lkip 2017 pusjasa recovered -...
TRANSCRIPT
Praktik membaca dan diseminasi pengetahuan pada masa kolonial
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT JASA PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI PERPUSTAKAAN NASIONAL TAHUN 2017
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun anggaran 2017 dapat diselesaikan dengan baik. Selain disusun sebagai bahan pertanggungjawaban atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017 sesuai dengan program dan indikator kinerja utama yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Perpustakaan Nasional RI Tahun 2015-2019, laporan ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
LAKIP ini memberikan ulasan rinci mengenai kemajuan yang dicapai oleh Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi. Di samping itu LAKIP ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, penyusunan program, kegiatan dan petunjuk operasional yang bersifat teknis, khususnya di dalam layanan bahan pustaka, kerjasama perpustakaan dan daya dukung otomasi perpustakaan pada tahun-tahun yang akan datang.
Kami ucapkan terima kasih atas segala dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak atas tenaga, fikiran dan koordinasi yang baik sehingga LAKIP ini dapat disusun dan diterbitkan. Kami berharap semoga LAKIP ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2017 Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Dra. Titiek Kismiyati, M.Hum NIP 195809171983012001
ii
Gagasan inspiratif para tokoh kebangsaan tentang literasi
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI merupakan wujud pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pencapaian visi dan pelaksanaan misi organisasi. Laporan ini menguraikan sasaran dan permasalahan strategis seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2015-2019 dan menjelaskan perencanaan kinerja sesuai dengan Perjanjian Kerja Pusjasa Tahun 2017 serta menyajikan hasil analisis terhadap pengukuran kinerja yang meliputi capaian dan akuntabilitas kinerja.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi dibantu oleh tiga Unit Kerja Eselon 3, yaitu:
1. Bidang Layanan Koleksi Umum 2. Bidang Layanan Koleksi Khusus
3. Bidang Kerja Sama dan Otomasi Perpustakaan
Sesuai dengan Perjanjian Kerja Tahun 2017, keempat unit kerja di lingkungan Pusat Jasa Perpustakaan memiliki sasaran program/ kegiatan yaitu (1) Terselenggaranya layanan erpustakaan yang prima, (2) terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno, (3) terlaksananya jejaring nasional perpustakaan, (4) Terlaksananya pengemba-ngan layanan perpustakaan berbasis TIK, (5) Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan, dan (6) Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 yang dilakukan sesuai dengan Perjanjian Kinerja tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2017 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1 2 3 4 5 6
Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi
Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan
1.240.000 orang
5.321.048 orang
429,1%
Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno
10 naskah 10 naskah
100%
Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK
20 perpustakaan
20 perpustakaan
100%
Pengembangan TIK Perpusnas
1 paket 1 paket
100%
Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan
3 kali 3 kali
100%
Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan
6 dokumen 6 dokumen
100%
4
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI 5
BAB I 8
PENDAHULUAN 8 Latar Belakang 8 Struktur Organisasi 8 Sumber Daya Manusia 9 Isu Strategis 11 Internal 11 Eksternal 11 Akses dan Pemanfaatan Perpustakaan Belum Optimal 11 Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) 11 Knowledge Mobilization 13 Landasan Hukum 14 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja 14
BAB II 16
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 16 Perencanaan Kinerja 16 Tujuan 17 Sasaran 18
BAB III 20
PENCAPAIAN DAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2017 20 Pengukuran Capaian Kinerja 20 Capaian Kinerja terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2017 20 Sasaran Strategis 1 Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima 20 Sasaran Strategis 2 Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno 21 Sasaran Strategis 3 Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan 22 Sasaran Strategis 4 Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK 22 Sasaran Strategis 5 Terlaksananya kerja sama teknis di bidang perpustakaan 23 Sasaran Strategis 6 Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi 23 Indikator Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi 24 IKU 1. Jumlah pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan nasional 24 Perpustakaan Penelitian 28 Program Inovatif berbasis TIK 30 Kepuasan Pemustaka 34 IKU 2. Jumlah Alih Bahasa dan Alih Aksara Naskah Kuno 37 IKU 3. Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK 40 IKU 4. Pengembangan TIK Perpusnas 1 IKU 5. Terlaksananya kerja sama antar perpustakaan 46 1. Pelaksanaan Kerja Sama bidang Perpustakaan melalui Nota Kesepahaman 46 2. Partisipasi dalam Organisasi Profesi 50 A. International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) 50
6
B. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia 57 IKU 6. Jumlah Dokumen Kebijakan di Lingkungan Pusjasa 59 Capaian Kinerja Tahun 2017 Terhadap Renstra Tahun 2015-2019 59 Akuntabilitas Kinerja 61
BAB IV 62
PENUTUP 62 Kesimpulan 62 Saran 64 Lampiran 1. Akuntabilitas Keuangan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi 2017 65
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2017 .................... iii Table 2. Sumber Daya Manusia di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi ....................... 10 Tabel 3. Sumber Daya Manusia berdasarkan bidang jabatan fungsional ............................ 10 Tabel 4. Sasaran Strategis Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 ................. 18 Tabel 5. Capaian Kinerja Pusjasa Tahun 2017 ................................................................. 20 Tabel 6.Penelitian Naskah berdasarkan Bahasa ............................................................... 21 Tabel 7. Jumlah Perpustakaan Berdasarkan Jenis dan Provinsi ......................................... 22 Tabel 8. Capaian IKU 1 Tahun 2017 ............................................................................... 24 Tabel 9. Perbandingan antara realisasi indikator kinerja pemustaka .................................. 24 Tabel 10. Jumlah Pemustaka yang memanfaatkan Layanan On-Line ................................. 25 Tabel 11. Jumlah Anggota Tahun 2017 .......................................................................... 26 Tabel 12. Pemustaka yang memanfaatkan E-Resources ................................................... 29 Tabel 13. Kenaikan Jumlah Pemustaka E-Resources ........................................................ 29 Table 14. Kegiatan penunjang peningkatan jumlah pemustaka ........................................ 32 Tabel 15. Skala Penilaian Kepuasan Pemustaka ............................................................. 34 Table 16. Persentase Peningkatan Alih Bahasa dan Alih Aksara Naskah Kuno .................... 38 Tabel 17 Hasil alih aksara dan alih bahasa naskah kuno oleh Perpusnas ........................... 39 Tabel 18. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016-2017 terhadap Renstra 2015-2019 ... 39 Tabel 19. Capaian Kinerja IKU 3 Tahun 2017 .................................................................. 41 Table 20. Daftar Perpustakaan yang difasilitasi TIK ........................................................... 2 Tabel 21. Pengembangan TIK 2017 ................................................................................. 1 Tabel 22. Progress Pengembangan TIK Perpusnas 2015-2017 ......................................... 60 Tabel 23. Akuntabilitas Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2015-2017 . 61
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi .............................. 9 Gambar 2. Skema Mobilisasi Pengetahuan oleh Perpustakaan .......................................... 13 Gambar 3. Presiden Jokowi saat Membuka Gedung Baru Perpusnas di Merdeka Selatan, 14
September 2017 .................................................................................................... 28 Gambar 4. Acara Malam Penggalangan Dana Omah Munir yang menghasilkan 900 juta untuk
kegiatan pembelaan HAM di Indonesia. ................................................................... 28 Gambar 5. Ruang baca pemustaka naskah Nusantara ..................................................... 30 Gambar 6. Tampilan antar Muka iPusnas ........................................................................ 31 Gambar 7. Layanan Online Perpustakaan Nasional RI ...................................................... 37 Figure 8. Portal Pernaskahan Nusantara Perpusnas ......................................................... 38 Gambar 9. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan Kemenkumham
............................................................................................................................ 49
7
Gambar 10. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan Kementerian Pertahanan RI ....................................................................................................... 49
Gambar 11. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan Universitas Al-Ghifari ................................................................................................................... 50
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Anggota Perpustakaan 2017 ............................................................................. 26 Grafik 2. jumlah pengguna aktif iPusnas tahun 2017 ........................................................ 31 Grafik 3. Jumlah buku koleksi iPusnas yang dipinjam pada tahun 2017. ............................ 32 Grafik 4. Kepuasan terhadap unit layanan secara total, dan bagi kelompok mahasiswa,
umum, dan pelajar ................................................................................................. 35 Grafik 5 Target peningkatan alih aksara dan alih bahasa sampai 2019 .............................. 40
8
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam rangka reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan akuntabilitas ini dilaksanakan dengan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP). LKIP merupakan instrumen yang digunakan oleh instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi. LKIP terdiri dari komponen-komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja. LKIP Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi yang selanjutnya akan menggunakan istilah Deputi I, menjelaskan tentang pengukuran kinerja dan evaluasi yang dipaparkan sesuai dengan hasil analisis terhadap pengukuran kinerja tahun 2016. Tujuan penyajian LKIP ini adalah untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada Kepala Perpustakaan Nasional atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Selain itu, LKIP ini disajikan juga sebagai bahan referensi dalam upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi Deputi I guna meningkatkan kinerjanya. Acuan kerja Pusat Jasa Perpustakaan dan lnformasi didasarkan pada Keputusan Kepala Perpustakaan No. 3 tahun 2001. Menurut nomenklatur tersebut, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan layanan perpustakaan dan informasi. Untuk menunjang tugas tersebut, Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi melaksanakan fungsi : (a) pelaksanaan layanan koleksi umum dan khusus, (b) pelaksanaan bimbingan pemakai, (c) pelaksanaan pameran dan promosi, dan (d) pelaksanaan kerja sama dan otomasi perpustakaan.
Struktur Organisasi Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut di atas, maka Pusat Jasa Perpustakan dan Informasi membagi tugas kepada 3 Bidang dan 2 Sub Bidang dengan uraian sebagai berikut:
1. Bidang Layanan Koleksi Umum
Mempunyai tugas melaksanakan layanan koleksi umum (Pasal 59). Dalam melaksanakan tugas tersebut, bidang ini menyenggarakan fungsi (pasal 60) sebagai berikut: a. Pelaksanaan layanan koleksi umum dan
rujukan; b. Pelaksanaan layanan terjemahan dan
konsultasi perpustakaan.
2. Bidang Layanan Koleksi Khusus Mempunyai tugas melaksanakan layanan koleksi khusus (Pasal 61). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, bidang ini menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan layanan koleksi bahan
pustaka naskah kuno, buku langka, audio visual, dan peta lukisan;
b. Pelaksanaan layanan terjemahan dan transliterasi (alih aksara) dan konsultasi perpustakaan.
3. Bidang Kerjasama Perpustakaan dan
Otomasi Mempunyai tugas melaksanakan kerja sama perpustakaan dalam dan luar negeri, pengelolaan pangkalan data nasional, dan pelaksanaan dan pengembangan sistem otomasi perpustakaan (Pasal 63). Dalam
9
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, bidang ini menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan kerjasama perpustakaan
dalam dan luar negeri; b. Pengelolaan pangkalan data
perpustakaan lingkup nasional; c. Pembinaan dan pengembangan otomasi
perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI;
d. Pengelolaan website dan jaringan intranet;
e. Pengembangan format komunikasi Indonesia Machine Readable Cataloguing (INDOMARC).
Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Otomasi memiliki dua sub bidang, yaitu Sub Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Sub
Bidang Otomasi Perpustakaan (pasal 65). Menurut pasal 66, ayat 1, Sub Bidang Kerjasama Perpustakaan mempunyai tugas penyiapan bahan dan melakukan kerjasama perpustakaan dalam dan luar negeri. Pada ayat 2, Sub Bidang Otomasi Perpustakaan mempunyai tugas melakukan pengelolaan pangkalan data perpustakaan lingkup nasional, pembinaan dan pengembangan otomasi perpustakaan, pengelolaan website dan jaringan intranet serta mengembangkan format komunikasi data Indonesia Machine Readable Cataloguing (INDOMARC).
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi terdiri dari satuan unit kerja sebagaimana tampak pada bagan di bawah ini.
Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang kinerja lembaga, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional memiliki 126 sumber daya manusia,
yang tersebar dalam tiga eselon III. Sebaran SDM berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
10
Table 2. Sumber Daya Manusia di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Strata Pendidikan
KSPO LKU LKK TOTAL
S3 1 0 0 1
S2 2 8 5 16 S1 25 30 14 69
Diploma 3 13 6 22
SMA 0 11 7 18
TOTAL 31 62 32 125
Keterangan KSPO: Kerja sama Perpustakaan dan Otomasi LKU: Layanan Koleksi Umum LKK: Layanan Koleksi Khusus
Adapun sebaran Sumber Daya Manusia berdasarkan bidang jabatan fungsional (umum
dan khusus) dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. Sumber Daya Manusia berdasarkan bidang jabatan fungsional Jabatan KSPO LKU LKK TOTAL
Struktural 3 1 1 5 Pustakawan 13 45 19 77
Pranata Komputer 6 0 0 6 Administrasi Umum 9 17 8 34 Filolog 0 0 3 3 Total 31 63 32 125
11
Isu Strategis
Isu strategis merupakan kondisi yang menjadi prioritas dalam perbaikan sebuah organisasi di masa mendatang. Pada unit organisasi Deputi I, beberapa isu strategis yang menjadi prioritas baik internal maupun eksternal, sebagai berikut: Internal
a. Alih aksara dan alih bahasa serta pendayagunaan naskah kuno Indonesia belum optimal.
b. Jumlah perpustakaan di Indonesia yang ikut serta dalam jejaring perpustakaan masih rendah.
c. Daya tampung ruangan tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah koleksi dan pengunjung.
d. Layanan untuk berkebutuhan khusus (difabel) belum tersedia.
e. Kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa masih rendah.
f. Koleksi yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Eksternal Akses dan Pemanfaatan Perpustakaan Belum Optimal
Perpustakaan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, menyediakan beragam jenis sumber informasi baik cetak, tertulis maupun terekamdapat menciptakan suatu tatanan masyarakat pembelajar apabila dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat. Pada era global saat ini, kebutuhan informasi masyarakat semakin berkembang dan beragam. Tuntutan layanan informasi yang cepat, murah, dan tepat menjadi tantangan bagi perpustakaan. Oleh karena itu, penyediaan sumber informasi sudah bertransformasi dari bentuk tercetak menjadi bentuk elektronik. Perluasan dan jangkauan layanan perpustakaan perlu dilakukan secara terstruktur dan masif. Berbagai sumber informasi
yang disediakan harus dapat mendukung perpustakaan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pelestarian, dan penguatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta sebagai sarana rekreasi pemustaka. Perpustakaan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat berperan penting dalam mendukung pendidikan seumur hidup (life-long education) menuju terwujudnya masyarakat unggul, cerdas, kritis dan inovatif yang berbasis pada budaya keilmuan. Saat ini pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat masih belum optimal, ditandai dengan jumlah kunjungan masyarakat yang memanfaatkan potensi perpustakaan masih relatif rendah. Oleh karena itu, perpustakaan harus mampu meningkatkan jumlah pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan dengan berbagai upaya yang inovatif dan kreatif. Upaya tersebut wajib dilakukan, walaupun keberadaan perpustakaan dari segi kuantitas maupun kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat.
Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Perkembangan pengelolaan perpustakaan di berbagai belahan dunia belakangan ini dihadapkan pada satu konsep pengelolaan perpustakaan bertaraf internasional (world class library). Konsep world class library menekankan pada kualitas layanan dan juga kuantitas koleksi karya-karya ilmiah di dalamnya. Menurut Princeton Review Gourman di Amerika, ada beberapa kriteria yang dapat menjadi indikator dalam mengukur dan mengkategorikan perpustakaan menjadi world class library, yang berorientasi pada: (a) Services and collection (pelayanan dan koleksi); (b) Accessibility (aksesibilitas); (c) Variety of literary offerings (keanekaragaman literatur yang disediakan); (d) Comfort and availability of reading/studying
12
spaces (kenyamanan membaca); dan (e) User satisfaction (kepuasan pemustaka). Informasi terbaru mengenai fokus perhatian utama dunia dalam hal pengelolaan perpustakaan dari hasil International Conference of Academic Libraries tanggal 12-15 February 2013 di New Delhi, India menekankan pada:
− Moving libraries to the web (computer and
internet approach). Salah satu isu hangatnya adalah pengembangan konsep world digital library yang menekankan pada pengelolaan literatur dan koleksi perpustakaan berbasis pada e-library sebagai salah satu kriteria mewujudkan world class library. Sebagai contoh, penerapan Machine Readable Cataloging (MARC) dalam merekam berbagai jenis literatur;
− Menciptakan standar bersama qualitative performance dalam hal layanan perpustakaan;
− Mendesain sistem kolaborasi internasional dalam hal pengelolaan koleksi perpustakaan (international collaboration);
− Pengembangan minat dan bakat (talent development) bagi siapa saja yang tertarik pada dunia perpustakaan. Pengembangan kompetensi pustakawan melalui jejaring pustakawan internasional yang salah satunya diprakarsai oleh International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) melalui sejumlah programnya; dan
− Perubahan strategi manajemen pengelolaan perpustakaan.
