lepto spiros is
DESCRIPTION
dsrfeadtartstsysTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................... 2
BAB I ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien ................................................... 4
Subjektif ................................................... 4
Objektif ................................................... 5
Pemeriksaan Penunjang ................................................... 8
Resume ................................................... 8
Assesment ................................................... 9
Tatalaksana ................................................... 9
Rencana Pemeriksaan ................................................... 9
Prognosis ................................................... 9
Follow-up ............................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ................................................... 17
B. Epidemiologi ................................................... 17
C. Etiologi ................................................... 18
D. Patofisiologi ................................................... 19
E. Manifestasi klinis ................................................... 202
F. Diagnosis ................................................... 22
G. Diagnosis Banding ................................................... 23
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................... 23
I. Penatalaksanaan ................................................... 25
J. Prognosis ................................................... 26
BAB III PEMBAHASAN ................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 29
3
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. La Dai
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal lahir : Lamena/28 Oktober 1962
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Batu Merah
Tanggal masuk : 21 April 2014
Tanggal pemeriksaan : 22 April 2014
Tanggal pulang : 05 Mei 2014
Nomor rekam medik : 00-90-07
Ruang rawat : Interna lelaki
B. SUBJEKTIF
ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 05 Maret 2014)
Keluhan utama : lemah sejak 4 hari SMRS
Keluhan tambahan : Pusing, Demam, mual, muntah, nyeri pada kaki,
tangan dan perut
Anamnesis terpimpin :
Pasien MRS dengan keluhan lemah sejak 4 hari SMRS. lemah dirasakan tiba-
tiba. Pasien sebelumnya tidak melakukan aktivitas berat. Pasien juga
mengeluh pusing ketika berjalan dan terkadang merasa seperti mau terjatuh.
Pasien juga mengeluh nyeri pada kaki kiri dan tangan kanan dan terasa sakit
sekali jika berjalan pada kaki kiri. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk. Kaki
kiri juga terasa tebal jika berjalan, begitu juga dengan kaki kanan. Pasien
merasa sulit tidur sejak 4 hari dan sering terbangun, nyeri kepala (-). Sebelum
mengalami keluhan lemah serta nyeri, pasien mengaku diawali demam (+).
4
Sesak(-), mual(+), muntah(+) 1 kali isi cairan sejak 1 hari SMRS, darah (-),
nyeri perut atas (+). Nyeri tidak menjalar. Pasien mengaku tidak pernah
makan terlambat dan memakan makanan yang biasa dimakan sehari-hari.
Makan/minum kurang karena pasien mengaku setiap mau makan terasa ingin
muntah, BAB/BAK normal warna kuning.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien memiliki riwayat hipertensi (+), DM (-),
riwayat trauma (-). Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gejala seperti
yang sekarang dialami.
Riwayat Keluarga : Dalam keluarga juga pasien mengaku tidak ada yang
mengalami gejala yang sama.
Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk keluhan
sekarang.
Riwayat Kebiasaan : Pasien memiliki riwayat kebiasaan sering membersihkan
parit jika musim hujan dan parit tersumbat, riwayat makan terlambat (-) rokok
(-), alkohol (-)
C. OBJEKTIF (tanggal 05 Maret 2014)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Gizi : Cukup (BB = 63 kg, TB = 160 cm, IMT = 24,60)
Kesadaran : Compos mentis
TANDA VITAL
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 18 x/menit, reguler, vesikuler
Suhu : 36,8ºC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Ekspresi : tampak lemah
Simetris wajah : simetris kiri-kanan
Deformitas : tidak ada
5
Rambut :hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : Eksoftalmus / enoftalmus : tidak ada
Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan (TDP)
