yang

bersangkutan.

b. Rangsangan emosional yaitu rangsangan bersumber dari rasa takut,

cinta, atau dari harapan-harapan yang dimiliki oleh yang

bersangkutan.

c. Keterampilan yaitu rangsangan perorangan dan keluarga.

d. Struktur sosial yaitu rangsangan bersumber dari dampak faktor-

faktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan

sehari-hari seseorang.

e. Cost dibagi menjadi dua yaitu Cost Ekonomis (biaya, waktu, dan

lain-lain sumber daya) dan Cost Sosial (malu, bingung, dan lain-

lain).

f. Perilaku yang bersaing yaitu perilaku yang harus dilaksanakan pula

oleh yang bersangkutan pada waktu bersangkutan pada waktu

bersamaan.

Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. Jarang ada

orang yang langsung merubah perilakunya setelah mendengar penyuluhan

satu kali. Lima ahli karakteristik dalam perubahan perilaku individu, yaitu:

a. Pengetahuan

b. Disetujui

c. Niat

d. Praktek

e. Advokasi

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan

dan perubahan perilaku karena perubahan perilaku adalah merupakan tujuan

dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-

program kesehatan lainnya.

2. Cuci Tangan

Page 12: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan

kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan

menggunakan air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu.

Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi

dan penyebaran resistensi anti mikroba. Menurut Widmer (2000), terdapat

dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu mencuci tangan (hand

washing) dan menggosok tangan dengan alkohol (hand rubbing).

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan

sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan

atau alat pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi

mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat

dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari

kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme. Tiga cara

cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu :

a. Cuci tangan higienik atau rutin, mengurangi kotoran dan

flora yang ada di tangan dengan menggunakan sabun atau

deterjen.

b. Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan aseptik pada pasien

dengan menngunakan antiseptik.

c. Cuci tangan bedah (surgical handsrub), sebelum

melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik

dan sikat steril.

Higiene tangan merupakan cara yang efektif untuk memutus mata

rantai infeksi. Oleh karena itu perlu diketahui teknik yang sederhana

tentang cuci tangan.

Prosedur cuci tangan dengan sabun cair menurut

WHO,2005 :

a. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah dengan

air mengalir.

Page 13: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang telah

basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun diratakan dengan

kedua telapak tangan.

b. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan kanan

digosok diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, kedua

telapak tangan digosok dengan jari saling mengait, kedua

ibu jari di gosok dengan cara menggenggam dan memutar,

serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan cara

menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan

kiri digosok dengan mengunakan tangan kanan dan

sebaliknya. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan dalam

keadaan saling mengunci.

c. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15 detik.

d. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih.

e. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih sekali pakai

sampai benar-benar kering.

f. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang dilapisi

oleh tisu.

3. Penyehatan Makanan dan Minuman

A. Prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan

setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar

agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada

dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah

dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip sanitasi

makanan dan minuman adalah teori praktis mengenai pengetahuan,

sikap dan perilaku manusia mengenai kesehatan kebersihan dan

keamanan dalam memilih, meracik, mengolah dan menyajikan

makanan.

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara

dan melindungi subjeknya seperti melindungi kebersihan tangan,

melindungi kebersihan alat-alat makan.

Page 14: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara

dan melindungi kebersihan lingkungan untuk mendukunng upaya

subyek, misalnya menyediakan tempat atau air bersih untuk

mendukung kebersihan tangan dan alat-alat makan.

Pengertian dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan

adalah pengendalian terhadap 4 faktor higiene sanitasi makanan,

yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan

makanan. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut dapat

menimbulkan ganguan kesehatan penyakit atau keracunan

makanan maka perlu dilakukan analisis mengenai rangkaian

kegiatan dari faktor-faktor tersebut. Enam faktor prinsip higiene

sanitasi makanan meliputi :

a. Pemilihan bahan makanan

Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan adalah

darimana sumber makanan itu berasal. Beberapa hal dalam

pemilihan sumber makanan yang baik :

1. Untuk pemilihan daging ternak, sebaiknya memilih di

Rumah Pemotongan Hewan (RPH).

2. Sayuran yang baik adalah sayuran yang masih segar, tidak

busuk, tidak terdapat gigitan hewan maupun manusia, dan

bebas dari kotoran atau tanah.

