lepto spiros is

24
Leptospirosis Santi Prima Nathasya 102011143 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Pendahuluan Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro organisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Pada tahun 1886, Adolf Weil pertama kali melaporkan penelitiannya tentang penyakit ini. Bentuk yang beratnya dikenal sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, cane cutter fever, dan lain-lain.. Infeksi ini dapat ditularkan melalui hewan peliharaan seperti anjing, babi, sapi dan juga binatang pengerat (tikus) yang akan ditularkan kepada manusia. Penularan dapat terjadi apabila manusia melakukan kontak dengan binatang-binatang yang di dalam tubuhnya terdapat Leptospira atau berhubungan dengan air yang terkontaminasi seperti danau, sungai, maupun genangan air. Di Indonesia, penyebab terbanyak Leptospirosis adalah banjir yang terkontaminasi dengan air kemih tikus. Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboraturium. Kejadian luar biasa leptospirosis dalam 1

Upload: nathasya-pakpahan

Post on 26-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lepto Spiros Is

LeptospirosisSanti Prima Nathasya

102011143

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna No. 6, Jakarta Barat.

Pendahuluan

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro organisme

Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Pada tahun 1886, Adolf

Weil pertama kali melaporkan penelitiannya tentang penyakit ini. Bentuk yang beratnya

dikenal sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever,

slime fever, cane cutter fever, dan lain-lain.. Infeksi ini dapat ditularkan melalui hewan

peliharaan seperti anjing, babi, sapi dan juga binatang pengerat (tikus) yang akan ditularkan

kepada manusia. Penularan dapat terjadi apabila manusia melakukan kontak dengan binatang-

binatang yang di dalam tubuhnya terdapat Leptospira atau berhubungan dengan air yang

terkontaminasi seperti danau, sungai, maupun genangan air. Di Indonesia, penyebab

terbanyak Leptospirosis adalah banjir yang terkontaminasi dengan air kemih tikus.

Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan

konfirmasi diagnosa tanpa uji laboraturium. Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade

terakhir di beberapa negara telah menjadika leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang

termasuk the emerging infectious diseases.1

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara. Tujuan dari tindakan anamnesis ini adalah untuk

mengetahui keluhan yang dialami pasien, serta faktor-faktor pencetus yang mengakibatkan

keluhan tersebut terjadi. Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, anamnesis

1

Page 2: Lepto Spiros Is

susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan,

obat-obatan, lingkungan).2

Dari hasil anamnesis pada kasus, diketahui beberapa data yaitu laki-laki berusia 40

tahun, mengalami demam tinggi sampai menggigil sejak 5 hari yang lalu, mengalami panas

terus-menerus terutama siang sampai malam hari. Demam juga disertai nyeri kepala, mual

dan muntah 2-3X/ hari, selain itu pasien juga merasakan nyeri tekan pada betisnya.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu tahap pemeriksaan awal yang dilakukan oleh

dokter atau petugas medis. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan fisik pasien

secara umum, guna menegakan diagnosis awal penyakit yang diderita.Teknik pemeriksaan

fisik meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan pandang (inspeksi), periksa raba (palpasi),

pemeriksaan ketok (perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan menggunakan stetoskop

(auskultasi), pemeriksaan fisik mulai dari melihat keadaan umum pasien, tanda-tanda vital

(suhu, tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan), pemeriksaan jantung, paru, abdomen, dan

ekstremitas.3

Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, dengan tekanan darah 100/70

mmHg, suhu 39,50C, nadi 92x/menit, frekuensi nafas 18x/ menit, nyeri tekan positif,

konjungtiva anemis, sklera ikterik, subconjungtiva injection, hepar teraba dua jari di bawah

arcus costae.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan suatu pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah

didapatkan hasil pemeriksaan fisik.3 Pemeriksaan penunjang ini dilakukan guna memperkuat

kebenaran diagnosis awal.

Dari hasil pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah rutin), didapatkan data-data

sebagai berikut :

1. Hb : 10 g/dL (kadar normal: 13-18g/dL)

2. Leukosit : 4100 /µL (kadar normal : 4,5-11,0 x 109/L)

2

Page 3: Lepto Spiros Is

3. Trombosit : 220.000 /ml (kadar normal : 150-400 x 109/L)

4. Albumin : 3,9 gr/dL (kadar normal :3,9 gr/dL)

5. Globulin : 2,8 gr/dL (kadar normal : S.maclagan < 7)

6. Bilirubin total : 4,5 mg/dL (kadar normal : 0,3-1,1 mg/dL)

7. Ureum : 116 mg/dL (kadar normal : 24-49mg/dL)

8. Kreatinin : 3 mg/dL (kadar normal : 0,6-1,2 mg/dL)

Maka dapat kita ketahui bahwa pasien dalam skenario 2 mengalami penurunan Hb dan

penurunan leukosit. Trombosit, albumin, globulin masih dalam batas normal, namun

bilirubin, ureum, dan kreatinin sudah meningkat.