Kelopak mata : normal, ptosis -/-, xantelasma -/-
Konjungtiva anemis -/- injeksi konjungitva +/+, sklera
ikterik +/+
Gerakan bola mata normal, nistagmus (-), strabismus -/-
Kornea : refleks kornea +/+
Pupil : isokor, refleks cahaya langsung & tidak langsung
normal
Telinga : Tophi -/-, nyeri tekan processus mastoideus -/-
Pendengaran : normal kiri-kanan
Sekret -/-, deformitas -/-
Hidung : Perdarahan -/-, deformitas (-), sekret -/-, deviasi septum
nasi (-),
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Lidah bersih, tidak hiperemis, tidak ada ulcer, tidak ada
jamur, tidak ada selaput, stomatitis (-), perdarahan gusi (-),
gigi non intak
Tonsil : T1-T1
Faring : mukosa licin hiperemis
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran KGB leher (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 3 cmH2O, tumor (-),
kaku kuduk (-)
Dada : Ginekomasti (-), benjolan (-), jaringan parut (-), deformitas
(-)
Pembuluh darah : venektasi (-)
Paru :
Inspeksi : bentuk normochest, pengembangan dada simetris,
pelebaran sela iga (-), retraksi iga (-)
6
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus raba +/+ normal
Perkusi : Paru kiri dan kanan : sonor
Batas paru hepar : setinggi ICS V midclavicula dextra
Batas paru belakang kiri : setinggi vertebra torakal X
Batas paru belakang kanan : lebih tinggi 1 jari dari batas
kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
Bunyi tambahan : Ronki basah halus - / - , Wheezing - / -
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea mid klavikulasinistra
Perkusi : Redup, batas jantung kanan di antara linea midclavicula
dextra dan linea parasternalis dextra, batas jantung kiri di
mid klavikula sinistra
Auskultasi : BJ I/II, reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Cembung, jaringan parut (-), dilatasi vena (-)
Auskultasi : Peristlatik usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) , hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ascites (-)
Perkusi : Timpani
Punggung :
Inspeksi : lordosis (-), skoliosis (-), kifosis (-), massa (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : NKCVA -/-
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
Bunyi tambahan : Ronki basah halus - / - , Wheezing - / -
Gerakan : Simetris kiri-kanan
Alat genital : TDP
Anus : TDP
7
Ekstremitas : Akral dingin, pitting oedem (-), sianosis (-), atrofi otot (-)
- -
- -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Darah rutin (tanggal 22 April
2014):
Darah kimia (tanggal 22 April 2014):
Hb : 12,0 gr%
Hct : 33,4%
RBC : 4.000.000 sel/mm3
WBC : 14.600 sel/mm3
Plt : 30.000
Ureum/kreatinin
TKK
SGOT/PT
Asam Urat
Cholesterol
GDP
: 181/7,9
: 9,74
: 97/57
: 10,0
: 182
: 60
E. RESUME
Pasien MRS dengan keluhan lemah sejak 4 hari SMRS. lemah dirasakan tiba-
tiba. Pasien sebelumnya tidak melakukan aktivitas berat. Pasien juga mengeluh
pusing ketika berjalan dan terkadang merasa seperti mau terjatuh. Pasien juga
mengeluh nyeri pada kaki kiri dan tangan kanan dan terasa sakit sekali jika
berjalan pada kaki kiri. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk. Kaki kiri juga terasa
tebal jika berjalan, begitu juga dengan kaki kanan. Pasien merasa sulit tidur sejak
4 hari dan sering terbangun. Sebelum mengalami keluhan lemah serta nyeri,
pasien mengaku diawali demam (+), selain itu, os juga mual(+), muntah(+) 1 kali
isi cairan sejak 1 hari SMRS nyeri perut atas (+). Nyeri tidak menjalar. Pasien
mengaku tidak pernah makan terlambat dan memakan makanan yang biasa
dimakan sehari-hari. Makan/minum kurang karena pasien mengaku setiap mau
makan terasa ingin muntah, BAB/BAK normal warna kuning.
Pasien memiliki riwayat hipertensi (+) tapi tidak pernah diobati. Sebelumnya
pasien tidak pernah mengalami gejala seperti yang sekarang dialami. Dalam
keluarga juga pasien mengaku tidak ada yang mengalami gejala yang sama.
8
Pasien memiliki riwayat kebiasaan sering membersihkan parit jika musim hujan
dan parit tersumbat,Sebelumnya pasien belum pernah berobat ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan injeksi konjungtiva, sklera ikterik. Selain
itu, didapatkan peningkatan kadar ureum/kreatinin (181/7,9) TKK : 9,74 dan
leukosit (14.600 sel/mm3) serta terjadi juga penurunan jumlah trombosit (30.000)
F. ASSESMENT
Diagnosis : suspek leptospirosis, ckd ESRD
Diagnosis banding : hepatitis virus
G. TATALAKSANA
Tirah baring
