li p2.docx
TRANSCRIPT
1. Luka
a. Definisi : bg chandra, abza, fitri
b. Jenis : lutfil, sukri , sadam
c. Patofisio : butet, bg ale, kevin
d. Komplikasi : kak melvy, nora, arini
Hematoma
Hematoma timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembuluh darah yang berdarah dan dapat
timbul lanjut pada pasien hipertensi atau cacat koagulasi. Biasanya hematoma dapat dibiarkan hilang
spontan, tetapi hematoma yang meluas membutuhkan operasi ulang dan pengendalian perdarahan.
Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dari tindakan operasi dan sering mengikuti hematoma
luka. Pada 1867, Lister, dalam penelitiannya tentang antiseptik mengatakan bahwa gangren rumah
sakit ikut berperan pada jumlah kematian antara 20-100%. Dewasa ini, infeksi luka sering tidak fatal,
tetapi dapat menimbulkan cacat. Dua faktor penting yang jelas berperan pada patogenesis infeksi
adalah ( 1) dosis kontaminasi bakteri, dan (2) ketahanan pasien.
e. Homeostasis : butet, bg ale, kevin
f. Mekanisme penyembuhan : kak melvy, nora, arini
g. Penanganan : bg chandra, abza, fitri
h. Prognosis : lutfil, sukri , sadam
i. Peran sistem imun : butet, bg ale, kevin
j. Melanogenesis : bg chandra, abza, fitri
k. Jalur metabolism terhadap proliferasi sel basal : lutfil, sukri , sadam
2. Luka bakar
a. Definisi : kak melvy, nora, arini
l. Derajat : kak melvy, nora, arini
b. Histopato : lutfil, sukri , sadam
Gambaran histopatologis luka bakar pada kulit tikus hari ke-7 (a: edema; b: infiltrasi sel radang;
c: hemoragi, HE, 100x)
c. Patofisio dan pathway : butet, bg ale, kevin
Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 0C tanpa kerusakan bermakna. Antara 440
dan 5l 0C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur
dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas 5l 0C, protein terdenaturasi
dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70 0C menyebabkan
kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat singkat yang dapat
ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan
perubahan sirkulasi; tetapi pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif.
Luka bakar secara klasik, dibagi atils derajat satu, dua dan tiga. Luka derajat satu hanya
mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah hiperemia dan eritema. Luka derajat dua
mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis serta diserta lepuh dan/atau
edema dan basah. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan dermis serta biasanya
tampak sebagai luka kering, seringkali dengan vena koagulasi yang terbayang melalui
permukaan kulit. Penggunaan sistem klasifikasi kedalaman luka ini dapat memberi gambaran
klinik tentang apakah luka sembuh secara spontan atau apakah membutuhkan cangkokan. Pada
evaluasi awal, sering sulit untuk memeriksa kedalaman luka, terutama pada luka derrnis yang
dalam (derajat dua).
d. Tata laksana : bg chandra, abza, fitri
e. Komplikasi : butet, bg ale, kevin
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya yang timbul adalah akibat jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi ini memerluka program fisioterapi intensif dan
kontraktur memerlukan tindakan bedah.
Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi. Dapat terjadi ateletaksis, penumonia,
atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma.
Sumber: Bisono, Pusponegoro AD. Luka, Trauma, Syok, Bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R, de
Jong W, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC, 1997: hal. 81-91
f. Prognosis : bg chandra, abza, fitr
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor yang menyangkut
mortalitas dan morbiditas, yaitu : 1. Jenis luka bakar, lokasi, dan kedalaman; 2. Respon pasien
terhadap trauma dan terapi ; 3. Terapi.
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut. Pada usia yang
sangat muda system regulasi tubuh belum berkembang sempurna, komposisi cairan intravascular
dibandingkan cairan ekstravaskular,intersisiel dan intraselular berbeda dengan komposisi
manusia dewasa dan sangat rentan terhadap trauma. Sedangkan pada usia lanjut proses
degenerative pada system, organ, dan sel merupakan salah satu faktor yang mengurangi
toleransi, daya tahan, dan daya kompensasi tubuh terhadap trauma.
Sumber : Moenadjat Y. prognosis dan sistem skoring luka bakar. Dalam : Moenadjat Y editor. Luka Bakar. Edisi ke-2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010: hal. 1-10
g. Peran sistem imun : lutfil, sukri , sadam
h. Melanogenesis : kak melvy, nora, arini
3. Kasus :
a. Oplas dan efek samping : lutfil, sukri , sadam
b. Peny. Laser dan efek samping : kak melvy, nora, arini
c. Terapi sinar mataharipd pasien luka bakar : bg chandra, abza, fitri
d. Nutrisi bagi pasien luka bakar : butet, bg ale, kevin
e. Psikologis pasien terhadap penyembuhan : kak melvy, nora, arini
4. Issue:
a. Bedah plastic : lutfil, sukri , sadam
b. Laser : butet, bg ale, kevin
5. Keloid
a. Tipe : bg chandra, abza, fitri
b. Mekanisme : lutfil, sukri , sadam
Dalam 24 jam, mungkin karena rangsang PDGF, fibroblast dalam jaringan subkutis berpindahr
dari tepi luka sepanjang benang-benang fibrin di luka. Segera setelah itu, kolagen dikeluarkan, dimulai
proses ikatan, dan proses ke arah penggabungan yang kuat antara tepitepi luka. Pada luka yang sudah
sembuh. Pengukuran hidroksiprolin adalah indeks pembentukan kolagen. Tingkat hidroksiprolin tinggi
pada hari ke 4- 12, dan akan mulai berkurang dengan cepat. Kekuatan tegangan luka terus meningkat
bila kolagen matur. Dua proses utama yang bekerja selama maturasi ini : (1) ikatan dalam molekul-
molekul kolagen dan antara serat-serat kolagen serta (2) 'remodeling' arah berkas kolagen.
Untuk melakukan 'remodeling', berkas kolagen yang sudah ada akan dilarutkan oleh kolagenase
jaringan; berkas baru terbentuk dan tersusun untuk menahan garis tegangan melewati luka. Anyaman
dan ikatan antar berkas dan dengan tepi-tepi luka menimbulkan penyembuhan yang baik. Pada
penyembahan sederhana, kekuatan kolagen dan kecepatan mencapai maturasi bervariasi sesuai beban
yang mengenai luka. Jadi 1 luka pada kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2-3 minggu; luka fasia
abdomen akan rapat dalam waktu 6 minggu, tetapi tetap terus berkembang makin erat selama 6 bulan;
tendo atau ligamentum membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3 bulan untuk penyembuhan awal
dan terus makin kuat dalam waktu lebih dari 1 tahun.
c. Tata laksana : kak melvy, nora, arini