Working diagnosis

Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya datang

dengan meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza syndrom syok toksin, demam

yang tidak diketahui asalnya dan diatetesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sebagai

penkreatitis. Pada anamnesis penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah

termasuk kelompok resiko tinggi.1

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa riwayat pekerjaan pasien, apakah

yang termasuk kelompok orang dengan risiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,

rawa, sungai, petani dan gejala klinis berupa demam yang muncul tiba – tiba, nyeri kepala ,

terutama bagian frontal, mata merah / fotofobia, keluhan gastointestinal, dan lain lain. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan demam, brakikardi, nyeri tekan otot, ruam pada kulit,

hepatomegali, dan lain lain. Pada laboratorium darah rutin didapatkan leukositosis,

normal,atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah (LED) yang

meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria, dan sedimen sel torak. Bila terdapat

hematomegali maka bilirubin darah dan tranaminase meningkat, BUN, ureum, dan kreatinin

bisa meningkat bila terdapat komplikasi pada ginjal.1

Differential diagnosis

1. .Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anophelesdengan gambaran penyakit.3

3

Page 4: Lepto Spiros Is

2.1 Etiologi

Plasmodium adalah parasit yang termasuk filum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat

empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu :Plasmodium vivax menimbulkan malaria

vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falciparum menimbulkan malaria falsiparum

(malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver.Plasmodium malariae

menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.3

Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan

membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam

darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim

hati.

2.2 Manifestasi klinik

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “trias malaria” secara berurutan : periode dingin

(15-60 menit) mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung

dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti

dengan meningkatnya temperature, diikuti dengan periode panas, yaitu muka penderita merah,

nadi cepat , dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat,

kemudian periode berkeringat , yaitu penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan

penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax,

pada plasmodium falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada.5

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa

mekanisme terjadinya malaria ialah pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoesis

sementara, hemolisis oleh karena proses complement mediatedimmune complex,

eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin.Splenomegali

sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi

akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ

retikuloendothelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit.

Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.5

2.Hepatitis A

Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati disertai dengan nekrosis dan

degenerasi sel yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta selular yang

khas.4

3.1 Etiologi

4

Page 5: Lepto Spiros Is

Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan virus RNA

dari famili enterovirus yang berdiameter 27mm.4

3.2 manifestasi klinik

Beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada penderita hepatitis A yaitu dapat terjadi ikterik

maupun tanpa gejala ikterik, yang muncul biasanya berupa infeksi saluran nafas atas yang

ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi, anoreksia merupakan gejala dini dan

biasanya berat, warna urine seringkali berubah menjadi gelap, gejala dispepsia dapat terjadi

dalam berbagai derajat yang ditandai dengan rasa nyeri epigastri, mual, nyeri ulu hati dan

flatulensi4

Gejala-gejala klinis di atas dapat menghilang pada puncak ikterik yaitu 10 hari setelah

kemunculan awal penyakit. Selain itu, dapat terjadi juga gejala klinik yang berat seperti

splenomegali dan hepatomegali.

Gejala Klinis

Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Gambaran klinis

dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2. Gambaran Klinis pada Leptospirosis.1

Sering : demam, menggigil, sakit kepala terutama bagian frontal, meningismus,

anoreksia, mialgia, conjungtival suffusion, mual/muntah, nyeri abdomen,

ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobi

Jarang : Pneumonitis, hemaptoe, delirium, perdarahan, diare, edema, spleennpmegali,

artralgia, gagal ginjal, pankreatitis, parotitis, dll.

Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase

imun. Fase leptospiraemia ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan

serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di

frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai nyeri

tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil,

juga didapati mual dengam atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar 25%

5

Page 6: Lepto Spiros Is

kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat, bradikardi relatif,

dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan

fotofobia. Pada kulit dijumpai rash yang berbentuk makular, makulopapular atau urtikaria.