Diet rendah lemak
IVFD NaCl 0,9% 14 tpm
Ceftriaxone 2x1 iv
Ranitidine 2x1 amp
Sohobion im 1x1 amp
Aminoleban 500c 1x1
Hepa-Q 3x1 tab
Epsonal 3x1 tab
Alganax 0,5mg 0-0-1
Bicnat 3x1 tab
Ketocid 3x1 tab
Clonidin 2x1 tab
H. RENCANA PEMERIKSAAN
Darah kimia (Bilirubin Total, Direk, Indirek, HbsAg, Anti HCV, HIV 3
metode)
Darah rutin (RBC, WBC, Plt, Hb, Hct)
USG abdomen
I. PROGNOSIS
Bonam9
J. FOLLOW UP
Tanggal S O A P22-04-2014
Darah RutinHb : 12,0 gr%
Hct : 33,4%
RBC : 4x106 sel/mm3
WBC : 14.600 sel/mm3
Plt : 30.000Darah Kimia
UR/CR : 181/7,9TKK = 9,74
SGOT/PT : 97,57Asam Urat : 10,0Cholesterol : 182
GDP : 60
S
O
A
P
Nyeri kepala Pusing Mual Nyeri perut Nyeri pada kedua kaki KU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentisTTV : TD = 150/90 mmHg RR = 26 x/m
N = 90 x/m S = 36,1 ºCMata : injeksi konjungtiva, sklera ikterik Icterus et causa suspek leptospirosis,
hepatitis virus CKD ESRD HT grade I Tirah baring Diet rendah lemak, rendah garam IVFD NaCl 0,9% 14 tpm Ceftriaxone iv 2x1amp Ranitidine 2x1 amp Aminoleban 500cc 1x1 Epsonal 3x1 tab Alganax 0,5mg 0-0-1 Sohobion im 1x1 amp Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Clonidin 2x1 tab Allopurinol 2x100mg tab Periksa HbSAg, AntiHCV, HIV
23-04-2014Darah KimiaHBSAg : NR
Anti HCV : NRHIV : NR
S
O
Nyeri kepala Pusing Mual Nyeri perut Nyeri pada kedua kaki Susah tidur Tidak nafsu makanKU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentis
10
A
P
TTV : TD = 160/100 mmHg RR = 28 x/m N = 90x/m S = 36,4 ºC
Mata : injeksi konjungtiva, sklera ikterik Ikterus et causa suspek leptospirosis,
hepatitis virus? CKD ESRD HT grade II Tirah baring Diet rendah lemak, rendah garam IVFD NaCl 0,9% 14 tpm Ceftriaxone iv 2x1amp Ranitidine 2x1 amp Aminoleban 500cc 1x1 Epsonal 3x1 tab Alganax 0,5mg 0-0-1 Sohobion im 1x1 amp Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Clonidin 2x1 tab Allopurinol 2x100 mg tab
24-04-2014 S
O
A
P
Nyeri kepala Nyeri perut Penglihatan terasa gelap Susah tidur Tidak nafsu makanKU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentisTTV : TD = 130/80 mmHg RR = 26 x/m
N = 70 x/m S = 36,5 ºCMata : Injeksi konjungtiva dan sklera ikterik Susp leptospirosis CKD ESRD Tirah baring Diet rendah lemak IVFD Rl 30 tpm Ceftriaxone iv 2x1amp Aminoleban 500cc 1x1 Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab
11
Hepa-Q 2x1 tab Allopurinol 2x100 mg tab Tampung urin Konsul dokter Sp.M
25-04-2014Hasil tampung urin :
2250ml
S
O
A
P
Mual (+) Muntah (+) Susah tidur Nafsu makan membaik Perasaan tebal pada paha kiriKU : tampak sakit beratKesadaran : compos mentisTTV : TD = 130/80 mmHg RR = 24 x/m
N = 64 x/m S = 36,8 ºCMata : Injeksi konjungtiva dan sklera ikterik Susp leptospirosis CKD ESRD Tirah baring Diet rendah lemak IVFD Rl 30 tpm Ceftriaxone iv2x1 amp Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Allopurinol 2x100mg tab Dari dokter mata : Polydex 3x1gtt, Inmatrol
3x1gtt Tampung urin
26-04-2014Ureum : 89
Kreatinin : 1,8TKK : 42,77
S
O
A
Mual (+) menurun dari hari sebelumnya Muntah (+) menurun dari hari sebelumnya Sakit perut Leher tegang Perasaan tebal pada paha kiriKU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentisTTV : TD = 140/90 mmHg RR = 24 x/m
N = 64 x/m S = 36,8 ºCMata : Injeksi konjungtiva dan sklera ikterik leptospirosis CKD stadium 3 HT grade I
12
P Tirah baring Diet rendah lemak IVFD Rl 30 tpm Ceftriaxone iv 2x1 amp Aminoleban 500cc 1x1 Captopril 3x12,5 mg Allopurinol 2x100mg tab Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Tampung urin
28-04-2014 S
O
A
P
Mual (-) Muntah (-) Sakit perut (-) Leher tegang (-) BAK warna coklatKU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentisTTV : TD = 170/90 mmHg RR = 22 x/m
N = 70 x/m S = 36 ºCMata : Injeksi konjungtiva dan sklera ikterik leptospirosis CKD stadium 3 HT grade II Tirah baring Diet rendah lemak IVFD Rl 30 tpm Ceftriaxone iv 2x1 amp Captopril 12,5mg 3x1 tab Bicnat 3x1 tab Aminoleban 500cc 1x1 Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Allopurinol 2x100mg tab Tampung urin
29-04-2014Hasil tampung urin :
3000ml
S
O
Belum BAB (3 hari) Nafsu makan membaikKU : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentis
13
A
P
TTV : TD = 150/80 mmHg RR = 22 x/m N = 66 x/m S = 36 ºC
