lapsus gimul wanita 20 tahun epulis gravidarum

Upload: dega230989

Post on 09-Oct-2015

143 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

report case female 20 years old with epulis gravidarumlaporan kasus seorang wanita dengan epulis gravidarum

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSSEORANG WANITA 20 TAHUN DENGAN SUSPEK EPULIS GRAVIDARUM

Kelompok 3: Selvandega Widi Pramana 22010112220207Adriani Sekar Cantika22010112220204Rizkia Amalia Solicha 22010112220198

Pembimbing: drg. Titi Nindya Respati

BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUTFAKULTAS KEDOKTERAN UNDIPSEMARANG2013BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahMasa kehamilan merupakan suatu kondisi yang kompleks, dimana terjadi perubahan fisiologis dari metabolisme, imunologi dan peningkatan hormon yang memungkin untuk janin tumbuh dan berkembang. Perubahan hormon yang terjadi saat hamil berpengaruh besar terhadap kesehatan gigi dan mulut,Menurut data yang diperoleh dari survey kesehatan rumah tangga, 60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dan salah satunya adalah penyakit periodontal, yaitu sebesar 87,84% pada penduduk desa dan kota Indonesia. Pada wanita hamil, secara klinis terdapat perubahan inflamatori pada gingivanya. Inflamasi ini ditemukan pada 30%-100% wanita hamil yang disebut dengan gingivitis kehamilan. Gingivitis ini umumnya terjadi pada trimester kedua kehamilan dan secara progresif meningkat dengan bertambahnnya usia kehamilan. Gingivitis kehamilan ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron di dalam darah. Adanya perubahan hormonal yang disertai dengan perubahan vaskuler menyebabkan gingiva menjadi sensitif khususnya terhadap toksin maupun iritan lainnya, seperti plak dan kalkulus yang mengakibatkan gingiva meradang. Ginggivitis ini ditandai dengan papilla interdental yang memerah, bengkak, mudah berdarah dan disertai rasa sakit. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi epulis. Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada gingiva (gusi). Angka kejadian epulis berkisar dari 0.2-5 % dari ibu hamil.BAB 2TINJAUAN PUSTAKAKehamilan adalah suatu kondisi dimana seorang wanita memiliki embrio atau fetus yang sedang berkembang di dalam tubuhnya, setelah penggabungan ovum dan spermatozoa. Masa kehamilan banyak dikaitkan dengan perubahan fisiologis, yang mempengaruhi sistem endokrin, kardiovaskuler, dan sering disertai perubahan sikap, suasana atau tingkah laku yang tidak biasa. Beberapa perubahan fisik dan fisiologi yang terjadi selama kehamilan mempengaruhi setiap sistem utama tubuh dan menghasilkan perubahan fisik yang terlokalisasi pada berbagai bagian tubuh, termasuk rongga mulut.Gingivitis merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi selama kehamilan. Gingivitis dilaporkan terjadi antara 30% sampai 100% dari seluruh wanita hamil, walaupun kejadiannya paling sering antara 60% sampai 75%.Gingivitis kehamilan umumnya mulai tampak pada bulan kedua kehamilan dan semakin memburuk sejalan dengan berkembangnya kehamilan sebelum mencapai puncaknya pada bulan kedelapan, kemudian menurun pada bulan kesembilan. Beberapa penelitian melaporkan keparahan terhebat terjadi antara trimester kedua dan ketiga kehamilan.Perubahan gingiva biasanya terjadi berhubungan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk dan adanya iritan lokal, khususnya flora bakteri plak. Akan tetapi, perubahan hormonal dan vaskular yang menyertai kehamilan sering memperparah respon inflamasi terhadap iritan lokal tersebut.

2. 1. Perubahan Hormonal selama KehamilanPerubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Progesteron merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya meningkat sampai bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali setelah melahirkan. Kadar estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin yang baru. Pada akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100 ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari konsentrasinya pada saat menstruasi.

