leasing

17
TUGAS RESUME LEASING Disusun Oleh : 1. HANA ROSMAWATI 2. IRMA IPATUL QODRI 3. LISNAWATI 4. M.IDHOM K. 5. M.ARIF Tingkat II Akuntansi Reguler B 2011

Upload: hana-rosmawati

Post on 28-Nov-2014

3.956 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: LEASING

TUGAS

Disusun Oleh :

1. HANA ROSMAWATI 2. IRMA IPATUL QODRI3. LISNAWATI4. M.IDHOM K.5. M.ARIF

Tingkat II Akuntansi Reguler B 2011

Page 2: LEASING

1.PENGERTIAN LEASING

Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk

penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu

tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan

sewa beli untuk dapat lansung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan

atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan barang modal untuk

digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat ini

mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui

leasing mereka bisa memperoleh dan untuk membiayai pembelian barang – barang modal dengan

jangka waktu pengembalian antara 3 -5 tahun atau lebih.

Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak yang terlibat dala perjanjian

lease, yaitu sebagai berikut :

1. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah perusahan atau pihak yang memberikan jasa

pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.

2. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam

bentuk barang modal dari lessor.

3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual

kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

2.CIRI-CIRI LEASINGCiri – ciri adalah sebagai berikut :

1. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease tersebut.

2. Hak milik benda lease ada pada leasor

3. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda – benda yang digunakan dalam suatu

perusahaan.

3.JENIS – JENIS LEASING1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai

penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang

dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut,

melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi

leasing.

Page 3: LEASING

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian

barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa penggunaan barang tersebut

lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang beruba uang rental untuk

jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor ditambah

fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau finance lease masih bias

dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Direct finance lease

Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang yang dijadikan objek lease.

Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lesse dan

akan dipergunakan oleh lessee.

b. Sale and lease back

Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang

sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse dengan lessor. Dengan

memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan direct

finance lease. Di sini lesse memerlukan cash yng bisa dipergunakan untuk tambahan modal kerja

atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem saale and lease back

memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja kepada kliennya dan tentu saja

dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.

2. Operating lease (sewa menyewa biasa)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya

disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh

pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini

disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang

modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.

Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya – biaya

pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang

bersangkutan.

3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)

Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai

perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba sudah diperhitungkan

oleh produsen atau pabrikan.

4. Leveraged Lease

Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank atau

kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.

5. Cross Border Lease

Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas

suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati batas suatu

negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

Page 4: LEASING

4.PENGGOLONGAN PERUSAHAAN SEWA GUNA USAHA (Leasing)1. Independent Leasing Company

Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak terkait dengan

suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal yang dilakukan oleh

independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang modal,

tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).

2. Non Independent Leasing Company

Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan

langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha untuk

meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.

3. Captive lessor

Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.

4. Lease broker atau packager

Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang modal

dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani

transaksi leasing untuk atas namanya.

5.PROSEDUR MEKANISME LEASINGDalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan yang

secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut :

1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga

dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.

2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai

dokumen lengkap.

3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan

syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sew lease), setelah ini maka

kontrak lease dapat ditandatangani.

4. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease

dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease.

Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian

peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.

5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan dan

memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.

6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.

7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan dan pemindahan

pemilikan kepada supplier.

8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah

dditentukan dalam kontrak lease.

Page 5: LEASING

Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement, dimana didalam

perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak. Isi kontrak yang dibuat

secara umum memuat antara lain:

1. Nama dan alamat lease

2. Jenis barang modal yang diinginkan

3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan

4. Syarat – syarat pembayaran

5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya

6. Biaya – biaya yang dikenakan

7. Sangsi – sangsi apabila lesse ingkar janji

Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (Lessee) akan

dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.

6.KEUNTUNGAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam prosedur dan

pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran alternatif tampak

lebih menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi perusahaan – perusahaan,

maka leasing didukung oleh keuntungan – keuntungan sebagai berikut :

1. Fleksibel.

2. Tidak diperlukan jaminan.

3. Capital saving.

4. Cepat dalam pelayanan.

5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional.

6. Sebagai pelindung terhadap inflasi.

7. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir mas lease.

8. Adanya kepastian hukum.

9. Terkadang leasing merupakan satu – satunya cara untuk mendapatkan aktiva bagi suatu

perusahaan.

7.DASAR HUKUM LEASING

Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian

No. Kep. 122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang

“Perijinan Usaha leasing”.

Untuk mendukung perkembangan usaha ini Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK

No 650/MK/IV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak paenjualan dan

besarnya bea meterai terhadap usaha leasing.

Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang

melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20, 1988 dengan Keputusan Menteri

Page 6: LEASING

Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor atau

simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:

1.       Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar

2.       Perusahaan patungan Indonesia- asing sebesar Rp. 10 milyar

3.       Koperasi sebesar Rp. 3 milyar.

8.PERMODALAN LEASING

Sesuai dengan PMK No. 84/PMK.012/2006 tanggal 29 September 2009 tentang Perusahaan

Pembiayaan, jumlah modal disetor atau simpanan pokok dan simpanan wajib dalam rangka pendirian

perusahaan pembiayaan adalah:

1.       Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp.100

milyar

2.       Koperasi sekurang-kurangnya sebesar Rp.50 m ilyar

Perbandingan Leasing dengan Kredit Bank

Jika dibandingkan dengan kredit perbankan, pembiayaan leasing mempunyai beberapa

keunggulan secara ekonomi diantaranya:

a.       Pembiayaan penuh 100% tanpa uang uka

b.       Persyaratan relatif tidak ketat

c.       Pembayaran angsuran relatif fleksibel

d.       Tidak harus dicantumkan dalam neraca (off balance sheet)

e.       Terlindung dari resiko keusangan

f.        Tingkat keamanan pembiayaan terjamin

g.       Tidak perlu menyediakan jaminan (collateral)

h.       Asset yang diperoleh melalui leasing merupakan jaminan bagi lessor mengingat status

kepemilikan barang modal objek leasing berada pada lessor.

Contoh Kasus:

Kredit Macet di Perusahaan Pembiayaan

Kredit macet di perusahaan pembiayaan konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi makro seperti naiknya harga BBM, tingginya harga bahan pokok, sehingga menurunnya daya

bayar konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh antara lain:

1. Masyarakat (konsumen) belum memahami transaksi pembiayaan konsumen dengan benar.

2. Lemahnya penerapan prinsip mengenal nasabah.

Page 7: LEASING

Ketidakpahaman masyarakat dalam transaksi pembiayaan konsumen, sering kali

menyebabkan perusahaan pembiayaan terjebak oleh kredit macet. Seperti yang diberitakan oleh

Liputan6.com, Bekasi dan InfoBank No. 319 Oktober 2005, diperkirakan 2.000 nasabah Amanah

Motor, Bekasi, di antaranya anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bekasi dan pejabat

pemerintahan di kota Bekasi menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh pemimpin Amanah Motor,

Muhammad Wana.

Caranya, dengan memberikan tawaran yang menggiurkan cukup dengan membayar 50% dari

total harga, konsumen bisa langsung membawa kendaraan. Sedangkan, sisanya dibayarkan dua atau

tiga tahun kemudian. Nasabah juga tidak dikenakan bunga sama sekali.

Kenyataannya tidak demikian, uang muka tersebut digunakan untuk membayar DP (down

payment) kepada pihak perusahaan pembiayaan, itu pun diperkirakan hanya 10% dari uang muka

yang dibayar oleh nasabah. Nasabah baru menyadari tertipu setelah sepeda motor atau mobilnya

diambil paksa oleh perusahaan pembiayaan karena dianggap tidak lagi mengangsur.

Untung saja, Polres Bekasi cepat bertindak, pemimpin Amanah Motor pun ditangkap dan

ditetapkan sebagai tersangka. Tentu saja, bagi perusahaan pembiayaan konsumen (consumer finance

company) tidak semudah membalikkan tangan mengambil kendaraan di konsumen yang merasa

tertipu oleh Amanah motor (dealer).

Di zaman reformasi ini, yang sangat tidak dibenarkan melakukan tindakan represif dalam

menyelesaikan masalah dengan konsumen (debitur), yang berakibat kredit macet. Meskipun bagi

perusahaan pembiayaan kasus seperti ini bukan kasus yang baru, banyak kasus yang serupa tapi tak

sama, yang mengakibatkan kredit macet di perusahaan pembiayaan.

Sebenarnya pada transaksi pembiayaan konsumen kendaraan bermotor (motor, mobil)

melibatkan tiga pihak, yaitu pihak kreditur/perseroan/ si berpiutang selaku badan usaha yang

melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen (motor mobil) dengan sistem

pembayaran atau angsuran atau berkala. Debitur/peminjam/nasabah si berutang selaku orang yang

menerima fasilitas pembiayaan dari kreditur guna pembelian kendaraan bermotor. Dealer/showroom

adalah perusahaan yang menyediakan barang kebutuhan konsumen (motor, mobil) dalam rangka

pembiayaan konsumen.