Lebih lanjut, konsep pengelolaan
perpustakaan menuju world class library juga menjadi salah satu topik utama dalam kongres UNESCO Experts Meeting on the World Digital Library tanggal 1 Desember 2005. Dalam kongres tersebut dibicarakan dan digalakkan konsep world digital library: “Digital library is a managed collection of information, with associated services, where the information is stored in digital formats and accessible over a network. A crucial part of this definition is that the information is managed”. Perpustakaan digital berfokus pada penyediaan
dan penyimpanan data berupatulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan mendistribusikannya melalui jaringan komputer. Dalam kongres yang juga melibatkan Indonesia tersebut, disepakati bahwa perpustakaan digital merupakan salah satu indikator menuju perpustakaan kelas dunia. Dalam kontekskawasan Asia Tenggara, Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL) menyadari adanya tuntutan untuk melakukan pengelolaan perpustakaan menuju world class library. Di dalam tuntutan tersebut, CONSAL berfokus kepada sumber daya manusia atau pustakawan yang ada di perpustakaan itu sendiri. CONSAL menyadari bahwa pustakawan sebagai bagian dari pelaku pendidikan harus mampu menyesuaikan diri, baik melalui peningkatan profesionalisme maupun peningkatan kemampuan berjejaring dalam rangka memperkuat hubungan dengan sesama pustakawan di tingkat nasional dan regional. Jejaring ini penting agar para pustakawan di Asia Tenggara mampu memperkuat diri dalam menghadapi "serbuan" pelaku pendidikan dari luar Asia Tenggara. Adapun fokus program CONSAL sebagai berikut: − Pengembangan kompetensi dan jejaring
pustakawan di tingkat Asia Tenggara; − Pelestarian, pengelolaan dan
pendayagunaan Perpustakaan; dan − Mobile library.
Di kawasan regional, terdapat pula International Conference on Asia Pasific Digital Librariesyang berfokus pada: (a) optimalisasi investasi pengembangan perpustakaan berbasis TIK (optimalization of ICT investment); (b) menjalin kerjasama inter dan antar institusi agar terjadi interaksi pertukaran informasi dari negara yang kaya informasi ke negara yang miskin informasi (information resource sharing); (c) mengembangkan digital library yang berisi konten digital perpustakaan agar bisa dimanfaatkan secara bersama seperti library devices, supporting languages, cataloging people, building collections, web, information visualization, search technology, service structures; (d)
13
mengadakan pelatihan sumber daya manusia (SDM) perpustakaan seperti exchange librarians yang berkelanjutan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bisa digunakan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan terutama perubahan/ perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Konsep world class library menekankan pada kualitas layanan dan kuantitas koleksi dengan kemudahan akses melalui pemanfaatan TIK dan membangun jejaring perpustakaan (library networking),namun dalam kenyataannya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada berbagai jenis perpustakaan belum optimal. Dalam ranah internasional, tantangan perpustakaan adalah memastikan peran dalam penyediaan akses ke informasi kepada semua masyarakat secara merata, sebagaimana tertuang dalam Lyon Declaration on Access to Information and Development yang dicanangkan pada pelaksanaan IFLA WLIC tahun 2014 di Lyon, Prancis. Deklarasi ini menggarisbawahi wacana pentingnya akses terhadap informasi untuk
dimasukkan ke dalam kerangka pembangunan PBB tahun 2015 dan seterusnya. Knowledge Mobil ization Knowledge Mobilization (KMb) adalah istilah umum yang mencakup berbagai aktifitas yang berkaitan dengan produksi dan penggunaan hasil penelitian, termasuk sintesis pengetahuan, diseminasi, transfer, pertukaran, dan penciptaan bersama atau produksi bersama oleh para peneliti dan pengguna pengetahuan. (The Social Sciences and Humanities Research Council of Canada). KMb adalah proses pengalihan pengetahuan ke dalam suatu kegiatan yang langsung memiliki manfaat seluas-luasnya. Perpustakaan harus bergerak dalam usaha mobilisasi pengetahuan sehingga memberikan dampak nyata terhadap masyarakat. Dengan demikian, berbagai perangkat untuk memberikan kepastian sebuah program memberikan outcome yang signifikan perlu dibangun. Skema mekanisme Knowledge Mobilization oleh Perpusnas dapat dilihat pada grafik di bawah.
Gambar 2. Skema Mobilisasi Pengetahuan oleh Perpustakaan
14
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya rekam;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah-Simpan Karya Rekam dan Pengelolaan Karya Rekam Film Cerita/ Film Dokumenter;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;
6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Perpustakaan NasionalRI Nomor 1 Tahun 2012;
9. Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 84 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Perpustakaan Nasional 2015 – 2019.
S istematika Penyajian Laporan Kinerja Secara garis besar sistematika penyajian Laporan Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi 2017 diuraikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Bab ini menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. Bab I I Perencanaan Kinerja Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. Bab I I I Akuntabi l i tas K inerja Bab ini menyajikan capaian dan akuntabilitas kinerja organisasi. Bab IV Penutup Bab ini memberikan kesimpulan dan rekomendasi perbaikan kinerja di masa mendatang.
15
16
BAB I I PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Perencanaan Kinerja Rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan, cara mencapai tujuan, dan sasaran yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Dalam rangka mencapai tujuan layanan perpustakaan seperti yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka pada periode tahun 2015-
2019 telah ditetapkan prioritas nasional di bidang perpustakaan. Berdasarkan prioritas pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Bab 2 tentang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama, khususnya pada arah kebijakan dan strategi sebagai berikut:
“Meningkatkan budaya gemar membaca, melalui: (a) penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai wahana pembelajar sepanjang hayat dan sarana pendukung proses belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi, (b) penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, dan (c) pembudayaan kegemaran membaca; Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan, baik kapasitas dan akses, maupun utilitas, melalui: (a) peningkatan ketersediaan layanan perpustakaan secara merata; (b) peningkatan kualitas dan keberagaman koleksi perpustakaan termasuk naskah kuno; (c) peningkatan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; dan (d) pengembangan kompetensi dan profesionalitas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan”.
V ISI
Visi Perpustakaan Nasional RI adalah:
“Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan” dengan semboyan:
INDONESIA GEMAR MEMBACA 2019
MISI Dalam upaya pencapaian terhadap visi Perpustakaan Nasional RI, maka misi yang akan dicapai
dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan koleksi nasional yang lengkap dan mutakhir. 2. Mengembangkan diversifikasi layanan perpustakaan berbasis TIK. 3. Mengembangkan perpustakaan yang menjangkau masyarakat luas. 4. Mewujudkan tenaga perpustakaan yang kompeten dan professional. 5. Menggalakkan sosialisasi/promosi/pemasyarakatan gemar membaca. 6. Mengembangkan infrastruktur Perpustakaan Nasional yang modern.
17
Tujuan Berdasarkan visi, misi, dan potensi serta permasalahan dalam pembangunan dan pengembangan bidang perpustakaan di Indonesia, tujuan pembangunan dan pengembangan di bidang perpustakaan yang ingin dicapai Perpustakaan Nasional RI adalah: 1. Menggerakkan masyarakat gemar membaca
dalam mewujudkan masyarakat yang kreatif dan inovatif berbasis pengetahuan, ditandai dengan:
a. Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Propinsi, dan Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota melakukan promosi/sosialisasi pembudayaan kegemaran membaca.
b. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berperan aktif dalam gerakan pembudayaan kegemaran membaca dengan memberdayakan perpustakaan.
c. Provinsi, Kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan yang sudah memiliki perpustakaan membentuk kelompok pembaca aktif.
2. Mendorong perkembangan semua jenis
perpustakaan sesuai standar dalam mendukung pembelajaran sepanjang hayat bagi masyarakat, ditandai dengan: a. Mendorong penyelenggaraan
perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan.
b. Perpustakaan Provinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan memiliki perpustakaan model.
c. Satuan pendidikan, Perguruan Tinggi dan lembaga Pemerintah/Swasta mengembangkan perpustakaan.
d. Perpustakaan Nasional RI membangun gedung fasilitas layanan perpustakaan dan gedung fasilitas pendidikan dan pelatihan perpustakaan.
3. Meningkatkan kualitas dan diversifikasi
layanan perpustakaan berbasis TIK, ditandai dengan: a. Perpustakaan Nasional, Perpustakaan
Provinsi,dan Perpustakaan Umum
Kabupaten/Kota menyiapkan layanan pemustaka berkebutuhan khusus (difabel).
b. Setiap perpustakaan mengembangkan jejaring kerjasama perpustakaan dan layanan terintegrasi berbasis TIK.
c. Perpustakaan Nasional, PerpustakaanProvinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota mengembangkan layanan perpustakaan keliling dan layanan perpustakaan di pusat kegiatan masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
perpustakaan, ditandai dengan: a. Perpustakaan memiliki
pustakawandan tenaga teknis perpustakaan yang cukup.
b. Setiap pustakawan dan tenaga ahli bidang perpustakaan memiliki sertifikat kompetensi.
c. Perpustakaan menjamin pengembangan kompetensi tenaga perpustakaan melalui pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional perpustakaan.
5. Mengembangkan dan melestarikan koleksi
nasional dalam mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat sesuai dengan karakter bangsa, ditandai dengan:
a. Perpustakaan Nasional mengkoleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam sebagai hasil budaya bangsa yang diterbitkan di Indonesia dan/atau tentang Indonesia yang diterbitkan di luar negeri.
b. Perpustakaan Provinsi dan Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota mengkoleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam yang diterbitkan di daerahnya dan/atau tentang daerahnya.
c. Perpustakaan Nasional menginventarisasi, mengorganisasikan, dan membantu mengalihmediakan naskah kuno yang dimiliki masyarakat/lembaga serta
18
mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada di luar negeri.
d. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno.
e. Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Provinsi, dan Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota mengembangkan koleksi perpustakaan dalam rangka mendukung science park and techno park.
6. Mengembangkan infrastruktur layanan
Perpustakaan Nasional yang modern, ditandai dengan: a. Terbangunnya gedung layanan
Perpustakaan Nasional yang modern. b. Rintisan pengembangan
perpustakaan model. c. Pembangunan gedung sarana dan
prasarana Diklat Perpustakaan.
Sasaran Dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan dan pengembangan perpustakaan Indonesia dalam kurun waktu 2015-2019, sasaran strategis yang ditargetkan Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kegemaran membaca. 2. Pengembangan semua jenis
perpustakaan. 3. Peningkatan kualitas dan diversifikasi
layanan perpustakaan. 4. Peningkatan kualitas SDM
perpustakaan. 5. Peningkatan koleksi nasional dan
pelestarian koleksi warisan dokumenter budaya bangsa Indonesia.
6. Peningkatan sarana dan prasarana
Perpustakaan Nasional yang modern.
Rencana Strategis Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi 2015-2019 pada hakikatnya merupakan pernyataan komitmen bersama mengenai upaya terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja serta cara pencapaiannya. Sebagai bagian dari kedeputian, setiap Pusat/Direktorat memberikan dukungan pelaksanaan program kedeputian dalam pencapaian visi, misi, tujuan,dan sasaran organisasi. Dalam mencapai visi dan misi organisasi, Rencana Strategis Perpustakaan Nasional 2015-2019 mengamanatkan program, outcome/output, indikator kinerja, dan target pembangunan Pusjasa. Target tersebut dapat dilihat pada Tabel ....
Tabel 4. Sasaran Strategis Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
1 2
3
4
5
6
Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi
Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK Pengembangan TIK Perpusnas Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan
19
Festival Dongeng Internasional 2017 yang diselenggarakan di Perpusnas
20
BAB I I I PENCAPAIAN DAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2017
Pengukuran Capaian Kinerja Capaian dan akuntabilitas kinerja Deputi I Perpustakaan Nasional RI tahun 2017 merupakan analisis dari proses pelaksanaan tugas dan fungsi, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan Perjanjian Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2016 dan Rencana Strategis Deputi I Tahun 2015-2019.
Capaian Kinerja terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pusat Jasa Tahun 2017 dengan realisasinya.
Tingkat capaian kinerja Deputi I tahun 2016 secara keseluruhan berdasarkan hasil pengukurannya terhadap target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi I Tahun 2016 dapat diilustrasikan dalam Tabel ...
Tabel 5. Capaian Kinerja Pusjasa Tahun 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1 2 3 4 5 6
Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi
Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan
1.240.000 orang
5.321.048 orang
429,1%
Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno
10 naskah 10 naskah
100%
Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK
20 perpustakaan
20 perpustakaan
100%
Pengembangan TIK Perpusnas
1 paket 1 paket
100%
Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan
3 kali 3 kali
100%
Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan
6 dokumen 6 dokumen
100%
Sasaran Strategis 1 Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima Perpustakaan Nasional memiliki fungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan,
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring
21
perpustakaan. Peningkatan kualitas layanan Jasa Perpustakaan dan Informasi termasuk ke dalam program pengembangan perpustakaan.Layanan kepada pemustaka merupakan tujuan setiap perpustakaan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 4: “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Peningkatan kualitas layanan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor geografis, sosial dan budaya Indonesia. Dengan pertimbangan tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan layanan melalui penyediaan koleksi yang lengkap dan mutakhir; akses layanan yang cepat dan mudah; serta terbangun jejaring perpustakaan untuk perluasan jaringan layanan yang merata. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 7 yang mewajibkan Pemerintah untuk menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air.
Sasaran Strategis 2 Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno Untuk menjalankan fungsinya sebagai perpustakaan pelestari, upaya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno diselenggarakan oleh unit kerja Pusat jasa dan Informasi. Program pelestarian terutama menyangkut konten naskah kuno yang belum diketahui masyarakat luas melalui kegiatan alih-aksara, alih bahasa dan kajian naskah kuno. Naskah kuno mengandung berbagai informasi penting yang harus diungkap dan disampaikan kepada masyarakat. Tetapi, naskah-naskah kuno yang ada di Nusantara biasanya ditulis dalam
aksara non-Latin dan bahasa daerah. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri dalam memahami naskah. Salah satu cara untuk mengungkap dan menyampaikan informasi yang terkandung di dalam naskah kepada masyarakat adalah melalui penelitian filologi. Dibandingkan dengan jumlah naskah yang tersedia, jumlah penelitian naskah, baik berupa alih aksara, terjemahan, maupun kajian analisis dari berbagai sudut pandang keilmuan jumlahnya jauh lebih sedikit. Saat ini penelitian naskah kuno masih sangat minim. Hingga tahun 2000, tercatat hanya berhasil dilaksanakan 1.103 penelitian naskah Nusantara sebagaimana nampak pada Tabel berikut.
Tabel 6.Penelitian Naskah berdasarkan Bahasa No Jenis Naskah Jumlah 1 Aceh 61 2 Banjar 7
3 Batak 12 4 Bugis 81 5 Gorontalo 2 6 Jawa 247 7 Melayu 303 8 Minang 83
9 Sasak 15 10 Sunda 292 Jumlah 1103
Sumber, Ekadjati (2000). Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
22
Sasaran Strategis 3 Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan Dengan adanya jumlah perpustakaan di Indonesia sebanyak 154.359 perpustakaan, jejaring perpustakaan dapat tercipta melalui pemanfaatan perpustakaan secara digital. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat Perpusnas
menjalankan fungsi sebagai pusat jejaring. Berikut adalah tabel jumlah perpustakaan sebagai potensi pemanfaatan perpustakaan melalui jejaring nasional.
Tabel 7. Jumlah Perpustakaan Berdasarkan Jenis dan Provinsi NO Kepulauan Perpustakaan
Umum Khusus Sekolah Perguruan Tinggi
Jumlah
1 Sumatera 8,384 952 26,713 429 36,478 2 Jawa 5,881 3,621 63,245 1,434 74,181
3 Kalimantan 2,038 1,202 8,674 178 12,092 4 Sulawesi 3,009 679 13,023 209 16,920
5 Bali dan Nusa Tenggara 1,478 544 7,967 122 10,111
6 Maluku 694 56 583 25 1,358 7 Papua 2,127 78 982 31 3,218
Jumlah 23,611 7,132 121,187 2,428 154,359
Sumber: Pusat pengembangan dan Pengkajian Minat Baca, Perpusnas, 2016.