Kadang-kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini

berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan membaik, suhu akan kembali normal,

penyembuhan organ-organ yang erlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah

onset. Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas

demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua

atau fase imun.1

Fase imun ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapt timbul demam yang

mencapai suhu 40OC disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat perdarahan berupa

epistaksism gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan paling jelas

terlihat pada fase ikterik, purpura, ptechiae, epstaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi

perdarahan yang paling sering. Terjadi meningitis merupakan tanda pada fase ini selama

beberapa minggu, tetapi biasanya menghilag setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dapat

dijumpai dalam urin.1

Leptospirosis dilihat dari sisi berat tidaknya gejala, dapat dibedakan menjadi:5

1.Leptospirosis anikterik

Manifestasi klinik sebagian besar leptospirosis adalah anikterik. Diperkirakan

mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat.Bila ditemukan satu kasus

leptospirosis berat, diperkirakan 10 kasus leptospirosis anikterik atau ringan. Manifestasi

klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis aseptik yang tidak spesifik sehingga

sering tidak terdiagnosis.Leptospirosis pada cairan cerebrospinal ditemukan pada 80% pasien,

meskipun hanya 50% yang menunjukkan tanda dan gejala klinik meningitis aseptik.5

Pada leptospirosis anikterik jarang diberi obat. Karena keluhan ringan, gejala akan

hilang dalam kurun waktu 2 sampai 3minggu. Manifestasi klinik menyerupai penyakit –

penyakit demam akut lain, oleh karena itu pada setiap kasus dengan keluhan demam, harus

selalu dipikirkan leptospirosis anikterik sebagai salah satu diagnosis bandingnya terutama

didaerah endeminya. Pada tes pembendungan didapat hasil positif sehingga leptospirosis

anikterik pada awalnya diduga sebagi pasien dengan infeksi dengue.5

2.leptospirosis ikterik

Pada leptospirosis ikterik demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas

6

Page 7: Lepto Spiros Is

atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia.Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh

jenis serovar dan jumlah kuman leptospirosis yang meninfeksi, serta status gizi pasien dan

kesempatan memperoleh terapi yang tepat. Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular,

bilirubin meningkat, kadar enzim transaminase serum hanya sedikit meningkat. Fungsi hati

kembali normal setelah pasien sembuh.Komplikasi yang terjadi pada leptospirosis

merefleksikan leptospirosis sebagai suatu penyakit multi sistem.Leptospirosis sering

menyebabkan gagal ginjal akut. Ikterik dan manifestasi perdarahan yang merupakan

gambaran klinik khas penyakit weil.5

Etiologi

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu

mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel,

panjangnya 5-15 mikrometer, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 mikrometer.

Salah satu ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat rotasi aktif

tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam

mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Leptospira

membutuhkan media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan

waktu berminggu-minggu untuk membuat kultur yang positif. 1

Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies: L.interrogans yang

patogen dan L.biflexa yang non patogen. Tujuh spesies dari leptospira patogen sekarang ini

telah diketahui dasar ikatan DNA nya, namun lebih praktis dalam klinik dan epidemiologi

menggunakan klasifikasi yang didasarkan atas perbedaan serologis. Saat ini telah ditemukan

lebih dari 250 serovar yang tergabung dalam 23 serogrup. Menurut beberapa peneliti, yang

tersering menginfeksi manusia ialah L.icterohaemorrhagica dengan reservoir  tikus,

L.canicola dengan reservoir anjing dan L.pomona dengan reservoir sapi dan babi.1

Epidemiologi

Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua Antartika,

namun terbanyak didapati didaerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan

anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmot atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti

tupai, musang, kelelawar, dan lain sebagainya. Didalam tubuh binatang tersebut, leptospira

hidup di dalam ginjal/air kemihnya. Tikus merupakan vector yang utama dari

7

Page 8: Lepto Spiros Is

L.icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira

akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal

tikus dan secara terus menerus dan ikut mengalir dalam liltrat urine. Penyakit ini bersifat

musiman, di daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan

musim gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup

leptospira. sedangkan didaerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.3

Leptospirosis mengenai paling kurang 160 spesies mamalia. Ada berbagai jenis

pejamu dari leptospira, mulai dari mamalia yang berukuran kecil di mana manusia dapat

kontak dengannya. misalnya landak. kelinci, tikus sawah, tikus rumah, tupai, musang, sampai

dengan reptil (berbagai jenis katak dan ular), babi, sapi, kucing, dan anjing. Binatang pcngerat

terutama tikus merupakan reservoir paling banyak. Leptospira membentuk hubungan

simbiosis dengan pejamunya dan dapat menetap dalam tubulus renalis selama berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun. Beberapa serovar berhubungan dengan binatang tertentu, seperti L.

