larutan kimia fisika

43
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II LARUTAN NAMA : ASRI BUDI YULIANTI NPM : 260110140110 HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS , 26 MARET 2015 ASISTEN : NOVIA EKA PUTRI RIMBA T LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

Upload: asricinot

Post on 21-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

larutan kimia farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Larutan kimia fisika

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

LARUTAN

NAMA : ASRI BUDI YULIANTI

NPM : 260110140110

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS , 26 MARET 2015

ASISTEN : NOVIA EKA PUTRI

RIMBA T

LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: Larutan kimia fisika

ABSTRAK

Larutan didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang

membentuk suatu dispersi molekul yang homogen, yaitu sistem satu fase, dimana

komposisinya dapat bervariasi dengan luas. Kelarutan (solubility) adalah suatu

zat dalam suatu pelarut yang menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat

larut dalam suatu pelarut. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah membuat larutan

natrium hidroksida yang dibakukan dengan asam oksalat dengan menggunakan

indikator fenolftalein, untuk membuat pelarut campuran dan menentukan kelarutan

dari asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur yaitu

etanol, air, gliserin, dan propilen glikol. Pada percobaan ini prinsip yang digunakan

adalah prinsip titrasi asam-basa. Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui

kelarutan dari asam benzoate dan kelarutan asam salisilat dipengaruhi oleh pelarut

campur dan memiliki tingkatan yang berbeda pada setiap perbandingan pelarut

campur. Kelarutan asam salisilat dan asam benzoat dalam pelarut tersebut berbeda-

beda, dengan adanya gliserin, etanol, dan propilen glikol, kelarutan dari asam

salisilat dan asam benzoat menjadi meningkat. Hal itu disebabkan karena keempat

pelarut tersebut merupakan kosolven yang dapat meningkatkan kelarutan. Kosolven

dapat meningkatkan kelarutan dengan cara menurunkan tegangan antara zat terlarut

hidrofobik dan lingkungan yang mengandung air atau dengan mengubah tetapan

dielektrik, sehingga asam salisilat dan asam benzoat yang pada awal nilai

kelarutannya kecil, akan menjadi bertambah besar. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kelarutan itu berbanding lurus dengan adanya penambahan kosolven.

Page 3: Larutan kimia fisika

ABSTRACT

The solution is defined as a mixture of two or more components which form a

homogenous molecular dispersion, ie one-phase system, wherein the composition

may vary widely. Solubility (solubility) is a substance in a solvent which states the

maximum amount of a substance that can be dissolved in a solvent. The purpose of

this lab is to create a standardized sodium hydroxide solution with oxalic acid using

phenolphthalein indicator, to create a solvent mixture and determine the solubility of

benzoic acid and salicylic acid from a wide variety of mixed solvent is ethanol,

water, glycerin, and propylene glycol. In this experiment used the principle is the

principle of acid-base titration. Based on these experiments can be seen solubility of

benzoate acid and salicylic acid solubility is influenced by solvent mixtures and have

different levels in any comparison of mixed solvent. The solubility of salicylic acid

and benzoic acid in the solvent is different, with the presence of glycerin, ethanol,

and propylene glycol, the solubility of salicylic acid and benzoic acid is increased.

That's because the fourth solvent is kosolven that can increase the solubility.

Kosolven can increase the solubility by lowering the voltage between hydrophobic

solutes and water containing environment or by changing the dielectric constant, so

the salicylic acid and benzoic acid in the initial solubility value of small, will become

magnified. So it can be said that the solubility was directly proportional to the

addition kosolven

Page 4: Larutan kimia fisika

I. Tujuan

Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan

dengan larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indicator

fenolftalein.

Membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin, dan

propilenglikol.

Menentukan kelarutan asam benzoate dan asam salisilat dari

berbagai macam pelarut campuran.

Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase

campuran pelarut.

II. Prinsip

1. Azas Le Chatelier

Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan

mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu

menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).

2. Kelarutan

Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang

dapat larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno,2006).