Mata : sklera ikterik leptospirosis CKD stadium 3 HT grade I Tirah baring Diet rendah lemak IVFD Rl 30 tpm Captopril 3x12,5mg Ceftriaxone 2x1 iv Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Aminoleban 500cc 1x1 Allopurinol 2x100mg tab Tampung urin
30-04-2014 S O
A
P
Belum BAB (4 hari)KU : tampak sakit ringanKesadaran : compos mentisTTV : TD = 160/90 mmHg RR = 22 x/m
N = 70 x/m S = 36 ºCMata : sklera ikterik leptospirosis CKD stadium 3 HT grade II Tirah baring Diet rendah lemak, tinggi serat IVFD Rl 30 tpm Captopril 3x12,5mg Ceftriaxone iv 2x1 amp Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab USG abdomen Cek kimia darah (SGOT/PT, BILT/D/I)
02-05-2014Hasil USG :
- Perlemakan hati- Gambaran
S O
Sudah BABKU : tampak sakit ringanKesadaran : compos mentisTTV : TD = 160/100 mmHg RR = 22 x/m
14
penyakit parenkim ginjal
A
P
N = 70 x/m S = 36 ºCMata : sklera ikterik leptospirosis CKD stadium 3 HT grade II Tirah baring Diet bebas lemak, tinggi serat IVFD Nacl 0,9% 20 tpm Captopril 3x 25 mg Aminoleban botol 100cc 1x1 Allopurinol 2x100mg tab Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab USG abdomen Periksa ulang ureum kreatinin
03-05-2014Darah Kimia
Bilirubin T/D/I : 39/3,3/0,6
UR / CR : 19/0,8TKK = 96
S O
A
P
Kurang tidurKU : tampak membaikKesadaran : compos mentisTTV : TD = 160/90 mmHg RR = 24 x/m
N = 78 x/m S = 36 ºCMata : sklera ikterik (-) leptospirosis HT grade II Tirah baring Diet bebas lemak, tinggi serat IVFD Nacl 0,9% 20 tpm Captopril 3x 25 mg Aminoleban botol 100cc 1x1 Allopurinol tab 2x100mg Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab
05-05-2014 S O
Tidur membaikKU : tampak membaikKesadaran : compos mentisTTV : TD = 140/80 mmHg RR = 20 x/m
N = 70 x/m S = 36 ºCMata : sklera ikterik (-)
15
A
P
leptospirosis HT grade I
Tirah baring Diet bebas lemak, tinggi serat IVFD Nacl 0,9% 20 tpm Captopril 3x 25 mg Aminoleban oral 1x1 Allopurinol 2x100mg tab Bicnat 3x1 tab Ketocid 3x1 tab Hepa-Q 2x1 tab Pasien pulang (rawat jalan)
BAB II16
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro
organisme leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.1
Penyakit ini disebut sebagai zoonosis paling umum di dunia.2 Penyakit ini dikenal
dengan berbagai nama seperti mud fever, swamp fever, autnomal fever, infectious
jaundice, field fever, cane cutter fever dan lain-lain. 1 Leptospirosis hampir
tersebar diseluruh dunia, namun lebih sering pada daerah tropis.2
Manusia dan hewan-hewan seperti kelompok mamalia, amfibi, burung dan
reptildapat menjadi sumber infeksi leptospirosis. 2 Namun pada manusia jarang
terjadi karier kronis dan sering menjadi accidental hosts. 2 Leptospirosis
ditransmisikan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi
atau terpapar dengan tanah atau air yang terkontaminasi dengan urin dari hewan
yang sudah karier kronis. 2
Leptospirosis pada manusia sering disebabkan karena terpapar air yang
terkontaminasi oleh urin sapi,tikus, dan anjing yang terkena.1,2,3 Penyakit ini juga
terjadi pada mereka yang sering petualangan atau liburan yang mana sering
melakukan olahraga air atau dapat juga terjadi karena terpapar banjir. 1,2,3
B. Epidemiologi
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditemukan hampir di
seluruh dunia.2 Di Amerika tercatat sekitar 100-200 kasus setiap
tahunnya dengan sekitar 50% kasus terjadi di hawai.2 Namun, nilai ini
belum bisa dianggap mewakili kasus sebenarnya yang terjadi di Amerika
karena penyakit ini kadang sembuh sendiri, tidak terlaporkan, atai
kadang terjadi kesalahan dalam mendiagnosis pasien ini. 2
17
Untuk epidemiologi internasional dilaporkan sebanyak 80% individu
pada area tropis diperkirakan positif seroconversion rate, yang
mengindikasikan infeksi sekarang ataupun sebelumnya.2
Tingkat mortalitas dari pasien leptospirosis yang berat biasanya
berada antar 5-40 %.2 Untuk leptospirosis ringan jarang yang berakibat
fatal dan biasanya 90% kasus leptospirosis adalah kasus ringan. 2 Faktor
resiko kematian paling tinggi biasanya pada orang tua dan
immunocompromised.2
Di Indonesia leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. 1 Pada
keadaan banjir besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari 100
kasus leptospirosis dengan 20 kematian. 1
C. Etiologi
Leptospira merupakan bakteri gram negative dan merupakan organisme
anaerob yang masuk pada family leptospiraceae dengan panjang 6-20 µm. bakteri
ini motil dengan ciri khas berbelit,tipis, flexibel dan memiliki flagella yang