icterohaemoragiae/copenhageni dengan tikus, L. gripporypliosa dengan voles (sejenis tikus),

L. Hardjo dengan sapi, L canicola dengan anjing dan L. Pomona dengan babi.International

Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara dengan insidens leptospirosis

tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas.3

Di Indonesia Leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Di

Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,

Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan TImur, dan Kalimantan Barat. Pada

kejadian banji besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis

dengan 20 kematian. Salah satu kendala dalam menangani leptospirosis berupa kesulitan

dalam melakukan diagnostic awal. Sementara dengan pemeriksaan sederhana memakai

mikroskop biasa dapat diditeksi adanya gerakan leptospira dalam urine. Diagnostik pasti

ditegakkan dengan ditemukannya leptospirosia pada daerah atau urine atau ditemukannya

hasil serologi positip. Untuk dapat berkembang biaknya leptospira memerlukan lingkungan

opotimal serta tergantung pada suhu yang lembab, hangat, pH air/tanah yang netral, dimana

kondisi ini ditemukan sepanjang tahun di daerah tropis.3

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang telah

terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospiri. Infeksi tersebut terjadi jika

terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang

terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini.

8

Page 9: Lepto Spiros Is

bahkan air deraspun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit terjadi akibat gigitan binatang

yang sebelumnya terinfeksi leptospira. atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium.

Ekspos yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga

menularkan leprospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini

adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, penternakan, pekerja tambang.

pekerja di rumah potong hewan atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan,

dokter hewan.3

Patogenesis

Leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran

darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.1 Kuman leptospira

masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris pada kulit, konjunctiva atau mukosa utuh yang

melapisi mulut, faring, osophagus, bronchus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi

droplet infeksi dan minum air yang terkontaminasi. Meski jarang dilaporkan penetrasi kuman

leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir juga dapat menjadi salah satu

cara masuknya Leptospira ke dalam tubuh.3

Kuman leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh

sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari terinfeksi. Organisme virulen

mengalami multiplikasi di darah dan jaringan dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah

dan cairan cerebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.3

Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil sehingga menimbulkan

vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.Patogenesis kuman leptospira yang penting

adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selular.13Dan aktifitas lainnya yaitu

stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit. Sehingga terjadi agregasi

trombosit disertai dengan trombositopenia.3

Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikulo endoteliel serta mekanisme

pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan meningkatnya kadar antibodi

spesifik dalam darah. Kuman leptospira akan dieliminasi dari semua organ kecuali mata,

tubulus proksimal ginjal dan mungkin otak. Dimana kuman leptospira dapat menetap selama

beberapa minggu atau bulan.3

Kuman ini dengan cepat akan lenyap dari darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah

fase leptospiremia, 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal

9

Page 10: Lepto Spiros Is

dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu. Tiga mekanisme yang terlibat dalam

patogenesis leptospira adalah: invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan

reaksi imunologi.3

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksik yang

bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patalogis pada beberapa organ. Lesi yang muncul

akibat kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan antara

derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi

histologik yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional

yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada

struktur. Lesi inflamasi menunjukkan adanya edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit, dan

sel plasma. Selain diginjal, leptospira bisa bertahan di otak dan mata. Bakteri ini bisa masuk

ke cairan serebrospinal dan terjadi meningitis yang sering menjadi komplikasi. 1

Kelainan spesifik terdapat pada organ :1

1.Kerusakan hati akibat nekrosis sentribular yang disertai proliferasi sel kupffer. Sering

ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti sel –sel parenkim

mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal

2.Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati yaitu edema dan

perdarahan dimedula. Adanya gambaran nefritis intersisial yang berlanjut menjadi nekrosis

tubulus pada kasus berat. Silinder protein , pigmen darah, eritrosit dan sisa sel tubulus dapat

ditemukan di medula tubulus.

3.Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya pembengkakan,

vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit netrofil dan sel plasma misalnya pada

otot gastroknemius

4.Kerusakan pada jantung ditandai denganptekie  di endokardium dan epikardium, serabut

otot sembab, disertai vakuolisasi degenerasi  dan infiltrasi sel radang. Pada beberapa kasus

terjadi miokarditis toksik atau endokarditis akut.

5.Kerusakan pada paru bervariasi dari inflamasi interstisial setempat disertai ekstravasasi

hingga infiltrasi brokopneumonia.

6.leptospira akan menyebabkan uveitis pada mata karena bertahan selama beberapa bulan

walaupun terbentuk antibodi yang tinggi.