Gambar 1. Pergantian produksi progesteron dari korpus luteum kepada plasenta yang terjadi pada minggu kedelapan atau minggu kesembilan kehamilan. Daerah yang dihitamkan menunjukkan perkiraan durasi terjadinya pergantian fungsi tersebut.Estrogen yang disekresi oleh ovarium dan plasenta berperan penting dalam perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder dan pertumbuhan uterus. Sedangkan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab dalam membangun lapisan uterus pada pertengahan masa menstruasi selama masa kehamilan berlangsung. Peningkatan konsentrasi hormone seks dimulai pada saat fertilisasi, terus berlanjut sampai implantasi embrio terjadi dan terus dipertahankan sampai masa kelahiran.Estrogen dan progesteron memiliki aksi biologi penting yang dapat mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal. Akibatnya, ketidakseimbangan sistem endokrin dapat menjadi penyebab penting dalam patogenesis penyakit periodontal. Penelitian yang dilakukan oleh Mascarenhas P, dkk telah menunjukkan bahwa perubahan kondisi periodontal dapat dihubungkan dengan perubahan kadar hormon seks. Peningkatan hormone seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi ginggiva, mikrobiota subginggiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal selama kehamilan adalah sebagai berikut :1. Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman kantong periodontal.2. Peningkatan kerentanan bagi terjadinya infeksi.3. Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibody.4. Peningkatan sejumlah pathogen periodontal (khususnya Porphyromonas ginggivalis).5. Peningkatan sintesis PGE22.1.1 Peningkatan Konsentrasi Hormon Seks dan Respon Imun Maternal Reaksi imunologi berperan penting dalam patogenesis penyakit periodontal. Terdapat beberapa observasi penting yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadipadajaringan periodontal dapat merupakan akibat dari pengaruh hormon seks steroidpada sistemimun. Reseptor seks steroid telah ditemukan terdapat pada komponen sistem imun dan dapat mengatur aksi dari sel sistem imun tersebut. Estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta selama masa kehamilan, dapat turut berperan dalam mengatur sistem imun lokal dan membantu melindungi janin yang sedang berkembang dari reaksi penolakan tubuh sang ibu. Lapp dkk melaporkan bahwa tingginya konsentrasi progesteron selama kehamilan meningkatkan terjadinya inflamasi gingiva dengan menghambat produksi interleukin-6 (IL-6). IL-6 berfungsi menstimulasi diferensiasi limfosit B, limfosit T dan mengaktifkan sel makrofag dan sel NK, dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan memfagositosis bakteri yang masuk ke sirkulasi darah, sehingga dengan dihambatnya produksi IL-6 mengakibatkan gingiva kurang efisien dalam melawan serangan inflamasi dari bakteri. Progesteron juga merangsang produksi prostaglandin (PGE2) dimana PGE2 merupakan mediator yang poten dalam respon inflamasi. Dengan PGE2 yang berperan sebagai imunosupresan, mengakibatkan inflamasi gingiva semakin meningkat ketika konsentrasi PGE2 dan mediator PGE2 tinggi.

2.1.2 Peningkatan Konsentrasi Hormon Seks dan Perubahan Komposisi Plak SubgingivaPerubahan komposisi plak subgingiva selama kehamilan disebabkan oleh lingkungan mikro subgingiva yang berubah akibat meningkatnya akumulasi progesteron aktif yang metabolismenya berkurang selama kehamilan dan kemampuan Prevotella Intermedia untuk mengganti faktor esensial pertumbuhan yang penting, yaitu vitamin K dengan progesteron dan estrogen. Selama kehamilan, rasio bakteri anaerob meningkat dibanding bakteri aerob, dalam hal ini adalah Bacteroides melaninogenicus dan Prevotella intermedia. Peningkatan ini terkait dengan tingginya level sistemik estrogen dan progesteron. Penelitian Jansen dkk melaporkan bahwa terjadi 55 kali lipat peningkatan proporsi bakteri P. Intermedia pada wanita hamil dibanding wanita tidak hamil sebagai kontrol. Hal ini membuktikan bahwa progesteron berperan penting dalam pergantian mikroorganisme.Kornman dan Loesche melaporkan bahwa flora subgingival berubah menjadi flora yang lebih bersifat anaerob seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.Peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron juga dimanfaatkan oleh patogen periodontal seperti Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis sebagai sumber makanan mereka. Bakteri-bakteri tersebut secara umum meningkat dalam cairan sulkular gingiva wanita hamil, suatu kondisi yang secara positif berkaitan dengan keparahan gingivitis kehamilan.

