learning objective
DESCRIPTION
Learning ObjectiveTRANSCRIPT
Learning Objective
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Homeostasis
2. Hubungan Homeostasis dengan Stress
3. Penatalaksanaan gangguan Homeostasis baik fisik maupun psikis dan baik secara medis
maupun keperawatan
4. Mekanisme stress, adaptasi & homeostasis
Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena
memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya.
Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan yang
berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya
(milieu interieur). Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di dalam tubuh dari perubahan
lingkungan luar (milieu exterieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Pentingnya
lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh Claude Bernard, seorang ahli ilmu faal Perancis
pada tahun 1859. Dengan mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel
yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar yang sangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika
Serikat Walter Cannon menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil
ini sebagai homeostasis, yang berasal dari kata Yunani homeo (sama) dan stasis (mempertahankan
keadaan).
Banyak faktor dalam lingkungan internal yang harus di pertahankan secara homeostasis.
Faktor-faktor tersebut mencakup.
a. Konsentrasi molekul-molekul nutrien. Sel- sel memerlukan pasokan molekul nutrien
secara terus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sabaliknya diperlukan untuk
menujang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang untuk
mempertahankan kehidupan.
b. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia
pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan
sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal.
c. Konsentrasi zat sisa. Sebagai reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang
menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi.
d. pH. Perubahan pada pH (jumlah relative asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf
dan merusak aktivitas enzim semua sel.
e. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain. Karena konsentrasi relatif garam (NaCl) dan
air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel,
maka konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel.
Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit- elektrolit lain
berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan ekstrasel.
f. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus
dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi
penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke sleuruh tubuh.
g. Suhu. Sel- sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu
dingin maka funsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu
panas maka protein- protein structural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.
(Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia, Edisi 6 EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.)
STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan seorang individu
untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). Lazarus dan Folkman (1994)
mendefinsikan stress psikologis sebagai hubungan khusus antara seseorang dengan
lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber
dayanya dan membahayakan kemapanannya. Stres dianggap sebagai faktor predisposisi
atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
STRESSOR adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan dan kebutuhan cultural.
HOMEOSTASIS. Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan
internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium
lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme
adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini
dan untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan
memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf
dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam
frekwensi jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk
mempertahankan adaptasi. Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat
dinamis respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling
mengisi: homestasis dan adaptasi. Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian
yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga komposisi internal selalu dalam batas
yang bisa diterima, sedangkan adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang
berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga menekankan bahwa ada batasan respon
terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa berbeda pada setiap
individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat diperlukan untuk dapat bertahan dalam
dunia yang selalu berubah.
MEKANISME HOMEOSTASIS. Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak
terpenuhi seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk sebagian besar bagaimanapun juga, adaptasi
mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis untuk mempertahankan
ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan – mandiri, dengan kata lain,
mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada individu yang sakit atau mengalami
cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau menopang
homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu duatu proses
dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu
tubuh, dan membuat suatu respon adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan
panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor
dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar hipofisis.
PSIKOSOMATIK STRESS. Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada
fungsi badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang berlebihan
sebagai akibat dari manifestasi, gangguan jika ini dinamakan gangguan psikosomatik.
Psikosomatik umumnya dapat membantu banyak dalam usaha mengerti hubungan antara
kepribadian seseorang dengan penyakit atau gangguannya. Suatu konflik menimbulkan
ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak terselesaikan dan disalurkan dengan baik
maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan tersebut
mengganggu fungsi susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan
psikosomatik.
ADAPTASI MODEL. Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik,
psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat
dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah
menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk
menghadapi stress itu adalah: Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan
stressor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS/BIOLOGIS. Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat
mekanisme pertahanan yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga
memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang
berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan berubah
menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak normal.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS. Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-
kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi,
terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik
dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau
ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau
terlepas dari stress yang dihadapinya.
c. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA. Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan
budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya
berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika
hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal
tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut
akan mengalami stress
d. ADAPTASI SPIRITUAL. Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya
harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil
dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran
tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.
1. PENGERTIAN ADAPTASI. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari,
promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan
internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan
demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.
Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping
dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ;
Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin
berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap
stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
2. DIMENSI ADAPTASI. Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh
karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus
mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS. Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini
tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan
indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien
mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini
dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung
berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari
berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data
dari semua sistem
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset
telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada
masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak
ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang
meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian.
Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
Kenaikan tekanan darah
Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
Telapak tangan berkeringat
Tangan dan kaki dingin
Postur tubuh yang tidak tegap
Keletihan
Sakit kepala
Gangguan lambung
Suara yang bernada tinggi
Mual,muntah dan diare.
Perubahan nafsu makan
Perubahan berat badan
Perubahan frekwensi berkemih
Dilatasi pupil
Gelisah
Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
ADAPTASI PSIKOLOGIS. Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan
mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak
faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa
gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor,
mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media
terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,
komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
Ansietas
Depresi
Kepenatan
Peningkatan penggunaan bahan kimia
Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
Kelelahan mental
Perasaan tidak adekuat
Kehilangan harga diri
Peningkatan kepekaan
Kehilangan motivasi.
Ledakan emosional dan menangis.
Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
Mudah lupa dan pikiran buntu
Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
LetargiKehilangan minat
Rentan terhadap kecelakaan.