Sasaran Strategis 4 Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 12 ayat 1, pasal 14 ayat 3, pasal 22 ayat 3, pasal 38 ayat 1 mengamanatkan bahwa perlunya dukungan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kinerja layanan perpustakaan dan mewujudkan perpustakaan ideal berbasis TIK. Perkembangan TIK sekarang ini sangatlah pesat dan berperan penting untuk menjadi sarana akses perpustakaan secara digital. Ada beberapa potensi diperlukannya pengembangan TIK sebagai perwujudan perpustakaan berbasis digital, diantaranya adalah: 1. Jumlah layanan perpustakaan
Dengan adanya jumlah layanan peprustakaan seperti yang terlihat pada Tabel 1.4.1 dengan rata-rata jumlah pengunjung perpustakaan dalam satu tahun sebesar 83.218, Jumlah pengunjung perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 4. Oleh karena itu, pengembangan
TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung layanan perpustakaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Undang-undang RI nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.
2. Penerapan TIK saat ini Penerapan TIK Perpustakaan saat ini dapat dilihat dari infrastruktur TIK yang terdiri dari:
a. Data Center dan Data Recovery Center b. Infrastruktur jaringan 40Gbps – 100
Gbps c. Pengembangan aplikasi perpustakaan
yaitu Inlislite Enterprise dan Inliste
3. Pembinaan jejaring perpustakaan, yang terdiri dari:
23
a. 34 propinsi dan 450 Kabupaten Kota penerima bantuan TIK
b. Perguruan Tinggi dan instansi 4. Sebagai pusat rujukan jurnal penelitian di
Indonesia Perpustakaan nasional sebagai pembina perpustakaan di Indonesia menjalankan
fungsinya dengan melaksanakan amanah untk menjadi pusat rujukan jurnal penelitian, maka dari itu kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dikembangkan untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pencarian jurnal penelitian untuk masyarakat Indonesia.
Sasaran Strategis 5 Terlaksananya kerja sama teknis di bidang perpustakaan Untuk menunjang fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai Pusat Jejaring Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI melaksanakan kerja sama dengan lembaga mitra. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2000 tentang Perpustakaan Nasional RI, dinyatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan kerja sama dengan badan atau lembaga baik pemerintah maupun swasta serta organisasi kepustakawanan di dalam maupun di luar negeri. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 42, Perpustakaan Nasional RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian bertugas antara lain membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan untuk meningkatkan layanan kepada pemustaka. Kerja sama Perpustakaan Nasional RI dengan lembaga lain dilakukan secara kelembagaan oleh pimpinan Perpustakaan Nasional RI dengan pimpinan lembaga lainnya, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Kerja sama perpustakaan dituangkan dalam satu perjanjian yang merupakan pengaturan lebih lanjut agar pelaksanaan dari nota kesepahaman memiliki kekuatan hukum.
Tujuan kesepahaman kerja sama Perpustakaan adalah :
1) Memberikan layanan informasi yang bermanfaat langsung pada masyarakat.
2) Memperluas jaringan layanan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
3) Mempermudah dan mempercepat layanan informasi kepada masyarakat.
4) Meningkatkan akses koleksi perpustakaan melalui pertukaran data/ koleksi.
Kegiatan kerjasama antar perpustakaan bertujuan untuk mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara Perpustakaan Nasional RI dengan perpustakaan dan/atau lembaga lain di dalam dan luar negeri. Kerja sama tersebut diimplementasikan melalui berbagai kegiatan pengembangan layanan dan koleksi perpustakaan sehingga pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan diversifikasi layanan perpustakaan yang berbasis TIK.
Dampak dari adanya kerjasama dengan lembaga/instansi lain baik dari dalam maupun luar negeri yang didasari oleh pembuatan MoU adalah meningkatnya kunjungan ke Perpustakaan Nasional dan perpustakaan rekan, bertambahnya jumlah anggota jejaring perpustakaan, meningkatnya akses koleksi serta berkembangnya jumlah katalog induk nasional.
Sasaran Strategis 6 Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah dokumen kebijakan NSPK yang mengatur baik secara strategis maupun teknis pengelolaan jasa layanan perpustakaan dan informasi yang
bertujuan mempermudah dan memberikan kepastian atas setiap kebijakan. Dokumen-dokumen ini diharapkan dapat menjadi acuan
24
bagi Perpustakaan Umum lain di Indonesia dalam menerapkan kebijakan layanannya.
Indikator Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Berdasarkan penjelasan tersebut, Perpustakaan Nasional menetapkan sasaran program/kegiatan yaitu Meningkatnya Koleksi Perpusnas serta Layanan Perpustakaan yang Mudah Dijangkau. Sasaran program/kegiatan ini dicapai melalui enam indikator kinerja, yaitu:
IKU 1. Jumlah pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan nasional Salah satu indikator tingginya minat baca masyarakat suatu bangsa antara lain dapat dilihat melalui minat pemustaka untuk memanfaatkan perpustakaan. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan (Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007). Pemanfaatan fasilitas ini dapat dilakukan secara langsung (onsite) maupun secara tidak langsung melalui jaringan internet (online). Demi mencapai visi Perpustakaan Nasional “Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan”, berbagai upaya pemberdayaan perpustakaan perlu dilakukan untuk
meningkatkan jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan. Ruang lingkup pemustaka dalam indikator kinerja ini mencakup pemanfaatan masyarakat atas layanan Perpustakaan Nasional, baik secara langsung (onsite) maupun tidak langsung (online). Indikator kinerja ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan dalam rangka meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan bangsa. Pencapaian indikator kinerja pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan dapat disajikan dalam Tabel ...
Tabel 8. Capaian IKU 1 Tahun 2017 No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
2017
Target Real isasi Capaian (%)
1 Meningkatnya koleksi Perpusnas serta layanan perpustakaan yang mudah dijangkau
Pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan
1.240.000 orang
5.321.048 orang
429,1
Di dalam Renstra 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, target jumlah pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan adalah 1.240.000 orang, sementara realisasi yang dicapai adalah 5.215.881 pemustaka. Dengan demikian, persentase capaian indikator kinerjanya mencapai 429,1% atau melampaui
target. Jumlah tersebut ditunjang oleh jumlah pemustaka online sebesar 5.217.898 pemustaka dan jumlah pemustaka onsite sebesar 103.150 pemustaka. Perbandingan antara realisasi indikator kinerja pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan pada tahun 2016 dan 2017 disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 9. Perbandingan antara realisasi indikator kinerja pemustaka No. Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Realisasi
2015
2016
2017
Naik (%)
1 Terwujudnya layanan Jumlah 2.696.202 3.923.870 5.217.898 35,6%
25
perpustakaan dan jejaring nasional perpustakaan
pemustaka yang memanfaatkan Perpusnas
orang orang orang
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan pada tahun 2015 berjumlah 2.696.202 pemustaka, sedangkan pada tahun 2016 berjumlah 3.923.870 pemustaka, dan tahun 2017 berjumlah 5.217.898 orang pemustaka. Dengan demikian, jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan mengalami kenaikan sebesar 35,6%. Hal ini ditunjang oleh kenaikan jumlah pemustaka online yang jumlah pemustakanya meningkat cukup signifikan. Tabel ... menunjukkan bahwa jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan pada tahun 2016 berjumlah …. pemustaka, sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 3.923.870 pemustaka. Dengan demikian, jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan mengalami kenaikan sebesar 45,53%. Hal ini ditunjang oleh kenaikan jumlah pemustaka online sebesar 45,91% dan kenaikan jumlah pemustaka onsite sebesar 31,77%, sebagaimana yang tersaji pada Tabel 11.
Keberhasilan Perpustakaan Nasional dalam meningkatkan kualitas layanan tidak terlepas dari upaya untuk menjaga kepercayaan Pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Nasional. Sebagaimana tertuang dalam Renstra 2015-2019, salah satu upaya peningkatan kualitas
dan diversifikasi layanan perpustakaan berbasis TIK dapat ditandai dengan kesiapan perpustakaan mengembangkan jejaring kerjasama perpustakaan dan layanan terintegrasi berbasis TIK. Hal ini merujuk pada Undang-undang No.43 tahun 2007 pasal 14 ayat (2) “Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar nasional perpustakaan”, ayat (6) “Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antarperpustakaan”, dan ayat (7) “Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan melalui jejaring telematika”. Teknologi Informasi dan Komunikasi telah menjadi faktor penentu dalam peningkatan akses layanan Perpustakaan Nasional sehingga jumlah Pemustaka yang memanfaatkan meningkat secara signifikan. Untuk mencapai target ini, Perpustakaan Nasional menyediakan 17 jenis layanan on-line yang dapat dijadikan indikator jumlah pemustaka serta banyak dimanfaatkan oleh Pemustaka dari seluruh Indonesia. Layanan-layanan tersebut telah berkontribusi terhadap tingginya angka pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan sebagaimana terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Pemustaka yang memanfaatkan Layanan On-‐Line
No Nama Layanan 2016 2017 Fluktuasi (%)
Grafik
1 Indonesia One Search 1.354.243 867.134 -‐35,97 Turun
2 KIN 458.289 1.471.334 221,05 Naik
3 Pernaskahan Nusantara 3.163 1.764 -‐44,23 Turun
4 BNI 28.724 11.445 -‐60,16 Turun
5 Candi di Indonesia 263.343 398.921 51,48 Naik
6 Deposit 41.136 42.668 3,72 Naik
7 Batavia Digital 41.244 24.153 -‐41,44 Turun
8 Dokumentasi Perfilman 78.325 53.362 -‐31,87 Turun
26
10 Pusaka Indonesia 3.024 5.198 71,89 Naik
11 Pengunjung portal e-‐resources 575.585 622.737 8,19 Naik
12 Pengunjung produk e-‐resources 392.901 410.753 4,54 Naik
13 Sastra Perpusnas 9219 8.669 -‐5,97 Turun
14 Situs Kepustakaan Presiden 218.527 118.942 -‐45,57 Turun
15 Portal Web www.perpusnas.go.id 340.950 603.083 76,88 Naik
16 iPusnas 18.555 54.480 193,61 Naik
17 OPAC Perpusnas 0 521.238 New Available
18 Pemustaka onsite 94.626 103.150 35,01 Turun
Total 3.923.870 5.217.898 34,54 Naik
Yang perlu mendapatkan sorotan adalah data kunjungan on-site ke Perpusnas yang mengalami kenaikan. Pada tahun 2016, jumlah pemustaka yang berkunjung berjumlah 94.626 orang, mengalami kenaikan menjadi 103.150 orang. Hal
ini disebabkan terutama dibukanya layanan Perpustakaan di Gedung Merdeka Selatan.
Jumlah Anggota Perpustakaan juga mengalami perkembangan signifikan. Pada tahun 2017 jumlah anggota mencapai 233.124 orang, sebagaimana tampak pada tabel di bawah.
Tabel 11. Jumlah Anggota Tahun 2017 No Periode Jumlah 1 Januari 33 377 2 Februari 18 306 3 Maret 26 680 4 April 14 927 5 Mei 11 310 6 Juni 5 744 7 Juli 4 950 8 Agustus 8 131 9 September 23 966 10 Oktober 54 650 11 November 18 289 12 Desember 12 794
Total 233 124
Grafik 1. Anggota Perpustakaan 2017
27
Jika kita melihat diagram di atas, puncak peningkatan jumlah anggota terjadi pada bulan Oktober 2017, satu bulan setelah gedung baru Perpusnas di Merdeka Selatan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Keberhasilan ini tidak terlepas dari posisi strategis Perpusnas di jantung Ibu kota, peran media dan branding Perpusnas sebagai Perpustakaan tertinggi di dunia dan menyediakan banyak fasilitas layanan. Setelah diresmikan, media-media cetak, on-line, televisi dan radio menyiarkan profil tentang Perpusnas. Dokumentasi peliputan antara lain dapat dilihat melalui pranala berikut: 1. Najwa Shihab:
https://www.youtube.com/watch?v=FwcVflOEwqM
2. Antara News, “Mengintip Gedung Baru Perpusnas” https://www.youtube.com/watch?v=GFZ8mkjOX7M
3. Short #TripTrap: Perpusnas RI Baru, Museum Perpusnas, Ruang Baca RI 1
https://www.youtube.com/watch?v=SkF4CLFcteA
4. Berita Satu. Travel Notes: Sehari Seru di Perpusnas #1
https://www.youtube.com/watch?v=QxMyB-OtxTc
5. Metro Siang 16 September 2017: https://www.youtube.com/watch?v=LqQKJ0gqnu4
6. Perpustakaan Nasional Tertinggi di Dunia - NET12: https://www.youtube.com/watch?v=sIH_IctqzH4
7. Detik com: https://www.youtube.com/watch?v=VrwBVxV1QHc
8. Detikcom. Serunya lihat monas dari lantai 24 Perpusnas. https://www.youtube.com/watch?v=R-7UdDQqh_M
9. Kumparan. Inside Perpustakaan Nasional, https://www.youtube.com/watch?v=CdkqjBJ6RUM
10. The Jakarta Post: https://www.youtube.com/watch?v=dVoLdDcbaqY
11. On The Spot Trans 7 Terbaru 22 Desember 2017, https://www.youtube.com/watch?v=8_Q8DMyLhrs
12. Media Indonesia, Era Baru Perpustakaan Nasional, https://www.youtube.com/watch?v=fY4-M2ZiaEI
Adanya gedung baru Perpusnas dengan lokasinya yang strategis di jantung ibukota dan berbagai fasilitasnya, telah menjadikannya sebagai tempat pertemuan literasi, berbagi pengetahuan, yang produktif dan inklusif. Kegiatan bergengsi yang telah diselenggarakan di Perpusnas, antara lain Festival Dongeng Internasional (4-5 November 2017), Konser Penggalangan dana Omah Munir untuk tokoh aktivis HAM MUNIR pada tanggal 5 Desember 2017 (Beritanya: https://nasional.tempo.co/read/1039837/konser-penggalanagan-dana-omah-munir-dapat-rp-900-juta), hingga penyelenggaraan Yap Thiam Hien Award (24 Januari 2018).
28
Gambar 3. Presiden Jokowi saat Membuka Gedung Baru Perpusnas di Merdeka Selatan, 14 September 2017
Gambar 4. Acara Malam Penggalangan Dana Omah Munir yang menghasilkan 900 juta untuk kegiatan pembelaan HAM di Indonesia.
Perpustakaan Penelit ian Salah satu segmen pemustaka adalah peneliti. Untuk melayani kebutuhan para peneliti,
Perpusnas telah mengembangkan sarana E-Resources yang dapat diakses secara gratis oleh
29
para pemustaka. Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan ini terus bertambah, menandakan bahwa fasilitas ini telah dimanfaatkan oleh para pemustaka. Jumlah
pemustaka yang memanfaatkan penelitian-penelitian ilmiah di E-Resources berjumlah 410.753 orang pada tahun 2017, sebagaimana tampak pada table di bawah.
Tabel 12. Pemustaka yang memanfaatkan E-‐Resources No Produk E-‐Resource Jml
Pemustaka No Produk E-‐Resource Jml.
Pemustaka
1 ProQuest 122259 17 Lexis Nexis 4916
2 Balai Pustaka 46184 18 Taylor and Francis 9724 3 EBSCO 44918 19 Alexander Street Video 3224 4 Indonesia Heritage 30366 20 Ulrich Web 1040
5 Cambridge University Press 20929 21 Books Inprint 0
6 SAGE 15,843 22 Columbia University Press 1472
7 Alexander Street Press 15513 23 IFLA Journal 0
8 Digital Angkasa 7108 24 University of California Press 1416 9 American Library Association 10330 25 Nias Press 1325
10 ebrary 10742 26 Business Expert Press 1198 11 KITLV 11028 27 Amsterdam University Press 1247 12 myilibrary 9340 28 ASTD 1098
13 Cengage Learning 6216 29 Royal Institute of British Architects
1449
14 IGI Global 6338 30 Liverpool University Press 1035 15 Westlaw Next 2058 31 ISEAS 838
16 Brill 6079 32 University of Hawaii Press 395 33 Princeton University Press 0 JUMLAH PEMUSTAKA 410.753
Tabel 13. Kenaikan Jumlah Pemustaka E-‐Resources 2016 2017 Kenaikan
392.901 410.753 4,54 %
30
Gambar 5. Ruang baca pemustaka naskah Nusantara
Program Inovatif berbasis TIK Program unggulan inovatif yang perlu dikemukakan untuk menunjang jumlah pemustaka adalah layanan iPusnas. iPusnas adalah Aplikasi Perpustakaan (ePustaka) yang dilengkapi dengan eReader untuk membaca eBook dan fitur media sosial, dimiliki oleh Perpustakaan Nasional dan PT Woolu Akasara
Maya (Aksaramaya) sebagai pengembang aplikasi. Konten e-book dapat diunduh secara gratis melalui Play Store untuk Android. Appstore untuk IOS dengan kata kunci “iPusnas” dan melalui Website di www.ipusnas.id format hybrid yang diakses menggunakan PC/laptop.