3. Titrasi asam-basa

Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi

suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan

tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya

sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut

titrasi asam basa (Muchtaridi, 2007).

4. Like dissolve like

Page 5: Larutan kimia fisika

Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur

kimia yang sama polar dengan polar dan nonpolar dengan non polar

(Arsyad,2001).

5. Reaksi Netralisasi

Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral

(pH=7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu

basa (Sumardjo,2006).

6. Pengenceran

Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang

lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses

pengenceran, perlu diingat bahwa penambhaan lebih banyak pelarut

ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)

konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang

terdapat dalam larutan (Chang,2005).

7. Stoikiometri

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-

unsur dalam senyawa dalam pembentukkan senyawanya

(Alfian,2009).

III. Reaksi

H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O (Svehla, 1990).

IV. Teori Dasar

Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau

lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen,

yaitu sistem satu fase, dimana komposisinya dapat bervariasi dengan luas

(Martin, 1990).

Page 6: Larutan kimia fisika

Suatu larutan yang dibangun dua macam zat saja yang dikenal

sebagai larutan biner, dan komponen atau konstituennya dikenal dengan

nama pelarut dan zat terlarut. Konstituen yang berada dalam jumlah yang

lebih besar dalam larutan biner disepakati sebagai pelarut dan konstituen

dengan jumlah yang lebih sedikit disebut zat terlarut (Martin, 1990).

Sifat larutan secara fisik, zat dapat dikelompokkan dalam sifat

koligatif, aditif, dan konstitutif. Sifat kognitif terutama bergantung pada

jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif larutan adalah tekanan

osmotik, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan titik

didih. Sifat aditif bergantung pada andil atom total dalam molekul atau

pada jumlah sifat konstituen dalam larutan. Sifat konstitutif bergantung

pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit, pada jenis dan

jumlah atom dalam suatu molekul (Martin, 1990).

Larutan dikatakan juga campuran homogen (komposisinya sama),

serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut

dengan zat terlarut partikel-partikel penyusunnya berukuran sama dari

dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah

cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa

berwujud padat, cair dan gas. Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya

adalah volume terbesar. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut,

larutan dapat dibedakan menjadi :

a. Larutan pelarut yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak

solute disbanding solvent

b. Larutan encer yaitu yang mengandung lebih sedikit solute

dibandingkan solvent (Juliantara, 2009)

Page 7: Larutan kimia fisika

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu

cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut

.Kelarutan suatu zat tergantung atas dua faktor, yaitu luasnya permukaan

dan kecepatan difusi (Martin, 1990).

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara

kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat

untuk membentuk disperse molekular homogen (Martin, 1990).

Kelarutan (solubility) adalah suatu zat dalam suatu pelarut yang

menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu

larut dalam suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Jenis pelarut

2. Konsentrasi

3. Jenis zat terlarut

4. Katalis

5. Tekanan

6. Suhu (Sukardjo, 2002).

Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan

dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa

mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan

tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah

kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan

bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut

dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak

disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain,

Page 8: Larutan kimia fisika

zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti

bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam

kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml

pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti,

kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Depkes RI, 1979).

Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan

istilah sebagai berikut :

Istilah Kelarutan Jumlah Bagian Pelarut yang Diperlukan

Untuk Melarutkan 1 Bagian zat

sangat mudah larut kurang dari 1

mudah larut 1 sampai 10

larut 10 sampai 30

agak sukar larut 30 sampai 100

sukar larut 100 sampai 1000

sangat sukar larut 1000 sampai 10.000

praktis tidak larut lebih dari 10.000

(Depkes RI, 1995).

