lesson study berbasis sekolah

Download Lesson Study Berbasis Sekolah

If you can't read please download the document

Upload: abu-alawy-abdillah

Post on 04-Jul-2015

279 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

aa1

123


LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH

A. LATAR BELAKANG Sorotan tentang rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ditunjukkan oleh prestasi Matematika dan IPA pada TIMSS (Third International Mathematics and Science Study) (Jalal, 2006). Dalam bidang Matematika, Indonesia menduduki peringkat 34 di bawah Iran dari 38 negara yang berpartisipasi. Sementara dalam bidang IPA, Indonesia menduduki peringkat 32 di bawah Iran dari 38 negara yang berpartisipasi. Urutan pertama untuk matematika dan IPA masing-masing adalah Singapura dan Taiwan. Secara signifikan Indonesia berada di bawah rerata Internasional. Prestasi literasi IPA pada PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2003, Indonesia menempati urutan 38 dari 41 negara, di bawah Argentina di atas Albania (Jalal, 2006). Sementara rangking Indonesia berdasarkan Human Development Index (HDI) pada tahun 2005 berada pada posisi 110, di bawah Vietnam (Jalal, 2005). Lebih mengkhawatirkan lagi, banyak peserta didik yang mungkin karena prestasinya selalu rendah lalu tidak menyukai dan bahkan membenci mata pelajaran IPA (Hinduan, 2001). Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga tercermin dari rendahnya standar kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 4,26. Dengan standar yang rendah ini, masih saja dikeluhkan oleh masyarakat bahwa standar tersebut terlalu tinggi. Kenyataannya, pada ujian nasional banyak peserta didik yang tidak lulus, bahkan peserta didik yang mendapat juara kelas sekalipun juga terkena musibah tidak lulus. Masyarakat mengatakan bahwa yang berhak menentukan nilai dari peserta didik adalah guru. Gurulah yang paling tahu perkembangan intelektual peserta didik. Di lain pihak, pemerintah menjawab protes masyarakat tersebut dengan mengatakan bahwa penetapan standar 4,26 dilakukan untuk memberikan jaminan mutu terhadap kualitas pendidikan di negara kita. Akhirnya, jalan tengah diambil, peserta didik yang tidak lulus dapat mengikuti kejar paket C

dan sebagainya. Dengan kondisi seperti itu bisa dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan di negara kita. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah sering mengubah kurikulum. Kita bisa mengamati kurikulum 1994, selanjutnya disempurnakan pada tahun 1999. Belum sempat kurikulum 2004 ditandatangani, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan memberlakukan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, KTSP). Perlu diketahui bahwa banyak faktor yang berpengaruh pada proses belajar mengajar, antara lain kualitas masukan, kualitas guru, kualitas pembelajaran, kurikulum, sarana, prasarana, biaya, dan sebagainya. Sebaik apapun kurikulum, selengkap apapun prasarana dan sarana, sebanyak apapun dana, dan sebagainya, core business-nya adalah kualitas proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Kualitas proses belajar mengajar ini sangat ditentukan oleh guru. Guru merupakan aktor utama dan agen pembaharu. Walaupun kurikulumnya bagus, jika kualitas gurunya kurang bagus tetap saja kualitas proses belajar mengajar yang berlangsung rendah, yang akhirnya berakibat pada rendahnya kualitas hasil belajar peserta didik. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan ini adalah dengan mengembangkan kegiatan lesson studi. Kegiatan lesson study pada prinsipnya merupakan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan dengan prinsip kolegial. Prinsip kolegial dalam supervisi merupakan kegiatan yng disukai oleh guru-guru. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kanada. Pada dewasa ini kegiatan lesson study sudah dilakukan secara massal di Indonesia. Pengembangan Lesson Study dilakukan melalui MGMP baik di tingkat propinsi, kabupaetn sampai tingkat kecamatan. Permasalahan yang mendasar pada pelaksanaan Lesson study ini adalah dapatkah kegiatan lesson study dikembangkan di tingkat sekolah saja. Pengembangan lesson study berbasis sekolah ini sangat dibutuhkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Sebab, hal ini sejalan dengan kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini juga berbasil sekolah.

