leukimia membawanya pergi

5
LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI Sedih, inilah perasaanku sekarang. Saat ini aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Aku bisa merasakan bagaimana sakitnya berada di posisi Laras. Ya, Laras adalah pasienku, usianya baru 10 tahun dia menderita penyakit Leukimia. Laras sudah 1 minggu lebih ada di Rumah Sakit di mana aku bekerja. Saat memperhatikan Laras, aku tidak sanggup bila melihat wajah kecilnya yang harus merasakan sakit,aku bisa mengerti apa yang dia rasakan saat itu. Dia masih terlalu muda, untuk mendapatkan penyakit seperti ini. *** Seminggu yang lalu Laras dilarikan ke Rumah Sakit karena tiba-tiba saja setelah selesai bermain dia pingsan mendadak. Awalnya orang tuanya mengganggap itu hanya pingsan biasa dan memberi pertolongan pertama dengan memberikan aroma penenang, namun setelah beberapa jam, anaknya tidak kunjung sadar, dan membuat kedua orang tunya panik. Dan akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit. Setelah kami melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, ternyata Laras positif menderita penyakit Leukimia limfositik akut stadium akhir. Saat itu aku bingung harus menyampaikan apa kepada orang tunya karena pasti mereka akan sangat sedih dan kecewa, kekhawatiran di wajah orang tuanya membuatku merasa bersalah. Tetapi aku juga tidak bisa menyembunyikan hal ini. Saat

Upload: mariskand

Post on 10-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TUGAS

TRANSCRIPT

Page 1: LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI

LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI

Sedih, inilah perasaanku sekarang. Saat ini aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Aku

bisa merasakan bagaimana sakitnya berada di posisi Laras. Ya, Laras adalah pasienku, usianya

baru 10 tahun dia menderita penyakit Leukimia. Laras sudah 1 minggu lebih ada di Rumah Sakit

di mana aku bekerja. Saat memperhatikan Laras, aku tidak sanggup bila melihat wajah kecilnya

yang harus merasakan sakit,aku bisa mengerti apa yang dia rasakan saat itu. Dia masih terlalu

muda, untuk mendapatkan penyakit seperti ini.

***

Seminggu yang lalu Laras dilarikan ke Rumah Sakit karena tiba-tiba saja setelah selesai

bermain dia pingsan mendadak. Awalnya orang tuanya mengganggap itu hanya pingsan biasa

dan memberi pertolongan pertama dengan memberikan aroma penenang, namun setelah

beberapa jam, anaknya tidak kunjung sadar, dan membuat kedua orang tunya panik. Dan

akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit.

Setelah kami melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, ternyata Laras positif

menderita penyakit Leukimia limfositik akut stadium akhir. Saat itu aku bingung harus

menyampaikan apa kepada orang tunya karena pasti mereka akan sangat sedih dan kecewa,

kekhawatiran di wajah orang tuanya membuatku merasa bersalah. Tetapi aku juga tidak bisa

menyembunyikan hal ini. Saat Ayahnya bertanya tentang penyakit Laras, aku akhirnya

menyampaikan semuanya. Dugaanku benar Ibunya menangis dan menjerit, di sana aku mencoba

menenangkan kedua orang tuanya. Aku tahu caraku ini sia-sianya, orang tua mana yang ingin

anaknya menderita seperti ini. Aku akhirnya mengurungkan niatku untuk melanjutkan

pembicaraanku kepada orang tunya, tidak etis rasanya jika menyampaikan hal-hal mengenai

tindakan-tindakan medis selanjutnya dalam kondisi seperti ini, aku mencoba untuk memberikan

waktu kepada orang tuanya untuk menenangkan jiwanya.

Keesokan harinya, orang tua Laras datang ke ruangan ku. Orang tuanya meminta ku

untuk berusaha menyembuhkan anaknya, aku menjelaskan kepada orang tuanya bahwa dengan

tindakan-tindakan medis memang bisa membantu kesembuhan Laras tetapi peluangnya untuk

Page 2: LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI

sembuh sangat kecil, tindakan medis hanya bisa meringankan rasa sakitnya sedikit, kami pihak

Rumah Sakit akan berusaha untuk meringankan penderitaan Laras. Meskipun kecil kemungkinan

Laras bisa sembuh secara total.

