lapsem biogas
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Acara 1
Produksi Biogas dari Limbah Industri
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui sumber limbah industri yang berpotensi sebagai
bahan baku produksi biogas
2. Mahasiswa mengetahui proses dan desain produksi biogas dari limbah
industri
3. Mahasiswa mampu menghitung nilai tambah dari produksi biogas
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui bahan-bahan apa saja yang dapat digunakan untuk
produksi biogas
2. Dapat mengetahui cara pembuatan biogas dari limbah industri yang telah
dibawa
3. Dapat mengetahui manfaat serta keunggulan dari biogas
BAB II
DASAR TEORI
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam
biogas adalah metana dan karbon dioksida.komposisi dari biogas adalah (anonim,
2014):
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0,3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfide (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0,1-0,5
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organic
secara anaerobic (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon
dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi
bantu oleh sejumlah mikroorganisme anaerobic bantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-550C. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal
merombak bahan-bahan organik. Pembuatan biogas bukanlah teknologi yang
baru. Berbagai Negara telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun
yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Sementara itu, di
Benua Asia, India merupakan Negara pelopor dan pengguna energi biogas sejak
masih dijajah inggris (Simamora, 2011).
Anaerobik sangat cocok untuk mengolah limbah cair yang mengandung
bahan organik kompleks seperti limbah dari industri makanan, minuman, bahan
kimia dan obat-obatan. Bahan organic tersebut didegradasi menjadi senyawa
sederhana dan stabil melalui empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis,
asetogenesis dan metagnogenesis. Polutan di dalam limbah yang berupa senyawa
kompleks seperti lemak, polisakarida dan protein dihidrolisis menjadi senyawa
bermasa molekul tinggi seperti asam lemak, monosakarida, dan asam amino.
Metana merupakan hasil akhir proses anaerobic dapat digunakan sebagai
parameter atau indikator keberhasilan proses tersebut (Wagiman, 2014).
Kondisi yang harus dijaga adalah suhu, derajat keasaman (pH), lamanya
material biomassa berada di dalam reactor (20-40 hari) serta keberadaan zat-zat
yang mungkin membahayakan/ meracuni bakteri pengurai. Berdasarkan pilihan
suhu, bakteri yang biasanya bekerja pada suhu sekitar 37oC disebut kelompok
bakteri mesofilik. Bila bakteri yang dipilih bekerja pada suhu yang lebih tinggi di
atas 60oC biasanya bakteri jenis ini disebut bakteri termofilik. Keuntungan dari
pemakaian bakteri termofilik adalah kecepatannya dalam menguraikan biomass
cenderung lebih cepat serta dapat mematikan mikroba-mikroba yang bisa
menyebabkan penyakit pada manusia karena suhu bekerjanya yang tinggi.
Namun, penggunaan bakteri-bakteri termofilik biasanya mengharuskan
pengontrolan temperatur yang lebih seksama sehingga cenderung menjadi lebih
mahal (Nugraha, 2012).
Selama ini, yang cenderung digunakan sebagai bahan tambahan dalam
proses pembentukan biogas dari sampah organik adalah cairan rumen sapi saja.
Pada kenyataannya, penggunaan limbah isi rumen sapi secara keseluruhan sebagai
kosubstrat, juga dapat meningkatkan volume biogas yang terbentuk dan sekaligus
mempercepat proses pembentukan biogas tersebut. Namun, penambahan limbah
isi rumen sapi sebagai ko-substrat sepertinya tidak mempengaruhi nilai pH dan
temperatur bahan isian. Hal ini diketahui dari perbandingan nilai pH dan
temperature digester kontrol dengan digester uji yang tidak terlalu berbeda. Selain
pH, temperatur yang optimal juga menjadi salah satu syarat agar proses anaerobik
dapat terjadi dengan cepat dan produksi biogas yang dihasilkan banyak serta
berkualitas bagus yang ditandai dengan kadar gas CH yang tinggi. Namun, hal ini
tidak mutlak dipengaruhi oleh temperatur saja tapi juga disertai dengan
optimalnya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan biogas. Faktor-
faktor tersebut diantaranya jenis bahan isian, rasio C/N bahan isian, pH dan
beberapa parameter lainnya (Yenni, 2012).