31
Gambar 6. Tampilan antar Muka iPusnas
Program ini cukup banyak menyedot minat masyarakat terhadap budaya baca, terbukti dari jumlahnya yang meningkat signifikan dari 18.555 orang menjadi 54.480 orang pada tahun 2017 (lihat grafik 2) atau mengalami kenaikan sebesar
193%. Buku yang dipinjam pun mencapai 55000 judul dalam satu bulan pada bulan November 2017, dengan kata lain sekitar 1850 buku dipinjam setiap harinya.
Grafik 2. jumlah pengguna aktif iPusnas tahun 2017
32
Grafik 3. Jumlah buku koleksi iPusnas yang dipinjam pada tahun 2017.
Capaian ini ditunjang salah satunya oleh terpenuhinya output 13 kegiatan yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran 2017 di lingkungan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi.
Table 14. Kegiatan penunjang peningkatan jumlah pemustaka No Kegiatan Target satuan capaian 1 Pameran temporer di Perpustakaan
Nasional 2 kali 100
2 Promosi Layanan Melalui Sahabat Perpustakaan Nasional
4 kali 100
3 Pameran Bersama Lembaga Lainnya 4 kali 100
4 Sosialisasi Layanan Bimbingan E-‐Resources dan Kunjungan
12 bulan 100
5 Festival Naskah Nusantara ke III 1 kali 100 6 Seminar Naskah Kuno Nusantara di
Daerah (Cirebon) 1 kali 100
7 Book Fair 1 kali 100 8 Kebutuhan Perpindahan Koleksi ke
Merdeka Selatan 1 kali 100
9 Sosialisasi dan Promosi Layanan Perpusnas
1 kali 100
10 Keanggotaan Layanan Perpustakaan Nasional RI
12 bulan 100
11 Layanan Mobil Pusteling 12 bulan 100
12 Layanan Informasi Melalui Media Sosial 5000 hlm 100
13 Layanan Informasi Website Pernaskahan Nusantara
1000 hlm 100
33
Kendala dan permasalahan dapat ditelusuri berdasarkan pada dua jenis cara pemustaka memanfaatkan perpustakaan, yaitu secara online dan onsite. Pertama, jumlah pemustaka pada layanan-layanan yang berbasis online mengalami peningkatan. Kendala yang dihadapi adalah beberapa layanan belum dimanfaatkan dengan baik dan beberapa lagi mengalami penurunan tingkat pemanfaatan. Respon masyarakat terhadap keberadaan gedung Perpusnas sangat positif. Jumlah Pemustaka dapat terus ditingkatkan pada tahun 2018 dengan memperhatikan beberapa aspek di bawah ini.
1. Menambah meja operator dan petugas layanan keanggotaan. Jumlah antrian dalam satu hari terkadang tidak dapat terlayani dengan keberadaan meja operator layanan keanggotaan.
2. Mengevaluasi sistem otomasi layanan on-line dengan mempertimbangkan lebih matang tentang prilaku pengguna (user behavior).
3. Melakukan upaya publikasi melalui berbagai media, terutama media sosial melalui pengelolaan isu yang efektif seperti branding hashtag #ayokeperpusnas.
Dengan demikian, perlu diupayakan sosialisasi dan promosi yang efektif baik melalui media sosial maupun media komunikasi lainnya. Selain daripada itu, perlu diusahakan pemutakhiran konten setiap layanan agar selalu menampilkan informasi aktual terkait dengan bidang layanan masing-masing. Peningkatan jumlah anggota perlu terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sarana gedung baru dan promosi yang efektif baik melalui media maupun pelibatan aktif masyarakat melalui komunitas-komunitas potensial.
34
Kepuasan Pemustaka Kepuasan pemustaka adalah respon dari prilaku yang ditunjukkan oleh pemustaka dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang diharapkan dengan harapan. Apabila kinerja yang dihasilkan oleh perpustakaan melebihi harapan maka pemustaka akan merasa sangat puas.
Adapun indikator penilaian meliputi: (i) efek dari layanan atau kemampuan, sikap dan mentalitas tenaga perpustakaan dalam melayani pemustaka; (ii) kontrol terhadap informasi atau menyangkut tentang ketersediaan koleksi yang memadai, kekuatan koleksi yang dimiliki, cakupan isi, kemudahan akses untuk menemukan koleksi, kemudahan navigasi,
aktualitas, waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan informasi, ketiadaan hambatan dalam mendapatkan akses informasi pada saat dibutuhkan, peralatan, kenyamanan, dan kepercayaan diri; (iii) perpustakaan sebagai tempat atau kemampuan menampilkan sesuatu secara nyata berupa fasilitas fisik dan bagaimana perpustakaan dalam memanfaatkan ruang sebagai simbol dan tempat perlindungan.
Ketiga faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pemustaka diambil dari berbagai nilai (skala likert) yang diperoleh dari tiap layanan yang diberikan oleh Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi.
Tabel 15. Skala Penilaian Kepuasan Pemustaka Skala Keterangan 1 Buruk 2 Kurang 3 Sedang 4 Baik 5 Sangat baik
Berdasarkan kajian kepuasan pemustaka yang dilakukan Perpustakaan Nasional pada Tahun 2017 terhadap atribut layanan yang menentukan kepuasan pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Nasional untuk mengukur tingkat harapan dan kepuasan pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Nasional secara umum, ter hadap layanan di masing-masing unit dalam Perpustakaan Nasional, dan terhadap masing-masing atribut layanan. Kajian kepuasan pemustaka ini telah memotret tingkat kepuasan pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Nasional secara keseluruhan, terhadap masing-masing unit layanan, dan terhadap setiap atribut layanan. Total responden kajian kuantitatif berjumlah 400 orang yang terdiri dari 264 perempuan (66%) dan 136 laki-laki (34%). Mereka berusia minimum 14 tahun, dan maksimum 74 tahun. Secara geografis, 90% responden berdomisili di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, sementara itu 10% berdomisili di luar area tersebut. Dalam hal pendidikan, 9%
berpendidikan terakhir SMP, 70% berpendidikan terakhir SMA/SMK, dan 21% berpendidikan D3 ke atas. Berdasarkan kelompok pemustaka, ada 37 pelajar (9%), 298 mahasiswa (75%), dan 65 orang dari kelompok umum (16%), layanan yang paling banyak digunakan oleh responden adalah layanan umum, digunakan oleh 358 responden (89%). Layanan khusus digunakan oleh 95 responden (24%), dan layanan online digunakan oleh 158 responden (40%). Jumlah responden yang menggunakan layanan Pusteling dalam kajian ini hanya 9 orang (2%). Penggunaan layanan Perpustakaan Nasional untuk kegiatan pengerjaan skripsi, disertasi atau tesis dilakukan oleh 44% responden, sementara itu 8% responden menggunakan layanan untuk melakukan penelitian ilmiah non-skripsi, penelitian pesanan atau penelitian komersial. Total responden yang melakukan kegiatan penelitian tersebut berjumlah 208. Capaian ini didukung dari berbagai inisiatif strategis berupa penataan dan penguatan
35
layanan publik Perpustakaan Nasional pada beberapa segmentasi yaitu:
• Segmen A – Digital Savvy: Atribut layanan terpenting selain ketersediaan dan kerapian koleksi, adalah: layanan online mudah digunakan dan koleksi online memenuhi kebutuhan pemustaka. Meski demikian, bagi pemustaka di segmen A (Digital Savvy), perbaikan yang perlu diprioritaskan adalah untuk memastikan ketersediaan koleksi perpustakaan yang diperlukan, akurasi katalog, kemudahan penggunaan layanan online, dan kelengkapan koleksi online. Mereka juga ingin agar perbaikan dilakukan untuk memastikan website Perpustakaan Nasional memberikan informasi yang diperlukan pemustaka dan agar fasilitas penggandaan (misalnya fotokopi, scanner) memadai dan harganya terjangkau.
• Segmen B – Tangible Comfort: Atribut layanan terpenting selain ketersediaan dan kerapian koleksi serta akurasi
katalog adalah: kenyamanan ruangan, sarana pendukung yang memadai, dan akses internet yang cepat. Bagi segmen B (Tangible Comfort) perbaikan yang perlu diprioritaskan meliputi perbaikan untuk memastikan agar koleksi perpustakaan yang dicari tersedia, data di katalog akurat, sarana pendukung (misalnya colokan listrik, toilet, kantin, penitipan barang) memadai, akses internet cepat, fasilitas penggandaan memadai dan terjangkau, pustakawan bersikap ramah dan sopan, dan jam operasional memenuhi kebutuhan mereka.
• Segmen C: People Touches: Atribut
layanan terpenting selain ketersediaan dan kerapian koleksi, dan kenyaman ruangan adalah aspek layanan dari pustakawan. Bagi segmen C, perbaikan yang perlu diprioritaskan meliputi peningkatan kualitas pustakawan, kerapihan koleksi dan kenyamanan ruangan.
Grafik 4. Kepuasan terhadap unit layanan secara total, dan bagi kelompok mahasiswa, umum, dan pelajar
Bila kepuasan pemustaka dibandingkan dengan harapan mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing unit layanan, Grafik di atas menunjukkan bahwa secara total, kepuasan pemustaka sesuai dengan harapan,
terutama untuk (1) layanan keanggotaan, (2) layanan meja informasi, (3) layanan koleksi majalah/koran mutakhir, dan (4) layanan koleksi khusus. Namun kepuasan pemustaka secara signifikan masih lebih rendah dibanding harapan
36
untuk layanan Perpustakaan Nasional secara keseluruhan, yaitu layanan katalog, layanan koleksi buku, layanan koleksi koran/majalah terjilid, dan layanan online. Bila kepuasan pemustaka dibandingkan dengan harapan mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing unit layanan. Grafik ... menunjukkan bahwa secara total, kepuasan pemustaka sesuai dengan harapan untuk layanan keanggotaan, layanan meja informasi, layanan koleksi majalah/koran mutakhir, dan layanan koleksi khusus. Meski demikian, patut menjadi catatan bahwa kepuasan pemustaka masih lebih rendah dibanding harapan untuk layanan Perpustakaan Nasional secara keseluruhan, meliputi antara lain layanan katalog, layanan koleksi buku, layanan koleksi koran/majalah terjilid, dan layanan online. Secara keseluruhan, bagi pemustaka, dan bagi kelompok mahasiswa, umum, dan pemustaka yang melakukan penelitian, ketujuh atribut layanan terpenting meliputi: a. Koleksi perpustakaan yang dicari tersedia b. Koleksi perpustakaan terpelihara dengan
baik, bersih, dan rapi c. Data di katalog akurat, sesuai dengan
koleksi perpustakaan yang tersedia d. Ruangan di perpustakaan memadai dan
memungkinkan pemustaka membaca dengan tenang dan nyaman
e. Layanan online dapat digunakan dengan mudah
f. Pustakawan mampu membantu menemukan koleksi perpustakaan yang diperlukan
g. Koleksi online memenuhi kebutuhan pemustaka
Sementara itu, bagi pemustaka yang berprofesi sebagai pelajar, ketujuh atribut layanan terpenting adalah: a. Koleksi perpustakaan yang dicari tersedia
b. Ruangan di perpustakaan memadai dan memungkinkan pemustaka membaca dengan tenang dan nyaman
c. Pustakawan bersikap ramah dan sopan kepada pemustaka
d. Koleksi perpustakaan terpelihara dengan baik, bersih, dan rapi
e. Pustakawan mampu membantu menemukan koleksi perpustakaan yang diperlukan
f. Pustakawan dapat memberikan informasi yang akurat kepada pemustaka
g. Katalog/fasilitas penelusuran mudah digunakan
Bagi pemustaka yang tidak melakukan kegiatan penelitian, ketujuh atribut layanan terpenting mencakup: a. Koleksi perpustakaan yang dicari tersedia b. Koleksi perpustakaan terpelihara dengan
baik, bersih, dan rapi c. Data di katalog akurat, sesuai dengan
koleksi perpustakaan yang tersedia d. Ruangan di perpustakaan memadai dan
memungkinkan pemustaka membaca dengan tenang dan nyaman
e. Layanan online dapat digunakan dengan mudah
f. Pustakawan mampu membantu menemukan koleksi perpustakaan yang diperlukan
g. Pustakawan bersikap ramah dan sopan kepada pemustaka
Menurut hasil kajian, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan Perpustakaan Nasional mencakup perbaikan untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pemustaka, data di katalog akurat dan sesuai dengan ketersediaan koleksi, layanan online dapat digunakan dengan mudah,koleksi online memenuhi kebutuhan pemustaka, pustakawan bersikap ramah dan sopan, dan fasilitas penggandaan memadai dan terjangkau.
37
Gambar 7. Layanan Online Perpustakaan Nasional RI
IKU 2. Jumlah Alih Bahasa dan Alih Aksara Naskah Kuno Tujuan IKU ini adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber sejarah yang terdapat dalam naskah kuno melalui alih aksara, alih bahasa dan saduran. Alih aksara adalah proses pengalihan satu aksara dalam naskah yang biasanya tidak dikenali secara luas ke dalam aksara yang diketahui oleh masyarakat luas. Alih bahasa adalah proses mengalihkan bahasa sumber menjadi bahasa sasaran. Dalam konteks ini, menerjemahkan bahasa daerah dan asing yang tampak dalam naskah ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian naskah kuno adalah hasil penelitian yang bersumber dari naskah kuno, baik menyangkut substantif naskah, maupun aspek terkait dengan tradisi naskah seperti bahan, masyarakat pemilik tradisinya, dan lain-lain. Selain sebagai lembaga terbesar di Indonesia yang menyimpan naskah kuno dan melakukan upaya pelestarian naskah kuno, Perpusnas juga menjadi lembaga terdepan yang melakukan kajian terhadap naskah melalui upaya alih aksara
dan alih bahasa. Kegiatan ini dilakukan oleh SDM di bidang filologi (ilmu yang secara khusus meneliti naskah) yang dimiliki oleh Perpusnas yang berjumlah 10 orang pada tahun 2017, dan diproyeksikan bertambah 100% menjadi 20 orang pada tahun 2018. Sejalan dengan rencana strategis Perpusnas untuk menjalankan fungsinya sebagai sebagai perpustakaan penelitian, sekaligus sebagai pusat pernaskahan Nusantara, maka perlu dilakukan upaya akselerasi percepatan penelitian naskah kuno yang berkualitas, memenuhi standar penelitian filologis, serta mudah diakses oleh masyarakat. Dengan demikian, Perpusnas menjadi lembaga yang berkontribusi besar terhadap bidang ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya di bidang pernaskahan. Perpusnas telah membangun portal dokumentasi dan informasi naskah kuno, yang berfungsi untuk memetakan naskah yang ada di Indonesia dan
38
penelitian yang sudah dilakukan. Situs ini masih dalam pengembangan, dan diharapkan akan menampung 60% data naskah di seluruh Indonesia pada tahun 2019. Situs ini juga akan
menjadi data center untuk proses pendaftaran naskah dari masyarakat yang diamanatkan dalam Undang-undang No.43 tahun 2007.
Figure 8. Portal Pernaskahan Nusantara Perpusnas
Penentuan target pada renstra 2015-2019 ditentukan oleh baseline jumlah naskah di Indonesia yang berjumlah 33.519 eks (100%). Hingga tahun 2015, penelitian naskah kuno berjumlah 3202 penelitian. Dengan asumsi pertambahan penelitian sekitar 62 penelitian per
tahun, maka di tahun 2017 target yang ingin dicapai adalah 9,84 % atau 3380 penelitian. Terkait dengan kontribusi Perpusnas, terlaksana sebanyak 20 penelitian dari 82 penelitian selama setahun.
Tabel 16. Persentase Peningkatan Alih Bahasa dan Alih Aksara Naskah Kuno No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2017
Target Real isasi % Capaian
1. Terlaksananya Pelestarian Bahan Perpustakaan dan Naskah Kuno
Jumlah Alih Bahasa dan Alih Aksara Naskah Kuno
20 20 100
Berdasarkan target IKU yang ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 perubahan sebesar 9,84% terealisasi sebesar 9,84 % sehingga diperoleh nilai capaian 100 %. Kontribusi Perpusnas sendiri di tahun 2017 sebesar 20 penelitian alih aksara
dan alih bahasa (18,4%) dari jumlah penelitian naskah di Indonesia pada tahun yang sama. Rincian naskah yang dialih aksara dan dialih bahasa adalah sebagai berikut.
