lapsus sirosis
DESCRIPTION
LAPORAN KASUS, SIROSIS, KASUS, PRESENTASITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan
makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Sirosis
hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya
gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai dengan gejala-
gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari
proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaannya secara klinis.
Hal ini hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati.1,2
Di negara barat, sirosis alkoholik dan virus merupakan penyebab utama dari
hipertensi porta dan varises esofagus. Tiga puluh persen pasien dengan sirosis
kompensata dan 60-70% pasien dengan sirosis dekompensata memiliki manifestasi
klinik tersebut. Sementara itu di seluruh dunia, hepatitis B menjadi endemik dan
penyebab utama penyakit sirosis hati pada belahan dunia timur dan asia tenggara.1
Gejala awal sirosis dekompensata meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun. Pada laki-laki
dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, dan hilangnya dorongan
seksualitas.1,3,4
Bila sudah lanjut ke dekompensata, manifestasi utama dan lanjut dari sirosis
merupakan akibat dari dua tipe gangguan fisiologis: gagal sel hati dan hipertensi portal
Manifestasi gagal hepatoseluler adalah:
- Ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat hiperbilirubinemia, bila
konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/ dl tidak terlihat.
- Spider telangiektasis, suatu lesi vaskuler yang dikelilingi beberapa vena-vena
kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas.
- Eritema palmaris , warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan.
1
- Fetor hepatikum akibat peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan
porto sistemik yang berat.
- Ginekomastia, atrofi testis yang mengakibatkan impotensi dan infertil, hilangnya
rambut badan.
- Gangguan hematologik: anemia, leukopenia, trombositopenia. Gangguan
pembekuan darah: perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid.
- Edema perifer umumnya terjadi setelah timbulnya asites
Manifestasi hipertensi portal adalah:
- Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritonium akibat hipertensi porta dan
hipo albuminemia
- Sirkulasi kolateral: vena superfisial dinding abdomen ( caput medusae) dan
varises esofagus, hemoroid interna
- Splenomegali, sering ditemukan terutama pada sirosis non alkoholik.5
Ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal atau mengecil. Bilamana hati
teraba hati teraba keras dan noduler. Hal lain yang dapat ditemukan yaitu, jari tabuh,
perubahan kuku – kuku Muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan dengan
warna normal kuku.Gangguan tidur dan demam yang tidak terlalu tinggi. Gangguan
mental berupa mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung agitasi sampai koma.1,6
Gambaran laboratorium yang dapat ditemukan:
- Peninggian serum glutamil oksaloasetat (SGOT) dan serum glutamil piruvat
transaminase (SGPT).
- Alkali fosfatase meningkat 2-3 kali batas normal.
- Gamma Glukonil Transpeptidase (Gamma GT) konsentrasinya sama dengan
alkali fosfatase pada penyakit hati.
- Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, meningkat
pada stadium lanjut.
- Albumin, sintesisnya terjadi dijaringan hati, konsentrasi menurun sesuai
perburukan sirosis
- Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis
- Prothrombin time memanjang mencerminkan derajat tingkatan disfungsi
sintesis hati.
2
- Natrium serum menurun pada sirosis dengan asites
- Kelainan hematologi anemia
- Seromarker hepatitis
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu: USG, biopsi hati,
endoskopi saluran cerna atas, analisis cairan asites, barium meal.1,5,6
Penegakan diagnosis sirosis hepatis terdiri dari pemeriksaan fisik, laboratorium
dan USG. Pada kasus tertentu perlu dilakukan biopsi hati atau peritoneoskopi karena
sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini. 1
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi
progresi kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi,
diantaranya: alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya.1
Pada tatalaksana sirosis dekompensata, pengobatan lebih ditujukan pada
manifestasi klinis yang muncul pada pasien tersebut. Meliputi tatalaksana asites adalah
tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90
mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya
dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon
diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema
kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak
adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian
furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160
mg/hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga
4-6 liter. Pemberian albumin sendiri diberikan dengan indikasi, meliputi: adanya
peritonitis bakterial spontan, hepatorenal syndrom tipe 1, pada parasentesis didapatkan
> 5 liter cairan serta level albumin < 25 g/l dengan adanya komplikasi.1,5,6
Pada pasien sirosis dekompensata dapat terjadi ensefalopati yang harus dicegah
dengan pengobatan seperti laktulosa yang membantu pasien untuk mengeluarkan
amonia. Neomisin/kanamisin dapat digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil
amonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kgbb/hari, terutama diberikan yang kaya
asam amino rantai cabang.1
3
Transplantasi hati merupakan terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata.