B. PEMBAHASAN Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswasiswanya aktif belajar mandiri. Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang, semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang berkembang sejak awal tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah konaikenshu berarti school-based in-service training atau inservice education within the school atau in-house workshop. Pada tahun 1970an pemerintah Jepang merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu dengan menyediakan dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan konaikenshu. Mutu kegiatan konaikenshu sangat bervariasi bergantung pada kaliber leadership sekolah, mutu guru untuk membangun, mempererat persabahatan diantara mereka, dan kemaunan mereka dalam melaksanakan konaikenshu. Seorang kepala sekolah menjelaskan: Tentu kita berpikir bahwa melaksanakan konaikenshu adalah penting tetapi saya tidak dapat mengatakan bahwa semua sekolah melaksanakan konaikenshu sangat baik bila saya berpikir tentang mutu training..... Bagaimana Anda membuat konaikenshu bermanfaat bergantung pada kondisi leadership dan kebersamaan guru-guru di sekolah. The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi untuk membandingkan pencapaian hasil belajar mathematika dan IPA kelas 8 (kelas 2 SMP). Penyebaran Lesson Study di dunia pada tahun 1995

dilatarbelangi oleh TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, Dua puluh dari empat puluh satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari Amerika Serikat. Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Francis, Australia, Hongaria, dan Ireland. Sementara hanya 7 negara yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania, Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Africa selatan. Posisi pencapaian belajar matematika siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara itu melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta, UNY), dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang,UM) bekerjasama dengan JICA (Japan Internatonal Cooperation Agency). Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA ditiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran sebagai solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. Model pembelajaran yang dikembangkan berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials. Setelah teaching materials yang dibuat dari bahan lokal tersebut diujicoba di laboratorium maka model pembelajaran diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru beserta dosen telah mampu mengembangkan teaching materials yang terbuat dari bahan-bahan di

sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on activity dan daily life (PAKEM)untuk menjelaskan konsep matematika dan IPA sehingga siswasiswa menjadi senang belajar matematika dan IPA. Mengapa Lesson Study Yang dikembangkan? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya tentang sulitnya mengajarkan pemecahan masalah atau masalah matematika tidak rutin. Sebagai ilustrasi dia mengajukan contoh masalah tidak rutin seperti di bawah ini.

Dia menyatakan bahwa masalah ini diajukan pada saat siswa sudah mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkaran. Dari proses pembelajaran yang dilakukannya, ternyata siswa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut secara tuntas. Hal ini antara lain disebabkan karena banyak siswa yang tidak menyadari bahwa masalah yang diajukan berkaitan erat dengan konsep lingkaran yang sudah

dipelajari sebelumnya. Berdasarkan masalah yang diajukan guru tersebut, selanjutnya dilakukan diskusi tentang bagaimana cara membantu siswa melakukan proses berpikir secara lebih efektif pada saat mereka dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat tidak rutin seperti di atas. Dari diskusi yang berkembang, akhirnya muncul berbagai pendapat yang antara lain menyatakan bahwa untuk membantu proses berpikir siswa agar mengarah pada proses solusi yang diharapkan, guru dapat melakukannya melalui teknik scaffolding. Teknik ini pada dasarnya adalah pemberian bantuan yang bersifat mengarahkan dalam bentuk pertanyaan, hints, atau ilustrasi masalah lain yang lebih sederhana. Melalui teknik tersebut siswa diharapkan melanjutkan proses berpikirnya kearah yang diharapkan. Pada kenyataannya, diskusi yang berkembang bisa memunculkan berbagai pendapat yang sangat beragam. Keberagaman pendapat ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi peserta karena pengetahuan masing-masing fihak menjadi lebih meningkat. Bagaimana melaksanakan lesson study? Lesson study dapat dilaksanakan dengan melihat diagram di bawah ini.

C. PENUTUP Lesson study berbasis sekolah dapat dilakukan dengan melihat beberapa ketentuanantara lain: ada komitmen bersama untuk melaksanakan lesson study, berkelompok sesuai dengan rumpun bidang study dan mengatur jadwal pelajaran sehingga ada jam jam tertentu yang memungkinkan bagi guru untuk saling mengobservasi.

D. RUJUKAN Hendayana, Sumar.2005. Lesson Study Suatu Strategi untuk

Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI Press.