Pihak perusahaan pembiayaan konsumen dapat memperoleh nasabah dengan dua cara yaitu

cara tidak langsung dan cara langsung. Cara tidak langsung adalah perusahaan pembiayaan

memperoleh nasabah dari pihak dealer. Ini biasanya, karena konsumen yang berkeinginan membeli

kendaraan secara kredit tidak langsung mengajukan permohonannya kepada pihak perusahaan,

melainkan melalui media dealer. Sedangkan cara langsung adalah pihak perusahaan memperoleh

nasabahnya tanpa media dealer. Namun, dari kedua cara tersebut di atas, pihak

perusahaan/perseroan memperoleh nasabah sangat bergantung kepada cara pertama.

Page 8: LEASING

Oleh karena itu, perusahaan pembiayaan mengadakan kerja sama dengan pihak dealer.

Bahkan karena persaingan yang sangat ketat di antara perusahaan pembiayaan konsumen, banyak

perusahaan pembiayaan yang mengadakan kerjasama dengan pihakpihak dealer, dengan

mengadakan program yang menarik, seperti pemberian insentif bahkan ada yang berani memberikan

insentif dimuka kepada pihak dealer dan lain-lain.

Sedangkan perusahaan memperoleh langsung nasabah tanpa media dealer jumlahnya

sangatlah relatif kecil. Biasanya konsumen yang mengajukan langsung kepada pihak perusahaan,

sudah menjadi nasabah sebelumnya. Dalam istilah di lingkungan perusahaan pembiayaan konsumen

disebutnya RO (repeat order). Cara tidak langsung inilah yang biasanya dimanfaatkan oleh dealer

"nakal" untuk melakukan penipuan terhadap konsumen yang imbasnya kredit macet bagi perusahaan

pembiayaan konsumen.

Selain itu pihak konsumen kurang memahami bahwa hubungan antara dirinya dengan pihak

dealer hanyalah hubungan jual beli bersyarat, yaitu pihak dealer selaku penjual yang menjual

barangnya kepada pihak konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh

pihak ketiga yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen.

Sedangkan hubungan pihak konsumen dengan pihak perusahaan pembiayaan terjadi

dikarenakan adanya undang-undang yang dibuat oleh pihak perusahaan dan pihak konsumen yang

dituangkan dalam surat perjanjian utang-piutang, yakni perjanjian pembiayaan konsumen dengan cara

penyerahan hak milik secara fiducia. Sementara hubungan antara pihak perusahaan pembiayaan dan

dealer, tidak memiliki hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan konsumen

hanya sebagai pihak ketiga yang diisyaratkan untuk menyediakan dana untuk digunakan dalam

perjanjian jual beli antara pihak dealer dan pihak konsumen. Ini penting diketahui oleh pihak konsumen,

sebab sering kali pada kasus seperti di atas, yang banyak dirugikan adalah pihak konsumen

(masyarakat) dan juga perusahaan pembiayaan konsumen.

Tidak dilakukan metode analisis yang komprehensif dalam pemberian kredit, penyebab kredit

macet di perusahaan pembiayaan. Standar yang digunakan oleh perusahaan pembiayaan konsumen

dalam mengenal calon nasabahnya, tidak semendetail bank, kalaupun digunakan hanyalah metode

analisis 5 C yakni character, capacity, capital, collateral, dan condition. Itu pun minus C keempat yakni

collateral, karena perusahaan pembiayaan konsumen tidak berorientasi pada jaminan.

Sebenarnya hal ini bukan tidak disadari oleh para pelaku usaha di bidang ini, namun inilah

yang menjadi ciri khas dari perusahaan pembiayaan konsumen yakni kecepatan dalam pelayanan,

proses yang sederhana, mudah, dan cepat. Maka, tak heran ada perusahaan pembiayaan langsung

kirim barang ke konsumen, tanpa melalui survei, meskipun dengan risiko bisnis yang besar, yaitu kredit

macet.

Juga, kredit macet di perusahaan pembiayaan konsumen, karena adanya kecurangan orang

dalam (insider fraud). Kecurangannya, yaitu berkolusi dengan pihak dealer "nakal". Surveyor (account

Page 9: LEASING

officer) yang curang, tidak bekerja sesuai standar operasional prosedur (SOP), antara lain: tidak

melakukan kunjungan ke tempat calon konsumen (plant visit), memanipulasi data calon konsumen,

tidak memastikan keberadaan debitur dengan baik, menirukan tanda tangan konsumen di akta

perjanjiaan.

Bahkan kecurangan yang dilakukan oleh surveyor bisa mengakibatkan perjanjian kredit antara

pihak perusahaan dan konsumen menjadi tidak sah, yang merugikan pihak perusahaan jika di

kemudian hari timbul suatu masalah (sengketa), karena hakim akan membatalkan atau menyatakan

perjanjian itu batal yang berakibat kredit macet. Begitupula, pada kasus Amanah Motor, Bekasi, tidak

terlepas dari kecurangan orang dalam, seperti dugaan yang masih diselidiki oleh pihak kepolisian

Resort Metropolitan Bekasi akan keterlibatan karyawan perusahaan pembiayaan.

