lapsus katarak talita

17
Laporan Kasus KATARAK SENILE OS STADIUM IMMATUR Oleh Talita Noorferannisa NIM I1A006030 Pembimbing dr. Hamdanah, Sp.M BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT MATA

Upload: lovelytha-zain

Post on 23-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Katarak Talita

Laporan Kasus

KATARAK SENILE OS STADIUM IMMATUR

Oleh

Talita Noorferannisa

NIM I1A006030

Pembimbing

dr. Hamdanah, Sp.M

BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT MATA

FK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASIN

Maret 2012

Page 2: Lapsus Katarak Talita

DAFTAR ISI

ii

Page 3: Lapsus Katarak Talita

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin

cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh.(1)

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak

merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan

penglihatan yang paling sering ditemukan seperti tercantum pada gambar 1.

GAMBAR 1. Persentase Penyakit Mata

Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa atau kapsula

lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Adanya kekeruhan pada lensa yang

berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke mata agar tepat di retina,

menyebabkan gangguan penglihatan.(1,2,3)

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat

juga akibat kelainan kongenital, infeksi, trauma, kelainan metabolisme seperti

Diabetes Melitus, dan karena penyinaran.(1,3)

Secara garis besar katarak diklasifikasikan menjadi:(3,4)

3

Page 4: Lapsus Katarak Talita

1. Katarak Degeneratif, berdasarkan usia digolongkan menjadi:(4)

a. Katarak juvenile (katarak yang terlihat pada usia > 1 tahun dan < 40

tahun)

b. Katarak presenile (katarak yang terlihat pada usia 30 – 40 tahun)

c. Katarak senile (katarak yang terlihat pada usia > 40 tahun)

2. Katarak Developmental, merupakan kelainan kongenital (katarak yang

terlihat pada usia < 1 tahun)

3. Katarak Komplikata

4. Katarak Traumatika, biasanya akibat trauma tumpul maupun trauma tembus.

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan

dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada

penelitian yang dilakukan di amerika serikat didapatkan adanya 10% orang

menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka yang

berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak

congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang ditemukan2.

Berikut ini dilaporkan kasus katarak senile ODS (Oculi Dekstra et

Sinistra) stadium immatur pada penderita Laki-laki usia 72 tahun yang berobat ke

poliklinik Mata RSUD Ulin Banjarmasin.

4

Page 5: Lapsus Katarak Talita

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 72 tahun

Alamat : Jl. Alalak Selatan Banjarmasin

Pekerjaan : Swasta

II. ANAMNESIS

Hari/tanggal : Rabu, 21 Maret 2012

Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak ± 1 bulan yang lalu, penderita merasakan penglihatan mata

kanan mulai kabur. Lama-kelamaan kaburnya semakin bertambah, sehingga

penderita tidak dapat membaca. Penderita juga mengeluhkan matanya sering

mengeluarkan kotoran dan sering berair. Penderita juga merasa ada sesuatu

yang mengganjal pada matanya. Tidak ada rasa sakit dan tidak silau. Tidak

ada riwayat trauma pada kedua matanya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Status Generalis : Dalam Batas Normal

TD : 130/90 mmHg

Nadi :86 x/menit

RR : 22 x/menit

5

Page 6: Lapsus Katarak Talita

Status Lokalis :

OD OS

1/300 Visus 6/6

Sentral Kedudukan Sentral

Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah

Bentuk normal, Odem (-) Palpebra Bentuk normal, Odem (-)

Hiperemi (-), Odem (-) Konjungtiva Hiperemi (-), Odem (-)

Jernih Kornea Jernih

Putih Sklera Putih

Normal COA Normal

Gambaran normal, iris

shadow (-)

Iris Gambaran normal, iris

shadow (-)

Sentral, regular, Ø 3mm,

reflek cahaya (+),

leukokoria(+)

Pupil Sentral, regular, Ø 3mm,

reflek cahaya (+),

leukokoria(+)

Keruh Lensa Keruh

IV. DIAGNOSA KLINIS

Katarak senile ODS stadium immatur

V. PENATALAKSANAAN

Rencana rawat inap dan akan dilakukan Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular

OD serta pemasangan lensa intraocular (IOL).

6

Page 7: Lapsus Katarak Talita

BAB III

DISKUSI

Pada katarak pada umumnya terjadi perubahan kimia di dalam lensa

baik terhadap nucleus maupun korteksnya. Dimana terjadi penurunan dari

“oxygen up-take” disertai peningkatan penyerapan air yang kemudian diikuti

proses dehidrasi. Selain itu terjadi pula penimbunan ion-ion natrium dan

kalsium, disertai penurunan ion kalium, asam askorbat dan protein.(3,4,5)

Katarak yang berkaitan dengan umur (senile) paling sering dijumpai.

Dimana penglihatan yang semakin kabur dan terjadinya distorsi penglihatan

adalah gejala utamanya. Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak

senile dibagi menjadi 4 stadium : (1,4,5)

1. Katarak Insipien

Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-

garis yang melebar dan makin kesentral makin menyerupai ruji sebuah

roda. Biasanya pada stadia ini tidak menimbulkan gangguan tajam

penglihatan dan masih bisa dikoreksi mencapai 6/6.

2. Katarak Imatur atau katarak intumesen

Kekeruhan lensa terutama dibagian posterior nukleus dan belum

mengenai seluruh lapisan lensa.