Pada umumnya cara pembuatan biogas adalah contohnya dari fermentasi
tumbuhan, dan limbah cair. Paling popular di Eropa adalah produksi panas dan
energy listrik dengan kogenerasi tumbuhan atau dengan mesin gas, secara
eksklusif untuk produksi dari daya listrik dan atau panas dengan boiler. Kerugian
menggunakan motor udara atau gas atau kogenerasi tumbuhan adalah mengurangi
recovery dari energi di dalam kandungan biogas. Pilihan yang berbeda untuk
pembuatan biogas adalah dengan produksi dari hydrogen dengan pembentukan
kembali uap diikuti dengan sistem purifikasi gas. Aplikasi dari cara ini adalah
pada industri gas mentah, bahan bakar mobil atau bahan bakar untuk produksi dari
energy listrik dengan bahan bakar sel. Jadi alternatif yang paling menjanjikan
untuk pembuatan biogas adalah dengan tetap menggunakan purifikasi menjadi
tingkatan gas alam dan digunakan untuk bahan bakar mobil atau substitusi gas
alam. Karena hal di atas maka biogas purifikasi ini harus disebut dengan “bio-
natural gas” (Lens, 2005).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
Alat:
1. Girigen
2. Selang
3. Gelas ukur
4. Malam
5. Kawat
6. Pisau
7. Nampan
Bahan:
1. Limbah cair kecap manis
2. Buah dan sayur busuk
B. Prosedur Praktikum
Prosedur Hasil
1. Limbah cair dan starter disiapkan
2. pH limbah cair diukur
3. limbah cair dimasukkan (jika perlu
diencerkan lebih dulu) ke dalam
dirigen (20L) sampai volume 17,1L
4. starter ditambahkan sebanyak 0,9L
1. Starter buah dan sayur busuk
dicacah hingga lembut atau halus
2. pH limbah cair kecap = 4
3. Limbah cair terukur 15,53 L di
dalam dirigen
4. Starter masuk ke dalam dirigen
bercampur dengan limbah cair
5. instalasi produksi biogas disusun
6. dilakukan pengamatan secara
periodik dan ditentukan kapan gas
akan muncul, kemudian catat
produksi biogas selama 4 minggu
sejak kemunculan gas pertama kali
7. dilakukan analisis, dihitung laju
produksi biogas, jumlah biogas yang
dihasilkan, besarnya energi yang
dihasilkan dan dilakukan analisis
potensi ekonominya
kecap
5. Instalasi disusun menggunakan
kawat sehingga gelas ukur tidak
tenggelam
6. Hasil pengamatan 3 minggu
dicatat yaitu mulai 22 Maret – 3
April 2014. Hasil pengamatan
terlampir di hasil praktikum.
7. Hasil perhitungan kumulatif
biogas yang dihasilkan = 155 ml
= 0,000155 m3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pengamatan Biogas
No TANGGALVol awal
(ml)Vol akhir
(ml)Vol Biogas
(ml)Vol kumulatif
(ml)
1 22-Mar-2014 35 49 14 14
2 23-Mar-2014 21 39 18 32
3 24-Mar-2014 39 55 16 48
4 25-Mar-2014 24 33 9 57
5 26-Mar-2014 33 40 7 64
6 27-Mar-2014 59 70 11 75
7 28-Mar-2014 70 78 8 83
8 29-Mar-2014 65 74 9 92
9 30-Mar-2014 74 85 11 103
10 31-Mar-2014 70 79 9 112
11 1-Apr-2014 61 67 6 118
12 2-Apr-2014 67 69 2 120
13 3-Apr-2014 69 73 4 124
14 4-Apr-2014 55 58 3 127
15 5-Apr-2014 58 63 5 132
16 6-Apr-2014 63 70 7 139
17 7-Apr-2014 70 71 1 140
18 8-Apr-2014 71 74 3 143
19 9-Apr-2014 74 77 3 146
20 10-Apr-2014 77 80 3 149
21 11-Apr-14 80 83 3 152
22 12-Apr-14 64 66 2 154
23 13-Apr-14 66 67 1 155Tabel 1. Pengamatan Biogas Selama 3 Minggu
2. Grafik Kumulatif Hasil Biogas
Grafik 1. Hasil Kumulatif Pengamatan Biogas
B. Pembahasan
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam
biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari
limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran manusia, sampah organic dan
sebagainya, yang mengalami proses penguraian atau fermentasi oleh
mikroorganisme. Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang terjadi pada material dalam anaerobik.