39
Tabel 17 Hasil alih aksara dan alih bahasa naskah kuno oleh Perpusnas
No Alih Aksara Ket No Alih Bahasa Ket
1. Cerita Sejarah dalam
Naskah Melayu
Jawi – Latin 1. Wawacan Sual Sarebu Sunda – Indonesia
2. Hikayat Indra Jaya
Pahlawan II
Jawi-‐ Latin 2. Dolanan Anak Jawa – Indonesia
3. Hikayat Langlang Buana Jawi – Latin 3. Darma Sejati Jawa – Indonesia
4. Hikayat Prabu Anom
(Jilid 2)
Jawi – Latin 4. Serat Sandi Wanita I Jawa – Indonesia
5. Jayalengkara
Sunyawibawa
Jawa – Latin 5. Serat Sandi Wanita II Jawa – Indonesia
6. Hikayat Panji Semirang Jawi – Latin 6. Serat Ranggawarsita Jawa – Indonesia
7. Babad Blambangan Jawa – Latin 7. Naskah Belanda Belanda-‐ Indonesia
8. Primbon Padukunan
Jawa -‐ Latin 8. Kertabasa Jawa – Indonesia
9. Dolanan Anak laki-‐laki Jawa -‐ Latin 9. Babad Sapehi Jawa -‐ Indonesia
10. Babad Ngayogyakarta Jawa -‐ Latin 10. Hikayat Mesa Gimang Melayu -‐ Indonesia
Berdasarkan capaian kinerja tahun 2016 dan tahun 2017, maka capaian kinerja IKU Presentasi Peningkatan Alih Bahasa dan Alih Aksara naskah kuno berdasarkan hasil pengukurannya sampai
dengan tahun 2017 terhadap Renstra Perpustakaan Nasional Tahun 2015-2019 dapat diilustrasikan dalam Tabel berikut.
Tabel 18. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016-‐2017 terhadap Renstra 2015-‐2019 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi
2017 2016 naik
1. Terlaksananya Pelestarian Bahan Perpustakaan dan Naskah Kuno
Terlaksananya Pelestarian Bahan Perpustakaan dan Naskah Kuno
20 14 35%
Berdasarkan perbandingan realisasi capaian IKU Tahun 2016 sebesar 14 atau dan realisasi capaian Tahun 2017 sebesar 20, diperoleh kesimpulan bahwa bahwa indikator kinerja mengalami kenaikan sebesar 35 %. Sisa tahun renstra 2018 dan 2019 IKU, alih aksara dan alih bahasa Naskah Nusantara akan mengalami kenaikan signifikan,
sebagaimana terlihat pada grafik di bawah. Kenaikan target dan capaian dalam tahun 2015-2019 bisa terlaksana dengan baik dengan mengoptimalkan kinerja filolog baik dari lingkungan Perpusnas maupun stakeholder terkait.
40
Grafik 5 Target peningkatan alih aksara dan alih bahasa sampai 2019
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan indikator kinerja ini antara lain disebabkan oleh minimnya tenaga ahli filolog yang mampu membaca naskah kuno. Perpusnas telah mengupayakan untuk berkolaborasi antara lain dengan organisasi profesi yang bergerak di bidang filologi (MANASSA) dan universitas-universitas yang memiliki jurusan filologi. Organisasi Profesi ini menghimpun 250 anggota yang memiliki kemampuan di bidang filologi dari berbagai daerah. Ke depan diharapkan Perpusnas dapat mengoptimalisasi potensi SDM dari luar Perpusnas untuk membantu mempercepat pencapaian target. Selain itu, kendala yang dihadapi adalah minimnya ahli untuk naskah-naskah di luar Jawa dan Melayu. Selain itu, sosialisasi dan publikasi hasil penelitian kurang tersebar di masyarakat. Rekomendasi-rekomendasi berikut dapat diajukan untuk menunjang hal tersebut: 1. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-
lembaga terkait pernaskahan Nusantara dalam rangka percepatan hasil penelitian naskah (alih aksara dan alih bahasa).
2. Menginventarisir dan mendayagunakan SDM filologi yang mengkaji naskah-naskah di luar Jawa.
3. Menstimulasi SDM filolog melalui intensif penelitian, beasiswa, dan hibah kompetitif.
4. Mengoptimalisasi portal pernaskahan Nusantara untuk memetakan konten naskah dan penelitian agar lebih mudah diakses oleh masyarakat dan dapat dijadikan acuan para stake holder.
5. Menetapkan skala prioritas kajian bagi karya-karya master piece dan karya-karya dalam naskah yang berisi ilmu pengetahuan terapan (pertanian, obat-obatan, arsitektur) sebagai wujud pengukuhan identitas bangsa dan menunjang ilmu pengetahuan berbasis kearifan lokal Indonesia.
6. Perlunya upaya sosialisasi dan promosi konten naskah Nusantara ke masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seminar ilmiah, kemas ulang naskah dalam bentuk populer (saduran, animasi, dll) serta pameran-pameran naskah.
IKU 3. Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasi l itasi TIK Maksud dan tujuan pada indikator kinerja ini merupakan bentuk perwujudan fungsi
perpustakaan Nasional sebagai pusat jejaring perpustakaan menurut UU no. 43 tahun 2007
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1993-‐2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
41
tentang Perpustakaan, oleh karena itu melalui fasilitas jejaring perpustakaan akan terwujud perpustakaan yang tergabung dalam jejaring perpustakaan dengan tujuan untuk menjamin tersedianya layanan perpustakaan berbasis TIK yang menyediakan berbagai sumber daya, termasuk staf yang mampu melakukan pekerjaan menyeleksi, menata, menyediakan akses intelektual, menginterpretasikan, mendistribusikan, melestarikan keutuhan koleksi berformat digital, termasuk
memastikan ketersediaannya dari waktu ke waktu, agar dapat diakses secara mudah oleh pengguna. Pengukuran layanan perpustakaan berbasis TIK ini adalah jumlah perpustakaan yang dibantu oleh Perpustakaan Nasional dalam aspek koleksi, perangkat keras dan lunak, serta pelatihan sumber daya manusia.
Perbandingan antara target dan realisasi indikator kinerja ini pada tahun 2017 dapat disajikan dalam Tabel 14 berikut.
Tabel 19. Capaian Kinerja IKU 3 Tahun 2017 No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja 2017
Target Real isasi Capaian
1 Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan
Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK
20 20 100
Berdasarkan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi I Tahun 2017, target indikator kinerja Persentase peningkatan perpustakaan yang tergabung dalam jejaring nasional perpustakaan sebesar 0,5 % dan terealisasi sebesar 0,54 persen atau atau 828 perpustakaan yang tergabung, sehingga diperoleh peningkatan capaian kinerja sebesar 108%. Indikator kinerja ini didukung oleh perwujudan bantuan metadata converter tahap ketiga dengan tujuan untuk membantu perpustakaan mitra non MARC, tahun 2017, sejumlah 20 perpustakaan khususnya perpustakaan Perguruan Tinggi wilayah Jawa
Timur yang menjadi indicator yang . Daftar 20 Perpustakaan tersebut ditunjukkan pada tabel Berdasarkan jumlah bantuan tersebut akan memberi nilai tambah pada jejaring perpustakaan yang tergabung pada Indonesia One search (IOS), dimana IOS merupakan portal jejaring perpustakaan di Indonesia. Bantuan metadata converter merupakan bantuan bagi perpustakaan mitra non MARC yang berkelanjutan sejak tahun 2015.
2
Tabel 20. Daftar Perpustakaan yang difasilitasi TIK
Selain bantuan metadata converter, peningkatan jejaring perpustakaan diwujudkan kedalam bentuk implementasi kerjasama perpustakaan melalui para stakeholder pengembangan perpustakaan digital, diantaranya adalah kementerian Komunikasi dan Informasi, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia dalam pengembangan jaringan internet di Indonesia melalui kesepahaman kerjasama (MoU). Dalam rangka memperluas jejaring perpustakaan di Indonesia, Perpustakaan Nasional juga melakukan beberapa upaya sebagai berikut: a. Pengembangan Program Aplikasi
Interoperabilitas Antar Perpustakaan Kegiatan Pengembangan Program
Aplikasi Interoperabilitas Antar Perpustakaan dilakukan melalui proses lelang, sehingga sebaiknya prosesnya dilakukan pada awal tahun agar pelaksanaan kegiatan dan pencapaian hasil lebih maksimal. Disamping itu terdapat beberapa kendala di lapangan, salah satunya adalah banyak perpustakaan mitra yang hendak menerima bantuan menjadi lambat dalam memberikan respon kepada
Perpustakaan Nasional, di samping ada beberapa perpustakaan yang tidak bersedia menerima bantuan dan juga ada yang sudah menggunakan aplikasi berbasis OAI PMH sehingga tidak memerlukan bantuan program aplikasi tersebut.
b. Lokakarya Interoperabilitas Antar
Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Instansi − Koordinasi dengan pihak-pihak
terkait yang kadang menghambat konfirmasi pengiriman peserta;
− Adanya permasalahan non teknis memperlambat implementasi interoperabilitas antar perpustakaan seperti kebijakan pimpinan dan SDM dalam hal ini sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang selalu berganti.
IKU 4. Pengembangan TIK Perpusnas Kebutuhan akan penggunaan teknologi sistem informasi merupakan hal yang mutlak di dalam dunia perpustakaan. Penggunaan sistem informasi menjanjikan suatu proses yang lebih efisien dibandingkan sistem konvensional. Kompleksitas kebutuhan pemustaka menuntut perpustakaan mencari cara agar proses dan aktifitas substantif dapat berjalan dengan lebih efisien, mulai dari pengadaan, pengolahan, penelusuran, hingga sirkulasi melalui identifikasi bahan pustaka. Pemanfaatan TIK memungkinkan pelayanan berlangsung optimal selama 24 jam sehari serta terkoneksi kedalam jaringan komunikasi internasional. Kondisi ini sejalan dengan jenis layanan yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional R.I. yang bersifat terbuka serta terkoneksi dengan dunia internasional. Perpustakaan Nasional R.I. merupakan jendela Indonesia secara tidak langsung harus mengoptimalkan peran TIK agar pelayanan serta komunikasi dengan berbagai pihak dapat terlaksana dengan baik. Sesuai dengan Visi dan Misi Perpustakaan Nasional untuk mewujudkan masyarakat “Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan” maka Perpustakaan Nasional mempunyai tugas dan tanggung jawab menyediakan suatu sistem perpustakaan dengan standard world class library, melalui pembangunan Gedung Layanan yang berada di Merdeka Selatan
dengan konsep Smart Library yang didukung dengan infrastruktur TIK yang memadai sesuai dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terkini. Berdasarkan landasan tersebut, maka ruang lingkup indikator Jumlah pengembangan TIK periode 2017 sesuai dengan rencana strategis Pusat jasa Perpustakaan dan Informasi periode 2015-2019, diwujudkan melalui pengembangan infrastruktur data center, penambahan perangkat jaringan komputer terdistribusi, pengadaan RFID tag dan komponen pendukung, pengadaan kartu keanggotaan dual transponder berbasis RFID, pengadaan personal komputer bagi layanan multimedia, perangkat keras digital signage dan sarana layanan mandiri, serta pengadaan server digital iPusnas. Tujuan indikator ini mewujudkan optimalisasi sarana pendukung layanan TIK secara holistik dan terintegrasi menuju world class library sesuai dengan Rencana Strategis Perpusnas 2015-2019. Indicator kinerja pengembangan TIK tahun 2017 tercapai 36,60 persen dalam 1 (satu) paket pengembangan. Rincian sasaran paket pengembangan tersebut disajikan dalam Tabel 6.1 berikut:
Tabel 21. Pengembangan TIK 2017
No. Pengembangan TIK 2017 Sasaran 1. Pengembangan infrastruktur data
center a. Pengembangan fasilitas data center, yang terdiri dari:
pengadaan sistem elektrikal, sistem ups, sistem pemadam kebakaran, sistem rack dan kabel data, sistem pendingin, serta pengadaan komputer dan monitoring data center;
b. Tersedianya data center yang dapat beroperasi dan dapat dikembangkan kedepan mendekati kriteria TIER-‐III Uptime Institute;
c. Tersedianya data center sebagai sarana pendukung terhadap penerapan teknologi smart building di Gedung Layanan Merdeka Selatan
2. Pengadaan RFID tag dan komponen pendukung,
a. Tersedianya RFID Tag untuk Koleksi Buku sejumlah 55.000 keping
43
b. Tersedianya RFID Tag untuk Koleksi Audio Visual DVD, CD, CD-‐ROM, VCD sejumlah 6.880 keping
c. Tersedianya RFID Pad untuk proses pemasangan tag RFID, pengisian data, update data pada tag RFID baik pemasangan tag baru maupun update data tag yang telah terpasang pada koleksi perpustakaan sebanyak 8 unit RFID Pad
3. Pengadaan kartu keanggotaan dual transponder berbasis RFID
a. Tersedianya perangkat informasi bagi pemustaka berupa Digital signage sebanyak 4 (empat) set disertai dengan perangkat pendukung dan lisensi perangkat lunak;
b. Tersedianya sarana mandiri bagi pemustaka, berupa: Personal komputer All-‐In-‐One, standing kiosk, barcode reader, Perangkat jaringan fiber optik bagi Bangunan Cagar Budaya (BCB) dan PABX SIP Trunk R9, Printer keanggotaan, LCD Proyektor, table kiosk, Meja dan kursi pendaftaran anggota dilengkapi dengan backdrop, webcam dan tripod, Parapet/ pembatas standing kiosk, Panel penutup kabel pada table kiosk, Panel meja digital signage naskah, Meja kiosk serta dekorasinya bagi pemustaka anak-‐anak.
4. hyper converged server untuk layanan multimedia
a. Terwujudnya perangkat Hyper Converged Server b. Terwujudnya perangkat Host Bust Adapter (HBA)
5. Perangkat keras digital signage dan sarana mandiri bagi gedung layanan Perpusnas
a. Tersedianya perangkat informasi bagi pemustaka berupa Digital signage sebanyak 4 (empat)
set disertai dengan perangkat pendukung dan lisensi perangkat lunak
b. Tersedianya sarana mandiri bagi pemustaka
6. bantuan metadata converter bagi perpustakaan mitra non marc
a. Tersedianya 20 (dua puluh) appliances yang menjadi alat pengumpulan metadata bibliografis dari perpustakaan mitra Perpusnas yang belum menggunakan standar metadata MARC.
b. Tersedianya aplikasi yang berfungsi melakukan konversi metadata bibliografis dari perpustakaan mitra Perpusnas yang belum menggunakan standar metadata MARC ke dalam bentuk MARC.
c. Terlaksananya pemasangan dan konfigurasi appliances di perpustakaan mitra Perpusnas yang ditunjuk (sejumlah 20 perpustakaan) di Indonesia,
7. Pemutakhiran sistem perangkat keras dan lunak pengolah data
1. Tersedianya perangkat pendukung Sistem Informasi Manajemen berupa Mainboard Server Supermicro Tipe X9SCL-‐F (1 Unit), Power Supplay SuperMicro PWS-‐920P-‐1R (1 Unit), PC All in One PC 23.8 inc Touch Screen (4 Unit), PC All in One PC 21.5 inc Touch Screen (4 Unit), Notebook 14 inc (4 Unit), Tablet Android (3 unit)
a. Tersedianya perangkat pendukung Sistem Informasi Manajemen berupa pengadaan PC Workstation ( 1 Unit), Monitor LED 24" (1 Unit), Hardisk NAS (Network Attached Storage) (10 Unit), Hardisk Server (5 Unit)
b. Tersedianya perangkat pendukung layanan pemustaka Perpusnas berupa
c. Tersedianya perangkat lunak (software dan sistem aplikasi) berupa Operating System Windows Server (5
44
Unit Lisensi) dan Digital Certificate SSL ( Secured Socket Layer)
8. Pengadaan aplikasi e-‐perencanaan Tersedianya aplikasi e-‐Perencanaan untuk mendukung proses perencanaan, monitoring dan evaluasi anggaran, kinerja dan pengadaan, terpasangnya aplikasi tersebut pada server yang disediakan Perpusnas dan terselenggaranya pelatihan untuk penggunaannya.