10

Page 11: Lepto Spiros Is

7. terjadinya vaskulitis yang akan menimbulkan perdarahan akibat sehingga perubahan pada

pembuluh darah.

8.leptospira yang masuk ke dalam cairan serebrospinal dapat dikaitkan dengan terjadinya

meningitis.

9. Weil disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya disertai

perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam kontinu.

Penularan

Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan melalui hewan yang terinfeksi oleh

kuman leptospira. Hospes definitive yaitu sebagai tempat kuman bertumbuh, dewasa dan

berkembang biak secara seksual adalah hewan peliharaan seperti babi, lembu, kambing,

kucing, anjing serta beberapa hewan liar seperti tikus, bajing dan ular. Tapi hospes reservoar

yang menjadi sumber infeksi bagi manusia adalah tikus.Kuman Leptospira dikeluarkan saat

berkemih oleh hewan-hewan yang bertindak sebagai hospesnya.1

Manusia dapat terinfeksi dengan Leptospira apabila mengalami kontak dengan

tanah,air, maupun tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang membawa kuman

Leptospira. Penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara

langsung terjadi apabila darah,urin,atau cairan tubuh yang mengandung kuman Leptospira

masuk ke dalam tubuh manusia.Selain itu, penularan secara tidak langsung dapat terjadi pada

orang-orang yang bekerja dipeternakan yang dapat terkena dari hewan peliharaan mereka

yang terinfeksi oleh kuman Leptospira. Tak hanya itu, meskipun jarang tapi penularan dari

manusia ke manusia lain dapat terjadi dengan hubungan seksual maupun dari ibu kepada

janinnya.1

Selain penularan secara langsung, terdapat pula penularan tidak langsung yang terjadi

dengan perantara genangan air, sungai, danau, selokan air, bahkan lumpur yang tercemar

dengan air seni ataupun cairan tubuh yang sudah terinfeksi kuman Leptospira. Saat banjir,

kontak dengan air yang terkontaminasi urin tikus dapat menyebabkan seseorang menderita

leptoprisosis. Tidak hanya itu, kebiasaan untuk mencuci atau mandi di sungai juga dapat

menjadi penyebabnya. Petani,pekerja potong hewan, pembersih selokan, pekerja tambang,

pemancing ikan, pekerjaan tukang perahu,anak-anak yang bermain di genangan air hujan

sangat rentan terhadap penyakit leptosiprosis. 1

11

Page 12: Lepto Spiros Is

Pengobatan

Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan

dehidrsi, hipotensi, perdarahan, dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis. Gangguan

fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik seiring membaiknya keadaan pasien.

Namun pada beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.

Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4

hari setelah onset cukup efektif. Adapun beberapa antibiotik yang dapat digunakan dapat

dilihat melalui tabel berikut: 1

Tabel.2. Pengobatan pada leptospirosis1

Indikasi Regimen Dosis

Leptospirosis ringan doksisiklin 2 x 100 mg

Ampisilin 4 x 500-750 mg

Amoksisilin 4 x 500 mg

Leptospirosis sedang /berat Penisilin G 1,5juta unit / 6jam (i.v)

Ampisilin 1 gr / 6jam (i.v)

Amoksisilin 1gr / 6jam (i.v)

Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/minggu

Pada kasus ringan masih diberikan melalui oral, sedangkan dalam kasus berat

diberikan melalui intravena. Sampai saat ini, penisilin masih merupakan antibiotik pilihan

utama. Perlu diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika masih berada dalam darah (fase

leptospiremia). Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi

yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa diatur sebagaimana pada

penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalau terjadi uremia berat, sebaiknya dilakukan

dialisis. 1

Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah mempercepat pulih ke keadaan normal,

mempersingkat lamanya demam, mempersingkat lamanya perawatan, mencegah komplikasi

seperti gagal ginjal (leptospiruria), menurunkan angka kematian.3

12

Page 13: Lepto Spiros Is

Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin. Selain itu dapatdigunakan Tetracycline,

Streptomicyn,Erythromycin, Doxycycline, Ampicillin atau Amoxicillin. Pengobatan dengan

Benzyl Penicillin6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicillin4-5

MU/harikemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya

lama pengobatan 5-6 hari.3

Jika pasien alergi penicillin digunakan Tetracyclinedengan dosis awal 500 mg,

kemudian 250 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral selama 6

hari. AtauErythromicyndengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5 hari. Tetracycline dan

Erythromycinkurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.3

Ceftriaxone,dosis 1 g iv selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan

menggunakan penicillin. Oxytetracycline digunakan dengan dosis 1.5 g peroral,dilanjutkan

dengan 0.6 g tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat

mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal.3

Sampai saat ini, penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu

diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase leptospiraemia).

