literatur klt
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Literatur KLT
1/5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 DASAR TEORI
Istilah kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan berdasarkan pada migration
medium yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap fase diam dan fase gerak. terdapat 3 halyang wajib ada pada teknik ini. yang pertama yaitu harus terdapat medium perpindahan
tempat, yaitu tempat terjadinya pemisahan. Kedua harus terdapat gaya dorong agar spesies
dapat berpisah sepanjang migration medium. Yang ketiga harus terdapat gaya tolakan
selektif. Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan pemisahan dari bahan kimia yang
dipertimbangkan sienko,et.al, !"#$%.
Kromatografi &apis 'ipis merupakan teknik pemisahan (ara lama yang digunakan se(ara
luas, terutama dalam analisis (ampuran yang rumit dari sumber alam. 'etapi dalam kuantisasi
belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan oleh )*&+ High Performance Thin-
layer Chromatography% atau Kromatografi &apis 'ipis Kinerja 'inggi unson, !""!%.
-dsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan
aluminium oksida. ilika gel umumnya mengandung /at tambahan Kalsium sulfat untuk
mempertinggi daya lekatnya. 0at ini digunakan sebagai adsorben uni1ersal untuk
kromatografi senyawa netral, asam dan basa. -luminum iksida mempunyai kemampuan
koordinasi dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang mengandung gugs
fungsi yang berbeda. -lu,inium okida mengandung ion alkali dan dengan demikianbereaksi
sebagai basa dalam suspensi air. 2isamping kedua adsorben yang sangat aktif ini dalam hal
tertentu dapat digunakan kieselgur yang kurang aktif sebagai lapis sorpsi.
ntuk pemisahan tertentu selanjutnya, kini juga digunakan poliamida, selulosa, kalsium dan
magnesium silikat serta adsorben yang diimpregnasi. tabel dibawah ini memberikan
keterangan mengenai efek pemisahan pada lapis sorpsi tertentu4
-ktifitas adsorben pada hakekatnya dipengaruhi oleh kadar air, teknik penotolan dan
konsentrasi larutan yang dianalisis. (ara pengembangan kromatografi lapis tipis adalah
menaik, disamping (ara lain seperti teknik ganda, kromatografi fungsional, teknik *5* dan
teknik gradien.
Deteksi. untuk kromatografi lapis tipis, kemungkinan digunakan pereaksi agresif seperti
asam sulfat pekat yang disemprotkan jika tidak ada pereaksi lain misalnya reaksi warna. *ada
proses selanjutnya, pemanasan dalam o1en pengering akan menyebabkan terbentuknya noda
gelap senyawa yang dipisahkan karena terjadinya pengarangan.
Penyelesaian kualitatif dan kuantitatif. ntuk identifikasi /at yang terpisah dapat
digunakan penyelesaian kuantitatif langsung dalam bentuk satuan miligram atau mikrogram.
&apis adsorben yang mengandung /at dikerok dengan spatula dan diekstraksi dengan pelarut
yang sesuai. elanjutnya dapat dilakukan penentuan mikrogra1imetri, mikrotitrimetri,
pengukuran dalam daerah 676I, pengukuran indeks refraksi, polarografi, dan lainnya.
-
7/24/2019 Literatur KLT
2/5
8idang penggunaan. *rosedur ini dapat digunakan untuk pemeriksaan identitas dan
kemurnian senyawa obatserta untuk penentuan kuantitatif masing9masing senyawa aktif
(ampuran senyawa obat. prosedur ini juga paling penting untuk kontrol tahap reaksi kimia
pada sintesis, untuk analisis toksikologi, pemeriksaan (airan tubuh, kosmetika dan bahan
pangan 5oth and blas(hike, !"##%
meski banyak terdapat metode seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat metode lain
yang pembiayaannya paling murah dan memakai peralatan paling dasar yaitu Kromatografi
&apis 'ipis *reparatif K&'*%. adsorben yang paling banyak digunakan yaitu silika gel yang
dipakai untuk pemisahan (ampuran lipofil maupun senyawa hidrofil. ketebalan adsorben
yang paling sering digunakan ialah :,; < = mm. pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran
plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan K&'*. kuran
partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat mutu K&' )ostettmann and
aston, !"#>%.