berpasangan memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam jaringan. 1,2 Jenis
bakteri ini unik karena dapat dikultur pada media artifisial.1,2
Leptospirosis ditransmisikan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh
hewan yang terinfeksi atau terpapar dengan tanah atau air yang terkontaminasi
dengan urin dari hewan yang mengandung bakteri leptospira.1,2 Hewan-hewan
yang dapat menyebarkan bakteri leptospira yaitu1,2,3 :
1. Sapi
2. Babi
18
3. Anjing
4. Kuda
5. Kerbau
6. Kambing
7. Domba
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari leptospirosis tidak sepenuhnya dapat dipahami.2 Sebagian
beranggapan bahwa leptospira masuk ke tubuh penjamu melalui kulit atau selaput
lender, memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke
jaringan tubuh.1,2 Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular maupun
humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik.1,2
Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang
terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal, bertahan di sana dan
dilepaskan melalui urin.1,2 Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8
hari sampai beberpa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun kemudian.1,2 Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan
mekanisme humoral.1,2 Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah
terbentuknya agglutinin.1,2 Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme
hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler.1,2 Leptospiruria
berlangsung 1-4 minggu.1,2 Secara umum mekanisme yang terjadi pada
leptospirosis yaitu : invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan
reaksi imunologi.1,2
Manifestasi klinis mayor dari penyakit ini merupakan hasil sekunder dari
mekanisme ini, yang dapat mengenai hampir semua organ sistem.2 Adapun
kelainan spesifik yang dapat terjadi pada organ yaitu:
Pada ginjal dapat terjadi nefritis interstisial, nekrosis tubular dan gangguan
permeabilitas kapiler yang berhubungan dengan hypovolemia yang dapat
mengakibatkan gagal ginjal. 1,2
19
Jika hati yang terkena terjadi gambaran khas yaitu nekrosis sentrolobuler
dan proliferasi sel kupffer dengan disfungsi hepatoseluler. 1,2
Jika paru yang terkena hasil sekunder dapat menyebabkan kerusakan pada
alveoli dan pembuluh darah interstisial sehingga menyebabkan
perdarahan. Keadaan ini merupakan penyebab mayor terjadinya kematian
pada leptospirosis. 1,2
Kulit dapat terkena jika epitel vaskular terkena. 1,2
Sistem musculoskeletal termauk jika sekunder dari edema, vakuolisasi
myofibril dan kerusakan vascular. 1,2
Kerusakan sistem vaskular sebagai hasil dari semua kejadin akan
menyebabkan kebocoran kapiler, hipovolemia dan syok. Banyak pasien
dengan leptospirosis dapat terjadi DIC, Hemolytic Uremic Syndrome
(HUS), thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) dan vaskulitis.
Trombositopenia mengindikasikan penyakit yang parah dan patut dicurigai
untuk resiko perdarahan. 1,2
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada leptospirosis dapat terjadi pada hari kedua sampai
minggu ke-4 setelah terinfeksi leptospirosis. Adapun gejala umum yang sering
terjadi dibagi berdasarkan beberapa fase, yaitu:
1. Fase septisemik/fase awal/fase leptospiremik: pada fase ini bakteri dapat
diisolasi dari darah, cairan serebrospinal, dan sebagian besar jaringan
tubuh.gejala mirip flu selama 7 hari yaitu:
Demam yang tinggi disertai menggigil
Mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret
Rasa sakit yang hebat pada otot terutama pada paha, betis,
dan pinggang disertai nyeri tekan
Nyeri kepala
Batuk20
Faringitis
Konjungtivitis tanpa disertai eksudat/purulen (conjunctival
suffusion)
Uveitis
Fotofobia pada hari ke 3-4
Penurunan kesadaran 25% kasus
Ruam kulit
Hepatomegali dan splenomegaly.1,4,5
2. Fase imun/fase leptospirurik sirkulasi antibody dapat dideteksi dengan
isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak bisa didapatkan lagi dari
darah atau cairan serebrospinal. Fase ini terjadi pada hari pertama sampai
hari ke 30 akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejalanya
antara lain :
Demam mencapai 400C disertai menggigil dan kelemahan
umum
Nyeri otot pada leher, perut dan otot-otot kaki terutama otot
betis. Pada nyeri perut, hal ini biasanya disebabkan oleh pembesaran
hepar dan terjadi hepatitis.