9. Pengadaan kartu keanggotaan dual transponder berbasis rfid
a. Tersedianya kartu anggota berbasis RFID dual transponder sebanyak 25000 (dua puluh lima ribu) buah untuk anggota perpusnas.
b. Tersedianya perangkat perangkat RFID Desktop Reader sebanyak 8 unit
10. Pengadaan media penyimpanan data dan anti malware
a. Terwujudnya pengadaan pengembangan media penyimpanan Data
b. Terwujudnya pengadaan software anti malware tahap awal berupa web filtering yang bisa
diintegrasikan dengan eksisting proxy server untuk keamanan infrastruktur aplikasi digital perpustakaan guna mendukung kelangsungan operasional
11. Pengadaan perangkat keras sistem layanan berbasis tik
a. Tersedianya perangkat informasi Digital Signage bagi pemustaka berupa Digital Signage & Multi Touch Screen bagi pemustaka
b. Tersedianya Digital Standing Kiosk untuk layanan perpustakaan Tersedianya perangkat komputer untuk layanan perpustakaan.
C. Tersedianya Kaca Pembesar Digital untuk pemustaka lanjut usia.
12. Pengadaan perangkat server dan sarana penyimpanan data
a. Terwujudnya pengadaan hyperconverged server untuk infrastruktur komputasi digital beserta software Operating Sistem pendukungnya guna kelangsungan operasional
b. Terwujudnya sarana penyimpanan data berupa penambahan 1 (satu) unit storage beserta konektivitasnya (SAN Switch)
13. Pengadaan personal komputer bagi layanan multimedia dan sarana pembaca mikro
a. Pengembangan fasilitas layanan Perpustakaan Berbasis TIK, yang meliputi : a) Pengadaan Personal komputer bagi layanan multimedia b) Pengadaan Sarana Pembaca Mikro
b. Tersedianya fasilitas layanan yang representatif dan dapat beroperasi serta dikembangkan mengikuti kemajuan TIK
c. Tersedianya fasilitas layanan sebagai sarana pendukung terhadap penerapan teknologi smart library di Gedung Layanan Merdeka Selatan
14. Pengadaan server buku digital ipusnas
terwujudnya pengadaan server untuk infrastruktur buku digital iPusnas beserta software pendukungnya
15. Jasa konsultan pengawas implementasi tik gedung layanan merdeka selatan
a. Tersedianya instrumen terukur b. Tersajikannya data pengadaaan yang komprehensif
atas segala pelaksanaan pengadaan TIK Perpusnas di Gedung Perpusnas di Marsela
c. Terciptanya pengawasan pekerjaan implementasi d. Pembangunan Data Center Gedung layanan
Merdeka Selatan
45
e. Pembangunan Perangkat Keras Sistem Jaringan Komputer Terintegrasi
f. Layanan perpustakaan di Gedung Medan Merdeka Selatan
16. Perangkat keras jaringan distribusi bagi gedung layanan perpusnas dan perangkat keras jaringan komputer terintegrasi berbasis 100g
Memperoleh Perangkat Keras Jaringan Distribusi Bagi Gedung Layanan Perpusnas yang mempunyai dan memenuhi kriteria: Reliability, sustainable, vailability, scalability, dan manageability, dengan sasarn khusus sesuai dengan fungsi hirarki jaringan yang sudah diterapkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
17. Perangkat lunak aplikasi pengelolaan layanan terpadu (one stop services system)
Tersedianya aplikasi front end dengan modul-‐modul: Katalog Induk Perpustakaan Indonesia, Modul Pengelolaan Perpustakaan, Modul pencarian katalog berbasis search engine dan Tersedianya aplikasi pendukung untuk admin
18. Perangkat lunak dashboard manajemen sistem informasi terintegrasi perpustakaan perpusnas merdeka selatan
Tersedianya satu paket perangkat lunak dashboard manajemen sistem informasi terintegrasi Perpusnas Merdeka selatan yang dapat diakses secara online oleh para pengambil keputusan di perpustakaan Nasional RI.
19. Perangkat lunak manajemen layanan dan pengembangan portal web penunjang layanan berbasis online perpusnas
Tersedianya Perangkat Lunak Manajemen Layanan, Pengembangan Portal Web Penunjang Layanan Berbasis dan terintegrasi dengan sistem yang telah ada sebelumnya serta terintegrasi dengan sistem lain terkait yang dibangun secara bersamaan
20. Perangkat lunak search engine terintegrasi dengan analisis teks dan indeks sitasi
a. Tersedianya sebuah perangkat lunak search engine sitasi dan seluruh komponen pendukungnya yang selengkapnya dijabarkan dalam bagian Spesifikasi Teknis.
b. Terpasangnya perangkat lunak search engine sitasi ke dalam server
21. Rfid system bagi inventory dan keamanan koleksi serta sistem antrian
a. Tersedianya perangkat layanan berbasis berbasis Radio Frequency Identification (RFID) system
b. Tersedianya perangkat Printer Multi Fungsi (PMF) c. Tersedianya perangkat RFID Self Service Station
yang terdiri dari perangkat RFID tag scanner terintegrasi
d. Tersedianya perangkat sistem antrian berbasis RFID berupa pengadaan operator station
e. Tersedianya locker berbasis RFID
22. Pengadaan sarana data center tier iii bagi gedung layanan perpusnas
a. Pengembangan sarana fasilitas data center, yang meliputi: a) Pengadaan Perangkat Pemadam Kebakaran untuk Ruang Server, Ruang Network dan Ruang PAC
b) Pengadaan Perangkat Monitoring Rack dan Keamanan Data Center
c) Pengadaan Sistem Kabel Data
46
23. Pengadaan server dan storage area network untuk koleksi digital bagi Gedung layanan perpusnas
a. Terwujudnya penambahan hyperconverged server untuk infrastruktur komputasi digital beserta software Operating Sistem pendukungnya guna kelangsungan operasional
b. Terwujudnya pengelolaan dan control jalur komunikasi internet yang lebih baik bagi user dalam mengakses web
c. Meningkatkan kapasitas penyimpanan data, baik yang bersifat multimedia maupun file, sehingga lama waktu penyimpanan / retensi dapat lebih lama dan akses yang lebih cepat berupa penambahan 1 (satu) enclosure unit storage berisi SSD disk pada eksisting SAN storage
24. Pengembangan renewal subscription sistem keamanan dan monitoring data, jaringan dan lingkungan berbasis internet
a. Pemutakhiran dan pembaharuan lisensi untuk database virus, worm, malware
b. Melaksanakan uji coba dengan melakukan berbagai jenis serangan seperti Spoofing, Ddos (distributed Denial of Service), POD (Ping of Death), Sniffer, DNS Poisoning, Trojan Horse, SQL Injection, PHP Injection, Script Kiddies, Hacker, Deface, Malware, Spyware, Virus dan Worm dari dalam dan luar
25. Pemutakhiran disaster recovery center sesuai iso
a. Terwujudnya Optimalisasi catu daya kelistrikan Data Center melalui penambahan
b. kapasitas kemampuan kelistrikan dalam Data Center melalui penyediaan modul UPS beserta baterai sebanyak 1 (satu) paket,
c. Terwujudnya perluasan ruangan Disaster Recovery Center dengan kaca tempered sebanyak 14 (empat belas) Set,
d. Terwujudnya perluasan ruangan Disaster Recovery Center dengan raised floor sebanyak 102 (seratus dua) Set.
26. Pengadaan rfid tag dan komponen pendukungnya
Tersedianya RFID Tag untuk Koleksi Buku, Koleksi Audio Visual DVD,CD, CD-‐ROM, VCD, dan RFID Pad untuk proses pemasangan tag RFID, pengisian data, update data pada tag RFID
IKU 5. Terlaksananya kerja sama antar perpustakaan Dalam perjanjian Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, target pencapaian kerjasama antar perpustakaan adalah 3 kali. Ketiga indokator tercapainya kerja sama melalui (1) Pelaksanaan Kerja Sama di Bidang Perpustakaan melalui Nota
Kesepahaman, (2) Partisipasi dalam Organisasi Profesi, dan (3) Pelaksanaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. Ketiga kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan baik selama tahun 2017.
1. Pelaksanaan Kerja Sama bidang Perpustakaan melalui Nota Kesepahaman Untuk menunjang fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai Pusat Jejaring Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI
melaksanakan kerja sama dengan lembaga mitra. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2000
47
tentang Perpustakaan Nasional RI, dinyatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan kerja sama dengan badan atau lembaga baik pemerintah maupun swasta serta organisasi kepustakawanan di dalam maupun di luar negeri. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 42, Perpustakaan Nasional RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian bertugas antara lain membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan untuk meningkatkan layanan kepada pemustaka. Kerja sama Perpustakaan Nasional RI dengan lembaga lain dilakukan secara kelembagaan oleh pimpinan Perpustakaan Nasional RI dengan pimpinan lembaga lainnya, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Kerja sama perpustakaan dituangkan dalam satu perjanjian yang merupakan pengaturan lebih lanjut agar pelaksanaan dari nota kesepahaman memiliki kekuatan hukum.
Tujuan kesepahaman kerja sama Perpustakaan adalah : 5) Memberikan layanan informasi yang
bermanfaat langsung pada masyarakat. 6) Memperluas jaringan layanan informasi
yang dibutuhkan masyarakat. 7) Mempermudah dan mempercepat
layanan informasi kepada masyarakat.
8) Meningkatkan akses koleksi perpustakaan melalui pertukaran data/ koleksi.
Kegiatan kerjasama antar perpustakaan bertujuan untuk mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara Perpustakaan Nasional RI dengan perpustakaan dan/atau lembaga lain di dalam dan luar negeri. Kerja sama tersebut diimplementasikan melalui berbagai kegiatan pengembangan layanan dan koleksi perpustakaan sehingga pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan diversifikasi layanan perpustakaan yang berbasis TIK.
Dampak dari adanya kerjasama dengan lembaga/instansi lain baik dari dalam maupun luar negeri yang didasari oleh pembuatan MoU adalah meningkatnya kunjungan ke Perpustakaan Nasional dan perpustakaan rekan, bertambahnya jumlah anggota jejaring perpustakaan, meningkatnya akses koleksi serta berkembangnya jumlah katalog induk nasional. Pada tahun 2017, Implementasi kerjasama mencapai 110 kal, yang terdiri dari tiga stakeholder, yaitu pendidikan tinggi, korporasi/swasta dan kementerian/lembaga. Daftar implementasi kerjasama perpustakaan dari ketiga stakeholder tersebut ditunjukkan di bawah ini:
A. PENDIDIKAN TINGGI 1. STIKES Widya Nusantara Palu (6 Februari 2017 – 6 Februari 2022) 2. UIN AR-RANIRY Banda Aceh (6 Februari 2017 – 6 Februari 2022) 3. IAIN Purwokerto (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 4. Universitas Muhammadiyah Purwokerto (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 5. Universitas Jenderal Soedirman (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 6. Sekolah Tinggi Telematika (ST3) Telkom Purwokerto (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 7. STAIN Pekalongan (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 8. STMIK AMIKOM Purwokerto (10 Februari 2017 – 10 Februari 2022) 9. Universitas AL Ghifari (4 April 2017 – 4 April 2022) 10. STMIK Jabar (4 April 2017 – 4 April 2022) 11. Universitas Pakuan Bogor (11 April 2017 – 11 April 2022) 12. Universitas Islam Makassar (15 April 2017 – 15 April 2022) 13. Universitas Cokrominoto Makssar (15 April 2017 – 15 April 2022) 14. STMIK Bina Adinata Makassar (15 April 2017 – 15 April 2022)
48
15. STKIP Mega Rezky Makassar (15 April 2017 – 15 April 2022) 16. STIE Wira Bhakti Makassar (24 Mei 2017 - 24 Mei 2022) 17. STIK Gunung Sari Makassar (24 Mei 2017 - 24 Mei 2022) 18. STIKes Mega Rezky Makassar (24 Mei 2017 - 24 Mei 2022) 19. STIM Nitro Makassar (24 Mei 2017 - 24 Mei 2022) 20. Sesko TNI (19 Juni 2017 – 19 Juni 2022) 21. Institut Sain dan Teknologi Al Kamal (20 Juni 2017 – 20 Juni 2022) 22. Universitas Syiah Kuala (2 Agustus 2017 – 2 Agustus 2022) 23. Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) (25 September 2017 – 25 September 2022) 24. Universitas Pembangunan Jaya Bintaro (2 November 2017 – 2 November 2022) 25. Universitas Respati Indonesia (7 November 2017 – 7 November 2022) 26. Universitas Muhammadiyah Ponorogo (7 November 2017 – 7 November 2022) 27. Universitas Muslim Indonesia Makassar (7 November 2017 – 7 November 2022) 28. Politeknik Negeri Jakarta (7 November 2017 – 7 November 2022) 29. Politeknik Negeri Manado (7 November 2017 – 7 November 2022) 30. Politeknik Ilmu Pelayaran Makasar (7 November 2017 – 7 November 2022) 31. STIE Perbanas Surabaya (7 November 2017 – 7 November 2022) 32. STIMA IMMI Jakarta (7 November 2017 – 7 November 2022) 33. STMIK AKBA Makassar (7 November 2017 – 7 November 2022) 34. STAIN Curup Bengkulu (7 November 2017 – 7 November 2022) 35. Akademi Akuntansi Riau (7 November 2017 – 7 November 2022) 36. Universitas Siliwangi Tasikmalaya (7 November 2017 – 7 November 2022) Korporasi/Swasta 1) Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) (18 September 2017 – 18 September 2020) 2) Kadipaten Mangkunegaran (25 September 2017 – 25 September 2022) 3) PERUM LKBN ANTARA (15 Desember 2017 – 15 Desember 2022)
Kementrian/Lembaga 1) Kementerian Hukum Dan HAM (30 Oktober 2017 – 30 Oktober 2022) 2) Kementerian Pertahanan (20 November 2017 – 20 November 2022)
49
Gambar 9. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan
Kemenkumham
Gambar 10. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan
Kementerian Pertahanan RI
50
Gambar 11. Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dengan Universitas Al-‐Ghifari
2. Partisipasi dalam Organisasi Profesi A. International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA)
Keanggotaan Indonesia dan kontribusi Pemerintah Indonesia pada Organisasi-organisasi Internasional diatur dalam Keputusan presiden (Keppres) nomor 64 tahun 1999 yang diterbitkan pada bulan Agustus 1999. Dalam pasal 2 Keppres termaksud tertera bahwa keanggotaan Indonesia pada suatu organisasi internasional harus ditetapkan sekurang-kurangnya dengan keputusan presiden. Terkait dengan itu dalam rangka tertib administrasi dan tersedianya dasar hukum bagi keanggotaan Indonesia dan pertanggungjawaban pengeluaran keuangan negara yang digunakan sebagai pembayaran kontribusi pemerintah Indonesia bagi keanggotaan pada organisasi internasional, pemerintah Indonesia pada tahun 2011 membentuk Kelompok Kerja Pengkaji Keanggotaan Indonesia dan Kontribusi Pemerintah Indonesia pada Orgaisasi Internasional (Tim Pokja). Tim Pokja atau
Kelompok Kerja yang terdiri atas Sekretariat Negara, Sekretaris Kabinet, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan bertugas mengevaluasi keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional yang tidak memiliki dasar hukum yaitu keanggotaan yang terjadi sebelum Keppres no. 64 tahun 1999 diterbitkan.
Perpustakaan Nasional sebagai focal point (FP) organisasi internasional untuk bidang perpustakaan di Indonesia telah mengusulkan keikutsertaan aktif dalam 11 (sebelas) organisasi internasional yaitu IFLA, CONSAL, CDNL, CDNL-AO, SEAPAVAA, ISBN, ISMN, SLA, IASL, ISNI dan IAML agar masuk dalam daftar Keputusan Presiden. Menindaklanjuti hal tersebut, Perpustakaan Nasional melalui Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi selama tahun 2011 beberapa kali mempresentasikan mengenai organisasi
52
internasional yang telah diikuti selama ini kepada Tim Pokja. Berdasarkan hasil pembahasan dalam Pokja keanggotaan Perputakaan Nasional dalam OI ada 6 OI yang disetujui yaitu IFLA, CONSAL, CDNL, CDNL-AO, SEAPAVAA dan ISBN. Hasil persetujuan ini kemudian ditungkan dalam lampiran Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2012 tentang keanggotaan Indonesia pada OI. Perpustakaan Nasional berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 2012 melakukan sejumlah kegiatan regional dan internasional dengan 6 OI tersebut dan dapat mengambil kemanfatan dalam pengembangan kapasitas kompetensi pustakawan dan pengelola perpustakaan di Indonesia.