2.2. Faktor Iritan Lokal yang Mempengaruhi Kesehatan PeriodontalTidak ada perubahan yang terjadi pada gingiva tanpa disertai kehadiran iritan lokal. Iritan lokal menyebabkan gingivitis, sedangkan kehamilan merupakan faktor sekunder yaitu faktor yang memodifikasinya. Pada penyakit gingiva dan periodontal, faktor lokal berupa plak bakteri dan kalkulus merupakan faktor etiologi utama.

2.2.1 PlakPlak adalah lapisan organisme atau deposit lunak yang menempel pada permukaan gigi, gusi dan restorasi gigi. Plak terdiri dari hampir 70% mikroorganisme dan 30% substansi interbakterial, yang meliputi polisakarida ekstraselular, enzim, endotoksin dan antigen. Endotoksin yang ditemukan pada plak adalah lipopolisakarida yang merupakan unsur pokok dari dinding sel bakteri gram negatif. Lipopolisakarida merupakan mediator kuat pada inflamasi dan respon imun. Sedangkan antigen pada plak merangsang respon imun dan selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan.Mikroorganisme plak gigi melepaskan komponen biologi aktif yaitu lipopolisakarida, kemotaktik peptida, dan asam lemak. Komponen-komponen tersebut merangsang sel epitel gingiva untuk menghasilkan bermacam-macam mediator biologi aktif yang di dominasi oleh sitokin, seperti interleukin-1 beta (IL-1), interleukin-8 (IL-8), prostaglandin, TNF- dan matriks metalloproteinase. Sitokin proinflamasi tersebut mempengaruhi beberapa proses seluler tubuh, diantaranya adalah pengerahan dan kemotaksis neutrofil ke daerah inflamasi, yang kemudian mengakibatkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah gingiva. Epitel gingiva juga merespon komponen mikroorganisme plak tersebut dengan menginduksi sistem pertahanan tubuh, yaitu dengan memproduksi peptide antimikroba seperti defensin, calprotectin, dan sebagainya. Selain itu, sistem pertahanan saliva bekerja untuk membatasi pertumbuhan bakteri melalui aksi flushing aliran saliva yang membersihkan bakteri dari permukaan oral, faktor agregasi bakteri, protein antimikroba dan lain-lain.