Gejala kerusakan pada ginjal dan hati (uremik dan
jaundice)
Manifestasi perdarahan petechie, purpura, mimisan,
perdarahan gusi, serta tanda-tanda akibat radang selaput otak.
Injeksi konjungtiva.1,4,5
3. Penyakit weil. ini merupakan fase terberat pada penyakit ini, diamana
terjadi peningkatan kreatinin dan terjadi ikterus. Pada stadium ini, banyak
organ yang terkena. Pada pemeriksaan fisik paru misalnya dapat
ditemukan bunyi abnormal seperti terdapatnya bunyi wheezing. Pada
jantung dapat terjadi miokarditis, sehingga pada auskultasi dapat
ditemukan S3 gallop bahkan sampai pada atrial fibrilasi. 1,4,5
21
F. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya
datang dengan meningitis, hepatitis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik,
demam yang tidak diketahui asalnya, dan diateisis hemoragik, bahkan beberapa
kasus datang sebagai pankreatitis. 1,4 Pada anamnesis penting diketahui tentang
riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok resiko tinggi. 1,4 Gejala atau
keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama dibagian
frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah, pada pemeriksaan
fisik, dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain-lain.1,4
Pada pemeriksaan laboratorium diagnosis pasti dilakukan dengan mencari
antibodi antileptospira yang dapat dideteksi dengan menggunakan microscopic
agglutination test (MAT). 1,4 Pemeriksaan darah rutin bisa dijumpai leukositosis,
normal atau sedikit menurun, disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah
yang tinggi. 1,4 Pada urin dijumpai proteinuria, leukosuria, dan torak(cast). Bila
organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase,
BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi komplikasi pada
ginjal.1,4 Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnose pasti dengan isolasi
leptospira dari cairan tubuh dan serologi.1,4
Untuk kultur, dilakukan dengan mengambil spesimen dari darah atau CCS
segera pada gejala awal.1,4 Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan
mengambil spesimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotik.1,4
Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit.1,4 Pada spesimen yang
terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan. 1,4
Untuk tes serologi digunakan untuk mendeteksi adanya leptospira dengan
cepat yaitu dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver stain
atau fluroscent antibody stain dan mikroskop lapangan gelap.1,4
Tabel 1. Jenis uji serologi pada leptospirosis4
Jenis uji Serologi pada leptospirosisMicroscopic Agglutination Test (MAT) Macroscopic Slide Agglutination Test
22
(MSAT)Uji carik celup:
- Lepto Dipsttick- LeptoTek Lateral Flow
Aglutinasi Lateks kering (Leptotek Dry-Dot)Indirect Fluorescent Antibody test (IFAT)Indirect Haemagglutination test (IHA)uji aglutinasi lateksComplement fixation test (CFT)
Enzyme Linked Immunosorban Assay (ELISA)Microcapsule Aglutination TestPatoc- Slide Agglutination test (PSAT)Sensitized Erythrocyte Lysis test (SEL)Counter Immune Electrophoresis (CIE)
G. Diagnosis Banding
Pada fase ringan, penyakit leptospirosis menunjukan gejala mirip flu,
sehingga pada fase ini leptospirosis dapat di diagnosis banding dengan
influenza.6Namun pada fase yang lebih berat, leptospirosis dapat mengenai
banyak organ. Pada fase ini, dapat terjadi hepatitis, penyakit ginjal kronik,
vaskulitis, miokarditis, dan lain-lain.1,6
H. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :7
1. Pemeriksaan laboratorium7
Digunakan dengan 2 tujuan, yaitu untuk mengatahui diagnosis dan untuk
mengetahui sejauh mana infeksi telah mengenai organ-organ lain dan
keparahan dari komplikasinya. Antibodi antileptospira dapat dideteksi dengan
menggunakan microscopic agglutination test (MAT). Pemeriksaan
laboratorium lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui organ lain yang
terkena yaitu :
a. pemeriksaan hemoglobin pada anemia karena perdarahan paru dan
traktus gastrointestinal
b. serum bilirubin yang biasanya meningkat jika mengenai hati
c. ureum kreatini yang menigkat pada penyakit ginjal
d. penurunan kadar platelet dan peningkatan massa pembekuan yang
menunjukan tanda-tanda DIC. 7
23
Gambar 1. Contoh pemeriksan lapangan gelap pada MAT7
2. Teknik Pencitraan7
Pemeriksaan ini juga sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana organ
lain yang terkena dampak dari infeksi leptospira. Kelainan umum yang sering
dijumpai pada foto dada yaitu kardiomegali, edema pulmonal karena
miokarditis. Pada pasien dengan perdarahan alveolar karena kapilaritis paru,
parenkim paru dapat ditemukan patchy infiltrate. USG kandung empedu
dapat menunjukan acalculous cholecystitis.