Meskipun keenam OI tersebut dapat dikatakan memiliki prioritas yang sama dengan bidang dan ruang lingkup yang berbeda, dapat dikatakan bahwa IFLA berada pada posisi sentral karena menaungi seluruh institusi dan asosiasi perpustakaan di dunia. Hal tersebut menjadi salah satu dasar Perpustakaan Nasional dalam membuat laporan ini dalam rangka menjelaskan signifikansi keanggotaan Indonesia pada IFLA serta memaparkan kemanfaatan keanggotaan tersebut terhadap perkembangan perpustakaan di Indonesia pada umumnya serta Perpustakaan Nasional pada khususnya.
Deskripsi Singkat IFLA adalah sebuah badan independen internasional terkemuka yang mewakili kepentingan perpustakaan, pustakawan dan penggunanya. Dengan kata lain, IFLA merupakan sebuah wadah global untuk profesi dalam bidang perpustakaan dan informasi. IFLA dibentuk pada tanggal 30 September 1927 di Edinburgh, Skotlandia. Hingga saat ini terdapat 1500 anggota dari sekitar 150 negara di dunia termasuk Indonesia. Tujuan Dalam menjalankan kegiatannya, IFLA memiliki beberapa tujuan yaitu:
§ Mempromosikan layanan perpustakaan dan informasi yang bernilai tinggi
§ Mendorong pemahaman terhadap pentingnya layanan perpustakaan dan informasi yang baik
§ Mewakili kepentingan anggotanya di seluruh dunia.
Struktur Organisasi Berdasarkan Statuta IFLA terkini yang dikeluarkan tahun 2008, struktur organisasi tertinggi IFLA dipimpin oleh sebuah Dewan Pengarah (Governing Board). Dewan Pengarah bertanggung jawab atas tata kelola, keuangan dan arahan profesional serta bertindak sebagai perwakilan formal organisasi pada berbagai kancah internasional. Dewan Pengarah IFLA 2015-2017 terdiri dari: Presiden: Donna Scheeder Presiden Terpilih: Glòria Pérez-Salmerón Bendahara: Christine Mackenzie Anggota : Margaret Allen Kirsten Boelt Loida Garcia-Febo Ágnes Hajdu Barát Ngian Lek Choh Andrew McDonald Ellen Ndeshi Namhila Victoria Owen Christine Wellems Ketua Komite Profesional: Maria Carme Torras i Calvo Ketua Divisi I: Raissa Teodori Ketua Divisi II: Frederick Zardnt Ketua Divisi III: Viviana Quiñones Ketua Divisi IV: Perry Moree Ketua Divisi V: Victoria Okojie Ketua Seksi Asosiasi Perpustakaan: Barbara Schleihagen Sekretaris Jenderal: Jennefer Nicholson Mekanisme Pengambilan Keputusan Presiden, Presiden Terpilih dan anggota dewan dipilih melalui pemungutan suara. Seluruh anggota IFLA memiliki hak pilih yang sama. Dewan Pengarah terpilih bertugas selama dua
53
tahun dan dapat diperpanjang untuk dua tahun berikutnya. Seluruh pengambilan keputusan yang terjadi di dalam Dewan Pengarah maupun Majelis Anggota Tahunan (General Assembly) IFLA dilakukan melalui pemungutan suara sesuai dengan Statuta dan Aturan Prosedur IFLA. Status Keanggotaan Indonesia dalam IFLA Indonesia telah terdaftar menjadi anggota IFLA sejak tahun 1950 dan secara rutin setiap tahun ikut serta dalam acara konferensi tahunan IFLA, meskipun Keppres Nomor 32 berlaku mulai tahun 2012. Saat ini Indonesia yang diwakili oleh Perpustakaan Nasional sebagai FP memiliki status keanggotaan aktif sebagai Anggota Institutional (Institutional Member) IFLA dengan nomor identitas ID-1002. Mekanisme Penghitungan dan Penetapan Kontribusi IFLA memiliki sistem penghitungan kontribusi atau biaya keanggotaan yang berbeda sesuai kategori keanggotaan yang ada. Kontribusi Anggota Institusional diatur melalui sistem biaya keanggotaan yang beragam dengan menggunakan UNESCO Scale of Assessment (Skala Penilaian UNESCO) dan United Nations List of Least Developed Countries (Daftar Negara-negara Tertinggal PBB). Berdasarkan sistem tersebut, Anggota Institusional dikategorikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan nilai koefisien negara mereka dalam daftar yaitu:
§ Kelompok 1 (negara dengan nilai ≥ 0,251) biaya keanggotaan EUR 509
§ Kelompok 2 (negara dengan nilai antara 0,001 dan 0,250) biaya keanggotaan EUR 450
§ Kelompok 3 (negara-negara tertinggal) biaya keanggotaan EUR 250
Menurut UNESCO Scale of Assessment saat ini Indonesia memiliki nilai 0,504. Ini berarti bahwa Perpustakaan Nasional berada pada Kelompok 1 (Band 1) sebagai Anggota Institusional IFLA sehingga dikenai biaya
keanggotaan sebesar EUR 519 (total EUR 536 ditambah biaya-biaya lain pada tahun 2017). Rencana Strategis IFLA 2016-2021 Untuk periode tahun 2016-2021, IFLA memiliki visi menjadi organisasi yang menyuarakan aspirasi komunitas perpustakaan dan informasi seluruh dunia dengan cara mendorong dan menginsipirasi masyarakat melalui penyediaan akses ke berbagai informasi, pengetahuan dan kebudayaan untuk semua orang, mendukung pembangunan, pembelajaran, kreativitas serta inovasi. Misi IFLA adalah secara global mempromosikan nilai serta pentingnya layanan perpustakaan dan informasi yang berkualitas tinggi yang berdampak pada pertumbuhan sosial, budaya dan ekonomi. Aada empat arah strategis IFLA 2016-2021 yaitu: 1. Perpustakaan dalam Masyarakat
§ Mempromosikan membaca dan literasi sebagai syarat utama partisipasi dalam masyarakat melalui akses ke berbagai bentuk informasi
§ Mengenalkan perpustakaan dalam agenda organisasi-organisasi internasional
§ Pengembangan berdasarkan Laporan Trend IFLA
§ Mempromosikan standard-standard IFLA untuk mendukung layanan perpustakaan
2. Informasi dan Pengetahuan § Menciptakan lingkungan informasi
yang berkelanjutan jangka panjang § Mengajukan kerangka hak cipta yang
adil § Mendukung tata kelola internet masa
depan 3. Warisan Budaya
§ Membangun jaringan Pusat Preservasi dan Konservasi sebagai badan ahli yang berfungsi untuk menyelamatkan dokumen warisan budaya di dunia
54
§ Membangun standard koleksi dan preservasi konten dalam bentuk yang beragam
§ Menyelamatkan dokumen warisan budaya melalui Pencegahan Resiko Bencana
4. Pengembangan Kapasitas § Mempromosikan perpustakaan dalam
Agenda PBB 2030 tentang Pembangunan Berkelanjutan
§ Mensosialisasikan Program Advokasi Internasional
§ Meningkatkan Program Kepemimpinan
§ Mensosialisasikan program Penguatan Asosiasi Perpustakaan (BSLA)
§ Memperkuat IFLA melalui pengembangan kapasitas regional dan sektoral serta partisipasi melalui berbagai kegiatan
Posisi dan Peran Strategis Indonesia Partisipasi aktif Indonesia dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (2009-2016) dalam kegiatan IFLA dinilai sangat positif. Untuk itu Indonesia diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan workshop bertajuk Building Strong Library Associations (BSLA) yang didanai oleh IFLA pusat. Kegiatan workshop diselenggarakan di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, pada tanggal 3-7 Maret 2014. Sekjen IFLA Jennefer Nicholson hadir membuka acara, didampingi penanggung jawab kegiatan BSLA Fiona Bradley. Kegiatan yang dilaksanakan atas inisiatif dan dukungan IFLA ini dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI. Acara diikuti oleh 31 peserta yang datang dari dalam dan luar negeri, yaitu: a. National Library Board – Singapore (2
peserta) b. National Library of Indonesia (3 peserta) c. Thai Library Association/CONSAL (1
peserta) d. Vietnam Library Association (1 peserta) e. Indonesia Library Association (1 peserta) f. Association of Indonesian School
Information Professionals (1 peserta)
g. Thai Library Association (1 peserta) h. China (1 peserta) i. Goethe Institute (1 peserta) j. Cambodian Librarians and
Documentalists Association (2 peserta) k. Nepal Library Association (NLA) (2
peserta) l. Brunei Darussalam Library Association (2
peserta) m. Philippine Librarians Association, Inc.
(PLAI) (2 peserta) n. Pacific Islands Association of Libraries,
Archives, and Museums (PIALA) (2 peserta)
o. Sri Lanka Library Association (2 peserta) p. Myanmar Library Association (2 peserta) q. Laos Library Association (2 peserta) r. Persatuan Pustakawan Malaysia (2
peserta) s. Library Association of Singapore (1
peserta).
Pada tahun yang sama Indonesia juga aktif dalam The World Library and Information Congress: 79th International Federation of Library Association (IFLA) General Conference and Assembly, di Lyon, Perancis, tanggal 16 sampai 22 Agustus 2014. Sejumlah pustakawan dari berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hadir sebagai delegasi untuk mengikuti dan presentasi pada pertemuan tersebut. Pada tahun berikutnya yaitu 2015, Indonesia bahkan aktif lebih jauh dalam kegiatan The World Library and Information Congress: 80th International Federation of Library Association (IFLA) General Conference and Assembly, di Cape Town, Afrika Selatan, tanggal 15 sampai 21 Agustus 2015 dengan meloloskan dua tulisan ilmiah pegawai Perpustakaan Nasional untuk dipresentasikan pada konferensi tersebut yaitu: 1. Chaerul Umam dan Dr. Joko Santoso,
Indonesian National Digital Library: A national collaboration for preserving national heritage and information access, Session 102 Technology facilitating access to information: libraries supporting development - Information Technology
55
Library and Research Services for Parliaments Public Libraries and Asia and Oceania, http://library.ifla.org/1153/
2. Irhamni Ali dan Dr. Joko Santoso, E-government Service on Law & Legal Libraries: Case Study in Indonesia Government Agencies, Session 209 Law Libraries, http://library.ifla.org/1214/
Indonesia kembali meloloskan dan mengirimkan perwakilan ke kegiatan The World Library and Information Congress: 81st International Federation of Library Association (IFLA) General Conference and Assembly, di Colombus, Ohio, Amerika Serikat yang diadakan tanggal 13 sampai dengan 19 Agustus 2016. Pada kesempatan ini Saudara Irhamni dari Perpustakaan Nasional RI memaparkan makalah ilmiahnya berjudul Public Libraries and Open Government: a case study in Republic of Indonesia, dalam Sesi 96 - Asia and Oceania (http://library.ifla.org/1473/). Pada tahun 2017, Perpustakaan Nasional berpatisipasi aktif dalam Workshop of Metadata Palm Leaves Manuscripts yang diselenggarakan pada tanggal 2-4 Juli 2017 di Colombo, Srilangka. Delegasi yang mewakili Indonesia adalah Aditia Gunawan, pustakawan naskah di Perpustakaan Nasional. Nama peserta yang hadir adalah sebagai berikut: 1. Maja Zumer (IFLA Representative)
2. Assoc. Prof. Dr.Lampang Manmart (Facilitator From Khon Kaen University, Thailand)
3. Dr.Nisachol Chamnongsri (Facilitator From Suranaree University of Technol- ogy, Thailand)
4. Prof. Dr. Robert Fuchs (Technical University of Cologne, Germany)
5. Dr. Ramesh C. Gaur (Jawaharlal Nehru University)
6. David Wharton (National Library of Laos, Laos)
7. Dr. Rujaya Abhakorn (SEAMEO SPAFA) 8. Aditia Gunawan (National Library of
Indonesia) 9. Prof.Dr. WA Weerasooriya (University
Kelaniya, Sri Lanka) 10. Sunil Walimunige (National Library of Sri
Lanka) 11. Udaya Cabral (National Library of Sri
Lanka) 12. Premila Gamage (IPSIFCA/AO, Sri Lanka) 13. G.D. Amarasiri (Observer, National
Library of Sri Lanka) 14. Asst.Prof.Dr.Vispat Chaichuay (Observer,
Khon Kaen University, Thailand) 15. Dr. Suprave Oonjan (Observer, Uttaradit
Rajabhat University, Thailand) Workshop ini menghasilkan beberapa rekomendasi terkait perkembangan standar metadata naskah Nusantara. Laporan atas kegiatan ini bisa diakses melalui:
56
https://www.ifla.org/files/assets/hq/plm2017_scopingworkshopreport_0.pdf. Manfaat umum yang didapat Indonesia di dalam forum ini ialah peningkatan pembangunan kapasitas di bidang kepustakawanan bagi profesi pustakawan melalui asosiasi profesi bidang kepustakawanan di Indonesia, yakni Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI), Forum Perpustakaam Perguruan Tinggi (FPPTI) dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan Indonesia (ISIPII). Kapasitas di bidang kepustakawanan ini misalnya dalam kemampuan manajerial organisasi profesi, penggalangan usaha dan dana, kajian dan publikasi serta kegiatan bersama antarlembaga dan profesi serumpun. Di samping itu partisipasi Indonesia dalam organisasi internasional IFLA ialah mendapatkan manfaat terhadap ketersediaan dan akses informasi dari anggota IFLA lainnya melalui resource sharing. Pada sisi lain Indonesia dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan di bidang perpustakaan dan informasi sebagai bahan rujukan dalam pengembangan semua jenis perpustakaan dan dalam penetapan kebijakan pengembangan perpustakaan nasional berdasarkan pada isu-isu mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perpustakaan.
Manfaat Teknis dalam partisipasi aktif Indonesia dalam organisai IFLA terkait dengan implementasi berbagai standar dan panduan di bidang perpustakaan produk IFLA. Standar dan panduan tersebut banyak digunakan sebagai alat kerja di perpustakaan misalnya, Dewey Decimal Classficication (DDC) dan Anglo-American Cataloging Rules (AACR) di mana Indonesia memperoleh hak menterjemahkan kedua pedoman tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, standar metadata bibliografis Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan format data
bibliography standar yang telah diadopsi Perpustakaan Nasional Indonesia menjadi standar metadata bibliografis nasional bernama Machine Readable Cataloging (INDOMARC) yang kini stndar internasional MARC telah berkembang terus, menjadi standard interoperabilitas data katalog koleksi perpustakaan MARC21-XML. Selanjutnya Perpustakaan Nasional juga mendapatkan hak menterjemahkan standar pengelolaan perpustakaan Library for All dan School Library Manifesto. Kedua buku ini merupakan acuan terhadap pengelolaan perpustakaan umum dan manifesto dunia tentang keberadaan dan pentingnya perpustakaan sekolah. Manfaat teknis yang didapatkan oleh Perpustakaan Nasional secara khusus serta Indonesia secara umum lainnya adalah Indonesia mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam beberapa kegiatan IFLA yang terkait dengan diseminasi dan sosialisasi penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDG). Melalui partisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut, Indonesia yang diwakili oleh Perpustakaan Nasional serta Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dapat melaporkan program-program perpustakaan yang memberikan andil untuk mencapai salah satu atau beberapa TPB sekaligus. Program-program yang dilaporkan oleh Indonesia ini kemudian dijadikan contoh salah satu best practices bagaimana program perpustakaan turut seta dalam pencapaian TPG. Program perpustakaan yang diterapkan oleh Perpustakaan Nasional yang sudah disitir oleh IFLA dapat dilihat dalam IFLA Toolkit: Libraries and implementation of the UN 2030 Agenda (https://www.ifla.org/files/assets/hq/topics/libraries-development/documents/libraries-un-2030-agenda-toolkit.pdf) dan panduan tentang TPG oleh IFLA berjudul How libraries contribute to sustainable development & the SDGs IFLA ALP: Building Better Library Communities (https://www.ifla.org/files/assets/alp/103-fbradley-alp.pdf).
57
RENCANA PEMANFAATAN KEANGGOTAAN INDONESIA PADA IFLA UNTUK PERIODE 5 TAHUN KE DEPAN
1. Saling tukar informasi tentang isu-isu
mutakhir perpustakaan dan kepustakawanan, teknologi, keahlian dan bahan perpustakaan.