Pengobatan dengan Penicillin dilaporkan bisa menyebabkan komplikasi berupa reaksi Jarisch-

Herxheimer. Komplikasiini biasanya timbul dalam beberapa waktu sampai dengan 3jam

setelah pemberian penicillin intravena; berupa demam,malaise dan nyeri kepala; pada kasus

berat dapat timbul gangguan pernafasan.3

Komplikasi

Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik. Bisa lain nasib

pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut komplikasi leptospirosis paling jelek jika

sudah merusak ginjal , selain hati, dan otak. Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada

kasus ikterus, angka kematian 5% pada umur dibawah 30 tahun, dan pada usia lanjut

mencapai 30-40%. Pada leptospirosis, komplikasi yang sering terjadi ialah iridosiklitis, gagal

ginjal, miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila

terjadi selalu menyebabkan kematian.3

13

Page 14: Lepto Spiros Is

Pencegahan

1. Higien Perorangan

Pekerjaan maupum aktivitas dengan risiko tinggi untuk tertular leptospira diperlukan

pakaian pelindung sesuai pekerjaan atau aktivitasnya, seperti sepatu, sarung tangan,

masker, dan lain-lain.3

2. Kebersihan Lingkungan

Sebaiknya tempat tinggal tidak digunakan untuk tempat tinggal hewan perantara.

Lantai yang dilewati hewan perantara didesinfektan dengan sodium hipoklorit 1/100

atau detergen, mencegah selokan buntu dan jangan digunakan untuk populasi tikus.3

3. Vaksinasi

Di beberapa negara seperti Kuba, Rusia, Cina vaksinasi untuk mencegah leptospirosis

pada manusia telah diberlakukan. Bahkan di Kuba pemberian vaksinasi dapat

mencegah 100%. Sampai saat ini belum ada publikasi tentang studi efikasi jangka

panjang vaksin anti-leptospira, nampaknya vaksinasi hanya mempunyai efikasi jangka

pendek. Vaksinasi pada binatang piaraan dapat menurunkan kejadian leptospirosis,

sehingga membantu pencegahan.3

Beberapa masalah yang muncul pada pemberian vaksin untuk mencegah leptospirosis pada

manusia: 3

Sering adanya laporan efek samping yang tidak dapat diterima dari vaksin bakteri

yang dimatikan.

Vaksin dengan bakteri yang dimatikan nampaknya hanya memberikan proteksi jangka

pendek dan kemungkinan proteksinya tidak komplit, demikian juga vaksinasi pada

binatang.

Belum adanya vaksin yang secara umum dapat mencegah berbagai macam leptospira

yang bersifat lokal.

Vaksinasi secara teori berpotensi untuk menginduksi penyakit autoimun seperti

uvcitis.

Belum ada pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme kekebalan melawan

infeksi leptospira.

Pengobatan pencegahan

Penisilin 2juta unit perhari selama 7 hari, diberikan pada orang berisiko tinggi bila

menderita demam, tetapi jangan lupa mengambil spesimen sebelumnya.

14

Page 15: Lepto Spiros Is

Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dapat juga melindungi terjadinya

leptospirorsis.3

Prognosis

Tergantung keadaan umum pasien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya

kekebalan yang didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat

seperti gagal ginjal, atau perdarahan dan terlambatnya pasien mendapat pengobatan.1

Penutup

Laki-laki yang mengalami panas tinggi menggigil sejak 4 hari yang lalu secara terus

menerus disertai nyeri tekan pada betis dan ikterus menderita leptospirosis, fase

leptospiremia. Bakteri leptospira masuk kedalam tubuh saat banjir terjadi. Bila ditangani

dengan cepat dan tepat, prognosis baik.

15

Page 16: Lepto Spiros Is

Daftar Pustaka

1. Zein U. Leptospirosis. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing; 2010.

2. Abdurrahman, dkk. Anamnesis & pemeriksaan fisis. Cetakan ke-3. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005.

3.Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing; 2009.

4. Mansjoer A, Triyanti K. Kapita selekta kedokteran. Ed ke-3. Jakarta : Media Aesculapius; 2009. h. 425-7.

5. gueirreiro H.et al. Leptospiral proteins recognized during the humoral immune response to leptospirosis in humans. America: American Society; 2003.

16