3. Pemeriksaan histologi7
Tidak lama setelah inokulasi dan selama masa inkubasi, leptospira bereplikasi
secara aktif di hepar, dan menyebar ke seluruh tubuh untuk menginfeksi
organ-organ lainnya. Silver stain dan immunofluorescent merupakan
pemeriksaan histologi yang digunakan untuk mengindentifikasi leptospira
pada hati, lien, ginjal, CNS, otot, dan jantung. Pada fase akut, temuan
histologi dapat menunjukan organisme leptospira tanpa banyak infiltra
inflamasi. Leptospirosis dapat terlihat sebagai vaskulitis sistemik yang
infektif. Toxin leptospira dapat dapat menembus sel endothelial membrane
kapiler. Toxin ini dapat mengakibatkan terjadinya ekstravasasi dari darah dan
leptospirosis dari pembuluh darah ke daerah parenkimal sekitar. Kemudian
akibat sistem kapiler yang tidak lagi berfungsi, dapat menyebabkan iskemia
dan kematian sel (nekrosis). Kemudian setelah itu dapat ditemukan
predominasi sel mononklear pada area nekrosis. 7
24
Gambar 2. Gambaran histologisleptospira pada silver stain7
I. Pengobatan
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi
keadaan dehidrasi, hipotensi, pedarahan dan gagal ginjal sanga penting pada
leptospirosis.1,5,8 Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik
dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan
tindakan hemodialisa temporer.1
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian
dalam 14 hari setelah omset cukup efektif.1,8,9 Berbagai jenis pilihan antibiotic
pilihan untuk terapi leptospirosis antara lain : doksisiklin, ampsilin, amoksisilin
dan Penisilin G. untuk kasus berat, pemberian intravena penisilin G, amoksisilin,
ampisilin, atau eritromisin dapat diberikan. 1,5,8,9 Sedangkan untuk kasus-kasus
ringan dapat diberikan antibiotika oral seperti tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin
atau amoksisilin maupun sefalospoin. 1,5,8,9 Pada pasien hamil yang alergi terhadap
penisilin, dapat diberikan terapi pengganti yaitu dengan eritromisin. 8,9
Pengobatan dan Kemoprofilaksis leptospirosis
Indikasi Regimen Dosis
Leptospirosis Ringan Doksisiklin
Ampisilin
Amoksisilin
2 X 100mg
4 X 500-750 mg
4 X 500mg
Leptospirosis Sedang /
Berat
Penisilin G
Ampisilin
Amoksisilin
1,5 juta unit / 6 jam (i.v)
1 gram / 6 jam (i.v)
1 gram / 6 jam (i.v)
Kemoprofilaksis Doksisiklin 200mg / minggu
25
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun
perlu diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih didarah (fase
leptospiraemia). 1,8 Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch-
Herxherimer 4 sampai 6 jam setelah pemberian intravena, yang menunjukan
adanya aktivitas anti leptospira. 1,8 Tindakan suportif diberikan sesuai dengan
keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. 1,8 Keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal
secara umum. 1,8 Kalau terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan
dialisis.1
Untuk diet, harus diberikan masukan cairan yagn adekuat, untuk menghindari
penurunan cairan selam periode poliuri. 1,8,9 Pada kasus yang berat, restriksi
elektrolit dan protein dilakukan pada insufisiensi renal. 1 Pasien dengan hipotensi
dan syok tidak boleh diberikan makanan secara enteral sampai perfusi kembali
normal. 1,8,9
J. Prognosis
Jika tidak ada icterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan icterus, angka
kematian 5% pada umur dibawah 30 tahun dan pada usia lanjut mencapai 30-
40%.1,10
26
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien MRS dengan keluhan lemah sejak 4 hari SMRS. Lemah dirasakan
tiba-tiba. Pasien juga mengeluh pusing ketika berjalan dan terkadang merasa
seperti mau terjatuh. Pasien juga mengeluh nyeri pada kaki kiri dan tangan kanan
dan terasa sakit sekali jika berjalan pada kaki kiri. Kaki kiri juga terasa tebal jika
berjalan, begitu juga dengan kaki kanan. Pasien merasa sulit tidur sejak 4 hari dan
sering terbangun, nyeri kepala (-). Keluhan ini diawali dengan demam (+).