2. Mengadakan kongres/ pertemuan, workshop dan seminar bersama antarpustakawan di tingkat regional IFLA dan internasional membahas aspek-aspek khusus di bidang perpustakaan dalam rangka pengembangan perpustakaan dan pustakawan di Indonesia;
3. Mendorong para pustakawan khususnya di lingkungan Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Khusus dan perpustakaan-perpustakaan lainnya untuk meneruskan tradisi partisipasi sebagai pemakalah dalam acara tahunan IFLA;
4. Aktif menggunakan hak-hak sebagai anggota institusional dalam memberikan suara pada penentuan arah kebijakan strategis IFLA;
5. Mendorong partisipasi pejabat struktural dan fungsional Perpustakaan Nasional serta pustakawan-pustakawan seluruh Indonesia dalam struktur organisasi (Dewan Pengurus) IFLA melalui nominasi.
6. Memanfaatkan kegiatan-kegiatan serta rekomendasi IFLA tentang peran perpustakaan dalam mencapai TPG untuk menguatkan peran dan posisi perpustakaan dalam pembangunan di Indonesia secara umum.
IMPLIKASI YANG AKAN TIMBUL JIKA INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN PADA IFLA
1. Perpustakaan dan pustakawan di
Indonesia akan mengalami kemunduran secara umum, dan akan berdampak pada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan di Indonesia.
2. Pustakawan Indonesia akan kehilangan privilege dan benefit saat akan mendaftar sebagai peserta atau pemakalah pada kegiatan-kegiatan IFLA.
3. Indonesia akan kehilangan hak pilih pada IFLA General Assembly serta kehilangan kesempatan untuk menempatkan perwakilannya pada Dewan Pengurus IFLA.
4. Indonesia akan kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya penguatan peran perpustakaan untuk mencapai TPG yang dapat meningkatkan reputasi Indonesia secara umum di dunia.
B. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-10 (KPDI 10) telah diselenggarakan di Hotel Lombok Raya, Mataram, Nusa Tenggara Barat tanggal 7 sampai dengan 10 November 2017 dengan baik. Penyelenggaraan KPDI 10 merupakan hasil kerja sama antara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan Universitas Mataram, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kota Mataram, Forum Perpustakaan Digital Indonesia serta dukungan dari Universitas Islam Indonesia Mataram.
Tema KPDI 10 yaitu “Peran Perpustakaan Digital dalam Menunjang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2030” membahas potensi dan peran penting perpustakaan digital dalam mendukung pencapaian TPB melalui penyediaan akses ke informasi, sarana teknologi informasi dan komunikasi, bantuan kepada masyarakat dalam pembangunan kapasitas pemanfaatan informasi, serta pelestarian informasi untuk generasi mendatang melalui topik-topik sebagai berikut:
58
1. Perpustakaan digital dalam meningkatkan akses ke public knowledge;
2. Perpustakaan digital dalam mendukung inovasi dan invensi pengetahuan;
3. Manifestasi perpustakaan digital dalam pelestarian budaya;
4. Perpustakaan digital dan pembangunan kapasitas sosial kemasyarakatan.
KPDI 10 diawali dengan sesi kebijakan yang diisi oleh tiga narasumber yaitu Plt Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Ir. Bambang Subiyanto, M.Sc, Kepala Subdirektorat Industri Teknologi Informasi Komunikasi dan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Komunikasi dan Informatika Drs. Erwin Sjachrial yang mewakili Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik serta Kepala Perpustakaan Universitas Mataram Muslimin, S.Sos., M.M. yang mewakili Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Mataram. Selanjutnya, ada 16 makalah yang dipaparkan pada sesi paralel konferensi. Makalah tersebut hasil seleksi dari total 42 makalah yang diterima melalui call for papers. Total jumlah peserta yang hadir pada KPDI 10 sebanyak 441 orang. Rangkaian kegiatan KPDI 10 diakhiri dengan kegiatan kunjungan wisata ke berbagai lokasi wisata di sekitar kota Mataram. Pada KPDI 10 ini, Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) melalui Rapat Pengurus Tahunan menghasilkan rumusan Peta Jalan Program Strategis 2017—2019 yaitu: 1. Menyusun kerangka kerja (framework)
Perpustakaan Digital Indonesia 2. Menyusun pedoman pengelolaan konten
digital dan kurasi digital 3. Menyusun pedoman akses repositori
nasional berbasis pada integrasi repositori institusi
4. Menyusun pedoman metadata dan interoperabilitas perpustakaan digital Indonesia.
5. Menyusun pedoman akses terbuka (open Access), keternampakan (visibilitas, visibility), skalabilitas (scalability) data pepustakaan digital
6. Menyusun pedoman etika dan perlindungan hak cipta konten perpustakaan digital
7. Komunikasi, sosialisasi, monitoring dan evaluasi program dengan pelibatan pemangku kepentingan (stakeholders) program pengembangan perpustakaan digital
8. Menyusun pedoman indeks pengukuran impak Implementasi perpustakaan digital di masyarakat
9. Menyusun pedoman literasi digital 10. Menyusun pedoman sistem keamanan
data perpustakaan digital. Beberapa poin rekomendasi juga dihasilkan, yaitu: Rekomendasi Internal 1. Finalisasi dan Sosialisasi Anggaran Dasar
Organisasi FPDI tahun 2017-2018; 2. FPDI Pusat menfasilitasi pembentukan
organisasi FPDI tingkat wilayah provinsi; 3. KPDI akan diselenggarakan oleh FPDI
pusat dengan institusi di daerah; 4. Penguatan organisasi dan tata kelola
FPDI dengan membuat kegiatan-kegiatan mandiri.
5. Penambahan sesi kepakaran pada KPDI selanjutnya.
6. Penambahan jumlah sesi parallel.
Rekomendasi Eksternal 1. Mendukung upaya Menristek Dikti dan
Perpusnas mewujudkan kebijakan akses terbuka repositori institusi dan distribusi hasil kajian ilmiah yang sesuai dengan semangat keterbukaan dan pemerataan;
2. Mendorong kerjasama pengembangan akses sumber daya elektronik (e-resources) untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.
Melalui proses pemungutan suara peserta KPDI 10, Medan, Sumatera Utara terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-11 tahun 2018 mendatang.
59
IKU 6. Jumlah Dokumen Kebijakan di Lingkungan Pusjasa Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah dokumen kebijakan NSPK yang mengatur baik secara strategis maupun teknis pengelolaan jasa layanan perpustakaan dan informasi yang bertujuan mempermudah dan memberikan kepastian atas setiap kebijakan. Dokumen-dokumen ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Perpustakaan Umum lain di Indonesia dalam menerapkan kebijakan layanannya.
1. Rencana Strategis Pusjasa 2015-2019 2. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(Pusjasa) 3. Kajian Kepuasan Pemustaka 4. Dokumen Kebijakan Graha Literasi 5. Laporan Quick Win peningkatan
Layanan Keanggotaan 6. Standar Pelayanan Publik di
Lingkungan Perpusnas.
Tabel 22. Target dan capaian Indikator Kinerja 6 2017
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2017 Target Real isasi %
Capaian 1. Tersedianya Kebijakan
Layanan Perpustakaan Jumlah Dokumen Kebijakan di Lingkungan Pusjasa
6 6 100
Capaian Kinerja Tahun 2017 Terhadap Renstra Tahun 2015-‐2019 Berdasarkan capaian kinerja tahun 2015 dan tahun 2016, maka capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi berdasarkan hasil pengukurannya sampai dengan tahun 2017 terhadap Renstra Perpustakaan Nasional
Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut. Analisis capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi sampai dengan tahun 2017 berdasarkan masing-masing indikator kinerja, meliputi:
a. Indikator Kinerja Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan
Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 1: Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan sebesar 429,1%, dengan rincian target capaian 1.240.000 orang dan realisasi sebesar 5.321.048 orang. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 10.464.918 pemustaka. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 7.060.000 orang, maka capaian
Indikator kinerja 1 telah mencapai 148,22% dari target akhir. Tingginya angka capaian ini tidak terlepas dari penggunaan fasilitas layanan gedung baru Merdeka selatan dan meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap layanan on-line. Dengan demikian, diperlukan penyesuaian target pada renstra 2020-2024 dengan baseline asumsi yang aktual.
b. Indikator Kinerja Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno
Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 2: Jumlah alih aksara, alih bahasa dan
penelitian naskah kuno sebesar 200%, dengan rincian target capaian 10 naskah dan realisasi sebesar 20 naskah. Selama 2015-2017, telah
60
tercapai sebanyak 44 naskah. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 174 naskah, maka capaian Indikator kinerja 2 telah mencapai 25% dari target akhir. Untuk
memenuhi target ini, maka program alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno telah menjadi prioritas bidang di Perpustakaan Nasional pada tahun 2019.
c. Indikator Kinerja Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 3: Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 20 perpustakaan dan realisasi sebanyak 20 perpustakaan. Selama
2015-2017, telah tercapai sebanyak 120 perpustakaan dengan fasilitas jaringan yang memadai. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 250 perpustakaan, maka capaian Indikator kinerja 3 telah mencapai 48% dari target akhir.
d. Indikator Kinerja Pengembangan TIK Perpusnas Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 4: Pengembangan TIK Perpusnas sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 1 paket
dan realisasi sebanyak 1 paket. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 3 paket (70,1%) dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 23. Progress Pengembangan TIK Perpusnas 2015-‐2017 No Tahun Anggaran
(da lam r ibu) Persentase Jenis Keg iatan
1. 2015 2.250.000 1,23 % Grand desain TI dan Komunikasi untuk gedung Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan, Penyediaan Generator Set pendukung data center gedung layanan
merdeka selatan. 2. 2016 60.389.814 33,21 % Pembangunan fisik data center, pembangunan
sistem pengkabelan jaringan komputer, pembangunan sistem keamanan dan inventori koleksi berbasis RFID, pembangunan
perangkat keras layanan berbasis TIK. 3. 2017 66.557.005 36, 60 % Pengembangan Infrastruktur data center,
penambahan perangkat jaringan komputer terdistribusi, pengadaan RFID tag dan komponen pendukung, pengadaan kartu keanggotaan dual transponder berbasis RFID, pengadaan personal komputer bagi layanan multimedia, perangkat keras digital signage dan sarana layanan mandiri, pengadaan server
digital iPusnas.
e. Indikator Kinerja Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 5: Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 3 kali dan realisasi sebanyak 3 kali, melalui (1) Pelaksanaan Kerja Sama di Bidang Perpustakaan melalui Nota Kesepahaman, (2) Partisipasi dalam Organisasi Profesi, dan (3)
61
Pelaksanaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. Selama 2015-‐2017, telah tercapai sebanyak 230 lembaga yang mengimplementasikan kerja sama dengan Perpusnas. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 496 perpustakaan, maka capaian Indikator kinerja 5 telah mencapai 40% dari target akhir.
f. Indikator Kinerja Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 6: Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 6 dokumen dan realisasi sebanyak 6 dokumen. Selama 2015-‐2017, telah tercapai sebanyak 6 dokumen kebijakan layanan . Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 33 dokumen, maka capaian Indikator kinerja 6 telah mencapai 18% dari target akhir.
Akuntabil itas Kinerja Dalam mendukung pencapaian indikator kinerja tahun 2017, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional menyerap anggaran sebesar 101.691.016.417,- atau 98,63% dari alokasi anggaran tahun 2017 sebesar Rp.103.106.409.000,-. Dengan demikian, pencapaian kegiatan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional tahun
2017 secara keseluruhan telah berjalan dengan baik Tingkat akuntabilitas kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi 2017 secara keseluruhan berdasarkan hasil pengukurannya terhadap target anggaran yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi I Tahun 2016 dapat diilustrasikan dalam Tabel di bawah.
Tabel 24. Akuntabilitas Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2015-‐2017
62
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 1. Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Perpustakaan Nasional melaksanakan tugas perumusan kebijakan dan pelaksanaan di bibdang pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi di lingkungan Perpustakaan Nasional berdasarkan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi berlandaskan pada visi, misi, tujuan, kebijakan dan sasaran strategis, serta indikator kinerja yang ditetapkan dalam Renstra Perpusnas 2015-2019, Renstra Deputi I 2015-2019, Renstra Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016.
2. LKIP Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bagian integral dan siklus akuntabilitas kinerja yang utuh yang dituangkan dalam suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
3. LKIP Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional ini menyajikan indikator, target dan capaian kinerja serta hambatan dan upaya pemecahan masalah tahun 2017. Capaian
kinerja (performance results) Pusat Jasa tahun 2017 tersebut diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) dan rencana kegiatan sebagai tolok ukur keberhasilan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. LKIP juga menyajikan analisis capaian kinerja pada tahun 2017, perbandingan dengan capaian pada tahun sebelumnya (2016), dan capaian sampai pada akhir tahun Renstra.
4. Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional, terdapat enam sasaran strategis, yakni (1) Terselenggaranya layanan perpustakaan yang prima, (2) Terlaksananya pelestarian bahan perpustakaan dan naskah kuno, (3) Terlaksananya jejaring nasional perpustakaan, (4) Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK, (5) Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan, dan (6) Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi yang mencakup tiga indikator utama. Ketiga target Indikator telah tercapai dengan baik, dengan rincian sebagai berikut:
a. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 1: Jumlah pemustaka yang memanfaatkan layanan sebesar 429,1%, dengan rincian target capaian 1.240.000 orang dan realisasi sebesar 5.321.048 orang. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 10.464.918 pemustaka. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 7.060.000 orang,
63
maka capaian Indikator kinerja 1 telah mencapai 148,22% dari target akhir. Tingginya angka capaian ini tidak terlepas dari penggunaan fasilitas layanan gedung baru Merdeka selatan dan meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap layanan on-line. Dengan demikian, diperlukan penyesuaian target pada renstra 2020-2024 dengan baseline asumsi yang aktual.
b. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 2: Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno sebesar 200%, dengan rincian target capaian 10 naskah dan realisasi sebesar 20 naskah. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 44 naskah. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 174 naskah, maka capaian Indikator kinerja 2 telah mencapai 25% dari target akhir. Untuk memenuhi target ini, maka program alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno telah menjadi prioritas bidang di Perpustakaan Nasional pada tahun 2019.
c. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 3: Jumlah mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 20 perpustakaan dan realisasi sebanyak 20 perpustakaan. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 120 perpustakaan dengan fasilitas jaringan yang memadai. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 250 perpustakaan, maka capaian Indikator kinerja 3 telah mencapai 48% dari target akhir.
d. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 4: Pengembangan TIK Perpusnas sebesar 100%, dengan rincian target capaian
sebanyak 1 paket dan realisasi sebanyak 1 paket. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 3 paket (70,1%)
e. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 5: Terlaksananya kerjasama antar perpustakaan sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 3 kali dan realisasi sebanyak 3 kali, melalui (1) Pelaksanaan Kerja Sama di Bidang Perpustakaan melalui Nota Kesepahaman, (2) Partisipasi dalam Organisasi Profesi, dan (3) Pelaksanaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 230 lembaga yang mengimplementasikan kerja sama dengan Perpusnas. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 496 perpustakaan, maka capaian Indikator kinerja 5 telah mencapai 40% dari target akhir.
f. Capaian kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2017 untuk Indikator Kinerja 6: Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan sebesar 100%, dengan rincian target capaian sebanyak 6 dokumen dan realisasi sebanyak 6 dokumen. Selama 2015-2017, telah tercapai sebanyak 6 dokumen kebijakan layanan. Berdasarkan target akhir tahun renstra yang menargetkan 33 dokumen, maka capaian Indikator kinerja 6 telah mencapai 18% dari target akhir.
5. Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional menyerap anggaran sebesar 101.691.016.417,- atau 98,63% dari alokasi anggaran tahun 2017 sebesar Rp.103.106.409.000,-. Dengan demikian, pencapaian kegiatan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional tahun 2017 secara keseluruhan telah berjalan dengan baik.
64
Keberhasilan pencapaian target kinerja secara keseluruhan ini sangat ditentukan oleh adanya komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen di Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional dan dukungan kerja sama Unit-Unit Kerja terkait serta stakeholder sebagai bagian integral dari Perpustakaan Nasional.
Saran 1. Perlu adanya pemutakhiran konten
layanan online di Perpustakaan Nasional demi meningkatkan jumlah pemustaka;
2. Peningkatan jumlah pemustaka juga harus diupayakan melalui peningkatan kualitas layanan onsite di Perpustakaan Nasional melalui upaya sosialisasi dan promosi yang terukur yang dapat menarik minat dan antusias pemustaka;
3. Perlu adanya survei tingkat kepuasan layanan untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan;
4. Perlunya peningkatan upaya penelitian dan internalisasi naskah kuno dalam kehidupan sehari-hari.
5. Peningkatan jejaring perpustakaan nasional dapat diupayakan melalui peningkatan implementasi kerjasama bidang perpustakaan yang menunjang tujuan Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi.
6. Perpusnas perlu memastikan bahwa setiap program dapat menyentuh dampaknya kepada pemustaka dan bisa diukur secara akuntabel.