Page 9: Larutan kimia fisika

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

a. Batang pengaduk

b. Beaker Glass

c. Buret

d. Erlenmeyer

e. Gelas ukur

f. Labu ukur

g. Neraca Analitis

h. Pipet

i. Spatel

j. Statif

5.2 Bahan

a. Aquades

b. Asam benzoate

c. Asam salisilat

d. Etanol 90%

e. Fenolftalein

f. Gliserin

g. NaOH

h. Propilenglikol

Page 10: Larutan kimia fisika

5.3 Gambar Alat

Batang pengaduk Beaker Glass Buret

Erlenmeyer Gelas ukur Labu ukur

Neraca Analitis Pipet Spatel Statif

Page 11: Larutan kimia fisika

VI. Prosedur

6.1 Pembakuan larutan NaOH

Larutan NaOH 0,1 N dibuat kemudian dibakukan dengan larutan

asam oksalat 0,1 N dan ditambahkan fenolftalein.

6.2 Pembuatan larutan sampel

Dibuat sederet pelarut campur yang terdiri dari etanol, air, gliserin

dan propilenglikol dengan perbandingan tertentu : masing-masing

pelarut campur volumenya 20 ml. Sampel dilarutkan sedikit demi

sedikit sampai diperoleh larutan jenuh.

6.3 Penentuan kelarutan

Larutan sampel jernih dipipet sebanyak 10 ml, kemudian ditetapkan

kadarnya secara titrasi asam basa.

6.4 Dibuat grafik hubungan (plot) konsentrasi dengan persentase

campuran pelarut

Page 12: Larutan kimia fisika

VII. Hasil Pengamatan

7.1 Pembakuan NaOH

Volume Asam Oksalat Volume NaOH

10 ml 10,3 ml

10 ml 10,5 ml

10 ml 9,8 ml

Rata-rata = 10 ml Rata-rata = 10,1667 ml

7.2 Pembuatan pelarut campuran

Kelo

mpok

Bahan

Uji

NO

Pelarut/

kosolven

Pelarut/Kosolven

Etanol Air Gliserin Propilenglikol

1. Asam

Salisilat /

Asam

Benzoat

1

2

3

4

-

1,5 ml

-

-

30 ml

28,5 ml

27 ml

27 ml

-

-

3 ml

-

-

-

-

3 ml

2. Asam

Salisilat /

Asam

Benzoat

1

2

3

4

3 ml

4,5 ml

3 ml

3 ml

27 ml

25,5 ml

24 ml

24 ml

-

3 ml

-

-

-

-

3 ml

3. Asam

Salisilat /

Asam

Benzoat

1

2

3

4

6 ml

7,5 ml

6 ml

6 ml

24 ml

22,5 ml

21 ml

21 ml

-

-

3 ml

-

-

-

-

3 ml

4. Asam

Salisilat /

1

2

9 ml

10,5 ml

21 ml

19,5 ml

-

-

-

Page 13: Larutan kimia fisika

Asam

Benzoat

3

4

9 ml

9 ml

18 ml

18 ml

3 ml

-

-

3 ml

7.3 Penentuan Kelarutan

Kelompok 1

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,5 mL 0,6

2. 10 mL 0,075 mL 0,09

3. 10 mL 0,15 mL 0,18

4. 10 mL 1,5 mL 1,8

Kelarutan Rata-Rata 0,6675

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Salisilat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,3 mL 0,4

2. 10 mL 0,05 mL 0,679

3. 10 mL 0,15 mL 0,204

4. 10 mL 0,25 mL 0,339

Kelarutan Rata-Rata 0,4055

Page 14: Larutan kimia fisika

Kelompok 2

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,5 mL 0,6

2. 10 mL 0,75 mL 0,9

3. 10 mL 1,15 mL 1,38

4. 10 mL 1,35 mL 1,62

Kelarutan Rata-Rata 1,125

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Salisilat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 1,35 mL 1,83

2. 10 mL 1,6 mL 2,17

3. 10 mL 0,7 mL 0,95

4. 10 mL 1,25 mL 1,69

Kelarutan Rata-Rata 1,66

Kelompok 3

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,3 mL 0,36

2. 10 mL 0,45 mL 0,54

3. 10 mL 3,3 mL 3,96

Page 15: Larutan kimia fisika

4. 10 mL 2 mL 2,4

Kelarutan Rata-Rata 1,815

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Salisilat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 1,3 mL 1,7