Gambar 2. Mekanisme inflamasi akibat plak gigi pada gingivitis dini.Gigi selalu dilapisi oleh plak walaupun setelah membersihkan gigi dengan seksama, hal ini disebabkan ada beberapa tempat di rongga mulut yang tidak terjangkau untuk dibersihkan. Plak mengandung sejumlah bakteri yang membentuk koloni sekitar 108 sampai 109 bakteri per miligram plak, yang berkontak langsung dengan epitel gingiva. Bakteri tersebut menyebabkan inflamasi pada sulkus gingiva, dimana hal ini dianggap normal. Rupturnya epitel sulkus gingiva terjadi ketika bakteri anaerobik gram negatif, khususnya Porphyromonas dan Bacteroides, menghuni permukaan akar pada leher gingiva dan menyerang jaringan.Epitel yang ruptur akibat invasi bakteri Porphyromonas dan Bacteroides memungkinkan bagi bakteri dan produk yang dihasilkannya berkontak langsung dengan jaringan ikat dibawah gingiva, sehingga sel-sel inflamatori dapat menginfiltrasi ke dalam jaringan. Pada wanita hamil perubahan hormonal dan vaskular yang terjadi sering memperparah respon inflamasi terhadap iritan lokal tersebut.2.2.2 KalkulusKalkulus merupakan plak bakteri yang termineralisasi, menumpuk pada gigi atau permukaan keras lainnya dalam rongga mulut seperti restorasi dan piranti lainnya. Kalkulus dilapisi oleh plak, dimana plak juga menempati bagian yang kasar dari kalkulus. Oleh karena itu, keberadaan kalkulus membuat kebersihan mulut yang efektif mustahil terjadi sehingga pembuangan kalkulus untuk mencegah penyakit periodontal sangat penting.Kalkulus terdiri dari sekitar 70-90% bahan anorganik dan 10-30% bahan organik. Sekitar dua per tiga komponen anorganiknya adalah kristalin dan hidroksiapatit, tetapi empat jenis garam kristalin lain juga ditemukan. Komponen organik kalkulus terdiri dari substansi dasar mukopolisakarida yang dibawa dari saliva, sel epitel yang terdeskuamasi, leukosit, debris makanan dan berbagai jenis bakeri dan jamur.Kalkulus itu sendiri menyebabkan sedikit perubahan pada jaringan periodontal. Bagaimanapun, keberadaannya tidak terbantahkan berhubungan dengan penyakit periodontal. Hal ini disebabkan kalkulus selalu dilapisi oleh lapisan plak, yang menyediakan tempat dan perlekatan bagi akumulasi plak. Kalkulus juga mengandung derivat toksin dari plak yang mengiritasi jaringan gingival.

2.3. Manifestasi Periodontal pada Wanita HamilTingginya kadar hormon pada darah dan saliva dapat menyebabkan reaksi periodontal dan dapat meningkatkan atau menyebabkan penyakit periodontal. Reseptor progesteron dan estrogen terdapat pada basal dan stratum spinosus epitelium, dan jaringan ikat. Itulah mengapa sel-sel tersebut dapat dipengaruhi oleh tingginya hormon-hormon kehamilan. Hormon menyebabkan beberapa perubahan pada kulit dan mukosa mulut seperti striae, angioma dan sebagainya. Perubahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon seks steroid pada darah dan saliva. Hormon-hormon tersebut merupakan penyebab dari terjadinya perubahan gingiva. Perubahan yang paling menonjol yang terjadi pada jaringan gingiva berkaitan dengan kehamilan adalah inflamasi gingiva (gingivitis kehamilan) dan tumor kehamilan.2.3.1 Gingivitis KehamilanGingivitis merupakan inflamasi pada gingiva, bagian dari mukosa mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi tulang alveolar, yang diinduksi oleh plak. Gingivitis yang diperparah oleh perubahan hormonal selama kehamilan dikenal sebagai gingivitis kehamilan. Selama kehamilan, terjadi peningkatan respon inflamasi terhadap plak, yang mengarah kepada rentannya terjadi perdarahan gingiva pada saat menyikat gigi. Gingivitis kehamilan merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi selama kehamilan dan telah dilaporkan terjadi hampir 100% pada wanita hamil.Gingivitis selama kehamilan terjadi sebagai hasil dari peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen yang berpengaruh terhadap mikrovaskularisasi gingiva. Hormon-hormon tersebut dapat merangsang pembentukan prostaglandin pada gingiva wanita hamil. Prostaglandin yang merupakan metabolit asam arakhidonat, dilepaskan secara lokal dan mempunyai efek proinflamasi terhadap jaringan periodontal.Gingivitis kehamilan mempunyai gambaran klinis berupa marginal gingiva dan papila interdental berwarna merah terang sampai merah kebiru-biruan, oedematous, permukaannya licin dan berkilat, berkurangnya kekenyalan/mudah tercabik dan mudah berdarah. Mungkin juga terdapat kedalaman poket yang bertambah dan hilangnya perlekatan ligamen periodonal. Walaupun gambaran klinis gingivitis kehamilan dapat terjadi lokal ataupun menyeluruh, perubahan yang terjadi kebanyakan terdapat pada regio anterior daripada posterior.Perubahan-perubahan tersebut jelas terlihat pada bulan kedua kehamilan, mencapai puncaknya pada bulan kedelapan, dan akan berkurang setelah melahirkan. Perubahan gingiva yang terjadi biasanya berkaitan dengan kebersihan mulut yang buruk dan adanya iritan lokal, khususnya plak bakteri.

