leukimia membawanya pergi
DESCRIPTION
TUGASTRANSCRIPT
LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI
Sedih, inilah perasaanku sekarang. Saat ini aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Aku
bisa merasakan bagaimana sakitnya berada di posisi Laras. Ya, Laras adalah pasienku, usianya
baru 10 tahun dia menderita penyakit Leukimia. Laras sudah 1 minggu lebih ada di Rumah Sakit
di mana aku bekerja. Saat memperhatikan Laras, aku tidak sanggup bila melihat wajah kecilnya
yang harus merasakan sakit,aku bisa mengerti apa yang dia rasakan saat itu. Dia masih terlalu
muda, untuk mendapatkan penyakit seperti ini.
***
Seminggu yang lalu Laras dilarikan ke Rumah Sakit karena tiba-tiba saja setelah selesai
bermain dia pingsan mendadak. Awalnya orang tuanya mengganggap itu hanya pingsan biasa
dan memberi pertolongan pertama dengan memberikan aroma penenang, namun setelah
beberapa jam, anaknya tidak kunjung sadar, dan membuat kedua orang tunya panik. Dan
akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit.
Setelah kami melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, ternyata Laras positif
menderita penyakit Leukimia limfositik akut stadium akhir. Saat itu aku bingung harus
menyampaikan apa kepada orang tunya karena pasti mereka akan sangat sedih dan kecewa,
kekhawatiran di wajah orang tuanya membuatku merasa bersalah. Tetapi aku juga tidak bisa
menyembunyikan hal ini. Saat Ayahnya bertanya tentang penyakit Laras, aku akhirnya
menyampaikan semuanya. Dugaanku benar Ibunya menangis dan menjerit, di sana aku mencoba
menenangkan kedua orang tuanya. Aku tahu caraku ini sia-sianya, orang tua mana yang ingin
anaknya menderita seperti ini. Aku akhirnya mengurungkan niatku untuk melanjutkan
pembicaraanku kepada orang tunya, tidak etis rasanya jika menyampaikan hal-hal mengenai
tindakan-tindakan medis selanjutnya dalam kondisi seperti ini, aku mencoba untuk memberikan
waktu kepada orang tuanya untuk menenangkan jiwanya.
Keesokan harinya, orang tua Laras datang ke ruangan ku. Orang tuanya meminta ku
untuk berusaha menyembuhkan anaknya, aku menjelaskan kepada orang tuanya bahwa dengan
tindakan-tindakan medis memang bisa membantu kesembuhan Laras tetapi peluangnya untuk
sembuh sangat kecil, tindakan medis hanya bisa meringankan rasa sakitnya sedikit, kami pihak
Rumah Sakit akan berusaha untuk meringankan penderitaan Laras. Meskipun kecil kemungkinan
Laras bisa sembuh secara total.
***
Beberapa hari setelah melakukan tindakan medis, aku berniat mengunjungi Laras di
ruang ICU. Sesampainya di dalam ruang ICU aku melihat Laras masih dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Di dalam ruang itu, aku berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan Laras. Aku
menatap wajah Laras, wajahnya pucat. Saat aku ingin beranjak dari ruangan itu, tiba-tiba suara
lembut anak kecil memanggilku, aku melihat Laras ternyata dia sudah sadar. Aku sangat senang
sekali, entah mengapa aku sudah menggapnya seperti adikku sendiri. Lalu aku menghubungi
orang tuanya untuk memberi kabar baik kepada mereka. Saat orang tuanya datang, orang tuanya
memeluk Laras dan merasa sangat senang, aku lalu meminta izin untuk mengajak Laras
mengelilingi Rumah Sakit. Sambil mendorong kursi roda Laras, kami berbincang-bincang
berbagi pengalaman dan menceritakan hal-hal lucu, tertawa bersama. Saat beristirahat aku kaget
dia bertanya mengenai penyakitnya, tetapi aku tidak berani mengatakannya. Aku tidak ingin
membicarakan penyakitnya yang justru nanti akan membuat dia patah semangat, aku sadar aku
salah, aku telah membohongi anak sebaik dia tetapi ini demi kebaikan psikisnya.
Aku malu kepada diriku sendiri, bagaimana bisa anak seperti ini bisa tetap kuat dan tetap
tegar menghadapi penyakitnya, wajah gembiranya dan suara tawanya membuatku tidak tahu
apakah aku harus tersenyum atau menangis. Tetapi aku tidak ingin menunjukan kesedihanku di
hadapan Laras. Aku akan membuat hari ini menjadi hari yang paling bahagia untuk Laras.
***
Selama beberapa hari aku sudah jarang mengunjungi ruangan Laras, karena aku juga
harus merawat pasien-pasien yang lain. Tiba-tiba perawat yang bertugas merawat Laras
memanggilku dan mengatakan bahwa Laras dalam keadaan kritis dan tidak sadarkan diri. Lalu
aku bergegas ke ruangan Laras, di sana aku melihat orang tua Laras menangis. Aku berusaha
untuk menyelamatkan nyawa Laras, segala peralatan medikpun telah ku kerahkan. Semakin lama
detak jantungnya mulai melemah. Meskipun kami telah berusaha, namun takdir berkata lain,
Tuhan lebih menginginkan dia. Nyawa Laras tidak tertolong, aku merasa menyesal dan aku
merasa bersalah kepada orang tua Laras.
***
Saat hari pemakaman Laras, aku juga turut hadir, aku ingin menyampaikan rasa hormat
untuk terakhir kalinya kepada Laras. Setelah selesai dari pemakaman, aku harus segera ke
Rumah Sakit, aku pamit dan meminta maaf kepada orang tuanya karena belum bisa memenuhi
keinginan orang tuanya untuk kesembuhan Laras. Orang tunya berkata bahwa mereka sudah
ikhlas atas kepergian Laras, orang tua Laras lalu memberikan sepucuk surat kepadaku. Mereka
berkata bahwa ini adalah surat yang ditulis Laras untukku.
***
Seminggu kemudian, aku duduk di taman dimana tempat ini adalah tempat terakhir aku
bersama Laras. Akupun mengeluarkan surat dari Laras yang belum sempat aku baca karena
kesibukanku.
Dokter, terima kasih sekali karena dokter masih mau merawatku. Aku sadar hidup ku hanya
sebentar. Aku sedih jika orang tua ku menangis melihat keadaanku. Maaf selama ini aku
merepotkan dokter. Aku senang sekali bisa berkenalan dengan dokter. Mungkin saat dokter
membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di samping dokter. ………..
……………………………………………….
Aku tidak sanggup lagi membaca surat Laras. Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Terima
kasih Tuhan engkau telah memberiku sahabat kecil sebaik Laras dan terima kasih sahabat
kecilku Laras sudah mengajarkan ku arti kehidupan yang sebenarnya. Membuatku semakin kuat
dalam menjalani kehidupan. Bahwa sebuah penderitaan dan penyakit bukanlah sebagai salah satu
alasan kita untuk menyerah dan putus asa melainkan membuat kita tetap kuat dan bersemangat
untuk terus bangkit melawan penyakit itu sendiri.