***

Beberapa hari setelah melakukan tindakan medis, aku berniat mengunjungi Laras di

ruang ICU. Sesampainya di dalam ruang ICU aku melihat Laras masih dalam keadaan tidak

sadarkan diri. Di dalam ruang itu, aku berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan Laras. Aku

menatap wajah Laras, wajahnya pucat. Saat aku ingin beranjak dari ruangan itu, tiba-tiba suara

lembut anak kecil memanggilku, aku melihat Laras ternyata dia sudah sadar. Aku sangat senang

sekali, entah mengapa aku sudah menggapnya seperti adikku sendiri. Lalu aku menghubungi

orang tuanya untuk memberi kabar baik kepada mereka. Saat orang tuanya datang, orang tuanya

memeluk Laras dan merasa sangat senang, aku lalu meminta izin untuk mengajak Laras

mengelilingi Rumah Sakit. Sambil mendorong kursi roda Laras, kami berbincang-bincang

berbagi pengalaman dan menceritakan hal-hal lucu, tertawa bersama. Saat beristirahat aku kaget

dia bertanya mengenai penyakitnya, tetapi aku tidak berani mengatakannya. Aku tidak ingin

membicarakan penyakitnya yang justru nanti akan membuat dia patah semangat, aku sadar aku

salah, aku telah membohongi anak sebaik dia tetapi ini demi kebaikan psikisnya.

Aku malu kepada diriku sendiri, bagaimana bisa anak seperti ini bisa tetap kuat dan tetap

tegar menghadapi penyakitnya, wajah gembiranya dan suara tawanya membuatku tidak tahu

apakah aku harus tersenyum atau menangis. Tetapi aku tidak ingin menunjukan kesedihanku di

hadapan Laras. Aku akan membuat hari ini menjadi hari yang paling bahagia untuk Laras.

***

Selama beberapa hari aku sudah jarang mengunjungi ruangan Laras, karena aku juga

harus merawat pasien-pasien yang lain. Tiba-tiba perawat yang bertugas merawat Laras

memanggilku dan mengatakan bahwa Laras dalam keadaan kritis dan tidak sadarkan diri. Lalu

aku bergegas ke ruangan Laras, di sana aku melihat orang tua Laras menangis. Aku berusaha

untuk menyelamatkan nyawa Laras, segala peralatan medikpun telah ku kerahkan. Semakin lama

Page 3: LEUKIMIA MEMBAWANYA PERGI

detak jantungnya mulai melemah. Meskipun kami telah berusaha, namun takdir berkata lain,

Tuhan lebih menginginkan dia. Nyawa Laras tidak tertolong, aku merasa menyesal dan aku

merasa bersalah kepada orang tua Laras.

***

Saat hari pemakaman Laras, aku juga turut hadir, aku ingin menyampaikan rasa hormat

untuk terakhir kalinya kepada Laras. Setelah selesai dari pemakaman, aku harus segera ke

Rumah Sakit, aku pamit dan meminta maaf kepada orang tuanya karena belum bisa memenuhi

keinginan orang tuanya untuk kesembuhan Laras. Orang tunya berkata bahwa mereka sudah

ikhlas atas kepergian Laras, orang tua Laras lalu memberikan sepucuk surat kepadaku. Mereka

berkata bahwa ini adalah surat yang ditulis Laras untukku.

***

Seminggu kemudian, aku duduk di taman dimana tempat ini adalah tempat terakhir aku

bersama Laras. Akupun mengeluarkan surat dari Laras yang belum sempat aku baca karena

kesibukanku.

Dokter, terima kasih sekali karena dokter masih mau merawatku. Aku sadar hidup ku hanya

sebentar. Aku sedih jika orang tua ku menangis melihat keadaanku. Maaf selama ini aku

merepotkan dokter. Aku senang sekali bisa berkenalan dengan dokter. Mungkin saat dokter

membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di samping dokter. ………..

……………………………………………….

Aku tidak sanggup lagi membaca surat Laras. Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Terima

kasih Tuhan engkau telah memberiku sahabat kecil sebaik Laras dan terima kasih sahabat

kecilku Laras sudah mengajarkan ku arti kehidupan yang sebenarnya. Membuatku semakin kuat

dalam menjalani kehidupan. Bahwa sebuah penderitaan dan penyakit bukanlah sebagai salah satu

alasan kita untuk menyerah dan putus asa melainkan membuat kita tetap kuat dan bersemangat

untuk terus bangkit melawan penyakit itu sendiri.