Proses pembuatan biogas secara umum adalah
1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana
untuk mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan
22-Mar-
2014
24-Mar-
2014
26-Mar-
2014
28-Mar-
2014
30-Mar-
2014
1-Apr-2
014
3-Apr-2
014
5-Apr-2
014
7-Apr-2
014
9-Apr-2
014
11-Apr-2
014
13-Apr-2
0140
20
40
60
80
100
120
140
160
180 Volume Kumulatif Biogas (ml)
Vol Biogas (ml)
Tanggal Pengamatan
Vol k
umul
atif
secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang cukup
lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu perlunya kesediaan
kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang merupakan bahan baku
biogas.
2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan air.
Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1
atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting
di dalam proses biologis pembuatan biogas.Artinya jangan terlalu banyak
(berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan).
3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut "kesenangan"
hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan
temperature itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan
waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka
waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk
menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan
CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami,
sertam bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun
jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah
adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta
mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.
5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana)
kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak
boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik
yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan
udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana
pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu
didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk
keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak berwarna,
tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor
mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat
gas lainnya, sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau
terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga
merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna.
Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada
jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau
tekanannya besar.
Bahan yang dapat dijadikan menjadi biogas adalah bahan organik,
tumbuhan sampah organik serta kotoran ternak antara lain:
1. Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, gandum, dan lain-
lain,
2. Limbah dan hasil produksi : minyak, bagas, penggilingan padi, limbah
sagu,
3. Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan
dan sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan
tapioka, limbah cair industri tahu,
4. Limbah perairan : alga laut, tumbuh-tumbuhan air,
5. Limbah peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,
kotoran unggas.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organic
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon
dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi
bantu oleh sejumlah mikroorganisme anaerobic bantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-550C. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal
merombak bahan-bahan organik. Secara umum ada 3 tahap dalam pembuatan
biogas yaitu:
1. Tahap 1 , yaitu hidrolisis. penguraian senyawa kompleks atau senyawa
rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa
yang sederhana. Proses pemecahan bahan organik, fermentasi H2CO2 +
asam asetat dan asam propionate alkhohol.
2. Tahap 2, asidifikasi. proses penguraian atau dekomposisi komponen
penyusun bahan organik menjadi asam-asam organik tanpa oksigen.
3. Tahap 3, pembentukan gas metana, proses pemecahan H2CO2 menjadi
metana oleh bakteri metanogesis.
Ada beberapa bakteri yang bekerja saat proses pembuatan biogas, dibedakan
berdasarkan sifatnya dalam proses biogas yaitu:
1. Bakteri fermentatif, meliputi streptococci, bacteriodes, beberapa jenis dari
enterobactericeace.
2. Bakteri asetogenik, meliputi bakteri desulfovibrio
3. Bakteri metana, meliputi methanobacterium, methanobacillus,
methanosacaria, dan methanococcus.
Peran biogas dalam pengendalian limbah yang paling utama yaitu bisa
mengurangi permasalahan penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi
sesuatu yang bermanfaat. Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat
dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik,
menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas
methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan
kompor gas sebagaimana halnya elpiji.
Keuntungan teknologi biogas ini dibanding sumber energi alternatif yang
lain adalah: Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagal
pupuk organik yang sangat baik. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang
terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan
atau sampah tersebut ditimbun begitu saja. Sedangkan kekurangannya adalah
kondisi harus selalu dijaga agar tidak terjadi kesalahan yang mempengaruhi
proses produksi gas, harus secara kontinyu dijaga input bahan organik agar terus
dihasilkan gas yang secara kontinyu juga.
Langkah pembuatan biogas dalam praktikum ini adalah pertama
menyiapkan limbah cair tahu yaitu mengukur volume limbah hingga 17 L tetapi
limbah kecap ini hanya diukur 15,53 L kemudian diukur nilai pH nya untuk
mengetahui derajat keasaman dari limbah cair tersebut. Setelah itu dimasukkan ke
dalam girigen 20 L. Fungsi dari dirigen ini adalah sebagai biodegester yaitu
tempat untuk mencerna atau menguraikan zat organic yang akan dibuat biogas.