1.2 TUJUAN
etelah menyelesaikan per(obaan Kromatografi lapis 'ipis ini diharapkan mahasiswa
peserta praktikum organik akan dapat memahami prinsip metode pemisahan dengan
kromatografi dan mampu menngoperasikan pemisahan dengan metode kromatografi lapis
tipis.
BAB II. ETODOLO!I
2.1 ALAT DAN BAHAN
*ipa kapiler, pensil, (hamber pengembang, beaker glass, (orong pisah, pipet ukur, karethisap, sinar 6, plat K&', (orong, spatula, o1en, hasil ekstraksi bengkoang yaitu iso1la1on
sebagai larutan sampel dan (ampuran pelarut9pelarut pengembang.
2.2 DIA!RA "ERJA
-
7/24/2019 Literatur KLT
3/5
BAB III. HASIL DAN PEBAHASAN
#.1 HASIL PEN!AATAN
#.2 ANALISA PROSEDUR
2alam praktikum ini, pertama yang dilakukan adalah pengakti1asian plat K&' dengan
pemanasan pada tanur dengan suhu !:::+ selama 3: menit untuk menghilangkan kadar air
pada plat. selanjutnya penyiapan 3 jenis larutan pengembang. &arutan yang pertama yaitu
n.8utanol yang ditambah asam asetat dan air dengan perbandingan $ 4 ! 4 ;, yang diambail
dengan menggunakan pipet ukur hingga tanda batas dan dimasukkan ke dalam (orong pisah.
+ampuran larutan yang terdapat dalam (orong pisah diko(ok agar terbentuk fasa9fasa lapisan.
?ika lapisan tersebut telah terlihat, lapisan9lapisan tersebut dipisahkan dengan (ara
menggantung (orong pisah pada statip. &apisan bagian bawah yang dihasilkan dari prosespengo(okan merupakan 8-- (ampuran senyawa9senyawa% yang memiliki fungsi sebagai
penjenuh *&-' K&', sedangkan lapisan bagian atas merupakan larutan pengembang itu
sendiri. lapisan9lapisan ini dimasukkan ke dalam (hamber pengembang.
ntuk pembuatan larutan pengembang kedua, asam asetat, air dan )+& 3:@ di(ampur
dengan perbandingan 3: 4 !: 4 3. prosedur pembuatan larutan pengembang ini sama dengan
larutan pengembang pertama, hanya untuk pengambilan )+& menggunakan karet hisap
karena )+& ini pekat bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan
pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. edangkan untuk larutan pengembang ketiga
)+& !@ dapat langsung dimasukkan ke dalam (hamber pengembang.
-
7/24/2019 Literatur KLT
4/5
&angkah berikutnya dalah penotolan sampel pada plat K&' yang sudah diaktifasi. *enotolan
dilakkukan dengan pipa kapiler. 'erlebih dahulu ujung plat ditandaidigaris% dengan pensil
dengan kararak !,; (m < = (m, kemudian penotolan dilakukan pada garis tersebut sebanyak $
kali dengan kadar penotolan yang sama dan dan daerah yang sama pula dengan jeda waktu
tertertentu atau sampai hasil penotolan sebelumnya terlihat kering. 2engan (ara yang sama
penotolan dilakukan pada 3 plat K&' yang lain.
elanjutnya dilakukan proses pengembangan.
PLAT I
2imasukkan ke dalam (hamber pengembang yang berisi larutan 8-- lapisan bawah%. *lat
yang dimasukkan tidak dalam kondisi ter(elupkan, karena fungsi dari larutan 8-- ini hanya
sebagai penjenuh plat yang sudah di totol tersebut. Kemudian plat dimasukan ke dalam
(hamber pengembang yang berisi larutan 8-- lapisan atas% dengan keadaan plat ter(elup
pada larutan tetapi tidak lebih dari garis penotolan, (hamber pengembang kemudian ditutup.