2. 10 mL 0,45 mL 0,54

3. 10 mL 0,3 mL 0,4

4. 10 mL 2 mL 2,4

Kelarutan Rata-Rata 1,26

Kelompok 4

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 4,55 mL 5,46

2. 10 mL 2,7 mL 3,24

3. 10 mL 3,5 mL 4,2

4. 10 mL 1,75 mL 2,1

Kelarutan Rata-Rata 3,75

Pelarut Campur

Volume Larutan

Asam

Salisilat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 5,75 mL 7,8

Page 16: Larutan kimia fisika

2. 10 mL 2,35 mL 3,2

3. 10 mL 5,05 mL 6,9

4. 10 mL 3,75 mL 5,1

Kelarutan Rata-Rata 5,75

7.4 Perhitungan

a. Pembuatan larutan baku

𝑉1 𝑥 𝑁1 = 𝑉2 𝑥 𝑁2

10 𝑥 0.1 = 10.1667 𝑥 𝑁

𝑁 = 10 𝑥0.1

10.1667= 0.0983 𝑁

b. Penentuan Kelarutan Kelompok 4

Perhitungan Kelarutan Asam Benzoat

Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Benzoat

10 L

1. Kelarutan = 4,55 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 5,46 gram/mL

2. Kelarutan = 2,7 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 3,24 gram/mL

3. Kelarutan = 3,5 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 4,2 gram/mL

Page 17: Larutan kimia fisika

4. Kelarutan = 1,75 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 2,1 gram/mL

Perhitungan kelarutan asam salisilat

Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Salisilat

10 L

1. Kelarutan = 5,75 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 7,8 gram/mL

2. Kelarutan = 2,35 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 3,2 gram/mL

3. Kelarutan = 5,05 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 6,9 gram/mL

4. Kelarutan = 3,75 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 5,1 gram/mL

Page 18: Larutan kimia fisika

7.5 Grafik

Grafik 1 Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Air Etanol : Air(1:9)

Etanol : Air(1:4)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 19: Larutan kimia fisika

Grafik 2. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Etanol : Air(1:19)

Etanol : Air(3:17)

Etanol : Air(1:3)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 20: Larutan kimia fisika

Grafik 3. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Gliserin

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Air : Gliserin(9:1)

Etanol : Air :Gliserin(1:8:1)

Etanol : Air :Gliserin(2:7:1)

Etanol : Air :Gliserin(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 21: Larutan kimia fisika

Grafik 4. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Propilenglikol

0

1

2

3

4

5

6

Air :Propilenglikol

(9:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(1:8:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(2:7:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 22: Larutan kimia fisika

VIII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang larutan.

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah Membuat larutan natrium

hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan larutan asam oksalat

(H2C2O4) dengan indikator fenolftalein, membuat pelarut campur dari

etanol, air, gliserin, dan propilenglikol, menentukan kelarutan asam

benzoate dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campuran,

membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase campuran

pelarut. Adapun prinsip yang digunakan pada praktikum ini adalah azas le

chatelier, kelarutan, titrasi asam-basa, like dissolve like, reaksi netralisasi,

pengenceran dan stoikiometri. Namun pada kali ini prinsip titrasi asam

basa dan kelarutan lebih ditekankan pada praktikum ini.

Penentuan kelarutan pada praktikum ini dilakukan untuk menentukan

kelarutan dari asam salisilat dan asam benzoate dengan metode titrasi

asam basa, dimana pada titrasi ini NaOH berfungsi sebagai titran dan

larutan asam benzoat dan asam salisilat sebagai analitnya. Titrasi ini

dilakukan untuk mengetahui volume NaOH yang terpakai saat

tercapainya titik ekuivalen, volume NaOH dicari digunakan pada rumus

saat perhitungan kelarutan. Karena NaOH merupakan larutan baku

sekunder maka sebelum dilakukan titrasi dengan asam salisilat atau asam

benzoate harus dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini pembakuan

NaOH ini menggunakan asam oksalat yang merupakan larutan baku

primer dan menggunakan indicator Phenolphtalein. Penggunaan indikator

phenolphtalein ini dikarenakan pH pada saat titik ekuivalen berada

diantara trayek pH indikator phenolphtalein, range trayek pH indiktor

phenolphtalein adalah 8,3-10,5. Pembakuan NaOH dilakukan triplo

sehingga didapatkan konsentrasi NaOH yaitu 0,0983 N.