2.3.2 Tumor KehamilanTumor kehamilan yang juga dikenal dengan epulis gravidarum atau granuloma pyogenic, merupakan kelainan gingiva yang sangat jarang terjadi pada kehamilan. Telah dilaporkan terjadi sekitar 0,2 sampai 5% dari kehamilan. Tumor kehamilan merupakan lesi yang tumbuh dengan cepat dan jinak, terjadi biasanya pada trimester pertama kehamilan. Jika terjadi, tumor kehamilan mempunyai tendensi untuk terjadi kembali pada kehamilan berikutnya.Lesi berwarna merah cerah dan banyak vaskularisasi ini, yang kadang memiliki flek putih di permukaannya, biasanya bertangkai dan dapat mencapai diameter 2 cm. Tumor kehamilan ini tidak menimbulkan rasa sakit. Meskipun dapat timbul dari setiap tempat di gingiva, tapi kebanyakan timbul di papila interdental gingiva, biasanya di daerah labial dan lebih sering di rahang atas daripada rahang bawah. Gigi yang berdekatan dengan epulis dapat bergeser dan menjadi lebih mudah goyang, meskipun kerusakan tulang jarang terjadi di sekitar gigi yang terlibat. Penyebab tumor kehamilan ini belum diketahui, walaupun adanya pengaruh hormon kehamilan sangatlah jelas. Tumor kehamilan terjadi selama masa kehamilan tetapi juga dikaitkan terhadap konsumsi pil kontrasepsi. Diperkirakan lesi ini timbul dari papila gingiva yang memang telah meradang, sehingga plak dianggap sebagai faktor pencetus yang penting.

BAB IIILAPORAN KASUSIDENTITAS PENDERITANama: Evi RosariningsihUmur: 20 tahunPekerjaan: Pegawai swastaJenis kelamin: PerempuanMasuk RSDK: 13 Agustus 2013, pkl 09.00No. CM : C433427Alamat: Lingkungan Seneng, Ngampin, Ambarawa

KELUHAN SUBYEKTIFANAMNESISAutoanamnesis pada tanggal 13 Agustus 2013 pukul 09.00 WIB di poli Gigi dan Mulut RSDK1. Keluhan utama Benjolan pada gusi kanan atas.2. Riwayat Penyakit Sekarang 1 bulan sebelum ke poli gigi RSDK, pasien mengeluh terdapat benjolan di gusi sebelah kanan atas sebesar biji jagung. Benjolan dirasakan tidak nyeri tetapi semakin lama semakin membesar. Pasien merasa sulit untuk membuka mulut dan terasa mengganjal pada rongga mulut bagian kanan ketika makan. Pasien mengatakan jarang sikat gigi sejak timbul bengkak karena benjolannya mudah berdarah. Tidak ada gigi berlubang, tidak demam. Saat ini pasien hamil usia kurang lebih 23 minggu. Pasien sebelum nya sudah periksa ke dokter gigi di Ambarawa diberi obat paracetamol dan amoxicillin 1 minggu yang lalu. Karena tidak ada perubahan, pasien memutuskan untuk periksa ke RSDK.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.Riwayat hipertensi disangkalRiwayat Diabetes mellitus disangkalRiwayat Penyakit Jantung disangkalAlergi Obat disangkalRiwayat penyekit Hepatitis disangkalRiwayat Penyakit Hemofila disangkalRiwayat penyakit Gastritis disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga:Riwayat menderita penyakit ini disangkalRiwayat hipertensi disangkalRiwayat Diabetes mellitus disangkalRiwayat Penyakit Jantung disangkalAlergi (-)