3. Untuk buah-buahan keadaan fisiknya baik, warna sesuai

dengan bawaan atau tidak ada warna tambahan, tidak

berbau busuk, dan tidak ada cairan lain selain getah asli

dari buah sendiri.

b. Penyimpanan bahan makanan

Penyimpanan makanan bertujuan untuk mencegah

terjadinya kerusakan dengan mengendalikan pencemaran oleh

bakteri. Seperti penyimpanan sejuk dengan suhu 10-15°C untuk

jenis minuman, buah dan sayuran.

c. Pengolahan makanan

Page 15: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Pengolahan makanan adalah proses perubahan bentuk dari

bahan mentah menjadi makanan siap santap. Dalam pengolahan

makanan yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari

tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan makan dan minum,

wadah makanan, rak penyimpanan, dan sarana penyajiannya.

d. Penyimpanan makanan masak

Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak

dan sangat disukai oleh bakteri. Penyimpanan untuk makanan

masak sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam keadaan

tertutup, dengan suhu untuk makanan basah di bawah 10°C dan

harus dipanaskan kembali sebelum disajikan.

e. Pengangkutan makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan

dalam mencegah terjadiya pencemaran makanan. Makanan siap

santap lebih rawan terhadap pencemaran daripada makanan metah

sehingga perlakuan dalam pengangkutan harus ekstra hati-hati.

Bila makanan yang diangkut menggunakan wadah, usahakan agar

wadah itu bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain.

f. Penyajian makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari

perjalanan makanan. Makanan siap santap dikatakan layak santap

bilamana makanan menurut lima indera manusia itu baik.

B. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

a. Lokasi

Lokasi harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang

diakibatkan oleh mikroorganisme, alam, manusia atau hewan.

Kriteria dari pencemaran sangat tergantung kepada arah

pencemaran yang mungkin terjadi seperti arah angin dan aliran air.

b. Konstruksi

Kontruksi untuk TPM sendiri harus kuat, aman, dan

terpelihara sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan dan

pencemaran. Konstruksi juga harus selalu bersih secara fisik dan

Page 16: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan secara

tidak beraturan.

c. Lantai

Lantai sebagai TPM harus bersih, kering, tidak mudah

rusak, tidak lembab, tidak ada retakan, tidak licin, dan tahan

terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Antara lantai dan

dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati)

dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan.

d. Ventilasi

Keadaan ruangan harus lembab dengan suhu antara 280C-

320C. Ventilasi dapat dibuat secara alamiah dengan membuat

lubang penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa

lubang tetap atau lubang incidental seperti jendela yang bisa

dibuka dan ditutup.

e. Tempat cuci tangan

Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat

cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air

kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun, dan

pengering.

f. Air bersih

Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh

kegiatan pengelolaan makanan. Air bersih secara fisik adalah

jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman

penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu sebelum

digunakan.

C. Tempat sampah

Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap

air, dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai

kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan

makanan jadi yang cepat membusuk.

D. Sepuluh prinsip pokok WHO untuk Keamanan Makanan

a. Pilih makanan yang sudah diproses

Page 17: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

b. Memasak makanan dengan sempurna

c. Santap makanan segera

d. Simpanlah makanan masak dengan benar

e. Panasi kembali makanan dengan benar

f. Cegah kontak makanan dengan bahan mentah

g. Cuci tangan sesering mungkin

h. Jaga kebersihan permukaan dapur secermat mungkin

i. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan binatang lain

j. Pergunakan air bersih

E. Pencegahan pencemaran makanan

Upaya pencegahan pencemaran makanan adalah suatu upaya untuk

memproduksi makanan yang sehat dan bersih agar layak dikonsumsi.

a) Tahap pemilihan

Pilih bahan makanan yang masih segar, utuh, tidak retak atau

pecah, terutama makanan yang cepat busuk. Bahan makanan

seperti sayuran yang tidak terdapat bolong-bolong patut dicurigai

telah tercemar pestisida.

b) Tahap penyimpanan

Bahan makanan yang cepat busuk disimpan di tempat yang khusus,

usahakan terdapat sirkulasi udara, untuk bahan lainnya disimpan

pada tempat yang tidak dapat terjangkau tikus, serangga, dan

binatang pengganggu lainnya.

c) Tahap pengolahan makanan

Hal-hal yang diperhatikan dalam tahapan ini adalah :

1. Pencucian bahan bahan dan alat-alat sebelum digunakan ke

tahap selanjutnya

2. Subjek yang melakukan pengolahan makanan harus bersih

dan tidak sednag sakit.