PLAT II
dimasukkan ke dalam (hamber pengembang yang berisi larutan pengembang ke9=, dengan
kondisi plat seperti pada plat !, selanjutnya (hamber pengembang ditutup rapat.
PLAT III4 dengan (ara yang sama seperti pada plat k9=.
2ari perlakuan di atas setelah beberapa saat, plat di keluarkan dari (ahmaber pengembang
dan dilakukan 1isualisasi noda yang terbentuk mengggunakan sinar 6.
#.# ANALISA HASIL
2ari hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan nilai 5f ! A :,#3B 5f= A :,3# dan 5f 3 A
:,;. edangkan apabila dibandingkan dengan 5f literatur )ostetmann and anson,!"#>%
dengan pelarut yang sama didapatkan nilai 5f sebesar :,C3. edangkan untuk 5f yang sudah
distandarisasi yaitu antara :,:! < :,"". )al ini berarti per(obaan ini tidaklah terlalu
menyimpang.
$akt%&'fakt%& yan( )e)*en(a&u+i +a&(a Rf yaitu ,u)la+ *en%t%lan- lea& *en%t%lan-
ads%&en yan( te&da*at *ada *lat- su+u- la)a *en(elusian dan keafinitasan *ela&ut
yakni ke*%la&annya.
2ilihat dari pergerakan spot pada saat pengelusian diketahui bahwa spot pada (hamber ke9=
lebih (epat dibandingkan dengan yang lain. 2ilanjutkan spot pada (hamber ke9! dan ke93.
)al ini karena (ampuran pelarut II memiliki sifat kepolaran yang lebih besar dibandingkan
dengan yang lain. ehingga dengan sampel yang bersifat polar juga, maka akan membawa
spot bergerak dengan mudah like dissol1e like%
*erlu diketahuibahwa ketika senyawa polar berinteraksi dengan plat siliki, sampel tersebut
akan tertahan lebih lama pada permukaan plat karena antara palat dengan sampel akan
memebentukikatan hidrogen dengan silikat residu yang terdapat pada plat., sehingga untuk
membawanya bergerak melewati plat, diperlukan kepolaran yang sama. )al ini juga
-
7/24/2019 Literatur KLT
5/5
menjawab mengenai alasan ke(epatan pergerakan spot. kepolaran (ampuran tertinggi terdapat
pada (hamber =,!, dan 3.
BAB. I/ PENUTUP
0.1 "ESIPULAN
K&' merupakan pemisahan senyawa berdasarkan fase diamnya silika gel% yang tedapat pada
plat dan fase geraknya yakni pelarut. *emisahan senyawa yang terjadi tergantung pada
kepolaran senyawadan pelarut yang ada, dimana sampel polar dan pelarut polar akan
bergerak (epat walaupun tidak se(epat jika sampel dan pelarut bersifat non polar.
*roses pemisahan dilakukan dengan 3 tahap yakni tahap pembuatan larutan pengembang,
penotolan sampel pada plat K&' dan tahap pengembangan.
0.2 DA$TAR PUSTA"A
)ostetmann and anson,!"#>, +-5- K5D-'DG5-EI *5F*-5-'IE, I'8, 8andung
unson, ?ames,., !""!, -H-&II E-5-I, -irlangga ni1ersity *ress, urabaya
5oth, )erman, ?., 8las(hike, G., !"##, -H-&II E-5-I, Gadjah ada ni1ersity
*ress, Yogya
ienko, *lane and ar(us, !"#$, F*F5IFH'-& +)FI'5Y >') F2I'IDH, (
Graw )ill 8ook +o, ingapore
About these ads.
http://en.wordpress.com/about-these-ads/http://en.wordpress.com/about-these-ads/