F. RESPON PATOFISIOLOGI TERHADAP STRESS
1. KOMPONEN FISIOLOGI. Riset klasik yang telah dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress; sindrom adaptasi lokal (LAS) dan
sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ atau bagian tubuh
terhadap stress karena trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah
respons pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress.
a. LAS (Lokal Adaptation Syndrome). Tubuh menghasilkan banyak respons setempat
terhadap stress. Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya dan respon tekanan.
b. GAS (General Adaptation Syndrome). GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh
terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf
otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respon neuro-
endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga.
2. KOMPONEN PSIKOLOGI. Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respoons adaptif
psikologis dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor, maka kemampuan mereka
untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang aktual
atau yang dicerap,menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990).
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat
diterima dan ebrhasil.
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu
individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat
konstruktif ; misalnya , ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga
seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya. Perilaku destruktif
mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, keperibadian, dan
situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat
destruktif (mis. jika seseorang tidak mampu beritindak melepaskan diri dari stressor). Sama
halnya, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku
adapatif ; dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress dan bukan menurunkan
stress. Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah
secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego,
yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian
memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan
ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
G. MANAJEMEN STRESS. Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan
sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan
pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.
1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
a. REGULER EXERCISE. Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot,
mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi. Selain itu ,
olahraga juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Klien yang mempunyai riwayat penyakit kronis, yang berisiko untuk
mengalami suatu penyakit , atau yang berusia lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan
program latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter. Secara umum agar
program kebugaran aliran darah ke otot memberi efek fisik yang positif, seseorang harus
melakukan olahraga setidakanya tiga kali dalam satu minggu selama 30 sampai 40 menit.
Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum melakukan latihan berat seperti
jogging, gerakan aerobic atau tennis. Latihan pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot
dan meningkatkan kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada sistem
musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus melakukan latihan
pendinginan dan tidak berhenti secara mendadak. misalnya , setelah jogging atau gerakan
aerobic, orang tersebut harus bergerak dengan gerakan sedang, secara bertahap
diperlambat dan berhenti. Latihan pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler,
musculoskeletal, dan sistem metabolic secara bertahap kembali pada keadaan istirahat.
Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat stress seperti
hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren, keletihan mental, peka rangsang dan sepresi.
Latihan meningaktakan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan sejahtera
(McCubbin & McCubbin, 1993).
b. DIET DAN NUTRISI. Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar
untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan pemberian
nutrient ke jaringan tubuh. Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan
sesuai dengan rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk
menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus mewaspadai
kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula dapat mengganggu fungsi
metabolic tubuh, defisiensi vitamin, mineral, dan nutrient juga dapat menyebabkan masalah
metabolisme. Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat
individu mudah tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.
c. SUPPORT SISTEM. Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk
penatalaksanaan stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang
akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat
bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi
reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz,
1991). Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif
dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992). Ubrich dan
Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan efek stressor atau
distress emosional baik pada lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika terutama
jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan
berbagai metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri
dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk melakukan aktivitas
rekreasi. Perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengajarkan klien
tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi
dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat.
Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan ditujukan untuk
membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.
d. TIME MANAGEMENT. Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya
mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.
Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat membantu klien
memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau imobilisasi. Penstrukturan waktu
yang realistic diperlukan jika klien tidak menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas.
Fungsi peran klien harus dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah modifikasi
dapat dibuat sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu (Peddicord,1991). Mengendalikan
tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan waktu yang efektif. Sedikit orang
yang mampu mengikuti semua permintaan yang diajukan oleh orang lain. penting artinya
untuk belajar mengenali permintamaan mana yang dapat dipenuhi secara realistic,
kebutuhan mana yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara
asertif. Menghambat periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga mengurangi
rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.
e. HUMOR. Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins
(1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress
(Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa
melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.
f. ISTIRAHAT. Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk
menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong meluangkan waktunya
untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu
seseorang menjadi rileks secara mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific
dalam mempelajari tehnik relaks sehingga dapat tertidur.
g. TEHNIK RELAKSASI. Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress. Tehnik relaksasi
adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah
klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis
berubah. Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu : Lingkungan yang tenang,
menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan–gangguan Posisi yang nyaman,
duduk tanpa ketegangan otot.
Sikap yang dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam sadar.
Keadaan mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-kata, ungkapan,
imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah pikiran-pikiran secara internal menjadi
pikiran yang lebih dapat diterima). Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang
mengosongkan pikirannya dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian pada
mental device. Wajarlah bila pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi demikian,
orang tersebut akan dengan segera langsung kembali kepada mental device. Setiap periode
relaksasi ini harus membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan
yang dapat dilaksanakan melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa menggunakan
peralatan khusus dan juga tanpa perintah dokter yaitu relaksasi profresif dan relaksasi
respon Benson. Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok otot
dan memfokuskannya perasaan relakasasi.
h. SPIRITUALITAS. Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam
menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti berdoa, meditasi atau
membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermamfaat bagi klien.
Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual klien lansia dapat meningkatkan perasaan
produktivitas dan kemampuan beradaptasi yang membantu dalam menghadapi individu
sakit kronis
DAFTAR PUSTAKA
1. Long C Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan IAPK, Pajajaran Bandung.
2. Kozier Erb, Fundamental Of Nursing : Concept Process and practice, Addison Weslwy
Publishing co, USA, 1991.
3. Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 ,
EGC, Jakarta.
4. Ellis RJ, A Elizabeth, 1994, Nowlis, Nursing : A Human Needs Approach, Fifth Edition, JB
Lippincott Company, Philadephia.
5. Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua, Gunung Agung,
Jakarta.
6. Potter Terry, 1997,Fundamentals Of Nursing : Concepts, Process and Practice, Fourth
Edition, Mosby Year Book.