3. Masaklah bahan makanan pada suhu tertentu sesuai dengan

jenis bahan makanan.

4. Gunakan secukupnya bahan tambahan pada makanan

Page 18: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

5. Gunakan peralatan yang tidak mudah berkarat, dan tidak

terbuat dari bahan yang dapat bereaksi dengan asam.

d) Tahap pengangkutan

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ini khusus, tidak

digunakan untuk mengangkut barang lain selain makanan.

e) Tahap penyajian

Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, alat makan

bersih, dan terdapat sirkulasi udara. Pencucian dan tindakan

pembersih bakteri pada peralatan makan dan masak.

Diagram dibawah ini menujukkan pentingnya pengunaan alat-alat makan

dari perusahaan penyediaan makanan di dalam penyebaran penyakit. Infeksi usus

dan alat pernafasan mungkin disebarkan oleh alat makan yang kurang bersih.

Keterangan gambar : cara-cara penyebaran penyakit pernafasan dan penyakit perut pada

penyediaan makanan. Panah bolak-balik menunjukkan

kemungkinan perjalanan bahan yang menular dalam masing-

masing arah.

Dari diagram tersebut terlihat pentingnya air pencuci. Dia bisa menjadi

perantara penularan penyakit dan berbahaya bagi pekerja-pekerja yang sering

udara

makanan

Tamu/pengelola

makanan yang

terifeksi

Orang sehatludah tangan

Alat-alat

Air pencuci alat-alatBuangan dari

usus

Page 19: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

D

esinfeksi

memasukkan tangannya ke dalam air tersebut, kecuali jika air tersebut cukup

panas atau mengandung zat-zat anti bakteri. Semua pencucian dilakukan dengan

tangan, harus dikerjakan dengan 3 tahap pencucian, yaitu :

1. Pembilasan atau pencucian sisa-sisa makanan untuk menjaga supaya air

bilasan pencucian tetap bersih.

2. Pencucian dengan air yang panasnya 110-120oC dengan sabun atau

detergen.

3. Pembilasan kembali yang disertai proses pembersihan bakteri

Menurut pengamatan yang kami lakukan, didapatkan bahwa penyediaan

air bersih yang disediakan oleh pemerintah sangat terbatas dan tidak memenuhi

syarat air bersih secara fisik. Maka warga memilih untuk memanfaatkan air hujan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak untuk dikonsumsi adalah

dengan pemberian Kapur tohor Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium

hidroksida merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf . Kapur tohor

(quick lime) dihasilkan daribatu gamping yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan

pada suhu 6000 C – 9000 C. Kapur tohor ini apabila disiram dengan air

secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked quicklime)

dengan mengeluarkan panas (Sukandarrumidi, 1999 : 44).

Kapur tohor merupakan anhidrida basa, dan apabila bereaksi dengan air

akan terjadi kapur padam atau kalsium hidroksida. Larutan kapur tohor

mengeluarkan banyak panas, bersifat basa agak keras, dan mudah menarik gas

asam arang dari udara, sehingga air mudah menjadi keruh. Larutan kapur tohor

juga merupakan pengikat asam – asam nabati (Setyowati , 2000 : 24).

Selanjutnya cara untuk mengolah air bersih agar tidak terjadi endapan

adalah dengan melakukan filtrasi. Berikut langkah-langkah umum proses

pengolahan air pada tingkat rumah tangga.

Penyaringan

Penyimpanan dan pendiaman

Filtrasi

Page 20: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

1. Penyaringan

Menuangkan air melewati sepotong kain yang bersih akan

menghilangkan sejumlah endapan lumpur dan tanah. Kain yang digunakan

harus bersih karena bila kotor akan menambah pencemaran. Kain dapat dicuci

dengan sabun dan air bersih.