Sesak(-), mual(+), muntah(+) 1 kali isi cairan sejak 1 hari SMRS, nyeri perut atas
(+). Makan/minum kurang, BAB/BAK normal.
Pasien memiliki riwayat hipertensi (+) tapi tidak pernah diobati, DM
disangkal. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gejala seperti yang
sekarang dialami. Dalam keluarga juga pasien mengaku tidak ada yang
mengalami gejala yang sama. Pasien memiliki riwayat kebiasaan sering
membersihkan parit jika musim hujan dan parit tersumbat, rokok (-), alkohol (-).
Sebelumnya pasien belum pernah berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan injeksi konjungtiva, sklera ikterik.
Dari gejala dan tanda di atas, maka pasien didiagnosis dengan leptospirosis.
Hal ini didukung dengan adanya riwayat membersihkan selokan yang merupakan
salah satu faktor resiko infeksi bakteri leptospira.
Selain itu, didapatkan peningkatan kadar ureum/kreatinin (181/7,9) TKK :
9,74) dan leukosit (14.600 sel/mm3) serta terjadi juga penurunan jumlah trombosit
(30.000). Dari hasil pemeriksaan ini, awalnya pasien didiagnosis dengan suspek
leptospirosis dan CKD ESRD. Namun setelah pengobatan selama 4 hari, terjadi
perbaikan nilai ureum dan kreatinin (89/1,8, TKK:42,77), sehingga diagnosis
suspek leptospirosis berubah menjadi leptospirosis yang dapat dicurigai kalau
pasien sudah masuk leptospirosis stadium berat (penyakit weil) yang sudah
mengenai beberapa organ, misalnya ginjal yang jika dilihat dari nilai TKK
menggambarkan CKD ESRD pada awal pemeriksaan. Jumlah trombosit yang
rendah juga dapat dicurigai terjadi kelainan vaskular yaitu DIC.
27
Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan
ini didapatkan hasil :
Perlemakan hati
Gambaran penyakit parenkim ginjal
Dari hasil USG diatas dapat disimpulkan kalau infeksi sudah jauh
menginfeksi organ lain, tidak hanya ginjal, vaskuler, namun juga sudah mengenai
organ hati.
Pengobatan pasien ini diberikan antibiotik sefalosporin golongan III
(ceftriaxone). Selain itu diberikan terapi suportif untuk keluhan yang mengenai
organ seperti ketocid, bicnat, Hepa-Q, aminoleban dan captopril. Meskipun
diagnosis leptospirosis pada pasien ini belum pasti, mengingat diagnosis pasti
ditegakan berdasarkan microscopic agglutination test (MAT), namun menimbang
respon pasien yang baik terhadap pengobatan yang diberikan, maka dapat
dikatakan pasien mengalami infeksi leptospira (leptospirosis).
Prognosis pasien dengan leptospirosis biasanya baik, namun yang fatal pun
hanya 5% pada pasien muda dan 30-40% pada pasien dengan usia lanjut. Pada
pasien dalam laporan ini, lama perawatan adalah 2 minggu dan pasien pulang
pada tanggal 5 mei 2014 dengan keadaan sehat.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Zein U. Leptospirosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III,
Ed.V. Jakarta: InternaPublishing; 2009. Hal:2807-2811
2. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis overview. [Online] 2014 March 14
[cited 2014 May 25]; [6 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-overview#showall
3. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases.
Leptospirosis. [cited 2014 May 25]; [1 screen]. Available from:
http://www.cdc.gov/leptospirosis/pdf/fact-sheet.pdf
4. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Clinical Presentation. [Online] 2014
March 14 [cited 2014 May 25]; [4 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-clinical#showall
5. Angky M. Interna : a mini note. Makassar : Medical Mini note Production;
2014. Hal : 63-64
6. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Differential Diagnosis. [Online] 2014
March 14 [cited 2014 May 25]; [4 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-differential
7. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Workup. [Online] 2014 March 14
[cited 2014 May 25]; [6 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-workup#showall
8. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Treatment & Management. [Online]
2014 March 14 [cited 2014 May 25]; [5 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-treatment#showall
9. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Medicaion. [Online] 2014 March 14
[cited 2014 May 25]; [6 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-medication#showall
10. Gompf SG, Bronze ME. Leptospirosis Follow-up. [Online] 2014 March 14
[cited 2014 May 25]; [5 screen]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/220563-followup#showall
29