Sementara itu menyiapkan starter alami yaitu berupa buah dan sayur busuk yang
dihaluskan sehingga menjadi lumpur dan siap dimasukkan ke dalam dirigen. Lalu
starter dimasukkan ke dalam dirigen. Fungsi starter ini adalah untuk menjamin
agar kehadiran jasad renik atau mikroba pembuat biogas (umumnya disebut
bakteri metan), sebaiknya digunakan starter, yaitu bahan atau substrat yang di
dalamnya sudah dapat dipastikan mengandung mikroba metan sesuai yang
dibutuhkan. Fungsi penghalusan starter ini adalah untuk memudahkan starter
tercampur dengan limbah yang akan dijadikan biogas. Kemudian instalasi biogas
skala laboratorium dipasang yaitu mengikatkan gelas ukur secara terbalik di sisi
toples berisi air dan mengisi gelas ukur tersebut dengan air hingga di atas batas air
toples. Gelas ukur diikat dengan kawat sedemikian rupa hingga selang yang
menghubungkan girigen dengan gelas ukur tersebut. Limbah yang telah dicampur
dengan starter ditutup dengan tutup dirigen dan sisinya ditutupi dengan malam,
hal ini untuk menghalangi udara masuk ke dalam dirigen dan gas hasil fermentasi
limbah keluar. Digunakan malam karena sifatnya yang rapat sehingga dapat
menghalangi lewatnya udara atau gas. Dirigen tersebut dimasuki selang melalui
tutup kemudian dihubungkan dengan gelas ukur yang terbalik di dalam toples. Hal
ini dilakukan untuk mengukur gas yang dihasilkan dengan volume air yang ada di
dalam gelas ukur. Jadi gas akan keluar dan mendorong air sehingga volume air
berkurang, Selisih volume air awal dan air inilah jumlah gas yang dihasilkan.
Menggunakan gelas ukur karena agar mudah untuk menghitung gas yang
dihasilkan. Selang jangan sampai terisi air karena akan mengakibatkan
terhalangnya aliran gas hasil fermentasi dan mengakibatkan terganggunya
pengukuran hasil biogas sehingga tidak akurat. Ada beberapa macam jenis starter
yang digunakan dalam proses pembuatan biogas antara lain:
1. Starter alami, yaitu berupa lumpur aktif, lumpur kolam ikan, air
comberan, cairan septitank, kotoran ternak dan sampah organic.
2. Starter semi buatan, yaitu fasilitas biodegester dalam stadium aktif
untuk memfermentasi bahan organic menjadi biogas.
3. Starter buatan, yaitu bakteri yang dikembangbiakan di laboratorium.
Hasil pengamatan biogas selama 3 minggu adalah total menghasilkan 155
ml gas setara dengan 0,000155 m3. Nilai pH dari limbah cair kecap manis ini
adalah 4 artinya limbah ini memilki sifat keasaman yang cukup tinggi. Kumulatif
gas yang dihasilkan tiap hari meningkat, namun tidak berarti gas yang dihasilkan
tiap hari juga meningkat. Hasil biogas yang paling optimal adalah pada minggu
pertama setelah instalasi biogas dipasang, hal ini karena proses yang terjadi cepat,
namun pada minggu berikutnya volume gas yang dihasilkan semakin menurun hal
ini karena tidak ada perbaharuan bahan sehingga aktifitas bakteri pembentuk gas
menurun. Pada volume tertentu maka gas dapat digunakan untuk menyalakan api,
namun dalam praktikum ini belum dapat diterapkan untuk menyalakan api, hal ini
karena keterbatasan instalasi yang masih sederhana skala laboratorium dan masih
skala sangat kecil sehingga gas yang dihasilkan belum maksimal. Namun dari
hasil parktikum ini dapat digambarkan bahwa limbah industri kecap potensial
sebagai bahan baku pembuatan biogas. Dan dapat dikembangkan lebih besar
instalasinya.