2. Penyimpanan dan pendiaman

Saat air disimpan dengan aman selama sehari, lebih dari 50% bakteri

akan mati. Selain itu, selama penyimpanan endapan tanah dan beberapa

patogen akan berada di dasar wadah. Wadah yang digunakan untuk

penyimpanan harus tertutup untuk mencegah kontaminasi ulang, namun harus

memiliki leher yang cukup lebar untuk memudahkan pembersihan secara

berkala.

3. Filtrasi

Filtrasi adalah mengalirkan air yang tercemar melalui media berpori

(contohnya pasir). Proses tersebut mempergunakan prinsip pembersihan alami

dari tanah. Contoh metode yaitu mengunakan filtrasi pasir sederhana. Filter

seperti ini dapat dibuat dari drum berukuran 200 liter. Sebuah lapisan filter

yang terbuat dari pasir kasar (sedalam kurang lebih 0.3 m) atau biji-bijian

yang berdiameter antara 3-4 mm, dan ditahan oleh kerikil yang ditutupi oleh

baki logam yang berlubang-lubang. Kecepatan filtrasi efektif dari filter ini

dapat mencapai 230 liter per jam.

4. Desinfeksi

Desinfeksi merupakan proses yang menjamin air minum bebas dari

organisme berbahaya maupun patogen. Terdapat berbagai cara disinfeksi

di tingkat rumah tangga:

a. Desinfeksi dengan merebus

Air setidaknya harus direbus hingga mendidih selama 5 menit tapi

sebaiknya sampai 20 menit. Kualitas air yang lebih baik dapat diperoleh

dengan menyimpan air yang telah direbus dengan cara seperti yang

dijelaskan pada bagian ‘Penyimpanan dan pendiaman.

b. Desinfeksi dengan klorin

Page 21: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Klorin merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan untuk

mendisinfeksi air minum karena mudah digunakan, efektivitasnya dapat

diukur, mudah didapat dan relative murah. Terdapat beberapa sumber

klorin untuk penggunaan rumah tangga; dalam bentuk cairan, bubuk

dan tablet. Klorin biasanya tersedia di rumah tangga sebagai cairan

pemutih (sodium hypochlorite), biasanya dengan konsentrasi klorin 1%.

Cairan pemutih dijual dalam botol atau sachets. Klorin harus

ditambahkan dalam jumlah cukup untuk menghancurkan semua kuman

namun tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi rasa air.

c. Desinfeksi dengan cahaya matahari

Sinar ultra violet dari matahari dapat dipergunakan untuk

menonaktifkan dan menghancurkan patogen yang terdapat dalam air.

Isi wadah plastik transparan dengan air dan jemur dengan sinar

matahari secara menyeluruh selama kurang lebih 5 jam (atau dua hari

penuh bila langit berawan). Desinfeksi timbul sebagai kombinasi dari

radiasi dan pemanasan. Jika temperatur air mencapai setidaknya 50oC,

waktu penjemuran cukup 1 jam.

Page 22: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

B. Karangka Teori

PASCA BENCANA

Faktor – faktor :

1. Kondisi bangunan & Peralatan

2. Penyediaan Air bersih

3. Kondisi makanan dan minuman

Penyehatan makanan dan minuman Tercegahnya

penyakit

1. Kondisi bangunan & peralatan rumah tangga rusak

2. Penyediaan air bersih terbatas

3. Kondisi makanan & minuman tidak

sesuai dengan syarat kesehatan

1. Filtrasi2. Kapur

Tohor

1. Tempat pengolahan makan (TPM)

2. Penyehatan makanan3. Pencegahan pencemaran

makanan4. Makanan yang baik dan

sehat5. Cuci tangan yang benar

Kesehatan Keluarga Menurun

Keluarga sehat

Terbatasnya pasokan air

bersih & matinya sumber

air

Page 23: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Judul Penelitian

Mewujudkan Pola Keluarga Hidup Sehat dengan

Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana

Merapi di Umbulharjo Yogyakarta.

B. Jenis Penelitian

Study kepustakaan dan observasi.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-24 Desember 2010.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap penyiapan pertanyaan.

2. Tahap penentuan sampel.

3. Tahap pelaksaan penelitian.

4. Tahap penyelesaian.

E. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah:

Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman,

yang berjumlah 45 orang dari 45 kepala keluarga (KK).

Alasan memilih sampel tersebut, karena:

1. Lokasi yang terkena dampak Merapi cukup parah.

2. Banyaknya warga yang sudah pulang ke rumah masing-

masing dari pengungsian.