Page 23: Larutan kimia fisika

Setelah dilakukan pembakuan NaOH, maka dibuat larutan asam

salisilat dan asam benzoat dalam berbagai macam pelarut campur yang

terdiri dari air, etanol, propilen glikol dan gliserin dengan perbandingan

tertentu. Asam salisilat dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut

kemudian diaduk sampai jenuh, kejenuhan larutan ditandai dengan

adanya endapan. Setelah jenuh, lalu disaring sehingga didapatkan

endapan dan filtratnya. Penyaringan ini dilakukan karena terbentuk dua

fase dan yang dipakai adalah filtratnya. Dari filtrat tersebut kemudian

diambil 10 ml sebanyak 2 kali untuk penitrasian duplo. Penitrasian

dilakukan duplo agar didapatkan rata-rata, karena titrasi sebanyak satu

kali belum tentu menunjukkan hasil yang tepat.

Setelah diketahui konsentrasi dari NaOH maka selanjutnya

dilakukan penentuan kelarutan dari asam salisilat dengan asam benzoat

dalam berbagai macam pelarut campuran. Pada tahap ini prinsip yang

digunakan adalah prinsip titrasi asam basa atau reaksi netralisasi.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Air Etanol : Air(1:9)

Etanol : Air(1:4)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 24: Larutan kimia fisika

Grafik 1. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air

Pada grafik pertama pelarut yang digunakan untuk mengetahui

kelarutan dari asam benzoate dan asam salisilat ini adalah pelarut

campuran air dan etanol. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kelarutan

semakin bertambah ketika jumlah etanol semakin banyak. Kelarutan asam

benzoat dan asam salisilat yang tidak memakai etanol (0:30) kelarutannya

adalah 0,6 g/ml dan 0,4 g/ml. Kemudian ditambah etanol sebanyak 3 ml

dan kelarutan asam benzoate tetap dan kelarutan asam salisilat naik

menjadi 1,83 g/ml. Tetapi pada saat penambahan etanol menjadi 6 ml

kelarutan asam benzoat berkurang menjadi 0,36 g/ml dan kelarutan asam

salisilat berkurang menjadi 1,7 g/ml. Hal ini bisa saja terjadi karena

penambahan kosolven belum tentu pasti menaikkan kelarutan. Pada

beberapa kasus kelarutan bertambah sangat kecil bahkan berkurang. Pada

kasus ini kelarutan asam benzoate dan asam salisilat menurun karena

larutannya masih belum jenuh sehingga jumlah zat terlarutnya sedikit

sehingga kelarutannya menjadi kecil. Kemudian pada saat etanol

ditambahkan lagi kelarutan asam salisilat dan asam benzoat pun

bertambah. Etanol disini dapat meningkatkan kelarutan karena asam

benzoate larut dalam kurang lebih 3 bagian etanol 95% (Depkes RI,

1979). Lebih larut dalam etanol dibandingkan dengan air, disisi lain

memang etanol adalah kosolven seperti yang dikatakan oleh Yalkowsky

(1985) bahwa kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen

glikol dan glikofural telah rutin digunakan sebagai zat untuk

meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa berair. Arti dari

kosolven sendiri yaitu suatu bahan yang dapat meningkatkan kelarutan

Page 25: Larutan kimia fisika

dengan cara menurunkan tegangan antara zat terlarut yang hidrofobik

(Yalkowsky, 1985).