Prosedur Permohonan leasingSetiap permohonanan yang ditunjukkan oleh pihak lease haruslah pada pihak lessor, baik

secara lisan maupun secara tertulis kemudian pada pihak lessor akan dipelajari secara seksama

sehingga pada akhirnya tidak akan merugikan pihak lessor akibat terjadi kesalahan analisis.

Prosedur permohonan fasilitas leasing oleh lesee kepada lesor secara umum adalah sebagai

berikut::

1.       Pihak lesse mengajukan surat permohonan untuk memperoleh fasilitas barang modal baik lisan

maupun secara tertulis kepada pihak lessor

2.       Pihak lesse akan menganalisis maksud dan tujuan permohonan lessee

Penelitian tentang kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan,jika masih ada dokumen atau

informasi yang kurang, pemohon diminta untuk melengkapinya selengkap mungkin.

Kelengkapan dokumen tersebut antara lain :

a. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yang berisi antara lain maksud

dan tujuan mengajukan leasing serta cara pembayaran.

b. Akte pendirian perusahaan jika lesse berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yayasan.

c. KTP dan kartu keluarga jika lessee berbentuk perseorangan

d. Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terahkir jika lessee berbentuk PT.

e. Slip gaji dan bukti penghasilan lainnya jika lessee berbentuk perseorangan

f. NPWP (nomor pkok wajib pajak) baik untuk perseorangan maupun untuk perusahaan

3.       Jika dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor memberikan informasi tentang

persyaratan dalam perjanjian kontrak antara lessee dengan lessor, termasuk hak dan

kewajibannya masing – masing

Page 10: LEASING

4.       Pihak lessor akan mengadakan penelitian dan analisis terhadap informasi dan data yang diberikan

lessee dengan cara :

a.       Penelitian data untuk mengukur kemampuan dan kemauan lessee membayar kembali.

Penelitian ini dapat dilakukan dengan S,C yaitu : character, capacity, capital, condition,dan

collateral.

b.       Meneliti langsung ke lokasi berada (on the spot)

c.       Meneliti langsung di mana pihak lesse mempunyai hubungan

5.       Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar dan kemauan untuk

membayar dengan disertai kebenaran informasi dan data yang ada di lapangan. Dari hasil

penelitian dapatlah ditarik kesimpulan yaitu :

a.       Menolak permohonan lessee dengan alasan tertentu

b.       Masih mempertimbangkan dengan catatan ditunda atau permohonana belum dapat diproses

sampai jangka waktu tertentu dengan berbagai alasan :

c.       Menerima permohonan lessee karena telah sesuai dengan keinginan lessor.

6.       Jika permohonan surat perjanjian serta biaya-biaya yang harus dibayar oleh lesse

7.       Pihak lesse membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat perjanjian antara lesse

dengan lessor

8.       Pihak lessor melakukan pemesanan kepada pihak supplier sesuai dengan barang yang diinginkan

lesse dan membayar sesuai dengan pihak supplier.

9.       Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yang sudah disetor lessee

sebelummnya kepada pihak lessor

10.   Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran yang

telah dilakukan oleh lessor.

11.   Pihak lessoor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah diterbitkan oleh pihak lessor

atas nama lessee

Kesimpulan

Dewasa ini, instrument – instrument perusahaan banyak memberikan berbagai pelayanan

khususnya perusahaan yang bersifat multifinance, dimana saham dan kepemilikan perusahaan itu

telah go public. Perusahaan Multifinance merupakan salah satu wadah dimana instrument sewa guna

usaha (leasing) berkembang saat ini. Ini terlihat pada pangadaan kontrak perusahaan, dimana

perusahaan berperan serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan produk-produk yang ada dalam

pasar multifinance ini. Saat ini, leasing merupakan salah satu cara perusahaan mendapatkan asset

tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya telah diatur oleh perusahaan Leasing

yang disediakan oleh berbagai perusahaan. Leasing juga merupakan salah satu langkah penghindaran

resiko tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang ada.

Page 11: LEASING

______________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.Haris.2010.“Makalah Leasing Franchise”.http://harisahmad.blogspot.com.

Dahlan. 2004.Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Empat.Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Docstoc.____.“Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, dan Consumer

Financing”.http://www.docstoc.com.

ekonomibisnis.“Ekonomi Bisnis”.http://ekonomibisnis.co.id.

kasmir. S.E.2008 Bank dan lembaga keuangan lainnya, PT.RAJAGRFINDO PERSADA.rajawali

pers :jakarta