3. Lokasi yang kekurangan sumber air bersih.

F. Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yaitu pengisian

angket yang diberikan peneliti untuk sampel.

G. Angket yang Diujikan

Page 24: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA

MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA

Lingkari jawaban dari pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat

Anda!

A. PENGETAHUAN

1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?

a. Dengan sabun

b. Dengan air bersih dan digosok beraturan

2. Apa kriteria makanan sehat menurut anda?

a. Empat sehat lima sempurna

b. Makanan yang bersih

3. Apa yang anda lakukan untuk menjaga kesehatan keluarga

anda pasca bencana?

a. Membersihkan tempat tinggal

b. Makan-makanan yang bergizi

B. SIKAP

1. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun?

a. Ya

b. Tidak

2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci sayuran pasca

bencana?

a. Air bantuan pemerintah.

b. Air hujan.

3. Bagaimana kriteria air siap dikosumsi pada proses perebusan?a. Panas

b. Timbul gelembung

C. PRAKTIK

1. Berapa kali anda mandi dalam sehari pasca bencana?

a. 1 kali

Page 25: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

b. 2 kali

2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci peralatan masak

pasca Merapi?

a. Air bantuan pemerintah

b. Air hujan

3. Apakah anda mencuci tangan ketika akan makan dengan

sendok?

a. Ya

b. Tidak

Page 26: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A. Pengetahuan

1. Cara mencuci tangan yang baik

a. 71,13% menyatakan menggunakan sabun.

b. 28,87% menyatakan dengan cara air bersih dan

digosok beraturan.

2. Kriteria makanan sehat

a. 100% menyatakan terpenuhinya empat sehat lima

sempurna.

3. Cara untuk menjaga kesehatan keluarga pasca bencana

a. 68,9% menyatakan dengan membersihkan tempat

tinggal.

b. 31,1% menyatakan dengan makan makanan yang

bergizi.

B. Sikap

1. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

a. 88,8% menyatakan tidak mencuci tangan dengan

sabun.

b. 11,1% menyatakan mencuci tangan dengan sabun.

2. Mencuci sayuran pasca bencana

a. 100% menyatakan mencuci sayuran dengan air bersih

bantuan pemerintah.

3. Kriteria air yang mendidih

a. 100% menyatakan jika air sudah ada gelembungnya.

C. Perilaku

1. Berapa kali mandi pasca bencana

a. 75,56% menyatakan 1 kali mandi dalam sehari.

b. 24,44% menyatakan 2 kali mandi dalam sehari

Page 27: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

2. Mencuci peralatan masak pasca bencana

a. 66,67% menyatakan dengan air hujan.

b. 33,33% menyatakan dengan air bersih bantuan

pemerintah.

3. Kebiasaan mencuci tangan ketika akan makan

a. 100% menyatakan mencuci tangan jika makan

dengan tangan langsung ( tanpa sendok).

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Warga Dusun Tangkisan belum melaksanakan pola hidup sehat

pasca bencana Merapi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan

warga yang menyimpang dari perilaku hidup sehat, yaitu:

a. Cara mencuci tangan yang salah. Warga tidak tahu

bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar,

71,1% warga menyatakan bahwa mereka mencuci

tangan dengan sabun, namun mereka tidak mengetahui

bagaimana langkah mencuci tangan yang benar. Cara

mencuci tangan yang benar dengan sabun cair menurut

WHO,2005 :

1. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah

dengan air mengalir.

2. Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang

telah basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun

diratakan dengan kedua telapak tangan.

3. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan

kanan digosok diatas punggung tangan kiri dan

sebaliknya, kedua telapak tangan digosok dengan

jari saling mengait, kedua ibu jari di gosok dengan

cara menggenggam dan memutar, serta bagian

pergelangan tangan kiri digosok dengan cara

menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan

tangan kiri digosok dengan mengunakan tangan

Page 28: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

kanan dan sebaliknya. Jari – jari sisi dalam dari

kedua tangan dalam keadaan saling mengunci.

4. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15

detik.

5. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih.

6. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih (sekali

pakai) sampai benar-benar kering.

7. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang

dilapisi oleh tisu.