Aplikasi instalasi biogas ada di pasar Gamping, Yogyakarta. Biogas
berasal dari sisa sampah buah dan sayur busuk dari pasar yang tidak terjual
kemudian dihancurkan atau dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam digester
besar kemudian dari digester tersebut di fermentasi sehingga dapat menghasilkan
gas yang dapat digunakan untuk memasak maupun menyalakan listrik penduduk
sekitar di pasar Gamping tersebut. Jadi buah dan sayur yang tidak terjual di pasar
tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat menguntungkan.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan biogas ini adalah dapat
memanfaatkan limbah dengan optimal. Biogas dapat digunakan untuk
menyalakan kompor sebagai pengganti gas elpiji sehingga dapat menghemat
bahan bakar gas maupun minyak tanah. Selain itu, pada volume tertentu dapat
digunakan pula sebagai pembangkit listrik yang dapat digunakan menyalakan
lampu maupun sebagai sumber bahan bakar diesel sehingga lebih dapat
menghemat biaya listrik.
1 m3 Biogas setara dengan:
60-100 watt lampu bohlam selama 6 jam.
5-6 jam memasak menggunakan kompor gas
Setara dengan 0,7 liter bensin
Dapat memproduksi 1,25 kwh listrik
Jadi pembuatan biogas dalam skala lebih besar juga akan menghasilkan nilai
tambah yang semakin besar pula. Maka hasil praktikum ini masih sangat sedikit
sehingga belum bisa digunakan optimal, namun apabila ada tindak lanjut yang
dilakukan dengan instalasi yang lebih besar misalnya digester dengan daya
tampung yang lebih besar dan volume limbah yang digunakan juga besar maka
hasil gas juga akan besar sehingga dapat digunakan. Laju pembentukan biogas
dari praktikum ini adalah total biogas/jumlah hari = 155 ml/23 = 6,739. Jadi
lajunya adalah 6,739 ml/hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sumber limbah industri yang potensial sebagai bahan baku produksi
biogas adalah limbah cair kecap, limbah cair tahu, limbah cair tempe,
ampas tebu dari industri gula, limbah sayur dan buah busuk.
2. Proses produksi biogas adalah dengan 3 tahap yaitu tahap hidrolisis,
asidifikasi dan tahap pembentukan gas metana. Desain produksinya adalah
dengan digester sebagai tempat fermentasi atau penguraian zat organik
bahan baku biogas dan penambahan starter sebagai pemancing adanya
aktifitas bakteri pengurai.
3. Nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh biogas adalah 1 m3 biogas setara
dengan:
60-100 watt lampu bohlam selama 6 jam.
5-6 jam memasak menggunakan kompor gas
0,7 liter bensin
Dapat memproduksi 1,25 kwh listrik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Pengolahan Limbah Organik/Cair Menjadi Biogas, Pupuk Padat
Dan Cair. Dalam http:// bapelkescikarang.or.id /bapelkescikarang
/images/stories/KurmodTTG/pengolahanairlimbah/mi5b%20modul
%20pengelolaan %20 limbah % 20 organik%20menjadi%20biogas.pdf.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 19:05 WIB.
Lens, Piet. Dkk. 2005. Biofuels for Fuel Cells. Iwa Publishing. London.
Nugraha, Tutun dan Didik Sunardi. 2012. Seri Sains Energi Terbarukan Energi
Bio Biomassa, Biofuel, Biodiesel dan Biogas. Jakarta: PT. Pelangi Ilmu
Nusantara.
Simamora, Suhut. Dkk. 2011. Membuat Bio Gas Pengganti Bahan Bakar Minyak
& Gas dari Kotoran Ternak. Jakarta: Agro Media.
Wagiman dan Desy Setioningrum. 2014. Modul Praktikum Pengendalian Limbah
Industri. Yogyakarta: Program Studi Setrata 1 Teknologi Industri Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
Yenni. Dkk. 2012. Uji Pembentukan Biogas Dari Substrat Sampah Sayur Dan
Buah Dengan Ko-Substrat Limbah Isi Rumen Sapi. Dalam Jurnal Teknik
Lingkungan UNAND 9 (1) :26-36.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI
PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH INDUSTRI
TAHUN AJARAN 2013/2014
Disusun oleh
Nama : Lia Ika Anggraini
NIM : 11/318926/TP/10172
Hari/tgl : Jumat, 21 Maret 2014
Kel : C4
Ass : -
LABORATORIUM REKA INDUSTRI DAN PENGENDALIAN
PRODUK SAMPING
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014