5. Riwayat Sosisal EkonomiPasien bekerja sebagai buruh, sudah menikah, belum mempunyai anak. Biaya pengobatan menggunakan pembiayaan umum.Kesan : Sosial ekonomi cukup/kurang.

PEMERIKSAAN OBYEKTIFPEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 13 Agustus 2013 pukul 09.00 WIB di poli Gigi dan Mulut RSDK.1. KeadaanUmumKesadaran: komposmentisKeadaan gizi: baik Tampak kesakitan : tidak tampak kesakitanTanda vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit Frek. nafas : 20 x/menit Suhu : 36,80C2. Pemeriksaan Ekstra Orala. WajahInspeksi : asimetri wajah (+), pembengkakan (-), trismus (-), kemerahan (-)Palpasi : asimetri (+)b. LeherInspeksi : simetris Palpasi : pembesaran nnll. -/- 3. Pemeriksaan Intra OralMukosa pipi: edema -/- hiperemis -/-Mukosa palatum: edema -/- hiperemis -/-Mukosa dasar mulut: edema -/- hiperemis -/-Mukosa pharynx: edema -/- hiperemis -/-

Kelainan periodontal Ginggiva atas: edema -/- hiperemis -/-Ginggiva bawah: edema -/-hiperemis -/-Karang gigi: (+) pada Rahang atas dan bawahDiastema: (+)

STATUS LOKALISInspeksi RA: tampak benjolan gingiva antara gigi 1.2 dan 1.4 dengan diameter 2 cm , konsistensi kenyal, tidak bertangkai, batas tegas, tanda perdarahan (-), warna merah muda, permukaan licin dan berbenjol-benjol, terfixir.

DIAGNOSIS KERJADiagnosis Keluhan Utama: Suspek Epulis Gravidarum antara gigi 1.1 dan 1.4Diagnosis Banding: Epulis Fibromatosa, Hiperplasi gingiva Diagnosis Penyakit Lain:Kalkulus rahang atas dan bawah