Jadi mencuci tangan yang benar itu tidak hanya

sekedar menggunakan sabun saja, tetapi kita juga

harus tahu bagaimana langkah penggosokan dan

pembilasannya. Sehingga tujuan dari mencuci

tangan, yaitu untuk menghilangkan kotoran dari

kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah

mikroorganisme, dapat terwujud.

b. 100% warga menyatakan tidak pernah mencuci tangan

dengan sabun. Padahal sabun dalam proses mencuci

tangan sangat penting karena sabun dapat

menghilangkan lapisan berminyak yang mengikat

bakteri pada permukaan.

c. 75,56% warga menyatakan mereka mandi satu kali

dalam sehari pasca bencana merapi. Mereka melakukan

hal itu karena kurangnya bantuan air bersih dari

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

pemerintah hanya menyediakan 5 tower air untuk

memenuhi kebutuhan air 45 kepala keluarga (KK).

Persediaan air bersih yang minim inilah yang

mengharuskan mereka mandi satu kali dalam sehari.

d. 100% warga menyatakan mencuci tangan jika mereka

akan melakukan makan yang langsung dengan tangan

(tanpa sendok). Kesadaran mencuci tangan warga masih

Page 29: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

sangat rendah, padahal mencuci tangan secara higienik

atau rutin, akan mengurangi kotoran dan flora yang ada

di tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen.

Selain itu mencuci tangan adalah cara yang efektif

untuk mematahkan mata rantai infeksi.

2. Warga Dusun Tangkisan perlu mengadakan perbaikan dalam

penyehatan makanan dan minuman. Cara perbaikan penyehatan

makanan dan minuman pasca Merapi ini dapat dimulai dengan

merubah kebiasaan buruk warga dalam pengolahan makanan dan

minuman, yaitu dengan cara:

a. Merubah pemahaman warga tentang kriteria

makanan sehat, karena 100% warga menyatakan bahwa

makanan yang sehat adalah makanan yang memenuhi

empat sehat lima sempurna, padahal makanan sehat tidak

hanya ditinjau dari kandungan gizinya saja, melainkan

dari segi kebersihan saat mengolah dan menyajikan juga

perlu diperhatikan.

Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya

adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah

dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip

sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis

mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku manusia

mengenai kesehatan, kebersihan dan keamanan dalam

memilih, meracik, mengolah dan menyajikan makanan.

b. Merubah kebiasaan warga dalam mencuci sayuran

atau bahan makanan dan peralatan masak dengan air

hujan, karena air hujan tidak baik untuk kesehatan karena

bersifat asam sehingga dapat menyebabkan peralatan

makan menjadi korosif dan dapat mengkontaminasi bahan

makanan yang akan dimasak.

Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak

untuk dikonsumsi adalah dengan pemberian Kapur tohor

Page 30: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida

merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf .

Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gamping

yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan pada suhu 6000C –

9000C. Kapur tohor ini jika disiram dengan air secukupnya

akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked

quicklime) (Sukandarrumidi, 1999 : 44).

c. Merubah kebiasaan warga mengenai kriteria air yang

mendidih sehingga layak dikonsumsi. 100% warga

menyatakan bahwa air yang sudah mendidih dan layak

dikonsumsi adalah ketika proses perebusan terdapat

gelembung.

Prosedur yang benar ketika perebusan adalah

menunggu air terdapat gelembung, kemudian tunggu

selama 15 menit setelah terdapat gelembung pada air,

baru api dapat dimatikan dan air dapat dikonsumsi.

Pada proses perebusan air akan terdapat endapan

karena alat yang digunakan warga untuk memasak tidak

bersih, mereka menggunakan air hujan sebagai sarana

mencuci alat memasak. Sehingga air yang disediakan

pemerintah perlu dilakukan filtrasi untuk menghilangkan

endapan. Pembuatan filtrasi sederhana dapat dilakukan

dengan cara membuat penyaring sederhana yang tersusun

dari kerikil, arang, pasir, dan ijuk. Setelah dilakukan

filtrasi diamkan selama 10 menit untuk memperoleh hasil

yang sempurna.