Grafik 2. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air

Pelarut yang digunakan pada grafik kedua adalah etanol dan

aquadest sama seperti pelarut pada grafik pertama hanya saja

perbandingan pelarutnya berbeda. Pada grafik kedua ini hamper sama

seperti pada grafik yang kedua walau dengan perbandingan pelarut yang

berbeda. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat dengan penambahan

etanol maka kelarutan asam salisilat dan asam benzoate semakin tinggi.

Berdasarkan grafik tersebut dapat terlihat bahawa pada pelarut campuran

etanol dan air dengan perbandingan 1 : 3 mengalami penurunan kelarutan

yang cukup besar hal ini bisa disebabkan karena saat proses titrasi larutan

belum benar-benar jenuh sehingga jumlah zat terlarutnya sedikit dan

memperkecil kelarutan dari asam benzoate dan asam salisilat tersebut.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Etanol : Air(1:19)

Etanol : Air(3:17)

Etanol : Air(1:3)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 26: Larutan kimia fisika

Grafik 3. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Gliserin

Pelarut yang digunakan pada grafik ketiga adalah etanol, air, dan

gliserin. Dari grafik pelarut campuran yang ketiga, dapat dilihat bahwa

mulai dari kelompok 1 sampai 5 diberi perlakuan penambahan volume

etanol sebanyak 3 mL, pengurangan volume air sebanyak 3 mL dan

gliserin tetap sebanyak 3 mL. Pada grafik asam salisilat, mulai dari

kelompok 1 yang tidak memakai etanol tetapi memakai 3 mL gliserin bisa

dibandingkan dengan grafik pelarut 2 kelompok 1 yang tidak memakai

gliserin tetapi memakai etanol, kelarutan asam benzoatnya adalah 0,09

g/ml sedangkan dengan ditambahkannya gliserin tanpa etanol meningkat

menjadi 0,18 g/ml. Hal itu dapat terjadi karena etanol yang diberikan

pada pelarut 2 hanya 1,5 mL sedangkan gliserin yang ditambahkan pada

pelarut 3 adalah 3 mL. Jadi bisa dikatakan bahwa kosolvensi oleh

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Air : Gliserin(9:1)

Etanol : Air :Gliserin(1:8:1)

Etanol : Air :Gliserin(2:7:1)

Etanol : Air :Gliserin(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 27: Larutan kimia fisika

gliserin ataupun etanol sama kuatnya, sama-sama meningkatkan

kelarutan. Kemudian, terlihat pada grafik, kelarutan asam salisilat

mengalami penurunan hingga pada kelompok 3 didapat kelarutannya

adalah 0,204 g/ml yang berarti lebih rendah dari kelarutan pada grafik

pelarut 2 kelompok 3 yaitu 0,679 g/ml.

0

1

2

3

4

5

6

Air :Propilenglikol

(9:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(1:8:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(2:7:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 28: Larutan kimia fisika