INDIKASI TERAPIPro bedah mulut setelah konsul bagian obstetrik ginekologiPro scaling kalkulus rahang atas dan bawahRENCANA TERAPI Scaling pada rahang atas dan bawahBAB IVPEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan suspek epulis gravidarum pada gusi rahang atas sebelah kanan. Anamnesis didapatkan sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh benjolan di gusi atas kanan sebesar biji jagung. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar, nyeri (-), riwayat gigi berlubang (-), demam (-), perdarahan (-) pasien merasa sulit membuka mulut dan terasa mengganjal saat makan dan minum. Pasien sudah berobat dan diberi Amoxicillin dan Paracetamol selama 1 minggu tetapi tidak ada perubahan. Kemudian pasien dirujuk ke. Saat ini pasien hamil 24 minggu. Riwayat anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal, riwayat terpapar penyinaran di daerah mulut disangkal, riwayat penyakit keganasan sebelumnya disangkal, riwayat darah tinggi maupun kencing manis disangkal, riwayat merokok serta mengkonsumsi alkohol disangkal. Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan asimetri wajah dikarenakan benjolan pada ginggiva pada daerah rahang atas kanan sisi labial. Pemeriksaan intraoral didapatkan benjolan di mukosa ginggiva kanan atas sebesar kelereng, hiperemis (+), oedematous (+), ulcus (-). Palpasi didapatkan benjolan ukuran 2x1 cm, konsistensi kenyal keras, batas tegas, nyeri tekan (-), mudah berdarah (-), permukaan berbenjol - benjol, bertangkai (+). Pemeriksaan pada gigi didapatkan kalkulus pada rahang atas maupun bawah.Keluhan utama pasien didiagnosis sebagai epulis, yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berupa foto panoramik dan pemeriksaan histopatologis untuk dapat mengetahui secara pasti jenis epulis dan kemungkinan etiologi serta menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Meskipun biasanya epulis muncul pada trimester pertama, tetapi kehamilan disini belum bisa disingkirkan sebagai faktor penyebab. Selama kehamilan terjadi peningkatan hormon progesteron dan estrogen dalam darah dan saliva yang dapat menyebabkan proses inflamasi dan epulis gravidarum. Reseptor hormon progesteron dan estrogen terletak pada stratum basal dan stratum spinosum dari lapisan epitel serta di dalam jaringan ikat, sehingga sel-sel tersebut mengalami perubahan akibat tingginya hormon selama kehamilan. Progesteron mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan pembuluh kapiler lebih berproliferasi. Sementara itu estrogen berpengaruh pada proses proliferasi, diferensiasi, dan keratinisasi jaringan gingiva. Kedua hormon tersebut meningkatkan perdarahan gingiva, menyebabkan hiperplasi gingiva dan memperdalam pocket periodontal. Keterlibatan hormon progesteron dalam terjadinya epulis secara khusus terbukti terlihat dari tingginya angkat kejadian epulis pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal berupa progesteron. Namun, sebagian besar epulis gravidarum mengalami regresi dan menghilang setelah persalinan sehingga tidak perlu penatalaksanaan secara khusus kecuali bila sangat mengganggu atau berdarah terus menerus. Pasien ini masih belum melahirkan dalam waktu dekat sehingga lebih baik ditunggu sampai melahirkan untuk melihat apakah epulis akan regresi sendiri.Faktor selain perubahan hormonal yang dapat menyebabkan epulis adalah faktor buruknya higienitas oral, infeksi (virus maupun bakteri tertentu), faktor vaskuler, dan penggunaan obat-obatan, serta trauma atau iritasi kronik lokal (kalkulus maupun benda lain yang dapat menyebabkan iritasi dengan tingkat rendah tapi berkelanjutan). Adanya plak pada gigi ditambah dengan adanya perubahan hormon dapat meningkatkan proses inflamasi pada gingiva. Pada pasien ini dimana didapatkan karang pada gigi hampir pada kesuluruhan rahang atas maupun bawah mungkin dapat disimpulkan bahwa kurangnya higienitas oral memberatkan keadaan epulis gravidarum. Terapi epulis dilakukan dengan cara eksisi di mana dilakukan pengikatan tangkai epulis dan pengambilan jaringan epulis secara menyeluruh setelah dilakukan anestesi secara lokal (dengan menggunakan anestesi infiltrasi). Eksisi ini dilakukan apabila hasil pemeriksaan histopatologi sudah mengkonfirmasi diagnosis epulis gravidarum. Selain itu, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang kemungkinan terjadinya epulis kembali pada kehamilan berikutnya. Untuk itu, faktor higienitas oral harus dijaga baik untuk penanganan masalah gigi maupun upaya pencegahan terjadinya epulis yang rekuren.

BAB VKESIMPULAN

Hasil pemeriksaan perempuan 20 tahun dengan diagnosis sementara keluhan utamanya adalah suspek epulis gravidarum disertai gingivitis kronis ec calculus. Untuk menegakkan diagnosis utama perlu dilakukan pemeriksaan penunjang foto panoramik dan pemeriksaan histopatologis. Terapi dilakukan dengan melakukan eksisi epulis dan ekstraksi untuk gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan. Selain itu, perlu dilakukan edukasi tentang kemungkinan kekambuhan pada kehamilan berikutnya dan pentingnya menjaga higienitas oral.

LAMPIRAN

20