Page 31: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Kabupaten

Sleman, belum melakukan pola keluarga hidup sehat pasca

bencana Merapi. Kurangnya pengetahuan warga akan

kesehatan makanan dan minuman menyebabkan mereka

kurang memperhatikan hal-hal yang sederhana seperti

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

2. Minimnya bantuan air bersih dari pemerintah dan matinya

sumber mata air menyebabkan warga mandi satu kali dalam

sehari dan membersihkan alat-alat makan dengan air hujan

sehingga kondisi kesehatan warga rentan terhadap penyakit.

3. Kurangnya pengetahuan warga tentang penyehatan

makanan dan minuman secara benar mengakibatkan

makanan terkontaminasi mikroorganisme penyebab

penyakit yang bisa menyerang tubuh.

B. Saran-saran

1. Menanamkan kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar

hendaknya dilakukan sejak dini oleh orang tua terhadap

anak-anaknya, karena cuci tangan adalah hal sederhana

untuk menghilangakan kotoran dan meminimalisasi kuman

yang ada dengan menggunakan air.

2. Untuk mengatasi keterbatasan air bersih yang diberikan

pemerintah, warga dapat memanfaatkan air hujan yang

ditampung dengan menambahkan kapur tohor, sehingga

kandungan asam yang terkandung air hujan dapat

berkurang.

Page 32: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

3. Untuk mengatasi air bersih bantuan pemerintah yang terdapat

endapan, dapat diatasi dengan membuat alat filtrasi sederhana

untuk tingkat rumah tangga, yang terbuat dari susunan kerikil,

arang, pasir dan ijuk.

4. Memberikan pemahaman kepada warga tentang pentingnya

makanan yang sehat dan cara pengolahan yang benar. Karena

makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap

saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar

bermanfaat bagi tubuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pengolahan makanan adalah:

a. Pemilihan bahan makanan

Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan

adalah darimana sumber makanan itu berasal.

b. Penyimpanan bahan makanan

Sebaiknya makanan disimpan pada suhu 10-15°C

agar tidak terjadi kerusakan.

c. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses

perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi

makanan siap santap. Dalam pengolahan makanan

yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari

tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan

makan dan minum, wadah makanan, rak

penyimpanan, dan sarana penyajiannya.

d. Penyimpanan makanan masak

Penyimpanan untuk makanan masak

sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam

keadaan tertutup, dengan suhu untuk makanan

basah di bawah 10°C dan harus dipanaskan kembali

sebelum disajikan.

e. Pengangkutan makanan

Page 33: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Pengangkutan makanan yang sehat akan

sangat berperan dalam mencegah terjadiya

pencemaran makanan. Bila makanan yang diangkut

menggunakan wadah, usahakan agar wadah itu

bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain.

f. Penyajian makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian

akhir dari perjalanan makanan. Makanan siap santap

dikatakan layak santap bilamana makanan menurut

lima indera manusia itu baik.

Page 34: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

DAFTAR PUSTAKA

Charles, R.H.G.1998.Jasaboga Untuk Umum.Jakarta:Depkes

Departemen Kesehatan RI.2004.Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi

Makanan & Minuman.Jakarta:Depkes

Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.1998.Opini Pembangunan

Keluarga Sejahtera.Jakarta

Merapi_Heddy_Shri_Ahnisa_Putra.pdf

Setiono, kusdwiratri, Johan S. Mashjur, Anna Alisyabana.1998.Manusia,

Kesehatan & Lingkungan. Bandung:PT. Alumni

Sukarni, maryati.1994.Kesehatan Keluarga & Lingkungan.Yogyakarta:Kanisius

www.wikipedia.com

Page 35: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Lampiran I

BIODATA PENELITI

1. Nama : Eko Agus Purnomo

Kelas : Non Reguler

NIM : P07133110055

Tingkat : I

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

2. Nama : Astari Juwita Ningtyas

Kelas : Non Reguler

NIM : P07133110045

Tingkat : I

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

3. Nama : Sri Karyati

Kelas : Non Reguler

NIM : P07133110091

Tingkat : I

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Page 36: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Lampiran III

Saat pengisian kuisioner dengan metode wawancara kepada penduduk

setempat.

Tempat penampungan air bersih yang disediakan pemerintah

Page 37: Lkti. Phbs Pasca Bencana Merapi

Tempat penampungan air hujan pasca bencana Merapi

Rumah warga Dusun Tangkisan Pasca Bencana Merapi