leukimia

Upload: gefaritza-rabbani

Post on 18-Jul-2015

672 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Leukemia Leukemia ialah keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Bakta,2006) Klasifikasi leukemia dapat berdasarkan onset maupun jenis sel yang terlibat. Berdasarkan onset, leukemia dibedakan menjadi dua,yaitu bentuk kronik dan akut, sedangkan berdasarkan jenis sel yang terlibat dibedakan menjadi leukemia limfoid dan mieloid. I. Leukemia akut Leukemia akut dibagi menjadi dua golongan besar: 1. Acute lymphoblastic leukemia (ALL) ALL dibagi menjadi tiga,yaitu: a. L1: ALL dengan limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL b. L2: sel lebih besar, inti reguler, kromatin bergumpal, nukleoli prominen dan sitoplasma agak banyak. Merupakan 14% dari ALL c. L3: ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, merupakan 1% dari ALL 2. Acute myeloid leukemia (AML) atau acute nonlymphoblastic leukemia (ANLL). Klasifikasi yang umum dipakai adalah: a. M0: accute myeloid leukemia without differentiation b. M1: accute myeloid leukemia without maturation c. M2: accute myeloid leukemia with maturation d. M3: accute promyeolicytic leukemia e. M4: accute myelomonocytic leukemia f. M5: accute monocytic leukemia i. Subtipe M5a: tanpa maturasi ii. Subtipe M5b: dengan maturasi g. M6: erythroleukemia h. M7: megakaryocytic leukemia M1+M2+M3 disebut sebagai acute myeloblastic leukemia yang merupakan 75% dari seluruh ANLL. Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologik atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia akan mengakibatkan: 1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi bone marrow failure. 2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali 3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik Membedakan ALL dan AML penting untuk menentukan jenis terapi dan prognosis penderita. Berikut perbedaan antara ALL dan AML

Perbedaan ALL dan AML No Penanda 1 Morfologi kromatin nukleolli auer rod sel pengiring Sitokimia mieloperoksidase sudan black esterase non spesifik PAS acid phosphatase platelet peroxidase Enzim Tdt serum lysozime

ALL Limfoblast: bergumpal lebih samar, lebih sedikit negatif limfosit (-) (-) (-) (+) kasar (+) Thy ALL (-) (+) (-)

AML Mieloblast: lebih halus lebih prominen, lebih banyak positif netrofil (+) (+) (+) (+) monositik (+) halus (+) M7 (-) (+) monositik

2

3

II.

Leukemia kronik Leukemia kronik yang sering dijumpai ada dua jenis,yaitu: 1. Leukemia mieloid kronik Nama lainnya adalah chronic myeloid leukemia (CML) dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari pluripotent stem cell dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. LMK terdiri dari enam jenis leukemia, yaitu: a. Leukemia mieloid kronik, Ph positif (CML,Ph+) (chronic granulocytic leukemia, CGL) b. Leukemia mieloid kronik, Ph negatif (CML, Ph-) c. Juvenile chronic myeloid leukemia d. Chronic neutrophilic leukemia e. Eosinophilic leukemia f. Chronic myelomonocytic leukemia Pada CML dijumpai philadelphia chromosom (Ph1 chr) suatu reciprocal translocation 9,22 (t 9;22). Sebagai akibatnya sebagian besar onkogen ABL pada lengan panjang kromosom 9 mengalami juxtaposisi (bergabung) dengan onkogen BCR pada lengan panjang 22. Akibatnya terjadi gabungan onkogen baru yaitu bcrabl oncogen. Gen baru akan mentranskripsi chimeric RNA sehingga terbentuk chimeric protein yang akan memengaruhi transduksi sinyal terutama melalui tyrosine kinase ke inti sel sehingga terjadi kelebihan dorongan proliferasi pada sel-sel mieloid dan menurunnya apoptosis.

2. Leukemia kronik seri limfoid Leukemia limfoid kronic atau chronic lymphoid leukemia (CLL) terdiri dari beberapa jenis kelainan yang ditandai oleh proliferasi mature looking lymphocytes, baik sel B maupun sel T. Leukemia kronik seri limfoid terdiri dari 3 jenis leukemia 1. Leukemia limfositik kronik (chronic lymphocytic leukemia = CLL) 2. Leukemia prolimfositik (prolymphocytic leukemia = PLL) 3. Leukemia sel berambut (hairy cell leukemia = HCL) Asal Sel Sel T 99% 80% 100% Sel B 1% 20% 0%

Jenis

Frekuensi Relatif

CLL (chronic lymphocytic leukemia) PLL (prolymphocytic leukemia) HCL (hairy cell leukemia)

70% 8% 6%

Leukemia Limfositik Kronik ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesarankelenjar getah bening.Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih seringmenyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang.Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar,seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal.Hal ini bisa menyebabkan: - penghancuran sel darah merah dan trombosit - peradangan pembuluh darah- peradangan sendi (artritis rematoid) - peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis). Beberapa jenis leukemia limf ositik kronik dikelompokkan berdasarkan jenis limfosit yang terkena.Leukemia sel B (leukemia limfosit B) merupakan jenis yang paling seringditemukan, hampir mencapai 3/4 kasus LLK.Leukemia sel T (leukemia limfosit T) lebih jarang ditemukan. Leukimia prolimfositik merupakan bentuk leukemia limfositik kronis yang bersifat lebih agresif dan kurang berdiferensiasi, dengan sel-sel yang berproliferasi memiliki potensi pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih banyak mengandung sitoplasma disertai nukleolus yang sangan mencolok (biasanya kurang dari dua), dan pasien biasanya datang dengan hitung leukosit yang tinggi dan pembesaran

limpa. Perjalan penyakit cenderung lebih agresif, dan pasien mungkin memperlihatkan peningkatan kalsium darah. Hairy Cell Leukimia, penyakit ini adalah suatu proliferasi klonal sel-sel yang secara morfologis nyata yang ditandai dengan adanya tonjolan-tonjolan halus di sitoplasma; pola inti sel yang jelas; dan adanya di dalam sel-sel suatu isoenzim fosfatase asam yang resisten tartrat. Para pasien juga menunjukan pembesaran limpa. Penyakit ini dapat bermanifestasi sebagai peningkatan jumlah sel-sel ini di darah perifer, dan mungkin mirip dengan leukimia limfositik kronis, tetapi sering dijumpai dengan pansitopenia. Berbeda dengan CLL, sel-sel ini mengekspresikan antigen CD25 (reseptor IL-2. Gambaran pembeda khas yang lain adalah kenyataan bahwa, pada sebagian besar kasus, aspirasi sumsum tulang yang dilakukan pada pasien ini biasanya tidak menghasilkan (kering). Biopsi sumsum tulang memperlihatkan jaringan eosinofilik seperti jala yang sangat mirip dengan jaringan finrosa, tetapi negatif pada pewarnaan untuk fibrosa. Pemeriksaan mikroskop elektron terhadap sel-sel memperlihatkan gambaran khas berupa tonjolan seperti rambut dan kompleks lamelar ribosomal yang abnormal. Pembedaan penyakit ini dari CLL sangat penting karena terapi yang jelas berbeda. Penyakit ini dapat dikontrol dengan baik atau bahkan disembuhkan dengan terapi 2CdA. Obat-obat lain yang baik untuk penyakit ini adalah interferon atau 2-deoksikoformisin.