Namun sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
resipien dahulu.1
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Klasifikasi CHILD-PUGH juga digunakan untuk menilai prognosis pasien yang akan
menjalani operasi.1
Klasifikasi CHILD-PUGH
Skor/parameter 1 2 3Bilirubin (mg%)
< 2,0 2 - < 3 >3,0
Albumin (gr%) >3,5 2,8 - < 3,5 <2,8
Prothrombin time (quick%)
>70 40 - < 70 < 40
Ascites 0 Minmal – sedang(+) – (++)
Banyak (+++)
Hepatic encephalopathy
Tidak ada Stadium I dan II Stadium III dan IV
Nutrisi Sempurna Baik Kurang/KurusGRADE NILAI PROGNOSIS
A 5 – 6 10 – 15%B 7 – 9 30 %C 10 – 15 > 60%
BAB II
4
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama : DLS
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Pacung, Br. Dinas Alas
MRS : 24 September 2012
No CM : 500117
2.2 Heteroanamnesis
Keluhan utama : Perut membesar
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang mengeluh perut membesar sejak 1,5 bulan
yang lalu. Perut membesar disertai dengan nyeri perut. Nyeri perut dirasakan di seluruh
bagian perut. Nyeri perut dikatakan hilang timbul dan tidak disertai mual. Pasien juga
mengeluh panas badan yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Saat panas badan 3 hari
yang lalu pasien juga mengalami keluar darah dari hidung. Selain itu pasien juga
mengalami muntah darah sebanyak 1 kali pada 20 hari yang lalu. Semenjak perut
membesar ini nafsu makan pasien berkurang. BAB dan BAK dikatakan normal.
Riwayat penyakit sebelumnya : pasien pernah mengalami penyakit kuning saat masih
muda.
Riwayat penyakit dalam keluarga : keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita
gejala yang sama.
Riwayat sosial dan lingkungan : pasien memiliki riwayat suka minum alkohol.
2.3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : E4V5M6
Nadi : 92 x/menit, regular, isi cukup
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Respirasi : 20 x/menit, regular.
5
T ax : 37,2ºC
Status Generalis
Mata : Anemis(-), ikterus(+/+) Reflek pupil +/+
THT : Sianosis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar (-)
Kulit : Spider navi (-)
Thorak : retraksi (-)
Cor : S1S2 N, regular, murmur(-)
Po : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheesing -/-
Abdomen : Inspeksi : Distensi (+)
Palpasi : Hepar (teraba)
Perkusi : Shifting dullness (+)
Auskultasi : BU (+) N
Extremitas : Eritema Palmaris (-), Akral hangat (+), sianosis (-), Oedem (+/+)
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab (24/9/2012)
Leukosit : 4900 rb/mm3
HGB : 9,4g/dL
MCV : 100
MCH : 35
MCHC : 35
HCT : 26,9%
Trombosit : 38 rb/mm3
SGOT : 95 U/L
SGPT : 70 U/L
Albumin : 1,9 gr/dl
HbSAg : negatif
2.5. Diagnosis
Sirosis Hati
6
2.6. Penatalaksanaan
- Konsul dr. SpPd
- MRS
- IVFD NaCl 10 tpm
- injeksi Furosemid 1 x 1 ampul
- injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
- Spironolacton 1x100 mg
- Methioson 3x1 tab
2.7. Prognosis
Prognosis berdasarkan klasifikasi Child Pugh belum dapat ditentukan karena tidak
dilakukan pemeriksaan bilirubin dan protombin time.
Follow up
Tanggal S O A P
25/9/2012 Perut
membesar
(+), nyeri
perut (+),
mual(-)
Status present
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T ax : 36,50C
Status general
Abd : asites (+)
Sirosis hati Th/
- IVFD NaCl 10 tpm
-Furosemid 1 x 1 ampul
- Ranitidin 2 x 1 ampul
-Spironolacton1x100mg
-Methioson 3x1 tab
26/9/2012 Perut
membesar
(+), nyeri
perut (+)
menurun,
mual(-)
Status present
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
T ax : 36,70C
Status general
Abd : asites (+)
Sirosis hati Th/
- IVFD NaCl 10 tpm
-Furosemid 1 x 1 ampul
- Ranitidin 2 x 1 ampul
-Spironolacton1x100mg
-Methioson 3x1 tab
7
27/9/2012 Perut
membesar
(+)menurun,
nyeri perut
(-), mual(-)
Status present
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
T ax : 36,70C
Status general
Abd:asites (+)menurun
Sirosis hati -BPL
-Methioson 3x1 tab
BAB III
PEMBAHASAN
8
Pasien datang mengeluh perut membesar sejak 1,5 bulan yang lalu. Perut membesar
disertai dengan nyeri perut. Nyeri perut dirasakan di seluruh bagian perut. Nyeri perut
dikatakan hilang timbul dan tidak disertai mual. Pasien juga mengeluh panas badan
yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Saat panas badan 3 hari yang lalu pasien juga
mengalami keluar darah dari hidung. Selain itu pasien juga mengalami muntah darah
sebanyak 1 kali pada 20 hari yang lalu. Semenjak perut membesar ini nafsu makan
pasien berkurang. BAB dan BAK dikatakan normal. Pasien pernah mengalami sakit
kuning saat masih muda dan memiliki riwayat suka minum alkohol.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh nadi 92 x/menit dan tekanan darah 140/90
mmHg. Dari status general didapatkan ikterus pada mata. Pada pemeriksaan abdomen
terlihat perut yang distensi, shifting dullness positif pada saat perkusi dan hepar yang
teraba. Pada ektremitas ditemukan edema di kedua kaki.