Grafik 4. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat

dan Asam Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Propilenglikol

Pelarut yang digunakan pada grafik keempat ini adalah etanol, air,

dan propilenglikol. Berdasarkan grafik pelarut ke-4 tersebut, dapat dilihat

bahwa mulai dari kelompok 1 sampai 4 diberi perlakuan penambahan

volume etanol sebanyak 3 mL, pengurangan volume air sebanyak 3 mL

dan propilenglikol tetap sebanyak 3 mL. Pada grafik asam salisilat, nilai

kelarutan kelompok 1 yang tidak memakai etanol tetapi memakai 3 mL

propilenglikol yaitu 0,339 g/ml bisa dibandingkan dengan kelarutan pada

grafik pelarut 3 kelompok 1 yang juga tidak ditambah etanol tetapi

ditambah 3 mL gliserin yaitu 0,204 g/ml. Kelarutan yang memakai 3 ml

propilenglikol lebih tinggi dibandingkan dengan yang memakai 3 ml

gliserin, berarti dapat dikatakan bahwa kosolvensi oleh propilenglikol

lebih baik daripada dengan gliserin. Hal ini karena asam benzoate dan

asam salisilat bersifat non polar sehingga akan larut pada yang pelarut

non polar pula (propilenglikol). Jadi, asam salisilat dan asam benzoat itu

sebenarnya bersifat semi polar. Semi polar adalah sifat yang berarti dapat

menjadi polar dan non polar,sifat semi polar yang dimiliki kedua zat

tersebut ternyata lebih cenderung ke non polarnya karena keduanya

adalah asam organik, sehingga ketika ditambahkan propilenglikol yang

bersifat nonpolar dan dibandingkan dengan gliserin yang bersifat polar

maka kelarutan pada propilenglikol lebih tinggi. Hal tersebut didasarkan

pada prinsip like dissolve like yaitu dimana suatu senyawa akan larut pada

senyawa yang mempunyai struktur kimia yang sama, polar dengan polar

dan nonpolar dengan non polar seperti yang dikatakan oleh Arsyad

(2001).

Pelarut campuran dan kosolven mempengaruhi kelarutan dari

asam salisilat dan asam benzoate.

Page 29: Larutan kimia fisika

IX. Simpulan

1. Dapat membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan

dengan larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indikator PP sehingga

didapatkan normalitas NaOH 0,0983 N.

2. Dapat membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin, dan

propilenglikol dengan perbandingan tertentu untuk menjadi pelarut

asam benzoate dan asam salisilat.

3. Kelarutan asam salisilat dan asam benzoate dipengaruhi oleh pelarut

campur dan memiliki tingkatan yang berbeda pada setiap

perbandingan pelarut campur.

4. Dapat membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase

campuran pelarut yang menyatakan bahwa kelarutan asam benzoat

dan asam salisilat semakin bertambah dengan diberikannya etanol,

gliserin dan propilen glikol.

Page 30: Larutan kimia fisika

Daftar Pustaka

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press.

Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Dirjen POM.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.

Juliantara. 2009. Kimia Larutan. Tersedia Online di

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar-

39481.html [Diakses pada tanggal 27 Maret 2015].

Muchtaridi. 2007. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira.

Ratna. 2009. Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/azas-le-chatelier/. [Diakses pada

tanggal 15 Maret 2015].

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC

Suyatno. 2006. Kimia. Jakarta: Grasindo.

Svehla. 1990. Analisis Kuantitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media

Pustaka.

Yalkowsky dan Rubino. 1985. American Pharmaceutical Association. Journal of

Pharmaceutical Sciences: Solubilization by cosolvents I: Organic solutes in

propylene glycol–water mixtures. Volume 74, No. 4, pages 416–421.

Page 31: Larutan kimia fisika

Lampiran

Gambar Percobaan

Larutan Jenuh Asam Larutan Jenuh Asam Titrasi Penetapan Kadar

Salisilat Benzoat

Hasil Titrasi Asam Hasil Titrasi Asam

Benzoat Salisilat

Page 32: Larutan kimia fisika

Asam Benzoat duplo yang

pertama

Asam Benzoat duplo yang

kedua

Asam Salisilat 2 duplo yang

pertama

Asam Salisilat 2 duplo yang

kedua

Page 33: Larutan kimia fisika

AsamSalisilat 1 duplo yang

pertama AsamSalisilat 1 duplo yang

kedua

Asam benzoate 1 duplo

yang kedua

Page 34: Larutan kimia fisika

Gliserin 6 mL Asam salisilat 4

duplopertama

Etanol yang digunakan Asamsalisilat 2 yang aka

dititrasi

Page 35: Larutan kimia fisika

Asam benzoate 1 yang

sudahdititrasi Asam benzoate 2 yang

digunakan

AsamSalisilat yang

digunakan

Asamsalisilat 1

Page 36: Larutan kimia fisika

AsamBenzoat yang

digunakan

AsamBenzoat 1

Page 37: Larutan kimia fisika
Page 38: Larutan kimia fisika
Page 39: Larutan kimia fisika
Page 40: Larutan kimia fisika
Page 41: Larutan kimia fisika
Page 42: Larutan kimia fisika
Page 43: Larutan kimia fisika