3. Katarak Matur

Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warnanya menjadi putih

keabu-abuan. Semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di

permukaan anterior lensa. Tidak ada bayangan iris (Shadow test(-)).

Tajam penglihatan menurun, tinggal melihat gerakan tangan atau

persepsi cahaya.

7

Page 8: Lapsus Katarak Talita

4. Katarak Hipermatur

Katarak yang mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat menjadi

keras atau lembek dan mencair.

Diagnosis katarak ditegakkan atas adanya tanda-tanda klinik

subyektif dan obyektif.( 4,5)

Tanda subyektif antara lain berupa adanya kemunduran tajam

penglihatan, positif scotoma berupa kaluhan seperti bercak hitam dilapang

pandang yang tidak bergerak tapi selalu mengikuti arah gerak mata,

monocular polipia, seperti melihat benda menjadi lebih dari satu pada satu

mata, kadang seperti melihat bayangan “halo” disekitar sumber cahaya,

kadang penderita merasa lebih enak tanpa kacamata baca untuk melihat

dekat karena terjadi “artificial myopia”.

Pada pemeriksaan obyektif antara lain visus menurun sesuai dengan

tebal tipis lensa, stadium matur dan hipermatur visus menurun mencapai

1/300 – 1/; dengan senter ditemukan kekeruhan lensa ; dengan

oftalmoskopi pada stadium insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitaman

dengan latar belakang jingga, sedang stadium matur hanya didapatkan warna

kehitaman tanpa latar belakang atau reflek fundus negative.

Pada penderita berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik

didiagnosa dengan katarak senile OD stadium matur karena didapatkan

penglihatan mata kanan kabur secara progresif, kadang berair, tidak ada

keluhan silau dan sakit hanya merasa ada yang mengganjal pada mata

kanannya.Tidak ada riwayat trauma. Dari pemeriksaan fisik tajam

penglihatan (visus) mata kanan 1/300 sedang mata kiri normal 6/6.Tidak

8

Page 9: Lapsus Katarak Talita

ditemukan kelainan pada palpebra,konjungtiva, kornea, sclera, bilik mata

depan dan iris pada kedua mata. Mata kanan, pupil tampak putih

(leukokoria) yang menunjukkan lensa keruh.

Pada umumnya perjalanan katarak senile progresif lambat dan

berlangsung beberapa tahun. Tidak ada pengobatan untuk katarak kecuali

tindakan bedah. Pembedahan dilakukan apabila penurunan tajam penglihatan

mengganggu pekerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan

kacamata, pada katarak matur sebelum menjadi hipermatur yang akan

menimbulkan penyulit (uveitis dan glaukoma), katarak telah menimbulkan

penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma.(1,4)

Prosedur bedah katarak (ekstraksi lensa) yang dipakai adalah

ekstraksi intra- atau ekstrakapsular. Dinamakan intrakapsular (ICCE) apabila

lensa diambil intoto, yaitu seluruh kapsul diambil melalui limbus superior.

Sedangkan pada ekstraksi ekstrakapsular (ECCE) juga dibuat insisi limbus

superior, kemudian kapsul anterior dirobek dan diambil, inti diekstraksi, dan

korteks lensa diirigasi dan diaspirasi agar keluar dari mata, sedangkan kapsul

posterior dipertahankan tatap pada tempatnya. Pada lima tahunbelakangan

ini sebagian besar bedah katarak dilakukan secara ekstrakapsular (ECCE).

Alasan utamanya adalah bahwa kapsul posterior yang masih utuh

memungkinkan untuk ditanam lensa intraocular ke dalam bilik mata

belakang. Dengan ekstraksi lensa akan memperbaiki tajam penglihatan pada

lebih dari 90% kasus.(4,5)

Pemasangan lensa intraokular setelah bedah katarak masih dianggap

cukup mahal jika dibandingkan dengan kacamata dan lensa kontak corneal,

9

Page 10: Lapsus Katarak Talita

akan tetapi memiliki beberapa kelebihan, antara lain lapang pandangnya

lebih baik dari kacamata dan tidak terjadi pembesaran bayangan diretina.(1)

10

Page 11: Lapsus Katarak Talita

BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus katarak senile stadium immatur pada

penderita Laki-laki usia 72 tahun. Dari anamnesa diketahui bahwa

penglihatan mata kanan dan kiri (ODS) penderita menurun selama ± 1 bulan

dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik di

dapatkan visus OD 1/300,tidak ada kelainan pada palpebra, konjungtiva,

kornea, sclera, bilik mata depan dan iris.Pupil tampak putih (leukokoria),

kekeruhan lensa yang merata. Penderita didiagnosa sebagai katarak senile

ODS stadium immatur dan disarankan dilakukan ekstraksi lensa dengan cara

ECCE dan pemasangan lensa intraocular, namun pasin masih menolak. Dan

pasien disurh kontrol poli Mata setiap bulan.

11

Page 12: Lapsus Katarak Talita

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 1994; 207 – 17.

2. Mansjoer Arif, dkk. Ilmu Penyakit Mata. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta, FKUI; 62 – 3

3. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 6. Jakarta, Binarupa Aksara: 1996; 145 – 61

4. Ilyas S. Katarak. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 2001; 128 – 46

5. Sjukur BA, Yogiantoro M. Lensa. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya, RSUD Dokter Soetomo: 1994; 37 – 4

6. Shock JP. Lensa. Dalam: Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi 11. Jilid 1. Jakarta, Widya Medika: 1994; 167 – 75

12