Penegakan Diagnosis
Pasien didiagnosis sirosis hati karena pasien mengalami perut yang membesar,
dimana dari anamnesis dikatakan perut membesar sejak 1,5 bulan yang lalu dan disertai
nyeri perut yang hilang timbul. Selain itu pasien juga mengalami demam 3 hari yang
lalu dan saat demam muncul pasien mengalami keluar darah dari hidung. Pasien juga
memiliki riwayat muntah darah sebanyak 1 kali pada 20 hari yang lalu. Pasien pernah
mengalami sakit kuning saat masih muda dan memiliki riwayat suka minum alkohol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterus pada mata, distensi abdomen, hepar
teraba yang menunjukkan adanya hepatomegali, shifting dulness positif yang
menunjukkan adanya asites serta edema pada ektremitas yang menunjukkan tanda-tanda
terjadinya hipoalbumin.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb yang menurun, SGOT dan SGPT
yang meningkat, hipoalbumin serta trombositopenia.
Pada kasus ini pasien memenuhi kriteria gejala yang terjadi pada pasien sirosis
hati yaitu terdapat asites akibat terjadi hipertensi porta, edema pada kaki karena
hipoalbumin yang terjadi akibat konsentrasi albumin yang menurun bersamaan dengan
fungsi hati yang menurun, ikterus pada mata akibat dari bilirubinemia, epistaksis yang
terjadi karena adanya gannguan pembekuan darah, demam yang tidak begitu tinggi dan
muntah darah akibat terjadinya varises esophagus. Serta terdapat peningkatan SGOT
dan SGPT, hipoalbumin dan anemia yang disertai trombositopenia. Pasien pernah
9
mengalami sakit kuning saat masih muda dan memiliki riwayat suka minum alkohol.
Hal ini merupakan faktor resiko terjadinya sirosis hati pada pasien ini.
3.2 Penatalaksanaan
Pasien tirah baring dan diberikan infus NaCl 10 tetes permenit. Untuk penanganan
asites pasien harus tirah baring, diet rendah garam dan diberikan obat-obatan diuretik
yaitu diawali dengan pemberian spironolacton 100-200 mg sekali sehari dan bila
pemberian spironolacton tidak adekuat maka dapat dikombinasi dengan forosemid 20-
40 mg/hari. Pada pasien ini pasien tirah baring dan diberikan spironolacton 100 mg/hari
dan dikombinasi dengan furosemid 1x1 ampul perhari. Pasien juga diberikan injeksi
ranitidine 2 x 20 mg dan methioson 3x1 tablet.
BAB IV
KESIMPULAN
10
Dari kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis sirosis hati karena
mengalami asites, muntah darah, epistaksis dan demam yang tidak begitu tinggi.
Sedangkan dari pemeriksaan laboratorium didiagnosis berdasarkan SGOT dan
SGPT yang meningkat serta hipoalbumin.
2. Pengobatan terdiri dari pengobatan diuretik untuk mengatasi asites yang terjadi.
3. Prognosis berdasarkan klasifikasi Child Pugh belum dapat ditentukan karena
tidak dilakukan pemeriksaan bilirubin dan protombin time.
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Tim Penyusun. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006
2. Tim Penyusun. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University Press.
Surabaya: 2007
3. NIDDK. What I Need to Know About Cirrhosis of The Liver. U.S. Department
of Health and Human Services : 2005
4. Gines Pere, M.D. Management of Cirrhosis and Ascites. NEJM : 2010
5. Sanchez William, M.D. Liver Cirrhosis. The American College of
Gastroenterology : 2008
6. Moore KP. Guidelines on the management of ascites in cirrhosis. Gut : 2006
12